Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROBLEMATIKA YANG DIALAMI GURU DAN APA SAJA SOLUSI

UNTUK MENGATASI PROBLEMATIKA TERSEBUT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah”sosiologi pendidikan’’

DOSEN PENGAMPU: ERFIN WIJAYANTI, M.Pd

Oleh:

MUHAMAD Faisal Arrozi

Nim :019141027

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS (PBI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK PAPUA

TAHUN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah swt dan sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, karena beliaulah yang telah membawa
agama islam dari ini sehingga kita semua berada dalam alam yang penuh dengan cahaya
iman. karena atas segalah limpahan rahmat.hidayah dan inayah yang tak terhitung
nilainya,sehingga saya dapat  menyelesaikan tugas yang diberikan sama Dosen, yang
berjudul problematika yang dialami guru, dan penelitian dilakukan berkenaan degan adanya
fenomena rendahnya kompetensi  guru, focus penelitian ini tentang problematika internal dan
eksternal guru dalam proses belajar me4 ngajar (PBM) Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui: 1) Problematika profesi guru, 2) Upaya peningkatan kualitas pendidika di MTs
Negeri Nguntoronadi. penelitian ini menggunakan pendekatan peneliitian deskriptif kualitatif.
lokasi penelitian MTs Negeri nguntoronadi kabupaten wonogiri, subyek penelitian adalah
guru dan siswa. informa kepala madrasah, wakil kepalah madrasah, staf tata usaha dan ketua
komite madarasah.

JAYAPURA,30 APRIL 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. latar belakang masalah...........................................................................................1


B. rumusan masalah.................................................................................................15
C. tujuan...................................................................................................................16

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................18

A. Peran Guru Dalam Pembelajaran........................................................................18


B. Problematika Guru Dalam Proses Pembelajaran.................................................18
C. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Guru Dalam Meningkatkan
Profesionalismenya.............................................................................................18
D. Analisis................................................................................................................19

BAB III PENUTUP.........................................................................................................19

A. KESIMPULAN...................................................................................................19
B. SARAN ...............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha sedangkan disebut utama karena orang tualah yang


sebenarnya yang mempunyai tanggung jawab atas pendidikan anaknya. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan tempat memperoleh pengetahuan melalui proses belajar mengajar yang
mencakup mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas. Sedangkan lembaga
pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang diperoleh melalui lingkungan
sosial.  Jadi ketiga lembaga pendidikan diatas sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
guna meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.  Supaya kualitas sumber daya
manusia tersebut dapat berkembang secara optimal maka perlu adanya guru sebagai tenaga
edukatif yang kreatif agar sumber daya manusia (SDM) benar - benar dapat dipersiapkan
untuk menghadapi era globalisasi dan perkembangan IPTEK. Sebab guru adalah memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan
dan sumber daya manusia, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan mengembangkan
Negara dan bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH

Ada pun beberapa masalah yang dapat di kaji

A. Peran Guru Dalam Pembelajaran


B. Problematika Guru Dalam Proses Pembelajaran
C. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Guru Dalam Meningkatkan Profesionalismenya
D. Analisis

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran guru
dalam menghadapi problematika yang di alami guru dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Guru Dalam Pembelajaran


Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.  Adapun peranan guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswanya.
Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Sebagai demonstrator
dapat diartikan guru harus menjadi teladan bagi siswa.
2) Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu,
yang mencakup tanggung jawab, mandiri dan disiplin.
3) Guru Sebagai Pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran dan
memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama.
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang
belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
4) Guru Sebagai Pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas guru hendaknya mampu mengelola kelas
sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasikan. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar mengajar terarah
kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut
menetukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik.
Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
5) Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi pendidikan adalah proses / kegiatan untuk menentukan kemajuan
pendidikan,dan usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan
pendidikan. 
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu kewaktu. Informasi yang
diperoleh melalui evaluasi merupakan umpan balik terhadap belajar mengajar. Umpan balik
ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan
untuk memperoleh hasil yang optimal.
6) Guru Sebagai Motivator
Sebagai motivator guru hendaknya mampu menumbuhkan motivasi, baik motivasi
langsung maupun motivasi tidak langsung . Karena semua itu berpengaruh kepada
kemampun siswa untuk meningkatkan minat serta prestasinya dalam hal belajar. Guru
merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan implementasi
kurikulum, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
Guru hendaknya mampu menggerakkan siswa-siswanya untuk selalu memiliki motivasi
yang tinggi untuk belajar.motivasi tersebut, tumbuh dan berkembang dengan jalan langsung
dari dalam diri individu itu sendiri (instrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik). Dalam
kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar perta didik,
antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yaitu :
 peserta didik akan bekerja keras kalau punya minat dan perhatian
terhadap  pekerjaannya.
 memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti.
 memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik.
 menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat guna.

