Anda di halaman 1dari 10

Contoh Soal: MK.

STRUKTUR BETON II
SISTEM PELAT DUA ARAH

Suatu sistem lantai dengan balok monolit, dengan kolom persegi (bentuk dan ukuran seperti
tergambar). Peruntukan gedung sebagai kantor. Direncanakan elemen struktur bangunan dari
beton bertulang, menggunakan: mutu beton C-25 dan mutu baja tulangan beton BjTS-30.
Pembebanan (Beban mati dan beban hidup), mengacu pada Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.53.1987) atau Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983 (PPI'1983).
Catatan: hanya terdapat/diperhitungkan beban gravitasi.

4.000

4.000

4.000

6.000 6.000 6.000

Ditanyakan:
Rencanakan sistem lantai struktur gedung bertingkat tersebut, lengkap gambar rencana .

P a l u,
Diberikan oleh :
Dosen ybs:

Ir. Nicodemus Rupang, M.Si.


NIP. 19561123 198603 1 001
I. DATA PERENCANAAN

A. LAYOUT BANGUNAN

DENAH LANTAI

6.000 6.000 6.000

A B C D

POTONGAN MELINTANG
a
Catatan:
Panel pelat dengan luas lebih 4 x 6 = 24 m² tidak perlu balok anak. Panel pelat dengan luas lebih
2
besar dari 25 m diberi balok anak, untuk mengurangi lendutan pada pelat lantai,

a
by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Data Perencanaan I-1
a B. DATA FISIK STRUKTUR BANGUNAN

a Peruntukan bangunan: Perkantoran


Lebar bangunan 6,000 6,000 6,000 B = 18,000 m
Panjang bangunan 4,000 x 8 L= 32,000 m
Jarak portal (melintang) bt = 4,000 m
Jumlah portal (melintang) n= 9 bh
Tinggi struktur bangunan atas 4,000 4,000 4,000 H= 12,000 m
Kedalaman dasar pondasi (tanah keras) D= 3,000 m
Sudut kemiringan atap a= 24,000 m

C. DATA MUTU BAHAN BANGUNAN

Bahan Beton :
Mutu beton, C - 25
Kuat tekan beton, fc' = 25 MPa
Modulus elastisitas beton, E c = 4700 √f c ' = 23.500 MPa
Angka poisson u = 0,20
Modulus geser G = E c / [2*(1 + u)] = 9.792 MPa
Koefisien muai panjang untuk beton α= 0,000010 / °C
Faktor tinggi blok tegangan beton thd garis netral, β1 = 0,85

Bahan Baja :
Baja tulangan beton : BjTS - 30
Tegangan leleh baja tulangan, fy = 295 MPa
Baja struktural (Profil) : Bj.P - 50
Tegangan putus baja struktural, fu = 500 MPa
Tegangan leleh baja struktural, fy = 290 MPa
Tegangan ijin baja struktural, f ijin = 193 MPa
Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa
Modulus geser baja, Gs = 80.000 MPa
Koefisien pemuaian, α = 0,000012 / °C
Nisbah poisson u = 0,30

Bahan Kayu :
Kayu kelas kuat: (Acuan NI-5 PKKI-1961) I / A
. // ┴ τ E = 125.000 kg/cm2
2
150 130 40 20 kg/cm
Kode Mutu (Acuan SNI 7973:2013) E-22
Fb Ft/Fc Fc┴ Fv E = 22.000 MPa
22,00 19,40 5,19 2,59 Emin = 11.000 MPa

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Data Perencanaan I-2


D. DATA PEMBEBANAN

Beban Mati:
Berat baja, ws = 7850 kg/m³ ≈ 78,50 kN/m³
Berat beton bertulang, wcr = 2400 kg/m³ ≈ 24,00 kN/m³
Berat beton (polos, rabat), wcc = 2200 kg/m³ ≈ 22,00 kN/m³
Berat adukan semen per cm tebal, wmc = 21 kg/m² ≈ 0,21 kN/m²
Berat lantai ubin per cm tebal wub = 24 kg/m² ≈ 0,24 kN/m²
Berat dinding bata pas. ½, bt. wbt = 250 kg/m² ≈ 2,50 kN/m²
Berat dinding batako tebal 10 cm wbtk = 200 kg/m² ≈ 2,00 kN/m²
Berat langit-langit (plafond) + rangka wpl = 11 kg/m² ≈ 0,11 kN/m²
Berat penggantung langit-langit (plafond) whpl = 7 kg/m² ≈ 0,07 kN/m²

