Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“CIRI-CIRI DAN CABANG FILSAFAT”

Dosen pengajar: Ambo Asse S.Pd., M.Pd

Kelompok 1

 Dandi Andika (03161002)


 Muh. Yusril Sadri (03181045)
 Supardi (03181057)
 Kiki Urviana (03181051)

FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN


ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
(IAT)

IAIN WATAMPONE
BONE
2019

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Filsafat mengenai Pengantar Filsafat ini.

Adapun makalah tentang Pengantar Filsafat ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Pengantar Filsafat ini


kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Watampone, April 2019

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar isi 3

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4

Bab II : Pembahasan

A. Pengertian Filsafat 5
B. Ciri-Ciri Filsafat 6
C. Cabang utama filsafat 11
D. Cabang-cabang filsafat 12

Bab III : Penutup

A. Kesimpulan 17
B. Saran 17

Daftar Pustaka 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah
yaitu : bagaimana, mengapa, kemana dan apa. Pertanyaan bagaimana mengandung sifat-
yang dapat ditangkap atau tampak oleh indera, jawaban yang diperoleh bersifat
deskriptif. Pertanyaan mengapa mengandung sebab (asal mula) suatu obyek, jawaban
yang diperoleh bersifat kausalitas. Pertanyaan kemana menanyakan tantang apa yang
terjadi dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang, pengetahuan yang diperoleh
adalah: pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang dapat dijadikan sebagai
pedoman, pengetahuan yang terkandung dalam adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat dan pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum)
sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
Pertanyaan apakah menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal,
jawaban yang diperoleh mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal
danabstrak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ciri-ciri filsfafat
2. Apa sajakah cabang-cabang filsafat ?

C. Maksud dan Tujuan


Untuk memenuhi salah satu tugas diskusi mata kuliah Filsafat Pendidikan, adapun
guna mempelajari filsafat adalah Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat
membantu menyelesaikan masalah dengan bijaksana, membuat manusia lebih hidup
lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, membantu manusia untuk
mengetahui mana yang pantas ditolak dan mana yang pantas disetujui. Mungkin tanpa
disadari kita pernah berfilsafat, namun kita tidak menyadarinya karena ketidaktahuan
kita tentang pengertian filsafat itu sendiri serta kita pun belum mengetahui tujuan
mempelajari filsafat dan ciri-ciri filsafat, misi filsafat, lapangan (objek kajian filsafat),

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
a. Secara Etimologi
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau
hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang
berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof
Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-
kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi).
b. Pengertian Filsafat Secara Umum
filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian
pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh
dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan, perencanaan
pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut,
maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma
aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen
pendidikan.

5
B. Ciri-Ciri Filsafat
Filsafat memiliki beberapa ciri ciri, sebagai berikut:
a. Skematika Konsepsial
Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi serta abstrak dari
pengalaman tentang hal hal serta proses proses satu demi satu. Karena itu filsafat
merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang
umum. Diantara proses proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri. Dan
diantara hal hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri. Filsafat merupakan
hasil menjadi –sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir, dan
menjadi – kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia
yang dipikirkannya.
Sebagai konsekuensinya, seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang
ada disekitarnya serta dunia yang ada di dalam dirinya. Ia tidak hanya ingin
mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran ukuran untuk melakukan verifikasi
terhadap pernyataan-pernyataan mengenai segala sesuatu ,melainkan ia berusaha
menemukan kaidah kaidah berpikir itu sendiri. Bila manakah suatu pemikiran itu
membawa kita kepada kesimpulan yang sah, dan bagai manakah caranya serta
mengapa membawa kita kepada kesimpulan yang sah ?
b. Koheren
Pemikiran filsafat merupakan suatu usaha perenumgan/refleksi kritis-rasional
yang runtut dan mendalam terhadap suatu hal atau suatu obyek yang dipikirkan
oleh akal budi. Orang bukan berpikir asal-asalan  atau berpikir setengah hati saja.
Dalam proses berpikir ini, orang perlu mengerahkan seluruh pikiranya secara
fokus, terarah, terorientasi,terkonsentrasi pada obyek yang dipikirkan agar
mencapai hasil akhir pemikiran yang benar secara filosofis. Pemikiran yang serius
tidak mampu menemukan ide filosofis yang mencerahkan dirinya.
c. Rasional
Istilah atau kosakata “rasional” berarti logis, masuk akal, dan dapat dimengerti
atau diterima secara akal sehat. Pemikiran yang logis berarti pemikiran yang
berhubungan satu sama lain, utuh, tidak terpisah-pisah, tidak frakmentaris, tidak
terpotong-potong. Pemikiran rasional kontra terhadap segala hal yang irasional
dalam kehidupan karena berfilsafat mengandalkan rasio sebagai alat analisinya.