B. Problematika Guru Dalam Proses Pembelajaran


Menurut Hj. Nurul Ulfatin, yang dikutip oleh Burhanuddin dkk, dilihat dari sifat masalah
yang dikaitkan dengan keterlibatannya dalam proses belajar mengajar dikelompokkan
menjadi 2, yaitu masalah yang terkait langsung dengan tugas mengajar dan masalah yang
secara tidak langsung akan mempengaruhi proses belajar mengajar.
Semakin meluasnya tujuan pendidikan, maka akan semakin menambah beban tanggung
jawab guru dan menimbulkan problem serius bagi pelaksanaan pekerjaannya. Adapun factor
penyebab timbulnya kesulitan yang dihadapi guru di dalam kelas dan pada situasi lain di
sekolah adalah sebagai beikut :
1. Masalah dalam membuat rencana pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan
persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan
persiapan tertulis, maupun persipan mental, situasi emosional yang ingin dibangun,
lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajaran untuk mau terlibat
secara penuh.

2. Masalah dalam melaksanakan proses pembelajaran


Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik.
Menurut Djahiri (2002) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya
proses keterlibatan seluruh / sebagian besar potensi dari siswa dan kebermaknanya bagi diri
dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang.
3. Masalah dalam menguasai materi pelajaran
Dalam proses pembelajaran materi pelajaran merupakan salah satu komponen penting
yang terdiri dari "fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya, yang
terkandung dalam mata pelajaran". Menurut Djamarah mengutip Suharsimi Arikunto, bahan
pelajaran adalah "unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang
bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa".  Sejalan dengan
pengertian tersebut Sardiman, menyebutkan bahwa bahan yang disebut sebagai sumber
belajar (pengajaran) itu adalah "sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran".
Penguasaan materi/bahan merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai oleh guru
dengan baik, sebelum ia melakukan proses belajar mengajar. Dan ini, merupakan tuntutan
utama dalam profesi keguruan. Karenanya seorang guru tidak boleh melakukan kesalahan
atau penyimpangan dalam menyampaikan materi kepada siswa, sebab itu akan merugikan
guru itu sendiri. Disamping itu sebelum memberikan materi kepada siswa, sebaiknya guru
melakukan penyeleksian bahan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
masyarakat sekitar, juga sesuai dengan tingkat penguasaan siswa, bukan memberikan bahan
yang sulit untuk dicerna dan diterima oleh siswa.

4. Masalah dalam memilih metode mengajar


Metode adalah "suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan".  Metode mengajar adalah "cara mengajar atau cara menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa untuk setiap pelajaran atau bidang studi".
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran sangat dibutuhkan keberadaannya,
karena tanpa ada metode maka pengajaran akan menjadi tidak terarah. Djamarah dan Zain
menjelaskan bahwa kedudukan metode dalam pengajaran ada tiga, yakni sebagai alat
motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Sehingga Penggunaan dan pemilihan metode yang bervariasi dengan memperhatikan pada
Tujuan pembelajaran, Bahan pelajaran, Kemampuan guru, kemampuan siswa dan situasi
yang melingkupi.  akan selalu menguntungkan dan mempengaruhi terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran. Serta tidak semata-mata terjadi komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

