Perkembangan Sosial Remaja
Perkembangan Sosial Remaja
Perkembangan intelektual
Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk
mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Psikolog Perancis Jean
Piaget menentukan bahwa masa remaja adalah awal tahap pikiran formal operasional, yang
mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan/deduksi. Piaget
beranggapan bahwa tahap ini terjadi di antara semua orang tanpa memandang pendidikan dan
pengalaman terkait mereka. Namun bukti riset tidak mendukung hipotesis ini; bukti itu
menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi
dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan
seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga
kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas
seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen
remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan
seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik
pada, atau tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular
Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian
meningkat.
Perkembangan emosional
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres
emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Psikolog Amerika kelahiran Jerman Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses
psikososial yang terjadi seumur hidup.
Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang
tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut berhubungan dengan lainnya
dalam gaya dewasa. Kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja.
Dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
Dddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
Perkembangan moral
Masa remaja adalah periode di mana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan
pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis,
remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian
besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat
hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan
tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang
karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa
perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap
peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil
pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu
tidak baik.pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik
dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang
remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah
besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak
lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa
kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan
penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nil
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Jean Piaget
(1896-1980) mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif manusia,
yaitu:
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Perkembangan Dewasa Awal dan Pertengahan:
Fisik, Kognitif dan Sosial-Emosional
A. Dewasa Awal (18-40 tahun)
1. Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas
sensoris dan keterampilan motorik (papalia dan Olds,2001). Pada pertumbuhan fisiknya
dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa
ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang
(maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang
berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-
bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal inilah yang
menandai adanya transisi fisik.Secara nyata perubahan ciri-ciri fisik dewasa awal tidak
dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik pada remaja yang
sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan fisik dewasa dianggap
sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam perkembangan fisik dewasa awal
merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini
kurang berpengaruh di masa dewasa awal, namun akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
a. Kekuatan dan Energi
Pada masa dewasa awal, seseorang menyalurkan seluruh potensinya untuk
mengembangkan diri. Kehidupan karir seringkali menyita perhatian dan energi bagi
seorang individu. Biasanya pada masa ini, mereka merintis dan membangun kehidupan
ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua.
b. Ketekunan
Seseorang harus memiliki kemauan untuk bekerja keras yang disertai dengan
ketekunan untuk dapat mencapai kemampuan dalam ekonomi. Seseorang pada umumnya
akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya ketika mereka menemukan posisi
kerja yang sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang pendidikannya.
c. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri
untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah motivasi internal dimana biasanya orang yang memiliki motivasi internal berusaha
keras tanpa dipengaruhi lingkungan eksternal sampai mencapai suatu tujuan yang
diharapkan.
d. Kesehatan Dewasa Awal
Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak kemampuan
fisik dengan kondisi yang paling sehat. Namun pada masa ini kemampuan fisik individu
juga mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menunjukkan penurunan sekitar
umur 30-an. Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang bagaimana gaya
hidup pribadi akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada kehidupan
dewasa. Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun dapat memprediksikan
kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak terjadi pada laki-laki
daripada perempuan.
Pada masa dewasa awal, sistem indera individu menunjukkan sedikit perubahan,
tetapi lensa mata kehilangan elastisitasnya dan menjadi kurang mampu mengubah bentuk
dan fokus pada benda-benda yang berjarak dekat. Kemampuan pendengaran mencapai
puncak pada masa remaja dan tetap konstan pada permulaan dewasa awal, tetapi mulai
mengalami penurunan pada akhir masa dewasa awal. Pada pertengahan sampai
menjelang akhir 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah. Kondisi kesehatan dewasa muda
dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan.
Menurut Hurlock, puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan
dua puluhan, setelah itu terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan.
