Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk


di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis Adan E sering
muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat
sembuh dengan baik. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Infeksi hepatitis A tidak menyebabkan
penyakit hati kronis dan jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala
yang dapat melemahkan tubuh dan dapat menjadi hepatitis fulminan (gagal hati
akut), yang berhubungan dengan kematian yang tinggi (WHO 2012). Virus hepatitis
A merupakan penyebab dari penyakit Hepatitis A yang terkontaminasi pada
makanan dan minuman, atau air yang terinfeksi dengan tinja orang yang terinfeksi.

Hepatitis A terjadi secara sporadis dan dalam epidemi di seluruh dunia, dengan
kecenderungan untuk kambuh siklik. Setiap tahun ada sekitar 1,4 juta diperkirakan
kasus Hepatitis A di seluruh dunia (WHO 2012). di negara-negara berkembang
dengan kondisi sanitasi yang sangat burk dan praktek-praktek higienis, kebanyakan
anak (90%) telah terinfeksi dengan virus hepatitis A sebelum usia 10 tahun. Mereka
yang terinfeksi di masa kecil tidak mengalami gejala nyata. Wabah jarang terjadi
karena anak-anak lebih tua dan orang dewasa umumnya kebal.

Di Indonesia, berdasarkan data yang berasal dari Departemen kesehatan, hepatitis


A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat
yaitu berkisar dari 9,8-68,3 %. di beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung dan
Makasar berkisar antara 35%-45% pada usia 5 tahun (Puspa, R 2011).

Penyakit ini dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi dan sosial yang signifikan
dalam masyarakat, karena diperlukan beberapa minggu atau bulan untuk bisa
sembuh dari penyakit ini dan kembali beraktifitas seperti biasa. (WHO 2012).
Melihat besarnya kasus Hepatits, Indonesia mengusulkan kepada Badan Kesehatan
Dunia (WHO) agar pengendalian Hepatitis dijadikan isu dunia. Usul Indonesia
dibahas dalam Executive Board WHO yang akan dibawa dalam sidang World
Health Assembly (WHA). Dalam sidang WHA ke 63 tahun 2010, usul Indonesia
ditetapkan menjadi resolusi WHA No. 63.18 yang intinya bahwa Hepatitis Virus
salah satu penyakit prioritas yang harus ditanggulangi oleh setiap negara. Selain itu
pada Sidang WHA 63 ditetapkan tanggal 28 Juli sebagai Hari Hepatitis Sedunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud ddengan hepatitis A ?

2. Bagaimana sejarah munculnya penyakit hepatitis A ?

3.

1.3 Tujuan
BAB II

ISI

2.1 Definisi dan sejarah

2.1.1 Definisi

Hepatits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,1999).
Hepatitis adalah inflamasi/ radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar
terhadap berbagi kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol (Ester monika,
2002:93).

Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.

Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus
disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang mengahsilkan kumpulan
perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Brunner dan Suddarth
2002:1169).

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatitis dalam
bahasa awam sering disebut lever atau penyakit kuning. Padahal definisi lever itu
sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti organ hati, bukan penyakit hati.
Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah
penyakit radang hati. Sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat
menibulkan keracunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh
radang hati, tetapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu (M.
Sholikhul Huda). hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (smeltzer,2001).

Dapat disimpulkan bahwa Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada


jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel-sel hati
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Hepatitis A adalah penyakit yang mengenai sel-sel hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A (VHA). self-limiting dan memberikan kekebalan seumur hidup.

Menurut WHO (2012) Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A. virus ini menyebar terutama bila (dan tidak divaksinisasi) tidak
terinfeksi orang ingests makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang
yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih,
sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.

Hepatitis A dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui


oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi
penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi di
daerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi: 2-6 minggu, kemudian melalui
gejala klinis, populasi sering infeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.

2.1.2 Sejarah

 Sejarah hepatitis

Virus hepatitis telah ada sejak 450 tahun lalu Terbukti dengan ditemukannya
sebuah mumi anak yang diperkirakan berasal dari abad pertengahan.

dikutip dari jurnal Plos Pathogens bahwa temuan mumi anak tersebut dulu telah
dianggap sebagai bukti tertua infeksi cacar pada manusia, namun setelah para
peneliti melakukan analisis DNA terungkap bahwa mumi berusia 450 tahun
tersebut meninggal akibat hepatitis B. Temuan ini mengubah pengetahuan tentang
infeksi hepatitis pertama pada manusia. Untuk mendapatkan temuan ini, para
peneliti menggunakan pengurutan gen canggih yang menganalisis DNA. DNA
tersebut diambil dari sampel kulit dan tulang mumi anak kecil yang dikuburkan di
Basilika Saint Domenico Maggiore di Naples, Italia pada adan ke-16.