5. Masalah dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran


Media pengajaran dalam pandangan Ibrahim dan Syaodih diartikan sebagai "segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar
mengajar".
Menurut Djamarah dan Zain media diartikan sebagai "sumber belajar" dan dengan
mengutip Udin Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber belajar menjadi lima
kategori, yaitu "manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media
pendidikan". Sudjana yang dikutip Yoto dan Rohman memberikan alasan tentang media
pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar, yaitu :
 Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar, Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
para siswa, dan memung-kinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lain.
 Salah satu usaha untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan dalam komunikasi pada
proses belajar mengajar adalah dengan penggunaan media secara terpadu dalam proses
belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai
penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian
dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu "media juga berfungsi untuk
mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik".
Jadi media pengajaran dapat berguna untuk perantara seorang guru dalam menyampaikan
materi pelajaran, sehingga materi yang disampaikan lebih menarik dan merangsang
pemikiran peserta didik, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih berkualitas dan
sesuai tujuan yang diharapkan.

6. Masalah dalam membangkitkan motivasi belajar anak.


Pentingnya menjaga motivasi pelajar, minat dan keinginannya pada proses belajar tak
dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya
dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat lagi
belajar. Barang siapa yang bekerja berdasarkan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa
lelah dan tidak cepat bosan. Oleh sebab itu guru perlu memelihara motivasi pelajar.
Guru adalah orang yang paling tepat untuk maksud tersebut. Selain orang tua sendiri ada
murid yang lebih suka terbuka kepda gurunya daripada dengan orang tuanya sendiri. Artinya
adalah guru adalah orang yang dapat dipercaya selain orang tua. Mereka lebih bebas
menumpahkan uneg-unegnya kepada gurunya daripada kepada orang tuanya.Disinilah peran
guru sangat dibutuhkan untuk memberikan motivasi yang mereka perlukan.
Didalam kelas masalah besar untuk guru-guru dan siswa-siswa adalah motivasi Guru-
guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bahan dan  waktunya selama di sekolah
sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum. Sayangnya tujuan guru sering berbeda
dengan apa yang ada pada diri siswa sehingga motivasi tidak berkembang melainkan
diabaikan.
Motivasi adalah prasyarat yang amat penting dalam belajar. Gedung dibuat, guru
disediakan, alat belajar lengkap dengan harapan supaya siswa masuk sekolah dengan
bersemangat. Tetapi semua itu akan sia-sia jika siswa tidak ada motivasi untuk belajar.

7. Masalah dalam Pengelolaan Kelas


Pengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.  Beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah (1) kehangatan dan
keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi (4) luwes, (5) penekanan pada hal – hal yang
positif, (6) penanaman disiplin diri.
Dengan kata lain kegiatan – kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Yang termasuk kedalam hal ini adalah
misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik atau penetapan
kelompok yang produktif.

8. Masalah dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi


Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi
pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta
kualitas kemampuan peserta didika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.  Penilaian
adalah kegaitan menafsirkan hasil pengukuran, misalnya tinggi, rendah, baik buruk dan
sejenisnya.
Penilaian adalah suatu proses sistematis yang mengandung pengumpulan informasi,
menganalisis dan menginterprestasi informasi tersebut untuk membuat keputusan –
keputusan.
Evaluasi bukan merupakan suatu proses tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, pertama
mengumpulkan informasi dan kedua menentukan suatu keputusan. Karena masalah –
masalah dan konsep – konsep dalam pendidikan selalu mengalami pengembangan , maka
pertalian antara informasi pendidikan yang diperoleh dengan keputusan yang diambil tidak
selalu sama, mengalami perkembangan pula. Oleh karena itu tugas dari evaluator pendidikan
mempelajari kerangka nilai – nilai tersebut. Atas dasar kerangka nilai – nilai tersebut maka
keputusan pendidikan diambil.

