Anda di halaman 1dari 5

Resume Buku Api Sejarah I Karya Ahmad Mansur Suryanegara

Posted by Muhammad Joe Sekigawa on December 14, 2011 · 7 Comments 

Bismillahirrohmaanirrohiim,,,

Resume buku ini dibuat dalam rangka Akreditasi AB I menuju AB II di Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) daerah Kota Bandung.

Judul Buku      : Api Sejarah Jilid I

Pengarang       : Ahmad Mansur Suryanegara

Tahun Terbit   : Cetakan I, Juli 2009

Penerbit            : PT. Salamadani Pustaka Semesta, Bandung

*****

PERHATIAN TERHADAP SEJARAH ISLAM

 Sirah paling terkenal adalah Sirah Ibnu Hisyam (Abu Muhammad Abdul Malik) yang
merupakan ringkasan dari Al Maghazzi dan As Siyar karangan Muhammad bin Ishaq (152
H).
 Dalam pelajaran sejarah di sekolah, kita dapatkan sejarah Islam masuk ke Indonesia adalah
pada masa abad ke-13, namun menurut K.R.H. Abdullah bin Nuh adalah pada abad ke-7
masehi dalam Sejarah islam di Jawa Barat hingga Zaman Keemasan Banten. Hubungan
pedagang Indonesia dengan pedagang Arab, asimilasi kepercayaan dan budaya, membangun
kekuatan politik Islam.
 Istilah Nasional dimasyarakatkan oleh Centraal Sjarikat Islam dalam National Congres
Centraal Sjarikat Islam Pertama di Bandung 1916, namun yang dianggap paling nasionalis
adalah Soekarno dalam PNI nya? Hari lahir KH Achmad Dahlan tak digunakan sebagai hari
Pendidikan karena telah ada Muhammadiyah 1912, malah Ki Hajar Dewantoro dengan
Taman Siswo-nya 1922 yang pada awalnya merupakan perkumpulan Kebatinan Seloso
Kliwon. Tanggal berdiri Budi Utomo dijadikan Hari Kebangkitan Nasional padahal sampai
pada kongres Budi Utomo 1928, menurut AK Pringgodigdo dalam Sedjarah Pergerakan
Rakjat Indonesia, Budi Utomo tetap menolak pelaksanaan cita-cita persatuan Indonesia.
 Serikat Islam, NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Persatuan Ulama, Masyumi, kemana?
 Tanpa mengetahui latar sejarahnya, generasi muda tak mampu menentukan arah juang dan
semangat untuk berjihad. Generasi modern menjadi terjangkit penyakit Wahn, Cinta Dunia
dan Takut Mati.
 Q.S Al Hasyr: 18: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
perhatikanlah sejarahmu untuk hari esokmu. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Dia
Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

PENGARUH KEBANGKITAN ISLAM DI INDONESIA

 Penamaan berbagai tempat dan selat dengan bahasa Arab, karena sudah sejak lama Islam
telah banyak melahirkan cendikiawan muslim jauh sebelum Barat tampil sebagai imperialis.
 Adapun sistem pendidikan umat Islam disebut dengan madrasah. Karenanya dulu ada
Madrasah Qurtubah di Kordoba Spanyol, Madrasah Al Azhar di Mesir, Madrasah
Nizhimiyah.
 Persinggungan yang kuat dengan Islam, maka sampai muncullah kekuatan politik Islam
seperti: Leran Gresik, Samodra Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Cirebon, Banten, Jayakarta,
Sumedang, Pontianak, Ternate, Tidore, Ambon, Malaka, Brunei, dll

AWAL MASUK PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI NUSANTARA INDONESIA

 Teori Gujarat dari Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje (Orientalis Belanda). Katanya tidak
mungkin Islam masuk tanpa melalui ajaran tasawuf di India, dan daerah yang pertama
dimasuki adalah Kesultanan Samodra Pasai pd abad ke-13. Dr. Snouck tak mampu
membedakan kapan Islam masuk dan kapan Islam berkembang, kemudian mahzab apa?
Sungguh sangat lemah pendapatnya ini.
 Teori Makkah menurut Prof. Dr. Buya Hamka (Medan, 1963), didasarkan pada berita Cina
Dinasti Tang, telah ada hunian bangsa Arab Islam di pantai Barat Sumatera pada abad ke-7
Masehi.
 Teori Persia dari Prof. Dr. Abubakar Atjeh yang ikut pandangan Dr. Hoesein Djajaningrat
menuturkan Islam berasal dari Persia dan bermahzab Syi’ah. Didasarkan pada sistem
baca/sistem eja membaca huruf Al Qur’an: Fat-hah = Jabar, Kasroh = Je-er, Dhommah = Py-
es
 Teori Cina dari Prof. Dr. Slamet Muljana (1968), mengatakan bahwa Sultan Demak adalah
peranakan Cina, dan bahkan Wali Songo juga merupakan peranakan Cina. Didasarkan pada
Knonik Klenteng Sam Po Kong yang menyebutkan Sultan Demak Penembahan Fatah dg
Panembahan Jin Bun, Sultan Trenggana dg Tung Ka Lo, Sunan Ampel dg Bong Swi Hoo,
dan Sunan Gunung Jati dg Toh A Bo.
 Teori Maritim menurut N.A Baloch sejarawan Pakistan. Disebutkan bahwa Umat Islam telah
memiliki navigator/mualim dan wirausaha muslim yang dinamik dalam penguasaan maritim
dan pasar. Karenanya melalui aktivitas tersebut ajaran Islam mulai diperkenalkan di
sepanjang laut niaga di pantai-panti tempat persinggahannya pada masa abad ke 1 Hijriah/7
Masehi.

PERAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM MELAWAN IMPERIALISME BARAT

 Wirausahawan muslim yang datang ke Indonesia tidak hanyasebatas bertindak sebagai pelaku
pasar semata, namun juga pengaruh pasar juga mengakumulasi kebutuhan ekonominya dan
dari pasar tumbuh kebutuhan lain, yakni pendidikan generasi muda dan pesantren maka
lahirlah komunitas baru di tengah masyarakat Nusantara Indonesia yang antara lain:
1)Wirausahawan dari pasar dan Bandar pelabuhan; 2)Ulama dari pesantren dan masjid serta
pasar; 3)Santri dari masyarakat, putra sultan dan putra wirausahawan; 4)Perkembangan
berikutnya komunitas ini, menuntut dibentuknya pemerintahan atau kekuasaaan politik Islam
atau Khilafah.
 Pada abad ke-9 Masehi telah terbentuk kekuasaan politik Islam di Aceh. Abad ke-11 Masehi
telah berdiri pula kekuasaan politik Islam di Leran Gresik, Jawa Timur, yang dibangun oleh
Fatimah Hibatoellah binti Maimoen jauh sebelum Keradjaan Hindoe Madjapahit dibangun di
Trowulan Mojokerto, Jawa Timur 1294 Masehi.
 Perlawanan kekuasaan politik Islam terhadap Barat adalah karena imperialisme mereka yang
hendak menjadikan rakyat Indonesia sebagai budak di tanah sendiri.
 Muncul berbagai perlawanan kekuasaan politik Islam seperti Kesultanan Demak dan
Kesultanan Aceh untuk merebut kembali Malaka, 1512 Masehi yang telah direbut oleh
Imperialis Katolik Portoegis, Albuquerque 1511 Masehi. Kesultanan Cirebon oleh Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati 1527 Masehi, Kesultanan Banten/Mataram oleh Sultan
Agung 1613-1645 Masehi, Sultan Hasanuddin Makasar 1653-1669 Masehi, Pangeran
Diponegoro 1825-1830 Masehi, Imam Bonjol Sumatera Barat 1821-1837 Masehi, Si
Singamangaradja XII 1872-1907 Masehi.
 Memasuki abad ke-20, 1900-1939 Masehi muncullah beberapa -Isme yang timbul pada masa
kebangkitan kesadaran nasional Indonesia yang dipelopori oleh Nasionalisme Islam diikuti
oleh –Isme kontranya: 1)ISLAMISME (memelopori bangkitnya kesadaran nasionalisme
Islam seperti Djamiatoel Choir, Al-Irsjad, Sjarikat Dagang Islam, Sjarikat Islam, Persjarikatan
Moehammadijah, Persjarikatan Oelama, Matla’oel Anwar, Nahdlatoel Oelama, Nahdlatul
Wathan, Persatoean Moeslimin Indonesia dan Persatuan Islam; 2)DJAWANISME,
TRADISIONALISME, KESOENDENISME (Boedi Oetomo, Serikat Prijaji, Igama Djawa
Pasoendan, Seloso Kliwon-Taman Siswa; 3)KOMUNISME (Ide komunis internasional yaitu
Perserikatan Kommunist di India (PKI) diikuti ide komunis nasional; 4)MARHAENISME
(Perserikatan Nasional Indonesia/PNI); dan 5)KEBANGSAAN SEKULER (Partai Indonesia
Radja/Parindra, Gerakan Rakjat Indonesia/Gerindo)

PERAN ULAMA DALAM GERAKAN KEBANGKITAN KESADARAN NASIONAL

 Kondisi penjajahan dan penindasan yang telah dilakukan oleh Barat melahirkan pemahaman
bagi rakyat Indonesia bahwa Islam identik dengan kebangsaan atau Nasionalisme, sedangkan
imperialisme atau penjajahan itu identik dengan kristenisasi. Oleh karena itu, Islam menjadi
Simbol Nasionalisme Bangsa Indonesia pada saat itu.
 Sampai awal abad ke-20, masyarakat Indonesia hanya menganal huruf Arab Al Qur’an, huruf
Arab Melayu, atau huruf daerah. Hal ini menunjukkan sebegitu kuatnya dampak pengaruh
Ulama dan Pesantren sebagai lembaga pencerdas bangsa.
 Menurut Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo dalam Pemberontakan Petani Banten 1888.
Disebutkan di pulau Jawa terdapat sekitar 300 pesantren, kemudian kemasyuran dan daya
tarik nasional yang melekat pada sebuah pesantren, sangat bergantung kepada reputasi
gurunya. Ajaran pesantren telah meniadakan rasa etnoregional dan menjadikan Islam sebagai
simbol gerakan nasional. Dengan kata lain, pengaruh ajaran ulama mengubah jiwa sukuisme
atau rasisme menjadi nasionalisme.
 Sjarikat Dagang Islam oleh para sejarawan Orde Lama dianggap sebagai pelopor Kebangkitan
kembali kesadaran Nasional Indonesia
 Hadji Samanhoedi (1868-1956) melalui Sjarikat Dagang Islam nya telah berhasil membangun
pondasi yang kokoh untuk menjawab tantangan zamannya, hal ini karena suatu perubahan
politik terjadi disebabkan pengaruh pasar. Hal demikian sekaligus merupakan pengulangan
kembali sejarah, dimana keberhasilan Islam masuk ke Nusantara dan cepatnya proses
perkembangannya karena penguasaan pasar dan pemasarannya.
 Realitas sejarah tentang adanya eksistensi kekuasaan politik Islam di Nusantara semenjak
abad ke-9 hingga 20 Masehi digunakan oleh para ulama dan santri untuk menyadarkan
kembali kebangkitan politik umat Islam Indonesia. Hal ini dilakukan melalui pembantukan
organisasi modern sebagai wahana mobilitas dan mendinamikakan semangat juang umat
Islam Indonesia.
 Organisasi Modern tersebut diantaranya Hadji Samanhoedi dengan Sjarikat Dagang Islam
(SDI) 1905; Oemar Said Tjokroaminoto dengan Sjarikat Islam 1912 yang sebelumnya telah
berdiri di Surakarta pada 1906; Sajid Al Fachir bin Abdurrahman Al Masjhoer mencerdaskan
umat melalui Djamiat Choir 1905; K.H. Achmad Dahlan dengan Persjarikatan
Moehammadijah 1912; K.H. Abdoel Halim dengan Persjarikatan Oelama 1915; K.H.M. Jasin
dengan Mathla’ul Anwar; Moehammad Joenoes bersama Hadji Zamzam dengan Persatoean
Islam 1923; K.H. Hasjim Asj’ari dengan Nahdlatul Oelama 1926 dan masih banyak lagi.
 Rapat Akbar Sjarikat Islam di Surabaya 1913 menghasilkan keputusan didirikannya Centraal
Sjarikat Islam (CSI) di Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung sebagai organisasi politik dengan
tuntutan politiknya adalah dengan mendirikan Pemerintaha sendiri atau Indonesia Merdeka.
 Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Hadjie Agoes Salim, Abdoel Moeis, dan Wignjadisastra
memelopori istilah Nasional melalui National Congres Centraal Sjarikat Islam Pertama – 1e
Natico di Gedung Concordia atau Gedung Merdeka Bandung 1916
 National Congres Centraal Sjarikat Islam Pertama (1e Natico) di Bandung dihadiri oleh 80
Sjarikat Islam local dengan anggota 860.000 orang. National Congres Centraal Sjarikat Islam
Kedua (2e Natico) di Jakarta dihadiri oleh 71 Sjarikat Islam local dengan anggota 825.000
orang. National Congres Centraal Sjarikat Islam Ketiga (3e Natico) di Surabaya dihadiri oleh
87 Sjarikat Islam local dengan anggota 450.000 orang. National Congres Centraal Sjarikat
Islam Keempat (4e Natico) di Surabaya dihadiri oleh 83 Sjarikat Islam local dengan anggota
2.500.000 orang.
 National Congres Centraal Sjarikat Islam di Madiun 1923 menghasilkan keputusan
pemberlakuan Disiplin Partai dan perubahan Sjarikat Islam menjadi Partai Sjarikat Islam.
Dengan demikian Sjarikat Islam menjadi pelopor pertama pendirian Partai Politik dari
kalangan Pribumi disusul oleh PKI 1924 dan PNI 1928.
 Antara 1905 sampai 1928 di Pulau Jawa dan Sumatera telah berdiri beberapa organisasi yang
benar-benar berakar di tengah masyarakat antara lain:

1. Sjarikat Dagang Islam pimpinan Hadji Samanhoedi 1905 dan Sjarikat Islam 1906 kemudian
pimpinannya diserahkan  kepada Oemar Said Tjokroaminoto di Surabaya pada tahun 1912.
2. Persjarikatan Moehammadijah pimpinan Kiai Hadji Achmad Dahlan di Yogyakarta pada
1912
3. Hajatoel Qoeloeb pada 1915 yang kemudian berubah nama menjadi Persjarikatan Oelama
pimpinan Kiai Hadji Abdoelhalim di Majalengka 1917
4. Djamiah Nahdlatul Wathon pimpinan Wahab Chasboellah dan Mas Mansoer di Surabaya
1916, kemudian menjadi Djami’ah Nahdlatul Oelama pimpinan Rois Akbar K.H. Hasjim
Asj’ari pada 1926
5. Matlaoel Anwar pimpinan Hadji Mohammad Jasin di Menes, setelah Nahdlatul Oelama
berdiri 1926, namanya berubah menjadi Matlaoel Anwar Lil Nahdlatul Oelama
6. Persatoean Islam pimpinan Hadji Mohammad Joenoes dan Hajdi Zamzam pada 1923 di
Bandung. Kelanjutannya A. Hassan dikenal sebagai Guru Utama Persatuan Islam
7. Jong Islamieten Bond 1925 pimpinan R. Samsoeridjal dan pemimpin pemogokan buruh dari
Centraal Sjarikat Islam

Perlu diperhatikan bahwa kesemua organisasi tersebut telah ada jauh sebelum adanya Soempah
Pemoeda 1928.

 Untuk mengatasi keluasan keretakan perbedaan masalah Fiqh furu dan khilafiah, maka pada
September 1937 diadakan Syuro di mushola Pontren Kebondalem Surabaya antara lain K.H.
Mas Mansoer (Persjarikatan Moehammadijah); K.H. Hasjim Asj’ari dan K.H. Wahab
Chasboellah (Nahdlatul Oelama); W. Wondoamiseno (Partai Sjarikat Islam Indonesia); dan
K.H. Achmad Dachlan (Pontren Kebondalem Surabaya). Dan atas inisiatif dari K.H. Hasjim
Asj’ari dan para ulama serta pimpinan Partai Sjarikat Islam Indonesia tersebut, terbentuklah
Organisasi Madjlis Islam A’laa Indonesia (M.I.A.I) pada 21 September 1937.
 Adapun anggota Madjlis Islam A’laa Indonesia  (M.I.A.I) antara lain:

1. Persjarikatan Moehammadijah
2. Al Irsjad
3. Partai Sarekat Islam Indonesia
4. Al Islam (Solo)
5. Al Choiriyah (Surabaya)
6. Madjelis Oelama Indonesia (Toli-toli)
7. Persatoean Moeslimin (Minahasa)
8. Persatoean Poetra Borneo (Surabaya)
9. Persjarikatan Oelama Indonesia (Majalengka)
10. Al Hidajatoel Islamijah (Banyuwangi)

Dan bertambah setelah mengadakan Kongres Al Islam Indonesia I di Surakarta 1939 yaitu:

1. Nahdlatul Oelama (N.O)


2. Persatuan Islam (Persis)
3. Partai Islam Indonesia (P.I.I)
4. Partai Arab Indonesia (P.A.I)
5. Jong Islamiaten Bond (J.I.B)
6. Al Ittihadijatoel Islamijah (A.I.I)
7. Persatoean Oelama Seloeroeh Atjeh (P.Oe.S.A)

 Untuk menandingi M.I.A.I dan BAPEPPI (Badan Perantara Partai Politik Indonesia) maka
Parindra (Partai Indonesia Raja) mengadakan pertemuan di Gedoeng Pemoefakatan Batavia
Mei 1939 dan terbentuklah GAPI (Gaboengan Politik Indonesia) dengan Abikoesno
Tjokrosoejoso dari Partai Sjarikat Islam Indonesia terpilih sebagai penulis umum yang berarti
juga Ketua Umum.
 Kongres perdana GAPI pada Desember 1939 di Gang Kanari, Jakarta berani memutuskan
menuntut Indonesia Berparlemen. Tuntutan ini seperti mengulang sejarah seperti yang telah
dilakukan oleh National Congres Centraal Sjarikat Islam di Bandung Juni 1916 yang
menuntut Pemerintahan Sendiri dan Indonesia Berparlemen.
 Dari seluruh paparan di atas, sudah bisa terlihat dengan jelas betapa peran para ulama dan
santri begitu luar biasa atas kemerdekaan bangsa ini dan memperkjuangkan Islam sebagai
dasarnya. Sehingga seorang E.F.E. Douewes Dekker Setiaboedhi menyatakan: Jika tidak
karena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme di
kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.

The End of Book’s Resume

Joko Setiawan aka Muhammad Joe Sekigawa

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung

Selasa malam, 13 Desember 2011 pukul 20.41wib @Kamar Kostan, Dago Pojok, Bdg

Anda mungkin juga menyukai