 Sejarah hepatitis A

Penyakit ini sudah dikenal antara tahun (460 – 375 SM), oleh Hippocrates di
wilayah Babilonia, mereka adalah seorang tabib kuno dari daerah Yunani dan pada
tahun 752 M Paus Zaccharias menulis sebuah surat kepada Santo Bonifacius
tentang bentuk-bentuk dari penyakit kuning yang menular sehingga mereka
menamakan penyakit Icterus Infectiosa.

Lebih banyak lagi penyakit Hepatitis A banyak terjadi pada saat peperangan. Pada
tahun 1912 Cockayne memberikan nama Hepatitis Infectiosa untuk penyakit kuning
menular tersebut dan tahun 1923 Blumer berhasil membuat sebuah ringkasan yang
sempurna berdasarkan letupan Epidemik Jaundice yang terjadi di Amerika Serikat
antara tahun 1912 – 1923 dan observasi tersebut menyatakan terdapat eksistensi dua
bentuk utama virus Hepatitis yaitu Infectiosa dan Serum Hepatitis

Kemudian timbul pernyataan bahwa Hepatitis A adalah suatu penyakit yang


diakibatkan oleh masuknya virus Hepatitis A ke dalam tubuh yang kemudian
menyerang hati. Penyakit Hepatitis A merupakan penyakit dengan distribusi global
dan infeksi Hepatitis A ditandai dengan adanya antibodi anti HAV yang secara
universal erat hubungannya dengan standar kesehatan atau sanitasi daerah yang
bersangkutan. Penyakit Hepatitis A juga dapat menyebabkan letupan pada
kelompok populasi yang berbeda salah satu contoh adalah letupan yang terjadi pada
saat kampanye militer.

Pada tahun 1950 – 1970 pola Sero Epidemiologi penyakit ini diteliti oleh Murray,
Krugman (1967) dan kawan-kawan yang menuntun ke arah pencegahan penyakit
tersebut. Pada tahun 1973, Feinstone SM dan kawan-kawan menemukan Virus
Hepatitis A untuk pertama kalinya, secara jelas dengan pemeriksaan Immune
Electrone Microscope pada spesimen tinja dan selanjutnya di kembangkan cara
pemeriksaan Immunoassay, hal ini sangat sensitif untuk memungkinkan deteksi

antigen Hepatitis A dengan antibodinya dan membuahkan hasil ditemukannya tes


diagnostik untuk IgM spesifik yang dapat membedakan infeksi virus Hepatitis A
yang baru terjadi dengan yang telah lama terjadi serta tahun 1979 Provost dan
Hilleman berhasil membiakkan Virus Hepatitis A dalam kultur sel dan merupakan
awal perkembangan vaksin Hepatitis A.

2.2 Gejala, Penyebab dan Faktor Resiko

 Gejala klinis

Gejala klinis hepatitis A mirip dengan hepatitis lain yang diakibatkan oleh virus.
Hal ini umumnya meliputi: Demam, keletihan/malaise, hilang nafsu makan, diare,
mual, rasa tidak nyaman pada perut, sakit kuning (warna kulit dan sklera mata
berubah kuning, urin gelap dan feses pucat). Tidak semua orang yang terinfeksi
akan menunjukkan gejala-gejala tersebut. Orang dewasa lebih sering
menampilkan gejala dibandingkan dengan anak-anak, dan keparahan penyakit
akan meningkat pada kelompok usia lebih tua.

Menurut Sriana asiz (2002:232) gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat adalah
gejala yang ditimbulkan virus A dan virus lainnya meliputi letih, lesu, lemas, dan
mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidakenak di perut dan punggung, hati
bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu,dll. Bila sakitnya berkepanjangan dapat
berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
 Gejala-gejala hepatitis

Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala yang
timbul tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenesis) dan daya tahan
tubuh penderita.

Secara umum hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat proses
peradangan hati akut oleh virus yaitu :

1) Masa tunas

Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan
gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing virus penyebab hepatitis tidaklah
sama. Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi pada stadium ini.

2) Fase prodmoral (fase preikterik)

Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita
seperti badan terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia),
mual, muntah, perasaan tidak enak dan nyeri di perut, demam kadang-kadang
mengigil, sakit kepala, nyeri pada persendian (arthralgia), pegal-pegal diseluruh
badan, terutama dibagian punggung dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-
kadang penderita seperti akan pilek dan batuk dengan atau tanpa disertai sakit
tenggorokan. Karena keluhan diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut
pula sindrom flu.

3) Fase kuning (fase ikterik)

Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urin penderita berubah menjadi
kuning pekat seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir
langit-langit mulut dan kulit berubah menjadi kekuningan yang disebut juga
ikterik. Bila terjadi hambatan aliran empedu yang masuk kedalam usus halus,
maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum
melebihi 2 mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita
sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu pertama dari fase ikterik, warna
kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10 hari, secara
perlahan-lahan warna kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini,
keluhan yang ada umumnya mulai berkurang dan penderita merasa lebih enak.
Fase ikterik ini berlangsung 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering terjadi
gejala hambatan aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat sehingga
menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.

4) Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang.
Penderita mulai merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya
penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar
6 bulan setelah timbulnya penyakit.

Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas pada
sebagian orang infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan (subklinis)
atau tanpa memberikan gejala sama sekali (asistomik). Bisa jadi ada penderita
hepatitis yang tidak terlihat kuning (anikterik). namun ada juga yang
penyakitnya menjadi berat dan berkhir dengan kematian yang disebut hepatitis
fulminan sangat tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis).
keadaan ini menandakan adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang
luas.

 Penyebab (etiologi)

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).

Virus ini berukuran 27 nanometer dan oleh Anderson (1988) dapat digolongkan,
serta Krugman (1992) sebagai Piconavirus ternyata terdapat satu sorotipe yang bisa
menimbulkan penyakit Hepatitis pada manusia. Dari gambaran skema komponen-
komponen partikel virus Hepatitis A bahwa peneliti terdahulu menemukan suspensi
sample tinja tetap bersifat infeksius meski mendapat tindakan sterilisasi dengan
asam, eter, suhu tinggi dan bahkan dibekukan lebih dari satu tahun. Namun virus
Hepatitis A dapat di inaktivasi dengan cara sterilisasi uap atau (auto claving),
merebus, paparan terhadap konsentrasi tinggi formalin dan radiasi sinar ultra violet
(UV)

Replikasi dari penyakit Hepatitis A target primer utama dari HAV adalah sel-sel
hati (Hepatosit) setelah virus tertelan mereka terabsorsi melalui pembuluh darah
diangkut ke hati dan begitu sampai di hati mereka akan di telan oleh Hepatosit. Di
sel materi genetik atau genon dari HAV yang terdiri dari stranded RNA akan
bertindak sebagai suatu template yang akan memproduksi protein virus selanjutnya
protein ini akan berkembang kembali membentuk capsid virus yang baru dan akan
dirilis melalui saluran empedu kecil yang terdapat di antara sel-sel hati dan mereka
lalu secara bebas akan dibuang melalui tinja. HAV terdiri dari asam nukleat yang
dikelilingi oleh satu atau lebih protein. Beberapa virus juga memiliki outer-
membrab envelope. Virus ini bersifat parasite obligat intraseluler, hanya dapat
bereplikasi didalam sel karena asam nukleatnya tidak menyandikan banyak enzim
yang diperlukan untuk metabolisme protein, karbohidrat atau lipid untuk
menghasilkan fosfat energi tinggi. Biasanya asam nukleat virus menyandi protein
yang diperlukan untuk replikasi dan untuk membungkus asam nukleatnya pada
bahan kimia sel inang. Replikasi HAV terbatas di hati, tetapi virus ini terdapat
didalam empedu, hati, tinja, dan darah selama masa inkubasi dan fase akhir
preiceterik akut penyakit.

HAV digolongkan dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus diameter


27-28nm dengan bentuk kubus simetrik, untai tunggal (single stranded), molekul
RNA linear 7,5 kb, pada manusia terdiri dari satu serotipe, tiga atau lebih genotipe,
mengandung lokasi netralisasi imunodominan tunggal, mengandung tiga atau empat
polipeptida virion di kapsomer, replikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi,
tidak terdapat bukti adanya replikasi di usus, meneyebar pada galur primata non
manusia dan sel manusia (IPD UI, 2009).

 Faktor resiko Hepatitis A

1. Kurangnya PHBS

2. Bertukar alat makan dengan penderita

3. Sanitasi lingkungan yang kurang bersih

4. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis

2.3 Epidemiologi Hepatitis A

 Pengertian epidemiologi menurut para ahli :

Epidemiologi adalah Studi tentang distribusi dan determinan kesehatan yang


berkaitan dengan kejadian di populasi dan aplikasi dari studi untuk pemecahan
masalah kesehatan. (WHO). Menurut Center Of Disease Control (CDD),
Epidemiologi adalah suatu studi yang mempelajari penyebaran dan Determinan
penyakit masyarakat keadaan kesehatan pada masyarakat dan penerapannya sebagai
pengendalian penanganan masalah kesehatan. Epidemiologi bisa juga di sebut
Riset.

Menurut Greenwood, Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala


macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk. Kelebihannya yaitu
adanya penekanan pada kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi
suatu penyakit. Menurut Brian Mac Mahon, Epidemiologi adalah studi tentang
penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia. Menurut Wade
Hampton Frost (1972), Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang fenomena
massal (Mass Phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (Natural
History) penyakit menular. Menurut Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989),
Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi
manusia.