9. Masalah dalam membina moral/karakter siswa


Budi pekerti adalah nilai – nilai hidup manusia yang sungguh – sungguh dilaksanakan
bukan sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi
baik.  Karakter menurut Doni Koesoema (2007) memiliki persamaan dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai cirri, karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri seseorang
yang bersumber dari bentukan – bentukan yang diterima dari lingkungan. Penanaman nilai –
nilai budi pekerti di sekolah, untuk saat ini memang sudah mengalami kemunduran. Data
empiris menunjukkan bahwa guru pun enggan  menegur anak didik yang berlaku tidak sopan
di sekolah. Anak didik berperilaku tidak sopan terhadap guru , melecehkan sesame teman,
bahkan sekolah lain yang tidak berani mengeluarkan anak didik yang sudah jelas – jelas
menggunakan norkoba.  Untuk itu peran guru sangat penting dalam membentuk karakter
peserta didik menjadi lebih baik dalam dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran di
sekolah.

C. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Guru Dalam Meningkatkan


Profesionalismenya
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peran utama. Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang tanpa memiliki keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara sekalipun
belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus,
apalagi sebagai guru yang professional itu harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikuasai dan
dikembangkan melalui tingkat pendidikan tertentu.
Seorang guru yang benar-benar sadar dengan tugas dan tanggung jawab serta
kewajibannya dalam proses belajar mengajar, tentunya akan slalu introspeksi diri,selalu
berusaha ingin maju agar mampu menyelesaikan tugasnya sebagai seorang pendidik. Untuk
itu guru dituntut agar selalu berusaha meningkatkan kualitas kemampuannya dengan
menambah pengetahuan, memperkaya pengalaman, memperbanyak buku bacaan, mengikuti
seminar, lokakarya dan lain-lain.
Dalam usaha untuk meningkatkan dan mewujudkan professional guru dalam pendidikan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi upaya
peningkatan profesionalisme guru dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
1. Faktor Internal 
Faktor internal ini sebenarnya berkaitan erat dengan syarat-syarat menjadi seorang guru.
Adapun faktor yang dimaksud antara lain:
a. Latar belakang pendidikan guru
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi seorang guru sebelum mengajar adalah
harus memiliki ijazah keguruan. Dengan ijazah keguruan tersebut, guru memiliki bukti
pengalaman mengajar dan bekal pengetahuan baik peadagogis maupun didaktis, yang sangat
besar pengaruhnya untuk membantu pelaksanaan tugas guru. Sebaliknya tanpa adanya bekal
pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan lain sebagainya, dia
akan merasa kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas keguruannya. Sebagaimana
dikatakan Ali Saifullah, bahwa proses keberhasilan guru itu ditentukan oleh pendidikan,
persiapan, pengalaman kerja dan kepribadian guru. Dengan demikian ijazah yang dimliliki
guru akan nenunjang pelaksanaan tugas mengajar guru itu sendiri.

b. Pengalaman mengajar guru


Kemampuan guru dalam menjalankan tugas sangat berpengaruh terhadap peningkatan
profesionalisme guru. Hal ini ditentukan oleh pengalaman mengajar guru terutama pada latar
belakang pendidikan guru. Bagi guru yang berpengalaman mengajarnya baru satu tahun
misalnya, akan berbeda dengan guru yang berpengalaman mengajarnya telah bertahun-tahun.
Sehingga semakin lama dan semakin banyak pengalaman mengajar, semakin sempurna tugas
dalam mengantarkan anak didiknya untuk mencapai tujuan belajar

