Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga Laporan “DENGAN KEJANG

DEMAM ANAK SEDERHANA . ini dapat terselesaikan pada waktunya, makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek klinik KeperawatanAnak di ruang rawat

anak RS GRAHA JUANDA .

Laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada

1. Ns. Diah ayuning. W S.Kep Sebagai koordinator klinik KeperawatanAnak,

2. Ns. Imran Sabiul, S.Kep,

3. Rekan–rekan satu kelompok yang telah banyak memberikan dorongan sehingga

terwujud Laporan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan

kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan Laporan

kasus ini lebih lanjut.

Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja

yang membacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai penerus

keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak

satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknya

mengalamikejang demamsepertiinisangattidak di inginkanoleh orang tuamanapun.

Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6 bulan hingga 5

Tahun (ME. Sumijati 2000 ) dengan durasi kejang selama beberapa menit. Namun begitu,

walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi orang tua rasanya sangat mencemaskan,

menakutkan dan terasa berlangsung sangat lama, jauh lebih lama disbanding yang

sebenarnya.

Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering

dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar

2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun.

Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi,

mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan

angka sekitar 7%. (Maeda DKK, 2016)

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% da Amerika Serikat, Amerika Selatan dan

Eropa Barat. Di Asia lebih tinngi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam

komplek.Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang

demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam

komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali

kejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000)


Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga,

campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun bisa

mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan

oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20 %. Apabila kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa

jika kejang tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat

penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari

kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti

resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke belakang

yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.

Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari

cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga

perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta

mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi

aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan

serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.

Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat diturunkan melalui

upaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini mungkin pada anak.

Dan perlu diingat bahwa maslah penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah di

rumah sakit tetapi mencskup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak

tersebut, keluarga, kelompok maupun masyarakat.


B.Tujuan

1.Tujuan umum:

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada anak.

2. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui;

a.       Definisi penyakit kejang demam pada anak.

b.      Etiologi penyakit kejang demam pada anak

c.       Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .

d.      Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.

e.       Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

f.       Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .

g.      Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.


BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38 oC.

Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun

ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai

dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan

dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering

dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang

terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi

serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi

setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)

B. Etiologi Kejang Demam

1. Faktor-faktor prenatal

2. Malformasi otak congenital

3. Faktor genetika

4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)

5. Demam

6. Gangguan metabolisme

7. Trauma

8. Neoplasma, toksin

9. Gangguan sirkulasi
C. Patofisiologi Kejang Demam

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi

CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan

permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui

dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat

perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga

keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang

terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme ,kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri kena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demamkenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %
pada anak 3 thn sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion natriun akibat terjadinya lepas muatan listrik .Lepas
muatan listrik dapat meluas ke seluruh sel maupun ke mebran sel dengan
bantuan “Neurotansmitter”dan terjadi kejang.Kejang demam yang berlansung
(lebih dari 15 menit) biasanya di sertai apnea ,meningkatkan kebutuhan
oksigen dan energi untukkontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia hiperkapnia ,asidosis laktat di sebabkan oleh metabolisme
anerobik,hipotensi artenal disertai denyut jantungyang tidak teraturdan suhu
tubuh mreningkatyang disebabkan makin meningkatnyaaktifitas otot
danmengakibatkan metabolisme otak meningkat .
D. NURSING PATHWAY

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia.

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

perubahan konsentrasi ion

Reaksi inflamasi di ruang ekstraseluler

Resiko Infeksi

Proses demam

Ketidakseimbangan kelainan neurologis

Hipertermia potensial membran perinatal/prenatal

ATP ASE

Resiko kejang berulang

difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan

Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera

Dan diit

Defisitpengetahuan keluarga kurang dari lebih dari 15 menit

15 menit

perubahan suplay

Tidak menimbulkan Darah ke otak

gejala sisa

resiko kerusakan sel

Neuron otak

GangguanPerfusijaringan cerebral

E. TANDA DAN GEJALA KLINIS KEJANG DEMAM


Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis

sebagai berikut :

a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit

b. Kejang umum tonik dan atau klonik

c. Umumnya berhenti sendiri

d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis

sebagai berikut :

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsiapan

c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam

A. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas

perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat

Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)
B. Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial

simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-ecapkan

bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan

gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan

Linda A.Sowden, 2002)

C. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam

1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG

abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya

epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan

EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan

laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber

infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama

pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali

gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang

berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18

bulan.

3. Darah

a.  Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)


b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro

toksik akibat dari pemberian obat.

c.  Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4. Cairan Cerebo Spinal   : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,

pendarahan penyebab kejang.

5.  Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

6. Tansiluminasi    : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka

(di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

G. Penaktalaksanaan Medis

1. Pengobatan

a. Pengobatan fase akut

Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang

diberikan melalui interavena atau indra vectal.

Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).

Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20

menit.

b. Turunkan panas

Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.

Kompres air PAM / Os

c. Mencari dan mengobati penyebab


Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun

demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang

dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang

demam berlangsung lama. 

d. Pengobatan profilaksis

Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan

profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis

intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.

e. Penanganan sportif

1) Bebaskan jalan napas

2) Beri zat asam

3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit

4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahan

a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam

dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.

b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi

Dapat digunakan :

Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis

Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

Diazepam : (indikasi khusus)

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang terjadi karena

peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah

lima tahun.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat

seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam

biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian

kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas

akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan

segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun

jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan

sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini

sehingga kejang demam dapat dicegah sedini mungkin


DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, (2000). KapitaSelektakedokteran. Edisi 3. MedicaAesculpalus, FKUI.


Jakarta

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor; Monica
Ester, Edisi 3. EGC: Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:


Salemba medika.

Maeda, Dkk. Lpkejangdemam. 12 mai 2018. https://www.scribd.com/doc/240209755/LP-


Kejang-Demam

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester.


Edisi: 3. Jakarta: ECG

Hidayat, Azis Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1. Jakarta:


Salemba medika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester.


Edisi: 3. Jakarta: ECG

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, 
alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.
LINK SUMBER
https.//www.academia.edu/36726471/laporan _pendahuluan_kejang demam

Anda mungkin juga menyukai