Menurut Risser (2000), tujuan epidemiologi, diantaranya yaitu:

 Untuk menjelaskan penyebaran, riwayat rekam medis alamiah suatu


penyakit maupun keadaan kesehatan masyarakat.
 Menjelaskan dan mensimulasikan etiologi penyakit.
 Meramalkan prediksi kejadian penyakit.
 Mengendalikan penyebaran penyakit dan masalah kesehatan populasi.

Adapun peran epidemiologi dalam kesehatan masyarakat diantaranya yaitu:

 Sangat mengadakan analisis penelitian jalannya penyakit masyarakat dan


perubahan yang mungkin terjadi.
 Mendeskripsikan dan menjelaskan pola penyakit pada masyarakat.
 Mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan dinamika penduduk dan
penyebaran penyakit.

Epidemiologi dan transmisi virus Hepatitis A mencakup beberapa karakteristik


yang meliputi.
1. Variasi Musim dan Geografi.

Infeksi HAV terjadi secara epidemi pada daerah dengan empat musim dan
puncaknya biasanya terjadi pada awal musim semi dan awal musim dingin dan
pada saat sekarang infeksi HAV di jumpai pada kelompok sosial tertentu dan
didaerah tropis insiden puncak yang pernah dilaporkan cenderung terjadi pada
musim hujan. Distribusi geografis saat ini adalah jenis infeksi virus dengan
evolusi yang endemik serta tingginya angka endemisitas dan insidens

Hepatitis A mempunyai korelasi dengan tingkat hygiene dan kondisi sanitasi di


mana populasi yang bersangkutan tinggal sero-prevalensi anti HAV di dunia
terdiri dari :

Pola I :

a. Endemisitas sangat tinggi di jumpai pada daerah berkembang kemiskinan.

b. Ciri khas hampir lebih dari 90% anak-anak sudah terinfeksi Hepatitis A saat
mereka berusia 5 tahun.

c. Standar hygiene sanitasi yang sangat buruk.

d. Adanya Overcrowding.

Pola II :

a. Endemisitas tinggi.

b. Infeksi jarang pada anak-anak usia 5 tahun tetapi dijumpai antibodi antivirus
Hepatitis A pada lebih dari 90% anak usia 10 tahun.

c. Angka diatas hanya mewakili sebagian kecil dari jumlah infeksi sebenarnya
mengingat besarnya proforsi infeksi asistomatik pada usia lebih muda dan
buruknya sistem pelayanan

Pola III :

a. Endemisitas sedang.
b. Angka Kohort bermakna pada anak-anak usia lebih besar dari remaja.

c. Angka prevalensi 90% belum tercapai sampai usia dewasa muda.

d. Ciri lain bila standard hygiene membaik maka angka Morbiditas Hepatitis A
meningkat karena sebagian besar infeksi terjadi saat menjelang dewasa.

Pola IV :

a. Endemisitas rendah.

b. Angka insiden yang dialporkan bervariasi antara 5 – 15 kasus per 100.000


per tahun.

c. Prevalensi antibodi anti HAV mencapai 10% pada usia 15 tahun dan
meningkat sampai 70% per usia dewasa.

Pola V :

a. Endemisitas sangat rendah.

b. Angka insidensi kurang dari 5 per 100.000 per tahun.

c. Bila terjadi wabah biasanya hanya terjadi ekslusif pada orang dewasa dan
terpapar saat bepergian ke daerah endemis tinggi.

2. Insiden Menurut Usia.

Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap infeksi HAV, insiden
terbanyak adalah pada kelompok dewasa dan anak-anak dan yang paling rentan
adalah kelompok dewasa muda, sebagai contoh di Eropa Utara dan Amerika
Utara sebagian kasus terjadi pada orang dewasa dan orang tua dengan keadaan
kesehatan lingkungan yang baik oleh karena memang belum pernah terpajan
virus Hepatitis A sehingga mereka tidak mempunyai antibodi HAV. Oleh
karenanya mereka menjadi rentan terhadap penyakit Hepatitis A. Penyakit
prevalensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi pada daerah
dengan kehidupan dibawah standar hygiene sanitasi yang buruk dimana lebih
dari 75% dari anak dari berbagai benua seperti Asia, Afrika, India dan Amerika
Selatan sudah memiliki antibodi anti HAV pada usia 5 tahun 1987 dan menurut
Prince tahun 1985 sebagian besar infeksi HAV didapat pada usia awal
kehidupan dan kebanyakan asimtomatik atau setidaknya bersifat an-ikterik
begitu juga terjadi di Indonesia bahwa pada usia muda gejala dan keluhan tidak

nyata. Di Irian Jaya di laporkan anak-anak kurang dari 5 tahun hampir semua
sudah terkena infeksi Hepatitis A.