c. Keadaan kesehatan guru


Kalau kesehatan jasmani guru terganggu, misalnya badan terasa lemah dan sebagainya,
maka hal tersebut akan mengganggu kesehatan rohaninya dan ini akan berpengaruh pada etos
kerja yang menjadi semakin berkurang. Kalau kesehatan rohani sehat maka kenungkinan
kesehatan jasmaninya sehat, begitu juga sebaliknya. Maka dengan kondisi jasmani yang sehat
akan menghasilkan proses belajar mangajar sesuai yang diharapkan. Amir D. mengemukakan
bahwa "seorang guru harus mempunyai tubuh yang sehat, sehat dalam arti tidak sakit dan
dalam arti kuat, mempunyai energi cukup sempurna .
Jadi guru yang sehat akan dapat mengerjakan tugas-tugas sebagai guru dengan baik,
karena tugas-tugas itu menuntut energi yang cukup banyak. Terganggunya kesehatan guru
akan mempengaruhi kegiatan proses belajar mengajar, terutama dalam meningkatkan
profesionalismenya.
d. Keadaan kesejahteraan ekonomi guru
"Seorang guru jika terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan lebih percaya diri sendiri
merasa lebih aman dalam bekerja maupun kontak-kontak sosial lainnya" Sebaliknya jika guru
tidak dapat memenuhi kebutuhannya karena disebabkan gaji yang dibawah rata-rata, terlalau
banyaknya potongan dan kurang terpenuhinya kebutuhan lainnya, akan menimbulkan
pengaruh negatif, seperti mencari usaha lain dengan mencari pekerjaan diluar jam-jam
mengajar, dan hal yang demikian jika dibiarkan berjalan terus menerus akan sangat
menganggu efektifitas pekerjaan sebagai guru. Dan hal ini akan mempengaruhi terhadap
upaya peningkatan profesionalisme guru.

2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan profesionalisme guru
diantaranya,
a. Sarana pendidikan
Dalam proses belajar mengajar sarana pendidikan merupakan faktor dominan dalam
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan tersedianya sarana yang memadai akan
mempermudah pencapain tujuan pembelajaran , sebaliknya keterbatasan sarana pendidikan
akan menghambat tujuan proses belajar mengajar. Terbatasnya sarana pendidikan dan alat
peraga dalam proses belajar mengajar secara tidak langsung akan menghambat profesional
guru. Jadi dengan demikian sarana pendidikan mutlak diperlukan terutama bagi pelaksanaan
upaya guru dalam meningkatkan profesionalnya.

b. Kedisiplinan kerja disekolah


Disiplin adalah sesuatu yang terletak didalam hati dan didalam jiwa seseorang yang
memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan oleh norma-norma dan peraturan yang berlaku.
Kedisiplinan di sekolah tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga diterapkan oleh
seluruh pelaku pendidikan disekolah termasuk guru. Untuk membina kedisiplinan kerja
merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena masing-masing pelaku pendidikan itu adalah
orang yang heterogen (berbeda). Disinilah fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin,
pembimbing, dan pengawas diharapkan mampu untuk menjadi motifator agar tercipta
kedisiplinan didalam lingkungan sekolah.Kedisiplinan yang ditanamkan kepada guru dan
seluruh staf sekolah akan mempengaruhi upaya peningkatan profesionalisme guru.

c. Pengawasan kepala sekolah


Pengawasan kepala sekolah terhadap tugas guru amat penting untuk mengetahui
perkembangan guru dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa adanya pengawasan dari kepala
sekolah maka guru akan melaksanakan tugasnya dengan seenaknya sehingga tujuan
pendidikan yang diharapkan tidak dapat tercapai. Karena pengawasan kepala sekolah
bertujuan untuk pembinaan dan peningkatan proses belajar mengajar yang menyangkut
banyak orang, pengawasan ini hendaknya bersikap fleksibel dengan memberi kesempatan
kepada guru mengemukakan masalah yang dihadapinya serta diberi kesempatan kepada guru
untuk mengemukakan ide demi perbaikan dan peningkatan hasil pendidikan. Sifat untuk
menonjol sebagai atasan dan menganggap guru sebagai bawahan semata-mata akan
melahirkan hubungan yang kaku dan akibatnya guru akan merasa tertekan untuk menjalankan
perintah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan sekaligus meningkatkan
kualitasnya.