Beban Hidup:
Beban hidup untuk bangunan kantor wgant = 250 kg/m² ≈ 2,50 kN/m²

Faktor Beban:
Faktor beban mati 1,20
Faktor beban hidup 1,60

E. REFERENSI ACUAN
SKBI 1.3.53.1987 Pedoman Perencanaan Pembebanan U_Rumah_Gedung
SNI 2847:2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung
SNI 07-2052-2002 Baja tulangan beton
NI-2 PBI' 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Data Perencanaan I-3


II. DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

Besaran dimensi elemen struktur (balok, pelat, kolom), bergantung pada variabel: tumpuan/perletakan,
panjang bentang, pembebanan, mutu bahan, kekakuan struktur, estetika dan lain-lain.

Keterangan:
h = tinggi (balok) keseluruhan komponen struktur, mm
hf = tebal/tinggi pelat/slab komponen struktur, mm
be = lebar badan (web), mm
bw = lebar badan (web), mm
c1 = dimensi kolom persegi atau persegi ekivalen, mm
c2 = dimensi kolom persegi, arah tegak lurus c1, mm

A. ESTIMASI DIMENSI BALOK

Sesuai SNI 2847:2013 Tabel 9.5(a), terlampir. tinggi balok minimum, (h min ), sebagai berikut:
l  f  l  f 
- Satu ujung menerus, h min =   0, 4  y  dan kedua ujung menerus, h min =   0, 4  y 
18,5  700  21  700 
- Tinggi balok induk (balok utama), biasanya diambil: h ≈ ⅟ 12 l dan tinggi balok anak: h ≈ ⅟ 15 l
Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 21.5 , lebar balok minimum, (b min ), sebagai berikut:

- Lebar komponen, b w min = 0,3 h atau b w min = 250 mm,


- Lebar komponen (terhadap komponen penumpu/kolom), b w ≤ 0,75 c 1 atau bw ≤ c2.
- Rasio tinggi (h ) terhadap lebar balok (b w ), umumnya: h ≈ (1,5 sd. 2,2) b w (Istimawan DH).
Catatan : Perlunya penyeragaman ukuran elemen struktur tertentu, dengan pertimbangan praktis
dan keseragaman kekakuan join, sehingga cukup ditinjau kondisi yang memberikan
pengaruh terbesar (ekstrim).

1) Balok Induk Melintang: bentang balok (A-B), l = 6.000 mm


l  f 
- Tinggi balok min. (satu ujung menerus ), hmin   0,4  y  h min = 266 mm,

18,5  700 
Tinggi balok (proporsional): h = l /12 h ≥ 500 mm,
Lebar balok (proporsional): b w = ½ h atau b w ≥ 250 mm bw ≥ 250 mm,
Digunakan: Tinggi balok: h = 500 mm
Lebar balok: bw = 250 mm

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Dimensi Elemen Struktur II - 1


2) Balok Induk Memanjang: bentang balok (1-2), l = 4.000 mm
l  f 
- Tinggi balok min. (satu ujung menerus ), hmin   0,4  y  h min = 178 mm,

18,5  700 
Tinggi balok (proporsional): h = l /12 h ≥ 333 mm,
Lebar balok (proporsional): b w = ⅔ h atau b w ≥ 250 mm bw ≥ 250 mm,
Digunakan: Tinggi balok: h = 400 mm
Lebar balok: bw = 250 mm

B. ESTIMASI DIMENSI PELAT

Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 9.5. Sistem pelat dua arah dengan balok pemikul, disyaratkan tebal pelat
minimum, (h f_min ), sebagai berikut:
- Jika Rasio kekakuan lentur balok - pelat (0,2 < α fm ≤ 2,0):
 fy 
l n  0, 8  
h f_min =  1400  atau h f_min = 125 mm
36  5  ( fm  0, 2)

- Jika Rasio kekakuan lentur balok - pelat (α fm > 2,0):


 fy 
l n  0, 8  
h f_min =  1400  atau h f_min = 90 mm
36  9 

- β = Rasio bentang bersih arah panjang terhadap arah pendek pelat;

- α fm = Rasio kekakuan lentur penamp. balok - pelat (rata-rata, α f keempat sisi ).