3. Gambaran Hepatitis A.

a. Etiologi.

Disebutkan virus Hepatitis A (HAV) termasuk golongan Picornavirus dan


digolongkan Hepatovirus.

b. Gejala.

1) Demam mendadak.

2) Badan lemas.

3) Perut mual dan muntah.

4) Nyeri ulu hati.

5) Nafsu makan menurun

6) Urine warna gelap.

7) Faeces berubah warna

c. Cara Penularan.

Hepatitis A ditularkan dari orang ke orang melalui faecal oral, kuman


mengkontaminasi makanan dan minuman dan agent penyebab terdapat pada
faeces, dengan jumlah terbanyak di temukan satu atau dua minggu sebelum
gejala penyakit mulai terlihat dan sebagai reservoirnya biasanya manusia.

d. Masa Inkubasi.

Masuknya kuman sampai timbul gejala penyakit biasanya 15 – 50

hari atau rata-rata 28-30 hari dan kebanyakan kasus tidak infeksi lagi

seminggu setelah itu berlangsung 6 bulan.

e. Diagnosis.
Diagnosis di tegakkan dengan adanya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A
pada serum yang akut dan juga berdasarkan gejala klinis saat itu.

f. Penyakit Hepatitis.

Penyakit hepatitis adalah semua penderita dengan gejala satu atau lebih seperti
perubahan warna air kencing / urine (warnanya seperti air teh), demam, mual,
muntah, mata dan kulit kuning serta nyeri ulu hati atau nyeri perut. Serangan
ikterus biasanya dimulai pada masa prodromal kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3
minggu, saat pasien merasa tidak enak badan kemudian ada gejala digestif
terutama anoreksia dan nausea dan juga ada panas badan, lalu ada nyeri di
abdomen kanan atas, yang bertambah di tiap goncangan badan, nafsu makan
dan minum menurun dan perasaan tidak enak, pada badan waktu menjelang

malam sehingga pasien merasa sengsara, juga disertai sakit kepala yang hebat
dan masa prodromal diikuti warna urine berwarna gelap dan warna tinja
menjadi pucat dan keadaan demikian menandakan timbulnya ikterus kolestasis
yang berkepanjangan atau kadangkadang ikterus yang lama adalah jenis
kolestatiknya akut, ikterus timbul dan makin parah, akan tetapi dalam 3
minggu, pasien merasa gatal. Terus bertambah sampai 8-29 minggu, sebelum
timbul penyembuhan keadaan demikian terutama perkembangan dengan
Hepatitis A. 4

g. Fungsi Hati.

Hati merupakan organ terbesar dalam filsafat manusia di dalam hati terdapat
proses terpenting bagi kehidupan manusia yaitu proses penyimpanan energi,
pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol dan
penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita sehingga dapat kita
bayangkan bila terjadi kerusakan hati atau sakit hati.

h. Beberapa Penyakit Hati

1). Penyakit hati karena infeksi (misalnya Hepatitis virus) yaitu

ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

virus dan oleh lingkungan yang kotor.

2). Penyakit hati karena racun (misalnya karena alkohol bersifat


toksik terhadap hati, adanya penimbunan obat pada hati serta

gangguan metabolisme dapat menyebabkan sakit hati).

3). Genetik atau keturunan (Hemochromatosis).

4). Gangguan immun (misalnya Hepatitis autoimun), penyakit ini

merupakan perlawanan terhadap jaringan itu sendiri dan biasanya

yang dilawan adalah sel-sel hati sendiri.

5). Kanker, kanker hati bisa disebabkan oleh senyawa karsino

genetik diantaranya Alfatoxin dan virus.

i. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hepatitis.

1). Enzym GOT, GPT.

2). Penanda Hepatitis A (Anti HAV IgM).

3). Penanda Hepatitis B (HbsAg, Anti HBc IgM).

4). Penanda Hepatitis C (Anti HVC, HCU RNH).

5). Penanda Hepatitis E (Anti HEV IgM).

j. Usaha Pencegahan Penyakit Hati/Liver.

1). Diet seimbang pada saat tertentu diperlukan rendah protein.

2). Banyak makan sayur dan buah-buahan.

3). Menjalankan pola hidup yang teratur.

4). Biasakan pola hidup lingkungan sehat.

5). Kurangi minuman beralkohol.

6). Jaga kebersihan diri dan lingkungan.

7). Hindari penularan melalui makanan dan minuman. 5

k. Kewaspadaan Diri.

