DAN
METODE LABORATORIUM
Oleh :
Achmad Fauzi
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Spesimen darah
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi yang
vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah dengan jumlah
terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang masing-masing sudah memiliki
fungsi dan kadar yang berbeda-beda dalam tubuh. Pemeriksaan darah yang paling
sering dilakukan adalah hitung jenis sel darah merah lengkap, yang merupakan
penilaian dasar dari komponen sel darah. Selain untuk menentukan jumlah sel
darah dan trombosit, presentasi dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan
hemoglobin: menghitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari
sel darah merah.2
Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal pada sel darah
merah, maka akan membantu mendiagnosis suatu penyakit. Agar dapat diperoleh
spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka prosedur
pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan
alat, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik pengambilan
sampai dengan pelabelan. Pemilihan letak vena menjadi perhatian penting ketika
pasien terpasang intravena (IV) line, misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan
sampel darah tidak boleh dilakukan pada lengan yang terpasang infus.2
2. Spesimen sputum
a. Pemeriksaan sputum
b. Pengumpulan sputum
Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, pasien sering dirangsang
batuk dalam dengan menghirup aerosol salin yang sangat jenuh, glikol
propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebuliser
ultrasonik. Metode lainnya dari pengumpulan spesimen sputum, adalah
aspirasi endotrakheal, pembuangan dengan bronkhoskopi, penyikatan
bronkhial, aspirasi transtrakheal, dan aspirasi lambung, yang bisaanya
dilakukan untuk mengumpulkan organismee tuberkulosis. Sebaiknya pasien
diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan
sputum yang sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk
mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari paru-paru. Karena sering kali
jika pasien tidak dijelaskan demikian, pasien akan mengumpulkan saliva dan
bukan sputum. Sputum yang diambil pagi hari bisaanya adalah sputum yang
paling banyak mengandung organismee produktif. Bisaanya dibutuhkan
sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium. Implikasi
keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:
1) Pasien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat
banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, sehingga perlu
untuk memperbanyak asupan cairan.
2) Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah
karena batuk.
3) Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan
spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
4) Instruksikan pasien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen
terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium
secepatnya.
3. Spesimen urine
Urinalisis adalah salah satu tes laboratorium yang paling umum. Keuntungan
dari urinalisis adalah bahwa tes ini non-invasif, spesimen mudah didapatkan, hasil
dapat diperoleh dengan cepat, dan murah. Informasi dari urinalisis meliputi warna,
berat jenis pH, dan adanya protein, sel darah merah dan sel darah putih,
urobilinogen, bakteri, silinder (cast), dan kristal.
c. Spesimen tampung-bersih
4. Spesimen feses
b. Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah
lemak yang berlebihan pada feses (steatore) dapat mengindikasikan absorbsi
lemak yang terganggu pada usus halus. Sedangkan penurunan jumlah empedu
pada mengindikasikan obstruksi aliran empedu dari hati dan kandung empedu
ke dalam usus.
1) Sambungkan jarum pada alat penampung darah, jika digunakan atau ke dalam
spuit.
2) Letakkan handuk di bawah ekstremitas. Rasionalnya agar linen tidak kotor.
3) Dapatkan vena yang paling distal dan tempatkan torniket pada ekstremitas 2
sampai 6 inchi (5 sampai 15 cm) di atas tempat pungsi vena. Rasionalnya adalah
jika upaya insersi gagal, vena dapat dicoba lagi pada titik yang lebih tinggi dan
pemasangan torniket untuk membatasi aliran darah (mendistensikan vena).
4) Gunakan sarung tangan. Rasionalnya untuk menurunkan perpindahan
mikroorganismee.
5) Bersihkan area vena secara melingkar, dimulai pada vena sampai diameter 2 inchi.
Rasionalnya untuk mempertahankan asepsis.
6) Dorong pasien untuk mengambil napas dalam perlahan saat kita memulai prosedur.
Rasionalnya untuk memudahkan relaksasi.
7) Lepaskan penutup jarum dan cubit kulit dengan satu tangan sambil memegang
spuit. Rasionalnya untuk menstabilkan vena dan mencegah kulit kulit bergerak
selama insersi.
8) Pertahankan sterilitas jarum, masukkan jarum dengan bevel ke atas, pada bagian
vena paling lurus dengan sudut 150 sampai 300.
9) Ketika jarum telah memasuki kulit, turunkan jarum sampai hampir sejajar dengan
kulit. Rasionalnya untuk menurunkan resiko penetrasi pada dua dinding vena.
10) Ikuti jalur vena, masukkan jarum ke dinding vena.
11) Perhatikan aliran balik darah dan dorong jarum agak ke dalam vena.
Rasionalnya menunjukkan jarum telah menembus dinding vena.
12) Dengan perlahan tarik mundur plunger spuit sampai didapatkan jumlah darah
yang cukup.
13) Jika alat penampung darah digunakan, tempatkan tabung atau botol kultur
darah dan dorong masuk sampai jarum menusuk karet dan darah tertarik ke
dalam tabung karena proses vakum.
14) Tempatkan kapas alkohol atau bola kapas di atas tempat penusukan jarum dan
lepaskan jarum dari vena sambil memberiikan tekanan dengan bola kapas.
Rasionalnya untuk memudahkan penutupan vena dan menurunkan pendarahan
dari tempat penusukkan.
15) Tekan selama 2 sampai 3 menit (5 sampai 10 menit jika klien mendapatkan
terapi antikoagulasi), periksa adanya pendarahan dan berikan tekanan sampai
pendarahan berhenti. Rasionalnya untuk memudahkan pembekuan.