6
Filsafat menolak segala hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip rasionalitas
yang benar.
d. Menyeluruh/holistic
Holisti berarti obyek pemikiran kita harus berhubungan erat dengan seluruh
kenyataan yang ada (exist). Segala sesuatu yang dapat dipikirkan termasuk dalam
pemikiran filsafat.  Jadi, obyeknya bisa berupa apa saja dan segala entitas
(substansi) apa saja sejauh itu dapat dipikirkan oleh akal budi. Segala sesuatu
yang dapat dipikirkan dapat menjadi data/hal menarik untuk direfleksikan secara
menyeluruh oleh filsafat, termasuk didalamnya refleksi tentang diri kita sendiri
sebagai manusia kini dan disini (bic et nunc).
e. Memberi visi
Filsafat juga berciri visioner. Filsafat tampil dalam paradigm pandangan/
pemikiran/ visi terhadap suatu kenyataan dunia dan diri kita sendiri. Kita tidak
mungkin memiliki pandangan terhadap sesuatu jika kita tidak dapat berefleksi
secara benar terhadapnya. Hanya orang yang merenung/berefleksi secara benar
yang akan mampu menghasilkan ide-ide cermelang tentang dunia dan manusia.
Orang yang dapat memberikan pandangan dunia dan dirinya itu sudah termasuk
dalam pemikiran filosofis (kattsoff,2004: hlm. 9-14). Seseorang filsuf biasanya
memiliki visi yang jauh ke depan. Ia mampu melakukan prediksi rasional
sekarang atas segala fenomena hidup yang terjadi di masa depan. Dengan visi ini
filsuf memberikan harapan hidup bagi manusia dan membuka horizon perspektif
makna untuk memperkaya kualitas ziarah intelektual sebagai manusia di planet
bumi ini. Filsuf ibarat obor dan terang yang menerangi jalannya dinamika
kehidupan manusia di planet bumi ini.

Ciri-Ciri Filsafat Menurut para Ahli

a. Ciri-ciri berfikir filosfi :


1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2. Berfikir secara sistematis.
3. Menyusun suatu skema konsepsi,
4. Menyeluruh.
b. Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisik.

7
2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas oleh Atropologi Filsafat.
c. Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Asmoro Asmadi (Asmoro, Asmadi;129):
1. Sangat umum
2. Tidak faktual artinya membuat dugaan-dugaan yang masuk akal dengan tidak
berdasarkan pada bukti tetapi bukan berarti tidak ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai dimana penilaian yang dimaksud adalah yang baik
dan buruk yang susila dan asusila.
4. Berkaitan dengan arti.
5. Implikatif.
6. Menyeluruh.
d. Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat:
Artinya pemikiran yang luas
1. Mendasar Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental atau esensial obyek
2. Spekulatif Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya.
e. Ciri-ciri filsafat menurut Sunoto:
1. Deskriptip
2. Kritik atau analitik
3. Evaluatif atau normativ
4. Spekulatif dan sistematik
5. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan seara radikal. Radikal berasal dari kata
Yunani radix yang berarti akal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai
ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke substansi
yang dipikirkan.
6. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum)
7. Berfikir secara universal adalah berfikir tentang hal serta proses yang bersifat
umum, dalam arti tidak memikirkan sesuatu yang parsial.
8. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual
9. Berfikir kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten
10. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik.
11. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif

8
12. Berfikir secara kefisafatan dicirikan secara bebas
13. Berfikir secara kefilsafatan adalah pemikiran yang bertanggung jawab
f. Ciri-ciri persoalan filasafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum :
1. Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dengan objek-objek khusus).
2. Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi).
3. Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yang ada pada suatu hal).
4. Bersifat kritis terhadap konsep dan arti-arti yg biasanya diterima begitu saja
oleh ilmu.
5. Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
6. Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan memunculkan persoalan baru
yang saling berhubungan.
7. Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
g. Ciri-ciri pemikiran filsafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum L:
1. Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat/esensi).
2. Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur-unsur untuk mencapai tujuan
tertentu).
3. Berpikir tentang hal/proses umum, universal, ide-ide besar, bukan tentang
peristiwa tunggal.
4. Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya) dan koheren (sesuai
dengan kaidah-kaidah berpikir, logis).
5. Secara bebas, tak cenderung prasangka, emosi.
6. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pada prinsip-prinsip pemikiran logis
serta tanggung jawab pada hati nurani sendiri).
7. Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh.
8. Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual melampaui batas
pengalaman hidup sehari-hari.
h. Ciri-ciri sifat dasar filsafat
Sifat dasar filsafat (Simon, 2003):
1. Berfikir radikal
2. Berfikir rasional; tahu & paham dengan akal budi
3. Mencari asas
4. Mencari kebenaran

9
5. Mencari kejelasan

Ciri-Ciri Filsafat Menurut Clarence L. Lewis

Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu
sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan
manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut
dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau
problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat adalah sebagai berikut :

1. Sangat umun atau universal


Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat
keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan
dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep
yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang
kebebasan, dan lainnya.
2. Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual ialah spekulatif, yang artinya filsafat membuat
dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan
pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari fakta-
fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut
sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak
ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup
kewenangan ilmu khusus.
3. Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari
pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan
dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan
akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka
selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya
sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.