Oleh karena itu, pada masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi
masalah secara fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa ini
individu sudah menyadari adanya kekurangan fisik pada dirinya namun juga menyadari
bahwa ia tidak dapat menghapus kekurangannya tapi masih mampu untuk memperbaiki
penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut pada diet, olah raga dan aspek
kecantikan. Minat akan penampilan ini akan berkurang menjelang usia tiga puluhan
karena dirasa semakin kuatnya ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga.
2. Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa dewasa perkembangan kognitif terjadi pada
tahap operasional formal yang merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif menurut
Piaget. Tahap ini dimulai pada umur 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa, tahap
perkembangan kognitif ini ditandai dengan diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai.
3. Aspek-aspek Perkembangan Sosial-emosional
a. Bahaya Personal dan Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal
dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang
penting pada usia tersebut, yang mengakibatkan seorang individu tampak belum matang
disbanding dengan orang dewasa muda lainnya. Hingga 30 tahlazimlah apabila pria
maupun wanita kurang matang dalam beberapa aspek perilaku tertentu, tetapi pada saat
yang sama kematangan dalam aspek perilaku lainnya tampak jelas. Secara bertahap,
lewat prestasi dan harapan baru dari kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang
menandai awal priode ini menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih
seimbang dan lebih matang.
Menguasai tugas-tugas pada masa perkembangan selalu sulit, dan kesulitan ini
meningkat apabila ada rintangan yang menghambat perkembangan seseorang. Beberapa
bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan sering muncul
selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua orang dewasa tidak perlu
mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya tersebut akan dialami pada suatu
ketika oleh mayoritas orang dewasa muda.
b. Minat sosial
Masa dewasa ini sebagaimana ditekankan oleh Erikson, merupakan masa “krisis
keterpencilan”. Dalam masa ini pria dan wanita sering merasa kesepian. Pria muda yang
belum menikahsering tidak tau apa yang harus dikerjakan pada waktu-waktu luang.
Seperti halnyawanita dewasa yang belum menikah, mereka merasa kesepian karena
temateman lama sudah berpencar dan banyak diantaranya yang sudah sibuk dengan
urusan keluarga, aau sibuk berpacaran. Akibatnya mereka kehilangan pergaulan yang
menyenangkan masa remaja ketika selalu ada teman untuk diajak berbincang-bincang
atau melakukan keiatan bersama lainnya.
Dari sekian banyak pergeseran di bidang minat dan kegiatan sosial, dibawah ini
dicantumkan pergeseran atau perubahan yang paling sulit dan paling banyak ditemui.
Suatu perbandingan terhadap pola-pola minat sosial masa remaja dan dewasa
menunjukkanbahwa terdapat perubahan atau pergeseran yang radikal.
1) Perubahan dalam peran serta sosial
Keterlibatan dalam kegiatan sosial yang dirasakan begitu penting sewaktu remaja
karena nilai prestasinya, terpaksa dikurangi pada masa dewasa dini. kehidupan sosial
mereka umumnya dipusatkan di rumah dan anggota-anggota keluarga menggantikan
peran teman. Karena pola kehidupan tidak sama bagi semua orang muda, maka volume
maupun bentuk peran serta sosial juga bevariasi. Pada umumnya, peranserta dalam
kegiatan sosial di luar meningkat setelah menjelang usia setengahbaya yaitu dari
pertengahan sampai masa akhir usia 30-an. Selain itu pola peranserta sosial bagi yang
sudah menikah berbeda daripada bagi yang belum menikah.
2) Perubahan dalam persahabatan
Keinginan untuk populer dan mempunyai banyak teman mulai memudar pada
awal masa dewasa, terutama pada suami-isteri muda dengan kesibukan mereka yang
berorientasi pada tugas dan tanggungjawab yang keluarga. Mereka yang belum menikah
juga lebih selektif dalam memilih teman disbanding dengan anak-anak remaja yang tidak
memilih-milih teman. Oleh sebab itu orang dewasa tidak banyak temannya, tetapi
hubungan mereka lebih akrab. Sebagaimana helnya pada setiap tahap usia, orang dewasa
juga memilih teman-teman mereka berdasarkan kecocokan.
3) Perubahan dalam kelompok sosial
Keakraban antar teman yang ada pada masa remaja akan berlanjut kemasa
dewasa. Orang dewasa muda pada umumya mempunyai kelompok teman akrab atau
teman yang dapat dipercaya yang jumlahnya kecil saja. Biasanya mereka itu adalah
teman-teman lama, kecuali kalau keadaan telah berubah begitu banyak sehingga mereka
tidak lagi cocok dengan teman-teman lama.
(remaja)
Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Perkembangan Sosio-Emosional pada Masa Dewasa Awal
OPINI | 02 January 2011 | 18:22 2 0 Nihil
Masa dewasa awal/dini adalah awal dari seseorang menyesuaikan diri dengan pola-pola kehidupan baru
dan harapan-hrapan sosial baru.
Masa dewasa awal berlangsung mulai dari umur 18 sampai 40 tahun. Masa ini merupakan saat-saat
seseorang mengalami perubahan psikologis dan fisik bersamaan dengan penyesuiaan diri dan harapan
harapan terhadap perubahan tersebut.
Masa dewasa tengah berlangsung dari umur 40 tahun sampai enam puluh tahun. Pada masa ini
kemampuan psikologis dan fisik mulai berkurang.
Masa dewasa lanjut berlangsung mulai dari umur 60 tahun sampai menjelanag kematian. Pada masa ini
keuatan fisik dan psikologis sangat mudah menurun.
Tetapi pembagian ini tidak mutlak dan ketat, karena pembagian ini hanya menunjukan umur rata-rata pria
dan wanita yang mulai menunjukan perubahan-perubahan dalam segi penampilan, minat, sikap, dan
perilaku.
Pada masa ini, seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan sesuatu yang sesuai dan cocok agar
memberikian kepuasan yang permanen. Ketika pola hidup yang diyakini oleh seseorang telah ditemukan,
maka itu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan
nilai-nilai yang cenderung memberikan kekhasan tersendiri bagi dirinya selama hidupnya.
Pada masa usia produktiflah waktu yang cocok untuk seseorang menentukan pasangan hidunya, menikah,
dan bereproduksi atau menghasilkan anak. Pada masa organ reproduksi sangat produtif untuk menghasilkan
individu baru (anak).
3. Masa Bermasalah
Masa dewasa awal dikatakan juga sebagai masa-masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan
seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak
bisa mengatasinya, maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit
yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa
menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2
peran/lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua
atau siapapun dalam menyelesaikan masalah.
Pada saat seseorang beranjak ke bumur duapuluhan (sebelum 30-an), biasanya kondisi emosionalnya tidak
terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat
bergelora dan mudah tegang. Ia juga sering khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan
posisinya yang baru sebagai orang tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan akan berakhir pada
stress bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang
dalam emosi.
Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolas”, ia terisolasi atau terasingkan
dari kelompok sosial. Kegiatan social dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan
dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir..
6. Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk
pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru..
7. Masa ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang
tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan
hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-
nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-
nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti
aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada
nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi social ketika ia sudah
menikah.
Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa
ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja.
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan.
Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan
Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Nnnnnnnnnnnnnnnnn
Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda
sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada
masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik),
tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa
(maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi
sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya
benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa
lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak
secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk
keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum
yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan
memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau
perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya
tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan
reproduksi.
B. Transisi Intelektual
Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999;
Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong
masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi
formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu
memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis,
dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari
SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah
lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak
prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang
makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan
sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan
masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan
sosialnya.
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kenyataannya masih banyak guru dalam menerapkan proses pembelajaran tidak
melihat aspek psikologi tersebut. Akibatnya, proses pembelajaran tidak efektif dan
efisien. Sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu penulis
mencoba mengkaji tentang tahap-tahap perkembangan peserta didik meliputi :
1. Masa Usia Pra Sekolah : (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik
Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak
dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
(1) Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
(2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
(3) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
(4) Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
(5) Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan.