D. Analisis
Masalah pada tataran mikro adalah masalah yang dialami guru secara langsung pada saat
melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. tampak bahwa masalah yang dialami oleh guru
cukup kompleks karena masalah guru terjadi pada semua tahapan pembelajaran, yaitu ada
pada tahapan perencanaan, pelaksanaan proses pembelajaran maupun dalam tahap melakukan
evaluasi.
Pada tahapan perencanaan, guru mengakui bahwa mereka mengalami masalah dalam
mengaitkan  standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan evaluasi., mereka juga
belum bisa membedakan beberapa istilah khusus yang digunakan dalam penulisan RP
(Rencana Pembelajaran), seperti halnya membedakan istilah standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD).
Memperhatikan masalah riil yang dialami oleh guru, dapat dibayangkan bahwa masalah
yang dialami oleh  guru sungguh sangat   prinsip dan mendasar karena perencanaan
merupakan awal suksesnya proses pembelajaran. Clark dan Lampert  menyatakan bahwa
perencanaan guru adalah faktor penentu terhadap apa yang akan diajarkan oleh guru. Oleh
sebab itu kalau perencanaan yang dibuat guru belum benar maka sulit mengharapkan bahwa
pembelajaran akan membuahkan hasil yang maksimal.
Pada tahapan pelaksanaan, guru menyadari bahwa mereka banyak mengalami masalah
terutama dalam mengelola kelas untuk jumlah siswa yang banyak dan menghadapi siswa
yang heterogen. Guru juga mengakui bahwa mereka kurang kreatif sehingga banyak di antara
mereka kurang terampil untuk mengatur strategi pembelajaran secara berkelompok, serta
merasa tidak memahami berbagai strategi pembelajaran yang inovatif yang bisa digunakan
untuk memvariasikan strategi pembelajaran di dalam kelas.
Alat peraga merupakan sarana penunjang untuk mempercepat tercapainya tujuan
pembelajaran, akan tetapi masih banyak guru yang belum menggunakan alat peraga karena
kurangnya alat peraga yang bisa digunakan di dalam kelas adalah karena minimnya
pengetahuan mereka tentang strategi pembelajaran sehingga mereka tidak tahu media apa
yang harus mereka gunakan dalam menjelaskan suatu konsep atau saat membaca maupun
saat siswa melakukan aktivitas lain. Di samping itu mereka sangat kurang kreatif untuk bisa
memanfaatkan barang-barang sekitar mereka sebagai alat bantu mengajar.
Dalam mengelola kelas masik banyak ditemukan guru belum bisa mengondisikan kelas.
Hal ini tercermin dari ketergantungan guru yang terlalu banyak terhadap lembar kerja siswa
yang dibawa siswa, dan guru seolah-olah kurang kreativitas untuk mampu keluar dari
ketergantungan yang pasif. Sesungguhnya pekerjaan terbesar guru adalah mengembangkan
masyarakat belajar yang demokratis,  yaitu semua siswa dinilai, dihargai dan dimotivasi
untuk saling bekerjasama.
Masalah lain yang juga dirasakan guru adalah dalam melakukan evaluasi. Guru
menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui berbagai teknik dan bentuk evaluasi yang bisa
dipakai oleh guru di dalam kelas. Demikian juga halnya dengan cara/teknik evaluasi yang
dipakai untuk mengukur semua domain (kognitif, psikomotor maupun afektif).
Disamping itu masalah memberi motivasi belajar anak masih lemah, dibuktikan dengan
lemahnya tingkat konsentrasi siswa dalam belajar, kurang senangnya dalam mengikuti
pelajaran atau sebaliknya lebih suka disaat berangkat dan pulang dari sekolah. Selain
motivasi anak yang menurun, karakter anak juga menurun, hal ini sudah banyak terjadi
dilembaga – lemaga pendidikan yang lebih menekankan kecerdasan intelektual dan
melupakan karakkter anak, sehingga menyebabkan sopan santun anak berkurang, lebih
banyak mengarah ke hal yang negatif seperti suka tawuran antar pelajar, narkoba, pergaulan
bebas, dll.      
Dengan melihat permasalahan – permasalahan diatas, solusi yang dapat mengurangi
problem guru antara lain :
1. Peningkatan professional guru melalui pelatihan - pelatihan. Seyogyanya pelatihan guru
bertolak dari kebutuhan nyata dilapangan, sehingga dampak pelatihan secara
berkesinambungan akan :
a.  Menambah kemampuan dan keterampilan instruksional pada guru
b. Memajukan pola dan jenis interaksi guru – murid ke tahap yang lebih baik
c. Mengembangkan perilaku guru dalam pengelolaan kelas yang lebih kreatif
d.Menumbuhkan kretifitas dan komitmen guru dalam memberikan bantuan pelayanan
terhada siswa.
2. Peningkatan professional guru melalui kegiatan bedah super
Kegiatan bedah super ini merupakan sebuah rangkaian kegiatan untuk membedah RPP,
bedah proses pembelajaran dan supervisi yang dilaksanakan secara periodik, dan
dilaksanakan oleh sekelompok guru yang memiliki latar belakang tertentu.
3.     Pelaksanaan pendidikan karakter di sekola.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

