Anda di halaman 1dari 11

Swot sebagai alat pengukuran kinerja

sektor publik

Kelompok 3

Ermelinda Yju

Erwin Koroh

Ivana Subagio

Nadya Welmau

Politeknik Negeri kupang

Akuntansi Sektor Publik

2020/2021

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SWOT sebagai alat pengukuran Kinerja
sektor publik” ini dengan tepat waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Clara Rainamah SE.,MM., Ak selaku Dosen yang telah membimbing dan memberikan tugas
ini.
Semoga makalah ini berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai pengukuran kinerja khususnya SWOT sebagai alat pengukuran kinerja sektor
publik. Terlepas dari itu semua kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kami terbuka untuk
menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca, sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang SWOT sebagai alat
pengukuran Kinerja sektor publik ini dapat memberi manfaat ataupun inspirasi bagi pembaca.

Kupang, 23 Maret 2020

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Rumusan Masalah
Bab 11 Pembahasan

A. Kesenjangan harapan pengukuran kinerja


B. Peran Indikator Kinerja

C. Berbagai Kategori Pengukuran Kerja

D. Pendekatan Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik 

E. Analisis Rasio Laporan Keuangan

F. Best Value Performance Measurments

Bab 111 Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Banyaknya komentar masyarakat tentang keberhasilan dan ketidak- berhasilan
kerja sama pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberi hak untuk
meningkatkan harapan dan kepedulian masyarakat yang harus direspons. Namun,
antara harapan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dengan apa yang dilakukan
oleh para pengelola dan pejabat pemerintahan sering berbeda. Berhubungan dengan
terjadi, harapan harapan (kesenjangan harapan) yang dapat menimbulkan
ketidakharmonisan antara pemerintah dengan para pengguna langsung dari masyarakat
Kesenjangan harapan merupakan yang menyebabkan perbedaan antara harapan
masyarakat dengan apa yang sebenarnya.
Dengan indikator kinerja, suatu organisasi memiliki wahana yang jelas tentang dia
akan disetujui atau tidak berhasil di masa depan yang akan datang Indikator kinerja
berkelanjutan organisasi yang diperlukan dapat memfasilitasi semua pemangku
kepentingan. Dengan indikator yang sama dan persepsi yang sama maka penilaian
yang diharapkan menggunakan kriteria yang sama dengan yang lebih obyektif.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kesenjangan harapan pengukuran kinerja
2. Untuk memahami pendekatan pengukuran kinerja organisasi sektor publik
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan pengukuran kinerja organisasi sektor publik ?
2. Bagaimna peran indikator kinerja dalam kerangka mengukur tingkat keberhasilan
suatu lembaga ?

BAB 11

PEMBAHASAN
A. Kesenjangan Harapan Pengukuran Kinerja

Banyaknya komentar masyarakat tentang keberhasilan dan ketidak- berhasilan


kerja sama pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberi hak untuk
meningkatkan harapan dan kepedulian masyarakat yang harus direspons.  Namun,
antara harapan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dengan apa yang dilakukan
oleh para pengelola dan pejabat pemerintahan sering berbeda.  Berhubungan dengan
terjadi, harapan harapan (kesenjangan harapan) yang dapat menimbulkan
ketidakharmonisan antara pemerintah dengan para pengguna langsung dari
masyarakat Kesenjangan harapan merupakan yang menyebabkan perbedaan antara
harapan masyarakat dengan apa yang sebenarnya men  .  Hal ini sebagai akibat dari
belum adanya sistem peng-ukuran-formal  Para pengetola tata kelola sering mem-
anggap anggapan tentang ukuran keberhasilan suatu lembaga pemerintah menyetujui
pada kemampuan lembaga terscbut dalam menghemat anggaran.  Jadi, suatu lembaga
disetujui berhasil menggunakan 100% anggaran pemerintah atas hasil yang
diharapkan dari pelaksanaan program yang masih jauh di bawah standar.  Sementara
masyarakat mengharapkan keberlanjutan hasil dari pemerintah adalah tindakan nyata
yang bisa mening- katkan kesejahteraan mereka.  