Ec b .I b α f1 . l 2
dimana: αf  Syarat: 0,2   5,0
Ec s .I s α f2 . l 1

Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 13.2.4. Konstruksi monolit, suatu balok mencakup bagian pelat/slab pada
setiap sisi balok, selebar efektif (b e ), sebagai berikut:

Balok Tepi (Eksterior) Balok Tengah (Interior)

b e ≤ b w + (h - h f ) b e ≤ b w + 2 (h - h f )
be ≤ bw + 4 hf be ≤ bw + 8 hf .
diambil nilai yang terkecil diambil nilai yang terkecil

Catatan: Penentuan tebal pelat/slab (h f ), dilakukan dengan memperkirakan (trial and error), kemudian
dicheck sesuai ketentuan-ketentuan di atas.
Tinjau satu atau beberapa panel pelat, yang memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai
ketebalan pelat.
Tebal pelat (hf) diseragamkan untuk seluruh panel pelat/slab.

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Dimensi Elemen Struktur II - 2


Tinjau Panel Pelat AB-12
250/50 Bentang panjang, l1 = 6.000 mm
1 Bentang panjang bersih, l n1 = 5.750 mm
Bentang pendek, l2 = 4.000 mm

250/400
Bentang pendek bersih, l n2 = 3.750 mm
250/400

4.000
Pelat AB-12
Rasio bentang bersih arah panjang
terhadap arah pendek pelat, (β) = 1,533
250/50
2
Diambil tebal pelat/slab hf = 120 mm
6.000
ketentuan minimum untuk pelat lantai.
A B
Balok 1 (eksterior):
Data: bw = 250 mm
h = 500 mm
diperkirakan: h f = 120 mm
be = 630 mm

yb 
Ay  be bw hf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 51 mm
- A be bwhf bw h yf = 139 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: l n2 = 3.750 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 3,86504E+09 mm4

3
Momen Inersia Pelat (I s ):
ln . h f I s = 5,40000E+08 mm4
Is  .
12
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: Ec b .I b α f1a = 7,1575
αf 
Ec s .I s
Balok 2 (interior):
Data: bw = 250 mm
h = 500 mm
diperkirakan: h f = 120 mm
be = 1.010 mm

yb 
Ay  be bwhf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 80 mm
- A be bwhf bw h yf = 110 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: l n2 = 3.750 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 4,61712E+09 mm4

3
Momen Inersia Pelat (I s ): ln . h f I s = 5,40000E+08 mm4
Is  .
12
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: Ec b .I b α f1b = 8,5502
αf 
Ec s .I s

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Dimensi Elemen Struktur II - 3


Balok A (eksterior):
Data: bw = 250 mm
h = 400 mm
diperkirakan: h f = 120 mm
be = 530 mm

yb 
Ay  be bwhf  h h bw h 0
1
2
1
2 f
yb = 35 mm
- A be bwhf bw h yf = 105 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: l n1 = 5.750 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 1,86659E+09 mm4

3
Momen Inersia Pelat (I s ): ln . h f I s = 8,28000E+08 mm4
Is  .
12

Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: Ec b .I b α f2a = 2,2543


αf 
Ec s .I s

Balok B (interior):
Data: bw = 250 mm
h = 400 mm
diperkirakan: h f = 120 mm
be = 810 mm

yb 
Ay  be bwhf 12 h 21 hf bw h 0 yb = 56 mm
- A be bwhf bw h yf = 84 mm
Lebar/panjang bentang bersih pelat: ln = 5.750 mm
Momen Inersia Balok (I b ):
= − ℎ + − ℎ . + ℎ + ℎ I b = 2,20172E+09 mm4

3
Momen Inersia Pelat (I s ): ln . h f I s = 8,28000E+08 mm4
Is  .
12
Ec b .I b α f2b =
Rasio kekakuan lentur balok vs pelat: αf  2,6591
Ec s .I s

Rasio kekakuan lentur balok vs pelat (rata-rata): ∝ = ∝ +∝ /2 = 7,8539


∝ = ∝ +∝ /2 = 2,4567
∝ = ∝ +∝ /2 = 5,1553 > 2,0

α f1 . l 2 2,131 Oke
0,2   5,0
α f2 . l1
 fy 
h f_min = 90 mm atau h f_min = l n  0, 8   = 116,7 mm
 1400 
36  9  Oke
Memenuhi, perkiraan tebal pelat/slab; h f = 120 mm

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Dimensi Elemen Struktur II - 4


C. ESTIMASI DIMENSI KOLOM

Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 21.5 , lebar balok minimum, (b min ), sebagai berikut:
- Lebar komponen, b w min = 0,3 h atau b w min = 250 mm,
- Lebar komponen (terhadap komponen penumpu/kolom), b w ≤ 0,75 c 1 atau bw ≤ c2.
Sesuai SNI 2847:2013 Ps. 21.6 , tentang persyaratan kekuatan lentur minimum kolom, bahwa pada
prinsipnya kolom harus mampu mengekang balok (kolom kuat - balok lemah), atau kekakuan kolom
harus lebih besar dari pada kekakuan balok, sebagai berikut:
Kekakuan kolom > Kekakuan balok: ≥

Data: Ec = Eb
Balok melintang:
bw = 250 mm
h = 500 mm
lb = 6.000 mm
Balok memanjang:
bw = 250 mm
h = 400 mm
lb = 4.000 mm
Kolom:
lc = 4.000 mm

Tinjau Join Kolom vs Balok melintang:


Syarat: b w ≤ 0,75 c 1 c1 ≥ 333 mm
bw ≤ c2 c2 ≥ 250 mm

Syarat: Kekakuan kolom > Kekakuan balok: ≥

c1 ≥ 333 mm
≥ ≥
c2 ≥ 397 mm

Tinjau Join Kolom vs Balok memanjang:


c1 ≥ 333 mm
≥ ≥
c2 ≥ 432 mm

Digunakan: Ukuran kolom: c1 = 350 mm


c2 = 450 mm

Catatan: Dengan mempertimbangkan, bahwa jumlah kolom arah melintang hanya 4 buah (lebar 16 m),
sedang arah memanjang 9 buah (panjang 32 m), maka diambil ukuran kolom (c 2 ) agak besar.

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Dimensi Elemen Struktur II - 5


III. ANALISIS STRUKTUR

Gaya-gaya (beban-beban), baik gaya-gaya luar maupun gaya-gaya dalam, yang bekerja pada suatu
elemen struktur pelat, dihitung dengan mengacu pada ketentuan pedoman/peraturan/standar yang berlaku,
sebagai berikut:

A. PEMBEBANAN PELAT

1) Beban mati:
- Berat sendiri pelat: qD-bs = hf x wcr qD-bs = 2,880 kN/m²
- Beban mati tambahan (ubin): qD-ub = 3 wmc + wub qD-ub = 0,870 kN/m²
- Beban mati tambahan (plafon): qD-pl = whpl + wpl qD-pl = 0,180 kN/m²
Beban mati: qD = 3,930 kN/m²

2) Beban hidup:
- Beban hidup (lantai kantor): Beban hidup: qL = 2,500 kN/m²

3) Beban terfaktor: qU = 1,2 qD + 1,6 qL qU = 8,716 kN/m²

B. METODE KOEFISIEN MOMEN PBI'71

Tinjau Panel Pelat AB-12 Panel pelat terpilih dengan pengaruh yang ektrim

Bentang pendek, lx = 4.000 mm


Bentang panjang, ly = 6.000 mm

Rasio bentang panjang (ly) terhadap arah pendek (lx),


l y/ l x = 1,500 < 2,50
(Pelat dua arah)
Tebal pelat/slab hf = 120 mm

Balok 1 (eksterior):

by: Nicodemus Rupang PELAT DUA ARAH Analisis Struktur III - 1

Anda mungkin juga menyukai