Menghindari kontak dengan penderita Hepatitis dan bila terjadi kontak biasakan
cara hygiene dan desinfektan akan bisa menghindari penularan penyakit
hepatitis walau virus Hepatitis tidak bisa dibasmi dengan antibiotik, hindari
kebiasaan makan bersama dalam satu wadah karena beberapa penyakit hepatitis
bisa menular lewat wadah seperti piring dan sendok makan

l. Tips Mencegah Hepatitis.

Senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan melalui makanan dan


minuman yang terkontaminasi, suntikan, tatto, tusukan jarum yang
terkontaminasi kegiatan seksual dan lain-lain, pemeriksaan darah donor
terhadap Hepatitis virus serta program vaksinasi hepatitis B.

2.4 Kasus penyakit hepatitis A di NTT

1. Tahun 2012

Pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus hepatitis A.

2. Tahun 2014

Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C,
D atau E. Hepatitis dapat menimbulkan gejala demam,lesu, hilang nafsu makan,
mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklatyang kemudian diikuti
dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena tingginya bilirubin
dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa menunjukkan gejala
(asimptomatis). Dari hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa prevalensi hepatitis di
Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2013 yang sebesar 4,3 % menempati urutan
teratas di antara semua provinsi di Indonesia dan hampir 4 kali prevalensi nasional
yang sebesar 1,2 %.

Karakteristik Responden yang didiagnosis Hepatitis di Nusa Tenggara Timur,


Riskesdas 2013

Karakteristik Responden Hepatitis A

Kelompok umur (tahun)

1-4 16,6

5-14 18,5

15-24 24,4
25-34 33,3

35-44 35,1

45-54 5,6

55-64 32,4

65-74 63,8

≥75 49,2

Jenis Kelamin

Laki – laki 23,7

Perempuan 32,5

Pendidikan

Tidak sekolah 80,4

Tidak tamat SD 10,2

Tamat SD 28,5

Tamat SMP 22,0

Tamat SMA 29,5

Tamat D1/D2/D3/PT 28,1

Pekerjaan

Tidak bekerja 32,5

Pegawai -

Wiraswasta 45,0

Petani/Nelayan/Buruh 27,7

Lainnya 87,0

Tempat tinggal

Perkotaan 45,3

Pedesaan 24,5
Berdasarkan Karakteristik responden yang didiagnosis hepatitis memperlihatkan
bahwa hepatitis A cenderung tinggi infeksinya pada dua kelompok umur tertua (65-
74 dan >75 tahun), hepatitis A lebih banyak pada perempuan. Adapun karakteristik
pendidikan memperlihatkan bahwa hepatitis A terbanyak pada kelompook
pendidikan tidak sekolah. Pekerjaan penderita hepatitis A mendominasi pada
kelompok pekerjaan “lainnya”

Penyakit hepatitis disebabkan virus hepatitis yang menyerang hati. Kasus Hepatitis
ini baru masuk dalam pelaporan di Profil, dan dari hasil pengumpulan data profil
kesehatan Kabupaten/Kota yang melaporkan hanya Kabupaten TTU,dengann
jumlah kasus 1.922 orang.

3. Tahun 2015

Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C,
D atau E. Hepatitis dapat menimbulkan gejala demam, lesu, hilang nafsu makan,
mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklatyang kemudian diikuti
dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena tingginya bilirubin
dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa menunjukkan gejala
(asimptomatis).

Hasil Riskesdas tahun 2013, di antara 4 jenis hepatitis yang dikenal, jenis
hepatitis yang terbanyak penderitanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
hepatitis B (29,6 %) lalu disusul oleh hepatitis A (27,9 %) sedangkan hepatitis C
dan hepatitis lainnya sangat kecil proporsinya dan bahkan kedua jenis hepatitis
terakhir ini hanya ditemukan di 1 atau 2 kabupaten/kota saja. Kabupaten/kota yang
tertinggi proporsi hepatitis B adalah Sabu Raijua (100 %) dan hanya jenis hepatitis
tersebut yang ditemukan di kabupaten itu. Adapun proporsi hepatitis A yang
tertinggi adalah di Manggarai (74,6 %)

4. Tahun 2016
Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C,
D atau E. Hepatitis dapat menimbulkan gejala demam, lesu, hilang nafsu makan,
mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklatyang kemudian diikuti
dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena tingginya bilirubin
dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa menunjukkan gejala
(asimptomatis). Hasil Riskesdas tahun 2013, di antara 4 jenis hepatitis yang dikenal,
jenis hepatitis yang terbanyak penderitanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur
adalah hepatitis B (29,6 %) lalu disusul oleh hepatitis A (27,9 %) sedangkan
hepatitis C dan hepatitis lainnya sangat kecil proporsinyadan bahkan kedua jenis
hepatitis terakhir ini hanya ditemukan di 1 atau 2 kabupaten/kota saja.
Kabupaten/kota yang tertinggi proporsi hepatitis B adalah Sabu Raijua (100 %) dan
hanya jenis hepatitis tersebut yang ditemukan di kabupaten itu. Adapun proporsi
hepatitis A yang tertinggi adalah di Manggarai (74,6 %).