10
4. Berkaitan dengan arti
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para filosof
dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat
menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua
itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).
5. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat
logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran
baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti
tesis kemudian sintesis, dan seterusnya sehingga tidak ada habisnya. Pola
pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.

. C. cabang utama filsafat

Filsafat secara umum terbagi dua yaitu : filsafat teoritis dan filsafat praktis.

Yang termasuk filsafat teoritis adalah: ontologi (metafisika), dan epistemologi.

Sedangkan aksiologi adalah filsafat praktis.

a. Ontologi

Ontologi kerap disebut juga metafisika atau filsafat pertama.Kata ontologi

berasal dari bahasa Yunani, yaitu on atau ontos yang berarti ada atau

keberadaan dan logos yang bermakna studi atau ilmu tentang.Karena itu,

ontologi berarti ilmu tentang ada. Dengan kata lain, ontologi adalah cabang

filsafat yang mengupas masalah ada. 

b. Epistemologi

Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme( pengetahuan ,

ilmu pengetahuan) dan logos (pengetahuan, informasi).  Jadi, epistemologi

dapat berarti “pengetahuan tentang pengetahuan” atau teori

pengetahuan.Singkatnya, epistemologi adalh cabang filsafat yang

11
membahas tentang pengetahuan.Pertanyaan dasar dalam wacana filsafat

adalah apakah pengetahuan itu? Bagaimana metode mendapatkannya?

Bagaimana membuktikan kebenaran suatu pengetahuan?

c. Aksiologi

Aksiologi berakar kata axios (layak,pantas), dan logos (ilmu, studi mengenai). 
Jadi, aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai

D. Cabang-cabang filsafat

Banyak para filsuf yang membagi filsafat ilmu menjadi berbagai

cabang, seperti H. De Vos, Prof. Albuerey Castell, Dr. M. J. Langeveld,

Aristoteles, dan lain-lain. Setiap filsuf memiliki perbedaan dalam membagi

cabang-cabang filsafat ilmu. Walaupun ada perbedaan dalam pembagiannya,

namun tentu saja lebih banyak persamaanya. Dari beberapa pandangan filsuf

tersebut, sekarang filsafat memiliki beberapa cabang, yaitu metafisika, logika,

epistemologi, etika, dan estetika.1[3]

1. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada

atau membicarakan sesuatu dibalik yang tampak. Metafisika tidak muncul

dengan karakter sebagai disiplin ilmu yang normatif tetapi tetap filsafat yang

ditujukan terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar perangkat dasar kategori-

kategori untuk mengklasifikasikan dan menghubungkan aneka fenomena

percobaan oleh manusia. Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu

ontologi, kosmologi dan antropologi.

a) Ontologi (Teori Alam dan Tipe-Tipe Realitas)


1

12
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno

dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang

bersifat konkret atau realistis. Hakekat kenyataan atau realitas bisa didekati

ontologi dengan dua macam sudut pandang, yaitu kuantitatif (menanyakan

apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?) dan kualitatif (menanyakan apakah

kenyataan/realitas tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun

yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum). Adapun

teori Ontologi utama meliputi:

1) Materialisme à Objek-objek fisik yang ada mengisi ruang angkasa dan

tidak ada yang lainnya. Semua sifat fisik alami tersebut tidak berdiri

sendiri-sendiri.

2) Idealisme à Hanya pikiran/berpikir, spirit, dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan berpikir yang benar-benar nyata (konkret).

3) Dualisme à Keberadaan berpikir/pikiran dan material adalah nyata dan

keduanya tidak saling mengurangi satu dengan yang lain.

b) Kosmologi (Teori Umum Proses Realitas)

Kosmologi berkepentingan terhadap cara berbagai benda dan peristiwa

yang satu mengikuti cara berbagai benda dan peristiwa lain menurut

perubahan waktu (satu benda ditentukan oleh benda lainnya). Satu benda atau

peristiwa ditentukan oleh sebab sebelumnya dan tidak dapat dibalik.

Determinan-determinan dari peristiwa alam yang dianggap beroperasi dengan

cara terakhir tersebut dinamakan Aristoteles sebagai “sebab-sebab final” à

final causes à dikenal sebagai antecedent causes.