B. Peran indikator Kinerja

Dalam kerangka mengukur tingkat keberhasilan suatu lembaga peminta risiko


sangat diperlukan oleh para pemangku kepentingan.  Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitaif dan / atau kuaitatif yang diminta.  Oich karena itu indikator kinerja harus
merupakan sesuatu yang akan dihitung dan digunakan serta digunakan sebagai dasar
untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam perencanaan, pemasangan,
serta kegiatan setelah selesai dan dilakukan.  Dengan demikian, tanpa kehadiran
indikator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai tingkat keberhasilan dan
ketidakberhasitan persetujuan mau- pun program antar lembaga pemerintah. 
Dengan indikator kinerja, suatu organisasi memiliki wahana yang jelas
tentang dia akan disetujui atau tidak berhasil di masa depan yang akan datang
Indikator kinerja berkelanjutan organisasi yang diperlukan dapat memfasilitasi semua
pemangku kepentingan.  Dengan indikator yang sama dan persepsi yang sama maka
penilaian yang diharapkan menggunakan kriteria yang sama dengan yang lebih
obyektif.  Indikator kinerja lembaga pemerintah semestinya tidak hanya melibatkan
pejabat atau lembaga pemerintah, tetapi juga penting bagi pihak lain seperti legislatif,
investor, kreditur, hubungan internasional.  pengamat, dan juga masyarakat umum. 
Jadi dengan adanya indikator yang jelas diharapkan akan menghasilkan konsensus
dari berbagai pihak baik internal maupun eksternal untuk menghindari kesalahan
interpretasi selama pelaksanaan program dan dalam persetujuan keberhasilan
beberapa lembaga pemerintah.

C. Berbagai Kategori Pengukuran Kinerja

Dari berbagai aspek dan perspektif dalam pengukuran kinerja dipaparkan di


atas, maka dapat dirinci berbagai kategon sebagai tolok ukur Penilaian kinerja
organisasi sektor publik.  Kategori- Astegori ini dapat diterapkan pada setiap jenis
organisasi sektor publik yang dimodifikasi sesuai dengan karakteristik dan keunikan
organisasi yang diakui;
1. Ukuran-ukuran Finansial
- Ukuran biaya
 Kemampuan untuk mencapai biaya yang telah dianggarkan
(pengurangan pemain dianggarkan)
 Kemampuan untuk merealisasikan biaya atau biaya dianggarkan
dalam satu periode sccara efisien. 
 Kemampuan untuk merealisasikan pengeluaran atau biaya yang
dikeluarkan dalam anggaran yang fleksibel satu periode yang
efisien (misalnya biaya-biaya yang bisa dikeluarkan dalam batas
tertentu untuk setiap unit produk atau layanan yang diproduksi dan
disediakan). 
- Ukuran Pendapatan
 Kemampuan untuk mencapai penjualan (penyediaan layanan) atau
target pertumbuhan penjualan (penyediaan layanan) yang disetujui
dengan efektif. 
 Kemampuan untuk mencapai peningkatan atau perluasan market
share (pangsa pasar) dengan efektif.
- Ukuran Tingkat Pengembalian dan Kelebihan
 Kemampuan untuk mencapai marjin kontribusi sebagaimana
ditargetkan
 Kemampuan untuk mencapai tingkat surplus atau pendapatan
tertentu sebagai target
 Kemampuan untuk mencapai arus kas tertentu sebagaimana
ditargetkan. 
 Kemampuan untuk mencapai tingkat surplus setelah
memertimbangkan total investasi atau biaya modal (misalnya
dengan menghitung sisa pendapatan-nya)
 Kemampuan untuk mencapsi rehurn pada aset (ROA).  return on
invesiment (ROI), dan returm on equity (ROE).
 Peningkatan harga pasar saham organisasi jika dimiliki go publik
melalui pasar modal
2. Ukuran Produktivitas
 Jumlah output yang dapat dihasilkan untuk setiap pegawai ata
setiap jam kerja efektif.
 Jumlah output yang dapat dihasilkan untuk setiap unit bahan
mentah (input) 
 Tingkat pengurangan atau penurunan produkrusak atau cacat
 Jumlah waktu yang dibutuhkan organisasi secara keseluruhan
untuk menghasilkan setiap unit produk atau layanan. 
 Proporsi nilai tambah (nilai tambah) dari total jam kerja efektif
 Proporsi waktu menganggur (value added) dari total jam kerja
efektif. 
3. Ukuran Kualitas
 Persentase produk tidak sempurna (produk cacat) misalnya produk
rusak, cacat, kembali, dan / atau layanan yang tidak memenuhi
standar pelayanan minimum (SPM). 
 Jumlah biaya yang digunakan untuk mengganti (biaya garansi atau
pengembalian kembali (reimbrrsemenis) atas produk atau layanan
yang tidak memadai.
 Jumlah biaya-biaya kualitas yang dikeluarkan dalam penerapan
sistem manajemen mutu terpadu
 Penilaian pelanggan atas kualitas layanan atau produk
4. Ukuran Pelayauan
 Kepuasan pelangean (masyarakat sebagai pengguna langsung) atas
kualitas layanan atau produk yang disediakan.
 Penilaian pihak ketiga (misainya LSM, YLKI, dan auditor
independen) atas kepuasan pelanggan
 Persentase produk atau layanan yang disediakan secara tepat waktu
 Jumlah keluhan atau komplain pelanggan (masyarakat sebagai
pengguna langsung) setiap periode tertentu seperti hari, minggu
atau bulan.
 Kemampuan untuk memenuhi produk atau layana yang dibiayai
pelanggan (masyarakat).
5. Ukuran Inovasi
 Jumlah produk atau jenis layanan baru yang berhasil disediakan
setiap periode
 Persentase penyediaan produk atau layanan yang digunakan untuk
pengembangan pasar baru. 
 Waktu yang diperlukan auntuk mengenalkan produk / layanan baru
kepada masyarakat. 
 Pembandingan dengan organisasi lain yang memiliki kinerja
terbaik (pembandingan )
6. Ukeran Personalia
 Tingkat perputaran pegawai (omset)
 Jumiah pegawai yang membolos (absen) setiap bulan.  