5. Tahun 2017

Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A,
B, C, D atau E. Hepatitis dapat menimbulkan gejala demam, lesu, hilang nafsu
makan, mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklatyang kemudian
diikuti dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena tingginya
bilirubin dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa menunjukkan gejala
(asimptomatis).

Hasil Riskesdas tahun 2013, di antara 4 jenis hepatitis yang dikenal, jenis
hepatitis yang terbanyak penderitanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
hepatitis B (29,6 %) lalu disusul oleh hepatitis A (27,9 %) sedangkan hepatitis C
dan hepatitis lainnya sangat kecil proporsinya dan bahkan kedua jenis hepatitis
terakhir ini hanya ditemukan di 1 atau 2 kabupaten/kota saja. Kabupaten/kota yang
tertinggi proporsi hepatitis B adalah Sabu Raijua (100 %) dan hanya jenis hepatitis
tersebut yang ditemukan di kabupaten itu. Adapun proporsi hepatitis A yang
tertinggi adalah di Manggarai (74,6 %)

2.5 Pengobatan.
1. Kasus KLB yang terjadi di Pacitan.

Mewabahnya virus hepatitis A yang menyerang ratusan warga di Kabupaten


Pacitan, Jawa Timur mulai diketahui sejak awal juli lalu. Semakin waktu berlalu
penderita Hepatitis A bertambah menjadi 824 warga.

Awal mula diketahui dugaan virus hepatitis A berdasarkan laporan dari puskesmas
kecamatan sudimoro, ketika merawat 4 pasien dengan ciri-ciri hepatitis A pada 14
juni. Maka dilakukanlah pemantauan oleh para petugas kesehatan.

beberapa hari kemudian kecamatan ngadirojo dan kecamatan tulakan pun mulai
terjangkit. Melihat kejadian tersebut para petugas kesehatan mengambil sampel
darah dan mengirimnya ke BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit) guna memastikan jenis virus tersebut adalah hepatitis
atau bukan. Setelah diperiksa dipastikan bahwa virus tersebut merupakan virus
hepatitis A.

Dari laporan perkembangan jumlah pasien tersebut dibuatlah laporan resmi yang
disampaikan oleh kepala dinas kesehatan kepada bapak bupati. Bupati menetapkan
kasus tersebut menjadi KLB (Kejadian Luar BIasa). Kemudian langsung dilakukan
pemantauan dan upaya- upaya penanggulangan intensif kepada puskesmas yang
banyak merawat pasien hepatitis A. Wabah penyakit Hepatitis A semakin merebak.
Terhitung pada tanggal 20 juni puskesmas Sudimoro merawat lebih dari 200 pasien
yang menderita hepatitis A. Dan pada tanggal 24 juni tercatat ada 513 orang
menderita Hepatitis A. Kecamatan yang teridentifikasi menjadi sebaran virus
Hepatitis A, yaitu Kecamatan sudimoro, Ngadirojo, Tulakan, Tegalombo, Arjosari
dan Kebonangun Pacitan. TOtal penderita hepatitis A yang dilaporkan ke Dinkes
Pacitan pada tanggal 27 Juni sebanyak 824 penderita. Jumlah itu mencangkup data
penderita yang sedang dan sudah dirawat di puskesmas dan juga rumah sakit. Dan
pada tanggal 30 Juni penderita hepatitis A menjadi 877 penderita.

2. Gejala

Penyakit Hepatitis A merupakan peradangan organ hati yang disebabkan oleh


infeksi virus, bakteri dan parasit. Parahnya, penyakit ini dapat menular dengan
sangat mudah melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus. Makanan
yang tidak dimasak dengan baik, pencemaran air buruk, sanitasi yang buruk dan
tingkat kebersihan yang rendah menjadi jalan masuk bagi virus penyakit ini untuk
menyerang tubuh.

Adapun gejala awal yang bisa terlihat dari pengidap Hepatitis A adalah:

1) Mata dan kulit menguning.

2) Warna feses yang pucat seperti dempul.

3) Warna air seni gelap.

4) Gatal pada seluruh tubuh.

5) Mengalami gejala seperti penyakit flu.

6) Mudah lelah.

7) Hilang nafsu makan.

8) Muntah-muntah.

9) Demam ringan.

10) Nyeri di bagian perut.

