Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGUKURAN KINERJA

“Anggaran sebagai alat pengukuran kinerja sektor publik ”

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Pengukuran Kinerja

Kelompok IV

Nama Anggota :

Siti Masitah

Marisa Eka Putri Busi

Rani Marsellina Selly

Arnold Roland Putra Djami

Efrem Dosi

Kelas : VI A

Jurusan Akuntansi

Program Studi Akuntansi Sektor Publik

Politeknik Negeri Kupang

Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan penyertaan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mnengenai “Anggaran sebagai alat
pengukuran kinerja sektor publik” ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada ibu Clara M. Reinamah, S.ST.,M.M.,Ak.CA selaku dosen yang
membimbing dan memberikan tugas ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan berbagai manfaat untuk para
pembaca.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kupang, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LatarBelakang...............................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1. Pengertian Anggaran....................................................................................................2
2.2 Perencanaan Anggarana..............................................................................................2
2.3. Pelaksanaan Anggaran.................................................................................................4
2.4. Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran.....................................................5
2.5. Tahap-tahap Analisis Anggaran..................................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur .
Sebagaimana diatur dalam UU No.17/2003, pada rancangan undang-undang atau peraturan
daerah tentang Laporan Keuangan pemerintah pusat/daerah disertakan informasi tambahan
mengenai kinerja instansi pemerintah. Hal ini seiring dengan perubahan paradigma
penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan keluaran (output) dan
hasil (outcome) dari setiap kegiatan/program dengan jelas.Pengukuran kinerja berbasis
analisis anggaran dilakukan dengan mengukur ketercapaian program kerja dan kegiatan
melalui keterserapan anggaran dalam periode anggaran tertentu. Dalam konteks anggaran
berbasis kinerja (ABK) dimana setiap rupiah uang yang dibelanjakan harus jelas hasilnya,
maka pendekatan ini menjadi kurang relevan. Namun kembali pada pola pikir (mind set),
meskipun saat ini pemerintah Republik Indonesia sudah menerapkan ABK, cara berfikir
tradisional ini masih sangat kuat dijadikan patokan oleh sebagian pengguna anggaran
pemerintahan. Kelebihan utama pendekatan analisis anggaran sebagai alat pengukuran
kinerja di sektor publik adalah ukuran kuantitatif yang mudah dianalisis dan
diinterpretasikan. Anggaran dalam organisasi sektor publik mempunyai peran yang sangat
penting untuk mewujudkan implementasi program dan kegiatan. Dalam konteks sistem
perencanaan komprehensif, anggaran merupakan turunan dari program dan program
merupakan turunan dari visi. Maka, hakikat mengukur ketercapaian anggaran adalah
mengukur ketercapaian visi dalam jangka pendek. Dengan menggunakan pengukuran kinerja
berbasis anggaran kita dapat menilai tingkat keberhasilan entitas dalam
mengimplementasikan anggarannya.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak
perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul
di masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari perencanaan dan pelaksanaan anggaran?
2. Bagaimana pengukuran kinerja berbasis analisis anggaran?
3. Apa saja tahap-tahap dalam analisis anggaran?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dari perencanaan dan pelaksanaan anggaran


2. Dapat memahami mengenai pengukuran kinerja berbasis analisis anggaran
3. untuk memahami dan mempraktekan tahap-tahap analisis anggaran
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anggaran

Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya
mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran ini
merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang menerjemahkan berbagai program ke
dalam rencana keuangan tahunan yang lebih konkret.Anggaran sektor publik dibuat untuk
membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik, air, kualitas kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat
dipengaruhi oleh keputusan yang diambil pemerintah melalui anggaran yang mereka buat.
Selain itu anggaran adalah alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk
mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jadi anggaran merupakan alat utama kebijakan
fiskal pemerintah.
Penyusunan anggaran pada organisasi sektor publik dapat membantu mewujudkan
akuntabilitas. Berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan, masyarakat secara tidak langsung
dapat melakukan pengawasan atau pengendalian. Hal ini karena anggaran sebenarnya dapat
dijadikan standar atas kegiatan pengukuran kinerja. Namun demikian, oleh karena anggaran
ini hanya memuat rencana-rencana keuangan, maka pengukuran kinerja berdasarkan anggaran
ini hanya bermanfaat untuk menilai ekonomi dan efisiensi. Dalam mengukur efektivitas
kegiatan atau program harus dilihat dari outcome, benefit, dan impact-nya, dimana komponen-
komponen ini tidak bisa hanya diukur dengan menggunakan standar anggaran..
Anggaran daerah (dikenal dengan istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah/APBD) adalah rencana keuangan Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan
kewenangannya selama satu tahun anggaran. Dalam konteks pengukuran kinerja berbasis
anggaran, tidak bisa dilepaskan pemahaman kita terhadap 3 (tiga) siklus utama pengelolaan
keuangan daerah, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) pengawasan/pengendalian.
Ketiga proses tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena ketiganya
merupakan bagian dari sistem pengelolaan keuangan daerah. Fokus pengukuran kinerja
berbasis anggaran sebenarnya adalah untuk mengetahui kinerja keuangan daerah, yaitu sejauh
mana efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah.

