Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial yaitu suatu penyakit infeksi yang dialami oleh pasien pada saat
dirawat di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Menurut Al-Shami, dkk (2018)
mengatakan bahwa Infeksi nosokomial mengacu pada infeksi yang disebabkan oleh agen
infeksi atau toksin yang terjadi pada pasien di rumah sakit tidak ada atau diinkubasi pada
saat masuk. (KIKI TAMBAHAKAN LAGI KONSEPNYA)
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat mengidentifikasi
hamper 1,7 juta pasien dirawat dirumah sakit setiap tahunnya mendapatkan Health Care
Associated Infection (HCAI) sementara dirawat karena masalah kesehatan lainnya dan
lebih dari 98.000 pasien ini (satu dari 17) meninggal dunia karena HCAI. Badan
penelitian dan Kualitas Perawatan Kesehatan melaporkan bahwa HCAI adalah
komplikasi paling umum dari perawatan di rumah sakit dan salah satu dari 10 penyebab
utama kematian di Amerika Serikat. Dari setiap 100 pasien yang dirawat di rumah sakit, 7
pasien di negara maju dan 10 pasien di negara berkembang memperoleh HCAI. Studi lain
yang dilakukan di negara-negara berpenghasilan tinggi ditemukan bahwa 5%-15% dari
pasien yang dirawat dirumah sakit mendapatkan HCAI yang dapat mempengaruhi dari
9% hingga 37% dari mereka yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) Tingkat
prevalensi HCAI yang luas berkisar antara 4,6% hingga 9,3%. Namun WHO melaporkan
bahwa HCAI biasanya menerima perhatian public hanya ketika ada epidemic. HCAI juga
berdampak pada pasien yang sakit kritis dengan sekitar 0,5 juta episode HCAI
didiagnosis setiap tahun di ICU. Berdasarkan Angka kejadian infeksi nosokomial atau
Health Care Associated Infection pada data Centers for Disease Control and Prevention
tahun 2018, pada Infeksi Aliran Darah (IAD) 19,188, Infeksi Saluran Kemih (ISK)
22,015, Infeksi Bedah Perut Histerektomi (IBPH) 1,829, Infeksi Operasi Usus Besar
(IOUB) 7,323, Clostridium difficile (CDF) 69, 648, Infeksi Bakteri MRSA (IBMRSA)
8,222, Infeksi Saluran Napas (ISN) 24,223. (CDC, 2018)
Al-Shami,dkk(2018) (JUDULNYA) melakukan penelitian di enam rumah sakit
terbesar di Yaman dan didapatkan Faktor risiko untuk infeksi nosokomial adalah tinggal
di rumah sakit untuk waktu yang lama, operasi bedah, antibiotik dan perangkat yang
digunakan. Tingkat kejadian tertinggi adalah 33,1% untuk Infeksi Saluran Kemih
Nosokomial (NUTI). Patogen terisolasi yang umum adalah C. albicans (86,1%) dan E.
coli (66,7%) dari NUTIs sementara, Acinetobacter spp. (69,7%) dan S. aureus (16,8%)
berasal dari Infeksi Situs Bedah Nosokomial (NSSIs).
Upaya yang sering dilakukan di RS untuk menekan angka kejadian infeksi
nosokimial adalah dengan menerapkan program PPI (KIKI CARI PROGRAM PPI
UNTUK INOS KI)
Menurut Syahrir, dkk (2016) dalam penelitiannya (JUDULNYA) terdapat
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dengan melakukan cuci tangan dengan
handwash dan handrub. Penggunaan Alat Pelindung Diri digunakan berdasarkan indikasi
masing-masing. Pengelolaan alat kesehatan dilakukan di CSSD (Central Steril Supply
Departement). Pengolahan limbah dipisahkan berdasarkan jenisnya dan dilakukan
penampungan sementara. Airborn precaution penempatan pasien diletakkan di RPK
(Ruang Perawatan Khusus) dan menggunakan masker khusus (N95). Droplet precaution
pasien dapat ditempatkan di RPK, ruang isolasi ICU ataupun di tempat tidur biasa.
Contact precaution pasien ditempatkan di tempat tidur pasien biasa.
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dilaksanakan
berdasarkan kewaspadaan universal dan kewaspadaan berdasarkan transmisi (KUTIPAN
DARI MANA). Menurut Syahrir,dkk (2016) pada jurnal yang berjudul Analisis
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial Di ICU RSUD Labuang
Baji Makassar.(MASUKAN PEMBAHSAN JURNALNYA)
Dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokimial salh satu
pihak yang terkait adalah seorang perawat, (MASUKAN DEFENISI PERAWAT). Dan
sering kali kinerja perawat selalu dipertanyan, faktor-faktor yang selalu menjadi perhatian
dalam kinerja perawat adalh antara lin (MASUKAN 5 FAKTOR KINERJA YG DRI
SKRIPSI KI) (BUAT TANDA PUSTAKANYA)
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin,dkk (2016) (JUDULNYA)
menunjukkan sekitar 42,15% responden kurang dalam kinerja Pencegahan Infeksi dan
Kontrol. Temuan merekomendasikan manajemen rumah sakit untuk mengadakan
Pencegahan dan Kontrol Infeksi dasar untuk perawat.(KIKI LENGKAPI PEMBAHSAN
JURNAL NI)
Analisa kriteria skor infection prevention control nurse (IPCN) yang diteliti oleh
Asmara,dkk (2019) didapatkan Skor kriteria kinerja IPCN adalah 50% buruk dan 50%
baik. Selain itu, penghargaan adalah faktor yang paling terkait dengan kinerja IPCN.
Odds Ratio (OR) dari variabel hadiah adalah 27,5, yang berarti bahwa hadiah yang baik
memiliki 28 peluang yang baik untuk meningkatkan kinerja dibandingkan dengan IPCN
yang menerima hadiah lebih sedikit setelah mengendalikan variabel lain. (COBA KIKI
PERBAIKI KALIMTNYA LAGI)
Pelaksanaan pelatihan sudah cukup efektif dilihat dari hasil capaian perawat.
Pelatihan ini diharapkan dapat dipertahankan, hasil pelatihan dapat berjalan sehingga
perawat dapat mengimplementasikan pengetahuan mengenai HAIs untuk mendukung
berjalannya surveilans HAIs.(Hapsari,dkk (2018).(INI LEBIH JELASKAN LAGI KI)
Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas maka peneliti tertarik untuk membahas
lebih lanjut tentang apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokimial.

Anda mungkin juga menyukai