dari hasil peneliatian yang telah di lakukan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. problematika profesi guru yang telah terjadi di madrasah sanawiyah negri nungtoronadi
kabupaten wonogiri meliputi dua faktor yakni: faktor inter nal dan faktor eksternal.
faktor internal berasal dari dalam diri pribadi guru, yaitu lemahnya sentuhan pedagogi,
didaktik, metodik, serta kurang mencintai profesinya merupakan indikasi ketidak
selarasan kompetensi guru pada umumnya. sedangkan faktor eksternal berasal dari
lingkungan guru seperti ukuran kelas yang besar, karena kekurangan local dan
berpengaruh pada situasi atau suasana belajar di kelas, fasilitas dan sumber belajar yang
kurang memadai, terutama laboratorium yang belom di miliki madrasah dan terpenting
terutama yang menyangkut lingkungan kerja, misalnya: upah kerja yang dapat
memenuhi kebutuhan, Susana/iklim kerja yang menggairahkan, sikap jujur dan
pengertian di kalangan pekerja, dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud
dalam kenyataan, adanya penghargaan terhadap hasrat dan kebutuhan yang berprestasi
serta saran yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik.
2. solusi dalam mengahadapi problematiak progfesi guru di madrasah Negri Nungturonadi
adalah dengan memberdayakan sumber daya manusia maupun fasilitas madarsah yang
sudah di miliki guna menunjang peningkatan kualitas pendidikan, antara lain: a) bagi
guru atau staf di beri kesempatan melanjutkan studi belajar ke jenjang yang lebih tinggi
(pre-serviceducation ), b) super visi baik kelas maupun adminstrasi/pengawasan, c)
percakapan pribadi (personal approach),

B. SARAN
dari hasil penelitian tetang hasil problematika profesi guru dan solusinya bagi peningkatan
mutu pendidikan di MTS Negri nungturonadi, maka penelitian menyampaikan beberapa
saran sebagai:
1. bagi kemeterian agama
a.) kemeterian agama sebagai lembaga Pembina pendidikan madarasah harus
merespon dan mengupayakan terhadap segala permasalahan yang di hadapi
madrasah terutama dalam hal rendahnya mutu guru kerena kurangnya
pendidikan dan pelatihan bagi guru.
2. bagi kepala madrasah
kepala madarasah hendkanya memperhatikan dan selalu memonitor keadaan tenaga
pengajar di madrasahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, iskandar, 2010 meningkatkan kreaktivitas pembelajaran bagi guru, Jakarta Bestari
Buana murni.
…….2014 mengembangkan profesionalitas guru, upaya meningkatakan kompetensi dan
profesionalitas kinerja guru, Jakarta: Bee M edia Pustaka.
Bafadal Ibrahim,2003. manejemen peningkatan mutu sekolah dasar dari sentralisasi menuju
ke desentrlisasi, Jakarta: Bumi Aksara
Marimba, Ahmad D, (2006). pengantar filsafat pendidikan, BANDUNG: PT. Almaarif
Ismail SM, 2009, strategi pembelajaran agama islam berbasis PAIKEM, semarang:Rasail.

Anda mungkin juga menyukai