2.2 Perencanaan Anggaran


Perencanaan anggaran daerah (APBD) terdiri dari: (1) formulasi kebijakan anggaran (budget
policy formulation) dan (2) perencanaan operasional anggaran (budget operational planning).
Formulasi kebijakan anggaran adalah penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagai
dasar dalam perencanaan operasional. Perencanaan operasional adalah penyusunan rencana
kegiatan dan alokasi sumber daya. Dalam sistem anggaran kinerja, Arah dan Kebijakan
Umum APBD mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi perencanaan dan fungsi
pengendalian. Sebagai fungsi perencanaan karena Arah dan Kebijakan Umum APBD ini
merupakan pedoman dalam penyusunan Rancangan APBD. Sedangkan sebagai fungsi
pengendalian karena Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagai dasar penilaian kinerja
keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
1. Formulasi Kebijakan Anggaran
Formulasi kebijakan anggaran ditetapkan pada Arah dan Kebijakan Umum APBD.
Berdasarkan Peraturan Pemerinta.h No. 105 tahun 2000, anggaran APBD disusun
bedasarkan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi atau input yang ditetapkan.
Berdasarkan pendekatan kinerja tersebut, “setiap alokasi biaya yang direncanakan dalam
APBD dikaitkan dengan tingkat pencapaian pelayanan tertentu yang harus dicapai.”
Penyusunan APBD ini harus didasarkan pada sasaran dan kebijakan tertentu yang
menggambarkan komponen dan tingkat pelayanan yang akan dicapai dalam satu tahun
anggaran. Sasaran dan kebijakan ini dirumuskan dalam dokumen perencanaan anggaran
daerah yang sering disebut dengan istilah Arah dan Kebijakan Umum APBD. Arah dan
Kebijakan Umum APBD ini merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan,
sasaran, kebijakan, program dan kegiatan strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis Daerah (RENSTRADA).
Penjabaran RENSTRADA yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD harus mempertimbangkan elemen-elemen
sebagai berikut: (a) penjaringan aspirasi masyarakat, (b) kinerja masa lalu, (c) kebijakan
Pemerintah Daerah, (d) asumsi dasar, dan (e) estimasi kapasitas keuangan daerah.
Penjaringan aspirasi masyarakat merupakan perwujudan dari partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan anggaran daerah yang transparan, demokratis, dan akuntabel.
Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD ini, Pemerintah Daerah menyusun
strategi dan prioritas APBD. Selanjutnya Kepala Daerah menerbitkan Surat Edaran dan
disampaikan kepada setiap Satuan Kerja untuk dasar rancangan anggaran unit kerja.
Penyusunan rancangan anggaran unit kerja ini dituangkan dalam Rencana Anggaran
Satuan Kerja (RASK) sebagai dasar penyusunan Rancangan APBD.
2. Perencanaan Operasional Anggaran
Perencanaan operasional anggaran berkaitan dengan penyusunan rencana kegiatan
dan alokasi sumber daya dengan mengacu pada Arah dan Kebijakan Umum APBD.
Penyusunan rencana kegiatan dan alokasi sumber daya dilakukan pada setiap bidang
sesuai bidang pemerintahan yang ditetapkan. Jika pada perusahaan manufaktur,
sebuah master budget bisa mencakup anggaran produksi, anggaran pemasaran, dan
anggaran personalia, maka master budget di pemerintah daerah dapat diklasifikasikan
dalam berbagai bidang, antara lain: (1) Bidang Administrasi Umum Pemerintahan, (2)
Bidang Pertanian, (3) Bidang Perikanan dan Kelautan, (4) Bidang Pertambangan dan
Energi, (5) Bidang Kehutanan dan Perkebunan, (6) Bidang Perindustrian dan
Perdagangan,(7) Bidang Perkoperasian, (8) Bidang Penanaman Modal, (9) Bidang
Ketenagakerjaan, (10) Bidang Kesehatan, (11) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan,
(12) Bidang Sosial, (13) Bidang Penataan Ruang, (14) Bidang Permukiman, (15)
Bidang Pekerjaan Umum, (16) Bidang Perhubungan, (17) Bidang Lingkungan Hidup,
(18) Bidang Kependudukan, (19) Bidang Olahraga, (20) Bidang Kepariwisataan
dan (21) Bidang Pertanahan. Perencanaan anggaran opesaional yang disusun
berdasarkan bidang pemerintahan di atas tetap mengacu pada Arah dan Kebijakan
APBD yang telah ditetapkan.
Standar Analisis Belanja (SAB) adalah standar atau pedoman yang digunakan untuk
menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh suatu satuan kerja (unit organisasi) dalam satu tahun
anggaran. Penilaian terhadap kewajaran beban kerja, usulan program, atau kegiatan
ini dikaitkan dengan kebijakan program, komponen dan tingkat pelayanan yang akan
dicapai, jangka waktu pelaksanaannya, serta kapasitas satuan kerja untuk
melaksanakannya. Beberapa pertimbangan dalam menilai kewajaran beban kerja
antara lain: (a) kaitan logis antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan
strategi dan prioritas APBD, (b) kesesuaian antara program atau kegiatan yang
diusulkan dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja yang bersangkutan, (c)
kapasitas Satuan Kerja yang bersangkutan untuk melaksanakan program atau kegiatan
pada tingkat pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu satu tahun
anggaran. Penilaian terhadap kewajaran biaya setiap program dikaitkan dengan
kebijakan program, tolok ukur kinerja, dan standar biaya yang berlaku.
Tolok Ukur Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap
program atau kegiatan. Tolok ukur kinerja digunakan sebagai dasar pengukuran
kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja, terutama untuk menilai kewajaran
anggaran biaya suatu program atau kegiatan. Tolok ukur kinerja ini mencakup dua
hal yaitu, (a) unsur keberhasilan yang diukur dan (2) tingkat pencapaian setiap unsur
keberhasilan. Setiap program atau kegiatan minimal mempunyai satu unsur ukuran
keberhasilan dan tingkat pencapaian (target kinerja) yang digunakan sebagai tolok
ukur pencapaian target kinerja. Kewajaran biaya yang dianggarkan berkaitan dengan
2 (dua) aspek, yaitu (1) kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan tolok ukur
kinerja dan (2) kaitan antara anggaran biaya dengan harga satuan unit biaya (standar
biaya). Kedua aspek ini mempengaruhi penetapan SAB setiap program atau kegiatan
yang diusulkan oleh Satuan Kerja.

2.3 Pelaksanaan Anggaran


Dalam pelaksanaan Anggaran Daerah ini kemungkinan terjadi perubahan
anggaran (rebudgeting) pada periode anggaran. Perubahan APBD dilakukan
sehubungan dengan (a) kebijakan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah yang
strategis, (b) penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan daerah yang
ditetapkan, (c) terjadi kebutuhan yang mendesak. Hal-hal yang melatarbelakangi
terjadinya perubahan APBD, dibahas bersama dengan DPRD dan selanjutnya
dituangkan dalam perubahan Arah dan Kebijakan Umum APBD serta perubahan
strategi dan prioritas APBD. Perubahan Arah dan Kebijakan Umum APBD serta
perubahan strategi dan prioritas APBD ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai
pedoman perangkat daerah dalam menyusun usulan perubahan program, kegiatan, dan
anggaran.
2.4 Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran
1. Konsep Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Analisis Anggaran
Analisis selisih anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisional yang
membandingkan antara anggaran dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan
program. Pengukuran kinerja ditekankan pada input, yaitu terjadinya over
spending atau under spending.
Pengukuran kinerja berbasis anggaran dilakukan dengan menilai selisih
(variance) antara anggaran dengan realisasinya. Teknik tersebut lebih dikenal dengan
istilah analisis selisih anggaran (analysis of budget variance). Analisis selisih
anggaran adalah teknik pengukuran kinerja organisasi yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diketahui apakah
terjadi selisih under spending atau over spending. Analisis ini untuk mengetahui
selisih under spending atau over spending diterapkan pada unit organisasi (entitas)
yang mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan biaya atau belanja (cost
centers). Selisih under spending adalah selisih yang terjadi jika pengeluaran aktual
lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran
Pengawasan/pengendalian dilakukan dengan analisis selisih (variance analysis)
antara rencana-rencana keuangan yang ditetapkan dalam anggaran dengan realisasi
kegiatan atau program yang sesungguhnya. Berdasarkan analisis selisih ini, dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengukuran kinerja. Jika selisih terjadi menunjukkan
pengeluaran aktual yang lebih kecil daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan
dalam anggaran (under spending) maka berarti kinerja keuangan sebuah Satuan kerja
adalah baik. Sebaliknya, jika selisih yang terjadi menunjukkan pengeluaran aktual
yang lebih besar daripada jumlah pengeluaran yang ditetapkan dalam anggaran (over
spending) maka dapat dikatakan kinerja keuangan sebuah Satuan kerja adalah tidak
baik. Hasil analisis ini dapat dijadikan umpan balik (feedback) bagi perencanaan
anggaran daerah pada periode anggaran berikutnya.
Jika dalam tahap pelaksanaan anggaran mengalami perubahan (rebudgeting) maka
yang dijadikan tolok ukur adalah anggaran setelah mengalami perubahan.
Rebudgeting dibandingkan dengan realisasi aktivitas dan program sehingga dapat
diidentifikasi terjadinya under spending dan over spending.

2. Formulasi Analisis Selisih Anggaran


Pendekatan ini digunakan untuk menilai surplus atau defisit implementasi
anggaran dalam satu periode. Formulasi umum analisis selisih anggaran
adalah sebagai berikut:

Surplus/Defisit = Anggaran – Realisasi


Organisasi sektor publik terutama pure non-profit organizations misalnya instansi pemerintah
(pemerintahan daerah) dapat meneruskan analisis selisih anggaran ini dengan analytical
procedure, yaitu dengan membuat rasio kinerja. Rasio kinerja ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Rasio ini ditujukan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai penyelenggaraan pemerintahan sendiri dengan membandingkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan subsidi pemerintah pusat dan propinsi serta
pinjaman daerah
2. Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan
dari pajak daerah
3. Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan
dari retribusi daerah
4. Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan
dari Bagian Laba BUMD
5. Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan
dari Lain-lain PAD yang Sah
6. Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi belanja aparatur daerah
terhadap total belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah
7. Perhitungan rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi belanja pelayanan
publik terhadap total belanja yang dikeluarkan pemerintah daerah

2.5 Tahap-Tahap Analisis Anggaran


Tahap-tahap analisis selisih anggaran dapat diuraikan berikut ini.
1. Siapkan data-data Anggaran dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Data utama yang digunakan dalam analisis ini adalah anggaran (APBD) dan
laporan realisasi anggaran. Data anggaran memuat rencana-rencana penerimaan
pendapatan, pengeluaran belanja, dan pembiayaan dalam satu periode. Data
laporan realisasi anggaran memuat realisasi penerimaan pendapatan, pengeluaran
belanja dan pembiayaan dalam satu periode. Pastikan item-item dalam laporan
realisasi anggaran sama dengan item-item pada rencana anggaran.
2. Bandingkan Data-Data Realisasi Anggaran Dengan Anggarannya Untuk Setiap
Item Yang Sama.
Item anggaran dibandingkan dengan item realisasi baik pada pos pendapatan,
belanja maupun pembiayaan. Untuk memperoleh hasil yang obyektif dan
akuntabel, laporan realisasi anggaran harus didukung dengan bukti-bukti yang
cukup dan memadai.
3. Hitung Selisih Anggaran
Pembandingan anggaran dengan realisasinya menghasilkan selisih atau
penyimpangan (variance). Selisih ini dikelompokkan menjadi dua yaitu selisih
penerimaan dan selisih pengeluaran sehingga dapat diketahui selisih lebih
(surplus) atau selisih kurang (defisit) anggaran
4. Hitung Pressentase Tingkat Ketercapaian Anggaran
Nilai selisih anggaran yang terjadi dapat dihitung persentase ketercapaiannya.
Penghitungan persentase ketercapaian ini dilakukan pada pos-pos penerimaan
maupun pengeluaran
5. Lakukan Analytical Procedure Dengan Pembuatan Rasio-Rasio Kinerja
Untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang kinerja organisasi, maka
analisis dapat dilanjutkan dengan melakukan penghitungan rasio- rasio anggaran,
misalnya rasio kemandirian, rasio pajak daerah terhadap PAD, rasio belanja
aparatur terhadap total belanja, dan sebagainya.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya
mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran adalah
alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial
dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dalam konteks pengukuran kinerja berbasis anggaran, tidak bisa dilepaskan dari pemahaman
kita terhadap 3 (tiga) siklus utama pengelolaan keuangan daerah, yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, dan (3) pengawasan/pengendalian. Perencanaan anggaran daerah (APBD)
terdiri dari: (1) formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan (2)
perencanaan operasional anggaran (budget operational planning). Kepala Daerah
menetapkan Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) menjadi Dokumen Anggaran Satuan
Kerja berdasarkan Perda APBD. Dokumen Anggaran Satuan Kerja memuat pendapatan dan
belanja setiap perangkat daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan APBD oleh
pengguna anggaran.
Organisasi sektor publik terutama pure non-profit organizations misalnya instansi
pemerintah (pemerintahan daerah) dapat melanjutkan analisis selisih anggaran ini dengan
analytical procedure, yaitu dengan membuat rasio kinerja. Rasio-rasio kinerja berbasis
anggaran tersebut antara lain Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Pajak Daerah terhadap PAD,
Rasio Retribusi Daerah terhadap PAD, Rasio Bagian Laba BUMD terhadap PAD, Rasio
Lain-lain PAD yang Sah terhadap PAD, Rasio Belanja Aparatur terhadap Total Belanja,
Rasio Belanja Pelayanan Publik terhadap Total Belanja.
Tahap-tahap analisis selisih anggaran adalah: (1) siapkan data-data Anggaran
dan Laporan Realisasi Anggaran, (2) bandingkan data-data Realisasi Anggaran
dengan Anggarannya untuk setiap item yang sama, (3) hitung Selisih Anggaran, (4)
hitung Persentase Tingkat Ketercapaian Anggaran dan (5) lakukan Analytical
Procedure dengan pembuatan Rasio-Rasio Kinerja.
DAFTAR PUSTAKA

http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/pdf_files/1186/EKAP4404.pdf

Anda mungkin juga menyukai