D. Pendekatan Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik 

Kinerja instansi pemerintah bersifat multidimensional. Dalam arti, tidak ada


indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingket keberhasilan
secara komprehensif untuk semua jenis instansi pemerintah. Indikator kinerja yang
dipilih akan sangat tergantung pada faktor kritikal keberhasilan yang telah
diidentifikasi. Beberapa ukuran ukeran keberhasilan dapat diklasifikasikan dalam
beberapa perspektif. Berbagai pendekatan  yang menekankan baik pada aspek
finansial maupan nonfinansial bisa digunakan secara bersama dengan saling
melengkapi. Pendekatan-pendekatan pengukuran kinerja organisasi sektor publik
dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Anggaran
Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan cara membandingkan
anggaran dengan realisasinya. Laporan keuangan yang digunakan
untuk analisis dasar anggaran dan pelaporan anggaran
2. Analisis  Rasio Laporan Keuangan
Pengukuran kinerja yang didasarkan penghitungan rasio keuangan,
misalnya rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio
pasar.  Rasio likuiditas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
organisasi dalam pending Rasio aktivitas menggunakan lebih dari
kebutuhan penggunaan dengan melihat tingkat aktivitas aset tersebut. 
Rasio solvabilitas untuk mengukur mana yang memenuhi persyaratan. 
Rasio pasar mengetahai perkembangan nilai organisasi relatif terhadap
nilai buku organisasi (perusahaan) tersebut.  Data yang digunakan
sebagai dasar untuk analisis ini adalah pembagian.  Di bawah ini akan
diuraikan pembahasan mengenai analisis laporan keuangan ini. 
3. Metode Balanced Scorecard
Pengukuran kinerja berdasarkan keuangan dan nonfinansial. 
Dimensi pengukuran perspektif 4 (empat) perspektif yaitu perspektif
finansial, perspektif pelanggan (pengguna), perspektif proses bisnis
internal dan perspektif inovasi-pembelajaran.  Metode Balanced
Scorecard banyak digunakan untuk mermbantu pengukuran kinerja
sektor publik. 
4. Performace Audit (Pengukuran Value for Money)
Pengukuran dan pemeriksaan kinerja berdasarkan pada ukuran
ckonomi, efisiensi dan efisiensi.  Ekonomi terkait dengan perhitungan
penghematan dikeluarkan yang dilakukan Efisiensi terkait dengan
pengukuran benar cara yang digunakan membandingkan input dengan
output.  Efektifitas Terkait dengan Pengukuran Realitas yang Tepat,
Targetkan, Hasil, Perbandingan, dan Realisasinya.