Secara singkat ada 8 tanda-tanda esensial yang dapat di sebutkan dalam perkembangan
pra usia sekolah dari 1 tahun sampai 4 tahun (Monks: 2004)
1. Permulaan periode anak bisa duduk berjalan dengan bantuan pada umur 4 tahun sudah dapat
meloncat-loncat, memanjat, dan merangkak di bawah meja dan kursi.
2. Pada 4 tahun terjadi kordinasi anatara mata dengan tangan dan melakukan ekspolari dengan
tangan melalui manipulasi dengan benda-benda.
3. Sudah dapat berbahasa bercakap-cakap dengan keluarga teman sebaya dan dapat menyatakan
keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya.
4. Pada akhir periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda berdasarkan bentuk
dan warna,membedakan suara keras dan lembut.
5. Mengerti ruang dan waktu, membedakan siang dan malam.
6. Pengertian akan norma sudah ada tapi masih baku berupa kata-kata “baik”, “buruk”, “jangan”yang
menjadi norma batin bagi tingkah laku selanjutnya.
7. Perbuatan dan tingkah lakunya sudah ditentukan oleh kognitif berupa rencana tidak lagi secara
kebetulan.
8. Anak tidak hanya menginginkan ada bersama-sama dengan orang dewasa melainkan ia sudah
menginginkan dapat bergaul secara aktif dengan mereka. Di samping itu ada kebutuhan untuk
bergaul dengan teman sebaya.
Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi
dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.
Perkembangan kemampuan peserta didik pada usia ini (sampai 5 tahun) berada dalam
periode “praoperasional” Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki
kecakapan motorik)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang
secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya
berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Peserta didik belum mampu menyelesaikan persoalan melalui cara berpikir logik
sistematik. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan belum cukup tinggi untuk
dapat menghasilkan transformasi yang tepat. Demikian juga perkembangan moral peserta
didik masih berada pada tingkatan moralitas yang baku. Peserta didik belum sampai pada
pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan nilai dan sikap sangat
diperngaruhi oleh situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga akan diadopsi oleh peserta didik melalui proses imitasi dan identifikasi.
Keterkaitan peserta didik dengan suasana dan lingkungan keluarga sangat besar.
Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah
pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia
Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi.
(1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
(2) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
(5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.
(6) Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka
rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik
atau tidak.
(3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
(4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
(5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
1. Perkembangan kemampuan peserta didik pada usia ini berada dalam periode operasional konkrit.
Menurut Piaget tahap ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-
proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan : kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya
dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3
bagian yaitu :
(1) Masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam
jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,
(2) Masa remaja madya; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini
sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
(3) Masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya,
pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa
berikutnya yaitu masa dewasa.
Perkembangan kemampuan peserta didik pada usia ini berada pada periode formal
operasional yang dalam perkembangan cara berpikir mulai meningkat ke taraf lebih
tinggi, absrak dan rumit.
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti
logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini
muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Cara berpikir yang bersifat rasional, sistematik dan ekploratif mulai berkembang pada
tahap ini. Kecenderungan berpikir mereka mulai terarah pada hal-hal yang bersifat
hipotesis, pada masa yang akan datang, dan pada hal-hal yang bersifat abstrak.
Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan sudah semakin berkembang.
Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau
dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
Masa dewasa dibagi menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
1. Masa dewasa muda; dengan terbentuknya identitas/jati dirinya secara definitif, kini ia dituntut
untuk mampu turut ambil bagian dalam membina kehidupan bersama, bila ia mampu memelihara
keseimbangan antara aku dan kita atau kami (kemandirian dan kebersamaan) akan tumbuh rasa
keakraban, kalu tidak maka ia kan diliputi rasa keterasingan.