Determinisme merupakan pandangan tentang apapun yang terjadi

bersifat universal, tanpa kecuali, dan secara lengkap ditentukan oleh sebab-

13
sebab sebelumnya. Bila pandangan ini digabung dengan konsepsi

materialisme, yaitu semua proses adalah fisik secara ekslusif, maka pandangan

deterministik ini dinamakan mekanisme. Deterministik diakui dunia

pendidikan internasional sebagai pendekatan yang powerful.

Selain pandangan determinisme, kita perlu mengenal pandangan lain,

yaitu teleologi. Teleologi adalah proses yang dianggap ditentukan oleh aneka

pengaruh atau sebab akhir (influenced by ends).

c) Antropologi

Adalah ilmu yang menyelidiki tentang manusia yang berkaitan dengan

pertanyaan pertanyaan tentang hakikat manusia dan pentingnya dalam alam

semesta.

2. Logika

Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya

pemikiran kita. Logika membahas tentang prinsip-prinsip inferensia

(kesimpulan) yang absah (valid) dan topik-topik yang saling berhubungan.

Logika dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Logika deduktif (deductive form of inference), yaitu cara berpikir di mana

pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir

silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis.

Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif

berdasarkan kedua premis tersebut (Suriasumantri. 1988: 48-49).

Perkembangan logika deduktif dimulai sejak masa Aristoteles, setelah

14
kontribusi oleh Stoics dan para logikawan lain pada zaman pertengahan,

mereka mengasumsikannya sebagai garis besar tradisi Aristotelesian.

2) Logika induktif (inductive form of inference), yaitu cara berpikir yang

dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan bersifat umum dari berbagai

kasus yang bersifat khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan

mengemukakan pernyataan-pernyataan yang khas dan terbatas kemudian

diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Prinsip induktif mampu

digunakan dalam ilmu terapan pada masa John Stuart Mill dalam metodenya

tentang analisis–sebab (causal analysis) bersama dengan prinsip teori peluang

dan praktek statistik yang masih menjadi sumber-sumber utama penampilan

buku tentang logika induktif.

Banyak para ahli berpendapat bahwa sekalipun sejak 1940-an logika

deduktif berkembang tetapi masih belum menyamai taraf yang dicapai oleh

logika deduktif. Dalam hal ini, logika deduktif lebih powerful.

3. Epistemologi

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos =

kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal,

sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering

diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu

pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya

dengan kebenaran dan keyakinan.

Epistomologi atau teori pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari

ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta

pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki

15
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan

panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode

deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

4. Etika

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku (moral)

atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik ataupun buruk. Etika

dalam kajian filsafatnya dapat diberi arti sebagai tata krama dan sopan santun

yang lahir dari pemahaman perbuatan yang baik dan buruk serta sebuah tata

aturan yang berlaku dalam masyarakat yang menjadi sebuah kebudayaan yang

wajib untuk taat dipatuhi.

5. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.

Estetika disebut juga sebagai “filsafat keindahan” (philosophy of beauty).

Dalam Encyclopedia Americana (1973), estetika merupakan cabang filsafat

yang berkenaan dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan. Filsafat dicirikan sebagai Berfikir radikal, Berfikir rasional;
tahu & paham dengan akal budi, Mencari asas, Mencari kebenaran dan Mencari
kejelasan.
Misi filsafat adalah memberikan kepada kita dasar-dasar pengetahuan,
yang dibutuhkan untuk hidup secara baik dan bijaksana dengan mengkaji
objek-objek material dan formal.
Dengan mempelajari filsafat adalah Menambah ilmu pengetahuan
sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah dengan bijaksana, membuat
manusia lebih hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, membantu
manusia untuk mengetahui mana yang pantas ditolak dan mana yang pantas disetujui.
B. Saran
Dalam pemaham tentang Filsafat memang tidak semudah pengaplikasiannya,
seseorang dengan mudah dapat berfilsafat namun belum tentu dapat memahami
dengan baik tentang Filsafat, namun kita juga jangan terpengaruh oleh Filsafat
seseorang, untuk itu kita harus mempunyai pengangan yang kuat agar tidak mudah
terpengaruh dan goyah begitu saja. Saran secara pribadi dari penyusun, sebelum kita
ingin mengenal filsafat secara dalam maka alangkah baiknya kita kuatkan terlebih
dahulu iman kita.

17
Daftar Pustaka

A.Wiramihardi,Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama

Fios,Frederikus. 2012. Pengantar Filsafat ILMU DAN LOGIKA. Jakarta: Salemba Humanika

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html

http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html

18

Anda mungkin juga menyukai