E. Analisis Rasio Laporan Keuangan

Neraca adalah laporan keuangan yang membahas tentang pengeluaran, serta


modat dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu Jadi kelanjutan laporan keuangan
pada hari berikutnya, khusus pada waktu tutup buku dan tutup pada akhir tahun ini  ,
Dengan demikian, sering disebut dengan Balance Shret. Dengan demikian, demikian
terdiri dari tiga bagian utama yang disepakati, utang, dan modal. 
Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (sumber daya ekonomi) yang
dikuasai oleh perusahaan dan masih menyediakan manfaat yang akan datang.  Utang
merupakan pengorbanan- pengorbanan ekonomik (pengorbanan ekonomi) untuk
diserahkan atau jasa kepada entitas lain dimasa yang akan datang Terkait yang
diajukan dengan modal pemilik adalah hak residu atas yang dibeli setelah dibuktikan
dengan utang. 
Mudahnya modal adalah pembayaran total yang dapat
dipertanggungjawabkan. Laporan Laba-Rugi adalah laporan keuangan yang memuat
laporan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu, Laporan Laba-Rugi,
pendapatan per satu periode dan binya-dana untuk pendapatan, sesuai dengan perioda
yang sama. 
Di laporan Laba-Rugi juga diterbitkan untung (untung) dan untung 8urnn
Yang diminta dengan pendapatan (pendapatan) adalah lebih tinggi atau lebih rendah
daripada yang dihasilkan oleh pe- nycrahan produk perusahaan untuk pelanggan yang
diharapkan (biaya)  atau kombinasi ke duanya ke skibat penyerahan produk kepada
pelanggan.
  Untung adalah hasil penjualan neto yang berasal dari acara insi- gigi dan
bukan penyerahan jasa kepada pelanggan.  Sementara rugi adalah kerugian dari yang
insidental dan bukan dari penyerahan jasa kepada pelanggan.  Laporan Perubahan
Modal adalah laporan keuangan yang memuat informasi lengkap tentang perubahan
modal perusahaan pengerjaan perusahaan transakst dengan pemilik pada satu periode
(Esoy tertentu,
Laporan Arus Kas adalah laporan keuangan yang memuat informasi
sistematis tentang penerimaan dan pembayaran kas untuk satu periode sertentu Dalam
laporan  semua, penerimaan dan pengeluaran sesuai dengan operasi kegintan,
pembelanjaan kegiatan, dan investasi kegiatan.
Menurut Praswoto dan Juliaty (2002, hal54) terdapat 2 metode yang
digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan yaitu:
- Metode Aualisis Horisontal (Dinamis)
Metode Analisis Horisontal dilakukan dengan cara
membandingkan laporan keuargan untuk beberapa tahun atau
periode, sehingga dapat diakses perkembangan dan
kecenderungannya.
- Metode Analisis Vertikal (Statis)
Metode analisis vertikal yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun atau periode
tertentu, yaitu membandingkan antara pos yang satu dengan pos
lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun atau
periode yang sama.  Oleh karena membandingkan antara pos
yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang
sama, maka disebut metode vertikal.  Metode ini hanya
membandingkan metode laporan keuangan pada tahun atau
periode yang sama. 

F. Best Value Performance Measurments


Dalam Undang-Undang Pemerintah 1999 di Inggris telah menetapkan
persyaratan tertentu terhadap otoritas beberapa pemerintah daerah, kepolisian dan
Kantor Pemadam Kebakaran.  Sesuai dengan komitmen organisasi masyarakat ini
dapat meminta persetujuan perbaikan terus-menerus (perbaikan terus-menerus) atas
fungsiinya dengan memperhatikan kombinasi antara aspek ekonomi, efisiensi, dan
efisiensi sehingga bisa mencapai hasil terbaik (nilai terbaik). 
Dengan persyaratan untuk mencapai hasil seperti ini diperlukan untuk
merencanakan rencana dan tar setiap organisasi masyarakat di atas, Rerangka kerja
manajemen manajemen yan jelas perlu dirancang untuk dapat menerapkan sistem
pengaturan yang dirancang dengan nilai terbaik ini.  Ciri utama dari sistem
pengukuran kinerja bcrbasis nilai terbaik ini adalah dirumuskannya indikator-
indikator kinerja yang didukung (nasional) yang berorientasi pada hasil sebagai dasar
untuk menghubungkan indikator kinerja terbaik untuk individu dan unit kerja.  setiap
korporasi dan indikator masing-masing daerah dan unit kerja untuk meningkatkan
kinerja masing-masing.
BAB 111

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ringkasan Kesenjangan harapan merupakan perbedaan yang terjadi karena adanya
perbedaan antara harapan masyarakat dengan apa yang sebenarnya menjadi acuan
dalam manajemen yang menyediakan layanan masyarakat.  Hal ini sebagai akibat dari
tidak adanya sistem peng-ukuran-kinerja formal yang bisa-bisa-kategori-kinerja di
sektor publik.  Dalam rangka mengukur tingkat kepentingan di sektor publik ini,
sangat diperlukan indikator dan ukuran yang jelas bagi semua pemangku kepentingan.

B. Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami berharap kiranya para pembaca
dapat memaklumi terhadap makalah ini dan dapat mencari lebih dalam tambahan
materi tentang pengukuran kinerja sektor publik . Kritik dan saran sangat kami
harapkan agar dapat lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi pertama ( Mohamad Mahsun,SE,M.Si, AK)

Anda mungkin juga menyukai