Karena gejala penyakit Hepatitis A tidak spesifik, sangat sulit untuk mengetahui
apakah seseorang menderitanya atau tidak. Oleh karena itu, paling umum dilakukan
adalah melakukan tes darah untuk memastikannya. Penyakit Hepatitis A dapat
menular jika meminum atau memakan makanan yang terkontaminasi virus,
menjenguk pasien atau tinggal didaerah yang terdapat banyak penderita, melakukan
hungan seksual dengan penderita, dan tinggal serumah dengan penderita Hepatitis
A.

. Pengobatan

Pengobatan yang bisa dilakukan ialah menjaga tubuh untuk tidak terkontaminasi
penyakit tersebut, karena penyakit Hepatitis A sebenarnya akan sembuh dengan
sendirinya.

Sebab sistem kekebalan tubuh penderita yang mampu membasmi virus dalam
tubuh. Biasanya penyakit ini akan sembuh dalam jangka waktu dua hingga enam
bulan tanpa kerusakan permanen.

Meski begitu, jangan anggap enteng penyakit ini. Infeksi Hepatitis A tidak
menyebabkan penyakit liver jangka panjang (kronis) dan jarang berakibat fatal.
Namun, penyakit ini berpotensi menyebabkan gagal hati, terutama pada lansia dan
orang yang sudah menderita penyakit liver kronis sebelumnya.

4. Pencegahan

Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal adalah


pencegahan terbaik yang bisa dilakukan bukan hanya untuk mencegah penyakit
Hepatitis A, namun beragam penyakit lainnya. Selalu cuci tangan dengan sabun dan
air setelah menggunakan kamar mandi, sebelum dan sesudah makan serta setelah
mengganti popok bayi juga wajib hukumnya. dianjurkan memilih makanan yang
memiliki kadar kalori tinggi seperti jus, dan menghindari mengonsumsi makanan
mentah atau setengah matang.s

Selain itu, jangan meminum alkohol karena itu akan membebani proses kerja hati.
Mendapatkan vaksinasi juga merupakan solusi jika bepergian ke luar daerah atau
luar negeri.

Adapun, orang yang melakukan kontak berdekatan dengan penderita dan belum
pernah divaksin sebelumnya, harus diberikan immune serum globulin oleh dokter
dalam jangka waktu 2 minggu setelah terpapar.

2.6 Program Pengendalian

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1501/Menkes/Per/X/2010


tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulanganya dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 53 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Hepatitis Virus disebutkan bahwa penanggulangan
KLB/wabah hepatitis A dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu :

1. Penyelidikan epidemiologi dan surveilans.

Penyelidikan epidemiologi dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab KLB


sehingga dapat memutus mata rantai penularan dengan cepat, mengurangi
terjadinya kasus dan mencegah penyebaran ke daerah lain. Selain itu, penguatan
surveilans dilakukan secara sistematis dan terus menerus untuk mengetahui
perkembangan penyakit. Salah satu contoh yang sudah dilakukan di Kabupaten
Pacitan adalah didirikannya posko hingga dua kali masa inkubasi untuk mengamati
perkembangan penyakit.

2. Penatalaksanaan penderita

meliputi penemuan kasus, pemeriksaan, pengobatan dan perawatan.


Penatalaksanaan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
puskesmas. Bagi pasien yang sudah diizinkan pulang dari fasilitas pelayanan
kesehatan harus dilakukan pengecekan berkala supaya tidak menularkan ke anggota
keluarga.

3. Pencegahan dan pengebalan.

Tindakan ini dilakukan terhadap orang yang memiliki risiko terkena penyakit.
Pencegahan dan pengebalan yang cukup efektif dilakukan dengan cara pemberian
vaksin. Vaksinasi hepatitis A mampu memberikan perlindungan selama 5-10 tahun.
Vaksinasi dilakukan dua minggu sebelum berkunjung ke daerah KLB

4. Pemusnahan penyebab penyakit.

Pemusnahan penyebab penyakit hepatitis A yaitu dengan pemberian klorin untuk


pengelolaan air bersih. Pemusnahan penyebab penyakit termasuk dalam
pengendalian faktor risiko. Pengendalian faktor risiko juga dapat dilakukan melalui
mencuci tangan menggunakan sabun, pengolahan makanan dengan benar,
menyimpan makanan di suhu yang aman dan sesuai serta menggunakan air bersih

5. Penyuluhan kepada masyarakat melalui promosi kesehatan.

Promosi kesehatan proakif dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menekan kasus
dengan cara sosialisasi dan intervensi perubahan perilaku. Promosi kesehatan
bertujuan memberikan pemahaman tentang penyakit dan faktor risiko serta PHBS di
rumah tangga. Selain promosi kesehatan, partisipasi masyarakat diperlukan sebagai
agen perubahan dalam mencegah terjadinya KLB. Partisipasi masyarakat meliputi
berperan aktif dalam penemuan suspek kasus serta memelihara kesehatan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai