Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ditinjau dari luasnya negara Indonesia, Indonesia adalah negara yang kaya akan
kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karya Poerwo Darminto,
budaya diartikan dengan “pikiran, akal budi. Sementara “kebudayaan” adalah
hasil kegiatan dan penciptaan akal budi manusia seperti kepercayaan, kesenian,
dan adat istiadat. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jama’ dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Hubungan budaya dengan agama sangat erat kaitannya. Agama dan


kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang
salah mengartikan bahwa agama dan kebuadayaan adalah satu kesatuan yang
utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan
masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi (high tradition) dari pada kebudayaan (low tradition).
Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat. 
Islam adalah agama yang toleran terhadap budaya. Sehingga banyak
kebudayaan yang berpadu padan dengan agama seperti hindu dan budha.
Kebudayaan yang seperti itu biyasanya acara adat istiadat.
NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA

Menurut para ahli kebudayaan merupakan gabungan dari dua kata,


yaitu kata budi dan daya. Budi mengandung kata akal, pikiran. Daya memiliki
makna kesanggupan , tenaga atau kekuatan. Jadi, kebudayaan memiliki makna
kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang dikerjakan dengan
mempergunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki kesempurnaan hidup
(wahyudin., 2009). Indonesia adalah negara yang memiliki kebudayaan yang
beragam namun sebagai negara yang mayoritas muslim kebudayaan-kebudayaan
tersebut pasti tidak lepas dengan nilai-nilai keislaman.

Seperti kesenian wayang yang termasuk kebudayaan Indonesia. Kesenian


wayang di ciptakan oleh Sunan Kalijaga di masa penyebaran islam di Indonesia.
Selain wayang sunan bonang juga menciptakan sebuah lagu jawa, yaitu
dandanggula. Penciptaan kesenian yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga berfungsi
sebagai alat bantu dakwah.

Dalam masalah hak waris, serta adat pernikahan di Indonesia juga terdapat
nilai islam didalamnya. Terdapat juga kebudayaan yang berasal dari percampuran
nilai islam,hindu dan budha. Kebudayaan tersebut adalah tradisi saat ada orang
meninggal. Saat seperti pemandian jenazah, perjalan menuju kubur, pemakaman,
dan pengajian dilakukan dengan nilai nilai islam. Namun, di masyarakat jawa
khususnya terdapat tradisi sajen saat sebelum diadakan nya pengajian. Sajen yang
dimaksud ditujukan kepada arwah yang meninggal guna bisa memakan makanan
yang telah disiapkan. Tradisi sajen tidak memiliki nilai keislaman namun
masyarakat desa khususnya masih melakukan tradisi tersebut baik muslim
maupun non muslim.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:


ِ ْ‫ ُخ ِذ ْال َع ْف َو َو ْأ ُمرْ بِ ْالعُر‬.
)199 :‫ف َوأَ ْع ِرضْ ع َِن ْال َجا ِهلِينَ (األعراف‬
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (tradisi
yang baik), serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”. (QS. al-A’raf
: 199).
Islam juga sangat toleran terhadap tradisi. Dalam hadits lain diterangkan:

ْ َ‫ دًا ِم ْن أ‬R‫ث أَ َح‬


‫ َحابِ ِه فِ ْي‬R ‫ص‬ َ ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا بَ َع‬ َ ‫ع َْن أَبِ ْي ُموْ َسى ْاألَ ْش َع ِريِّ رضي هللا عنه قَا َل َكانَ النَّبِ ُّي‬
َّ ‫صل‬
‫لم‬RRRRRRRR‫ رواه مس‬.»‫روا‬RRRRRRRR‫روا وال تُ َع ِّس‬RRRRRRRR‫ويس‬ ِّ ، ‫ وال تُنَفِّرُوا‬، ‫روا‬RRRRRRRR‫«بش‬ ِّ : ‫ال‬RRRRRRRR
َ َ‫ ق‬، ‫ر ِه‬RRRRRRRR
ِ ‫ْض أَ ْم‬
ِ ‫بَع‬.
“Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Apabila Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengutus seseorang dari sahabatnya tentang suatu urusan,
beliau akan berpesan: “Sampaikanlah kabar gembira, dan jangan membuat
mereka benci (kepada agama). Mudahkanlah dan jangan mempersulit.” (HR.
Muslim [1732]).

Hadits di atas memberikan pesan bahwa Islam itu agama yang memudahkan
umatnya, dan tidak menjadikan orang lain membencinya, memudahkan dan
tidak mempersulit, antara lain dengan menerima sistem dari luar Islam yang
mengajak pada kebaikan. Sebagaimana dimaklumi, suatu masyarakat sangat
berat untuk meninggalkan tradisi yang telah berjalan lama. Menolak tradisi
mereka, berarti mempersulit keislaman mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Wahyuddin, Achmad, M. Ilyas, M. Saifulloh, Z. Muhibbin. 2009. Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo

Anda mungkin juga menyukai