16) Lanjutkan ke langkah penyelesaian.
1) Bersihkan sambungan atau lubang injeksi dengan alcohol atau swab Betadine.
Rasionalnya untuk menurunkan masuknya mikroorganismee ke dalam lumen
internal.
2) Lepaskan sambungan Luer-lock atau slang IV dari keteter tersebut dan
sambungkan spuit kosong 10 mL ke hub.
3) Lepaskan klem kateter.
4) Aspirasi 3-5 mL darah untuk memberisihkan lumen, klem kembali kateter dan
buang spuit ini. Rasionalnya membantu dalam mendapatkan spesimen akurat dan
tidak terkontaminasi.
5) Klem kembali jalur dan lepaskan spuit spesimen.
6) Bersihkan hub dengan alkohol atau swab Betadine, bilan lumen dengan NS dan
sambungkan lubang injeksi steril baru. Rasionalnya untuk mencegah
penyumbatan lumen.
7) Lanjutkan ke langkah penyelesaian.
Langkah penyelesaian
1) Tempelkan label identifikasi lengkap secara tepat paad setiap tabung dan bubuhkan
prosedur yang diminta. Rasionalnya pengujian harus dilakukan secara tepat karena
pemberian label yang tidak tepat dapat menyebabkan kesalahan diagnostik.
2) Buang dan simpan peralatan dengan tepat. Rasionalnya untuk mempertahankan
lingkungan yang bersih.
3) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Rasionalnya untuk mengurangi
perpindahan mikroorganismee.
4) Simpan dengan tepat dan kirim spesimen ke laboratorium yang tepat.
b. Prosedur pengambilan spesimen sputum
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3) Anjurkan pasien untuk membatukkan dahak ke dalam penampung sputum.
4) Ambil dahak kurang lebih 5 cc, kemudian masukkan ke dalam botol.
5) Botol diberikan etiket dan bersama dengan formulir pemeriksaan yang diisi
lengkap segera kirim ke laboratorium.
6) Bila kultur untuk pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA), ikuti instruksi yang ada
pada botol penampung. Bisaanya sputum yang diperlukan adalah 5-10 cc, yang
dilakukan secara 3 hari berturut-turut.
7) Cuci tangan.
1) Jelaskan kepada pasien apa yang akan kita lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan, dan bagaimana pasien dapat bekerja sama.
2) Berikan informasi dan instruksi kepada pasien bahwa jangan sampai spesimen
terkontaminasi dengan urine atau darah menstruasi. Jika memungkinkan, berkemih
dahulu sebelum mengumpulkan spesimen dan jangan membuang tisu toilet ke
dalam pispot setelah defekasi, karena kandungan kertas dapat mempengaruhi
analisis laboratorium.
3) Jaga privasi pasien.
4) Bantu pasien yang memerlukan bantuan, dengan cara mendekatkan commode atau
pispot ke tempat pasien. Setelah pasien defekasi tutup pispot atau commode untuk
mengurangi bau dan rasa malu pada pasien, serta memakai sarung tangan untuk
mengurangi kontaminasi pada tangan saat membersihkan pasien sambil
menginspeksi kulit sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi, terutama bila
pasien sering defekasi dan fesesnya cair.
5) Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah spesimen feses dengan
menggunakan satu atau dua spatel, dan tetap berhati-hati agar tidak
mengkontaminasi bagian luar wadah.
6) Bungkus spatel yang sudah digunakan dengan handuk kertas sebelum
membuangnya ke dalam wadah pembuangan. Rasionalnya untuk mencegah
penyebaran mikroorganismee melalui kontak dengan benda lain.
7) Tutup wadah dengan segera setelah spesimen berada dalam wadah. Rasionalnya
untuk mencegah penyebaran mikroorganismee.
8) Pastikan pasien dalam keadaan nyaman dengan mengosongkan pispot atau
commode, dan letakkan kembali ke tempatnya
9) Lepaskan dan buang sarung tangan.
10) Gunakan penyegar udara untuk menghilangkan bau, kecuali
dikontraindikasikan untuk pasien
11) Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium.
12) Dokumentasikan hal-hal yang relevan.
Pemeriksaan feses untuk darah samar
Petunjuk:
1) Untuk mendapatkan spesimen darah yang tidak terkontaminasi, semua infuse perlu
dimatikan sebelum mengambil spesimen darah.
2) Untuk membantu dalam menampung sample yang berkualitas, klem semua lumen
kateter sebelum mendapatkan spesimen.
3) Untuk mengurangi resiko kontaminasi jalur sentral. Dinajurkan untuk
menggunakan metode Vacutainer saat mendapatkan spesimen darah.
4) Bilasan heparin dapat direntang dari konsentrasi 10 m/mL sampai 100 m/mL.
5) Untuk keamanan, gunakan spuit 10 mL untuk semua pembilasan dan heparin lock.
Ini membantu dalam mempertahankan tekanan spuit PSI di bawah kebanyak
anjuran pabrik.
6) Gunakan konsentrasi larutan heparin lock terendah. Ini membantu mencegah
komplikasi pendarahan yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan lumen yang
sering dipakai.
Dokumentasi
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam hal ini, hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas
spesimen yang diambil, di mana kualitas ini ditentukan oleh metode pengambilan dan
proses transportasi ke laboratorium.
Saran
1. Bahan spesimen sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar kemungkinan
mengandung penyebab infeksi.
2. Pada lokasi tubuh yang dalam keadaan normal, hasil laboratorium positif sebaiknya
dikorelasikan dengan keterangan klinik, sehingga mendapat suatu interpretasi yang
bermakna.
3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang
dalam keadaan normal steril.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA