Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan telekomunikasi,
meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil
(http://findarticles. com/ p/ articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226, diperoleh tanggal 01 mei 2012)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.
Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 02 mei
2012).
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan perawatan pasien.
Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video
komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara
manusia dan atau computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 02 Mei 2012)
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan
jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas
kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau
telehealth (http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh tanggal 02 Mei
2012)
Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan
peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang mempunyai tanggung
jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya sangat banyak. Perlu
dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat dan pasien perlu
dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan
dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi
informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat
dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena keterbatasan
sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari
pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana
seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat
diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal tersebut dikatakan telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan klien melalui pengkajian triase dan pemberian informasi menggunakan teknologi informasi dan
telekomunikasi serta sistem berbasis website. Ners yang melakukan praktek telenursing harus seorang Registered
Nurses (RN). Perawat yang melakukan praktek telenursing harus bertanggung jawab untuk meyakinkan kemampuan
ketrampilan keperawatan mereka dan pengetahuan yang up to date untuk praktek telenursing mereka.
Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan difokuskan pada dimensi dari
urgensi. Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk
mencapai hasil yang positif dari konsultasi melalui telephone maka sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik.
Komunikasi yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan
dipahami. Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat. Sebuah
komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik pendekatan yang disukai dalam rangka membina hubungan antara
klien dan tenaga professional. Komunikasi yang berpusat pada klien telah ditangani secara ekstensif selama dekade
terakhir.
Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up, pengkajian dan pengumpulan
data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan perawatan multidisiplin yang inovatif serta
kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing, perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan
evaluasi terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan teknologi seperti internet, computer, telephone, alat
pengkajian digital, dan perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system komunikasi yang lain.
Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat dan pasien dengan informasi yang lebih
efektif. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara langsung
menggunakan system transmisi elektronik.
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang pesat saat ini.
Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula
darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat
berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan
dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama dalam manajemen
pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan dukungan online, perawatan yang
berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang tidak terbatas.
a. Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman klinik namun telah
pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara
online. Hal ini juga menghindari kontak langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi
ruang dan waktu bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna
narkotika/obat terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien
sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam
penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti
keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya
Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed
consent (pernyataan persetujuan) lewat email
Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat
dikenakan hukuman/legal aspek.
c. Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi kesehatan dan penggunaan
internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai
bentuk aplikasi tehnik komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan
perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan
tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
Gambar 1.2 Tiga level keamanan untuk proteksi data pasien
Gambar 1.3. Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan
4. Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus Telenursing
Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi.
Hasil : Telenursing meningkatkan kepuasan pada pasien. Pasien percaya bahwa telenursing membuat perawatan lebih
accessible, dia suka dengan telemedicine dari pada face to face, tetapi menganggap face to face adalah yang terbaik.
(http://ons.metapress.com/content/f662854712557057/, diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
5. Penelitian dari Anthony F. Jerant, MD dengan judul A Randomized Trial of Telenursing to Reduce
Hospitalization for Heart Failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators.
Hasil : Penelitian ini membandingkan 3 perawatan modalitas untuk menurunkan kekambuhan CHF selama 180 hari
follow up. Subyek menerima kunjungan dasar selama 60 hari dan mendapat satu dari 3 terapi modalitas : (a) video-
based home telecare; (b) telephone calls; and (c) usual care Kekambuhan pada CHF menurun lebih dari 80% dengan
telenursing dibandingan dengan perawatan biasa. Dari penelitian ini juga menurunkan kunjungan emergensi pada
CHF. Pada perawatan diri kedua group tidak ada perbedaan secara signifikan tentang kepatuhan, pengobatan, status
kesehatan dan kepuasan. Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi pada CHF dan meningkatkan frekuensi
komunikasi dengan pasien.
(http://www.haworthpress.com/store/toc/J027v22n01_TOC.pdf?
sid=F92MP1MXXT1X8JN4VFE1BXJ22VPX12U5&, diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
6. Penelitian dari L. Schlachta-Fairchild dengan judul Findings Of The 2004 Nternational Telenursing Survey.
Hasil : Mayoritas perawat yang melakukan tidak tersertifikasi dalam telemedicine, telenursing, atau nursing
informatics dan percaya bahwa sertifikasi pada telenursing adalah penting dan interes untuk dilakukan sertifikasi dan
merupakan indikasi telenursing seharusnya merupakan bagian dasar dari pendidikan keperawatan dan pengalaman
klinik (http://www.mrc.co.za/conference/satelemedicine/Castelli.pdf, diperoleh tanggal 02 Mei 2012).
7. Impact of tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen, Coll, & Peters, 2005).
Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang
digunakan adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat
perbaikan yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam manajemen perawatan ulkus kaki antara
sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat
menjadinmanfaat besar bagi perawat komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan
ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih efisien dan
efektivitas biaya dalam perawatan luka.
8. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Telenursing juga
bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah
perawat, terutama petugas kesehatanmyang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan
darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka kurang terpapar informasi-informasi
maupun pengetahuan terkini menghenai pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing
dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat terhadap
petugas kesehatan yang bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat domain
pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).
9. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a randomised controlled
trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, & Borre, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan
angka dalam insiden kanker prostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap peran perawatan kesehatan
masyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan, sehingga waktu
rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi terhadap pasien post op prostektomy, maka
pasien dituntut agar mampu melakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber
daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi. Penelitian ini merupakan uji coba
terkontrol secara acak prospektif dari 95 pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan
adalah TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien selama rawat inap yang diberikan adalah
sama untuk semua pasien. Data dikumpulkan dari catatan medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang tidak
ditemukan perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan
pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di rumah sakit sehingga
peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi
awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode pasca operasi setelah pulang
meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan
kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
10. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1 (Rufo, 2011). Dalam
artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan
kualitas hidup pasien dan keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan
menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi terpencil,
sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien
secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi yang
mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan
kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.
11. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Tele-ICU,
eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara,
lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap
belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptic meskipun rasio biaya perawatan
yang bisa ditekan dan manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis
dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan klinis.
12. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini dikemukakan berupa hasil
survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh
dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien
tidak perlu datang ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi melalui
Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini
adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari penerapan metode
ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya harus
memilki pemahaman yang luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang
digunakan.