Dengan kajian materi diatas pembahasan materi ini bertujuan guru dapat menciptkan
proses pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik
agar dapat mengembangkan potensinya secaraoptimal. Dalam hal ini guru harus kreatif,
profesional dan menyenangkan. Dengan memposisikan diri sebagi berikut :
BAB II
Pada kasus anak yang sudah belajar sebelum usia seharusnya misalnya pada usia 3 atau 4
tahun yang secara kognitif mampu mengalami proses belajar tetapi secara sosial tidak
bisa berinteraksi dengan temannya dan mengalami kejenuhan belajar pada usia 10 tahun.
Bagaimana permasalahan itu terjadi ?
ANALISIS MASALAH
Secara harfiah arti jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat
apapun selain itu jenuh juga dapat berati jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping
siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya
yang di sebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi disebut learning plateau.
Peristiwa jenuh ini kalau dialami oleh seorang siswa yang sedang belajar dapat membuat
siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya. Seorang siswa yang mengalami
kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari
belajar tidak ada kemajuan.
Kejenuhan belajar juga bisa terjadi pada anak sekolah dasar yang semestinya belum
terjadi karena keadaan memori anak yang masih relatif sedikit. Hal ini terjadi karena
adanya kecenderungan orang tua untuk cepat membelajarkan anak pada usia yang belum
seharusnya. Menurut Fz Monks membelajrkan anak sebelum waktunya mengandung
kelemahan karena:
1. Seringkali anak diberi pelajaran membaca pada waktu yang sangat muda melulu untuk
memuaskan kebanggaan orangtuanya, jadi tidak demi kepentingan anaknya.
2. Kalau anak mengerti bahwa ia sudah menguasai apa yang akan dipelajarkan di kelas satu hal ini
akan bisa menurunkan motivasi belajarnya dan menyebabkan sikap yang negatif terhadap tugas-
tugas yang harus dilakukannya.
Ketika anak sudah mengalami proses belajar dan mengalami kejenuhan belajar, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor berikut yaitu:
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan
belajar itu sendiri.
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang studi-studi tertentu
yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan
mempelajari bidang studi tadi.
3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut
lebih banyak kerja intelek yang berat.
4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia
sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri
(self-imposed)
Masa puber disebabkan oleh perubahan perubahan hormonal yang terjadinya berbeda-
beda karena sulit diawasi. Usia rata-rata perubahan yang dialami pada puber bagi
perempuan adalah tiga belas dan bagi anak laki-laki empat belas tahun. Waktu yang
diperlukan untuk mengakhiri perubahan massa puber berkisar dari dua sampai empat
tahun.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Sejak lama kriteria bagi anak dapat diterima di sekolah adalah “kemasakan”. Bagi
Indonesia kriteri umur memegang peranan penting. Anak baru dapat diterima bila ia
sudah mencapai umur 7 tahun hal ini karena pada usia tersebut anak sudah memenuhi
kriteria kemasakan diantaranya adalah:
1. Anak sudah dapat bekerja sama dalam kelompok dengan anak-anak sebayanya, tidak tergantung
pada ibunya dan dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman-teman sebaya.
2. Anak sudah dapat mengamati secara analitis, ia sudah dapat mengenal bagian-bagian dari
keseluruhan dan dapat menyatukan kembali bagian bagian yang terpisah tersebut.
3. Anak secara jasmaniah sudah mencapai bentuk anak sekolah, yaitu jika anak sudah dapat
memegamg telinganya melalui kepala.
Untuk mengatasi kejenuhan dini yang sering terjadi dewasa ini maka dapat diambil
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dalam memberikan bimbingan yang lebih baik pada anak dapat dianjurkan untuk memilih istilah
“kemampuan sekolah” daripada “kemasakan sekolah”. Kemasakan menunjuk pada proses yang
terjadi dari dalam secara spontan, sedangkan mampu sekolah ditentukan oleh faktor-faktor dari
luar seperti lingkungan dan keluarga. Kriteria “kemasakan sekolah” tersebut, ternyata belum dapat
menjamin keberhasilan anak di kelas, karena “masak sekolah” belum menjamin “mampu
sekolah”.
2. Dengan metode tes mengukur kemampuan bersekolah dan mencatat fungsi-fungsi yang
berhubungan dengan usia atau kemampuan pada saat penerimaan anak masuk sekolah. Dengan
demikian tidak selalu didasarkan pada tingkat kemasakan anak melainkan didasarkan pada
kesesuaian antara kemampuan yang ada pada anak dengan kriteria yang ditentukan untuk
penerimaan di sekolah dasar tersebut.
3. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergiji dengan takaran yang
cukup banyak.
4. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi
meja belajar dan perlengkapan belajar lainnya sehingga merasa berada di kamar baru yang lebih
menyenangkan.
5. Memberikan motivasi dan stimulan yang baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat
daripada sebelumnya.
C.Pubertas dini
Pubertas dini yang terjadi pada anak bergantung pada kondisi-kondisi biologis yang
menyebabkan perubahan pubertas yaitu sebagai berikut:
1. Peran gonad
Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad organ-organ seks yaitu ciri-ciri seks
primer bertambah besar dan fungsinya bertambah matang dan ciri-ciri seks sekunder
seperti rambut kemaluan semakin berkembang.
Hormon yang dikeluarkan oleh gonad yang telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan
menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang
dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi antara hormon
gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan
lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati masa monopause dan pria mendekati
climacteric.
Keadaan hormonal tersebut sangat dipengaruhi oleh nutrisi atau makanan yang di
konsumsi oleh anak. Makanan pada saat ini banyak mengandung steroid-steroid yang
berfungsi untuk mempercepat perkembangan dan pertumbuhan misalnya pada makanan
yang berasal dari ayam broiler dan telur ayam buras. Contoh makanan yang mengandung
steroid dan sangat digemari oleh anak-anak sekarang ini adalah berbagai macam freid
chikend. Jika makanan ini dikonsumsi secara terus-menerus maka akan terjadi akumulasi
jumlah steroid yang cukup banyak. Akibatnya, mempercepat pertumbuhan horman dan
kelenjar gonad sehingga anak mengalami pubertas dini.
Selain makanan cepat saji yang banyak mengandung steroid, pubertas juga dipengaruhi
oleh makanan yang banyak mengandung penyedap rasa terutama MSG ( Mono Sodum
Glutamat) yang banyak terdapat pada makanan ringan yang sering dikonsumsi oleh
anak-anak. MSG merupakan zat yang di satu sisi menonaktifkan sel-sel otak manusia
sehingga menimbulkan penurunan kemampuan berfikir di sisi lain mengaktifkan kelenjar
pituitary yang mempengaruhi kelenjar gonad yang menghasilkan hormon reproduksi.
Untuk mengatasi masalah pubertas dini dapat dilakukan dengan cara menghindari
makanan-makanan cepat saji yang banyak mengandung steroid dan makanan yang
banyak mengandung MSG tersebut.
Masa Pubertas juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti dalam bentuk audio visual
berupa gambar, tayangan film yang dilihat oleh anak baik dari televisi maupun media lain
yang belum saatnya untuk dilihat. Gambar atau tayangan tersebut akan merangsang otak
untuk kemudian mempengaruhi kelenjar pituitary yang akan mengeluarkan horman
gonadotropik yang mempengaruhi pengeluaran hormon gonad atau hormon seksual.
Untuk masalah ini peran orang tua dan lingkungan sangat berperan penting untuk
mencegah anak-anak kita menonton, membaca atau menyaksikan segala sesuatu yang
dapat merangsang hormon gonad diproduksi lebih awal.
2008
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Rentang usia dewasa madya atau yang disebut juga usia setengah baya pada umumnya berkisar antara usia
40 - 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental (Hurlock,
1980:320).
Masa usia dewasa madya diartikan sebagai suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin
besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana orang menjadi sadar akan polaritas muda-tua dan semakin
berkuranggya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu masa ketika orang mencapai dan
mempertahankan kepuasan dalam karier, dan suatu titik ketika individu berusaha meneruskan suatu yang
berarti pada generasi berikutnya.
Perkembangan Fisik
Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada
masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi
daya tarik lawan jenis.
Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995),
menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik
wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih
mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau
bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya
telah datang.
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
SPerkembangan fisik :
Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi
seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Melihat dan mendengar
merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam
dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar
pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada
usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai
menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk
mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya
kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada
perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki
terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.
Perkembangan kognitif :
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir
puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda).
Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan
penghalusan dari pola pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan
universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs
stagnasi Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna
membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna
melalui generativitas / bangkit. Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika individu tidak
melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada
anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian,
mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.
Kita tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya
yang kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk
membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka
dengan lebih luas, melainkan hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi mereka
pribadi. Apakah yang diperoleh mereka yang berhasil menjalani fase ini dengan sukses?
Kapasitas yang luas untuk peduli. Apabila kapasitas untuk peduli dengan partner di
panggil Love oleh Erikson, maka untuk hubungan yang lebih luas disebutnya Caring.
Salah seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam konsultasi dalam bidang spiritual
segera pergi ke Afrika setelah membaca tentang Aids, dan mengorbankan penghasilannya
yang luar biasa. Dia adalah contoh langsung bagi saya tentang orang-orang dengan
kapasitas Caring ini.
Begitu pula para sukarelawan yang setelah membaca tentang Alzeimer atau
Ambon segera mencari tahu apa yang mereka dapat lakukan, bukan karena ada keluarga
yang terkena tetapi karena ada orang yg menderita. Kabar baiknya adalah bahwa makin
banyak anak-anak muda yang melakukan hal ini, dan kebanyakan
Perkembangan sosial
Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
1. Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh
kehidupan manusia.
2. Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
3. Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia
madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti
(stagnasi).
4. Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan
dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap
agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh
Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of
Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan
kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. [1] Ia menulis disertasi
doktornya pada tahun 1958 [2] yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-
tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,
mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,
[3]
yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif.[4] Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa
proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan
perkembangannya berlanjut selama kehidupan,[2] walaupun ada dialog yang
mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.[5][6]
Ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
Ggggggggggggggggggggg
nusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Artinya, bahwa manusia akan terus
berubah seiring dengan bertambahnnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
tersebut tentunya akan memberikan dampak dan pengaruh yang signifikan terhadap
kematangan koginitif, afektif, dan psikomotoriknya. Atau dalam istilah Ary Ginanjar,
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya.
Secara garis besar, pertumbuhan dan perkembangan manusia selamanya akan terus
berjalan dengan lancar seirig dengan bertambahnya usia. Ini sudah jelas difirmankan oleh
Allah SWT. Al-Quran, “Allah telah menciptakan dalam keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu menjadi lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa
yang dikehendakinya dan Dialah yang Maha mengetahui dan Maha Kuasa.
Dalam makalah yang ada di hadapan saudara ini, akan dibahas secara umum
perkembangan manusia, mulai dari aspek fisik, intelektual, emosi, dan spiritualnya.
Bahkan di sini terdapat penjelasan spesifik tentang kecenderungan-kecenderungan
seseorang pada masa pra nikah.
A. Perkembangan Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang
mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang
individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong
sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan
sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa
lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas
seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat
bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk
keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang
berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi
hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula
dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara,
menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
Pada masa dewasa awal inilah seluruh organ tubuh manusia akan mencapai puncak
pertumbuhan yang mana setelah itu akan mengalami penurunan secara perlahan dan
terus-menerus. Penurunan tersebut akan terjadi secara drastis pada usia empatpuluhan,
tak terkecuali pada panca indera. Perubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat
mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya ketajaman mata dan
akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak dan tumor. Pada usia ini kebanyakan
orang menderita presbiopi atau kesulitan melihat sesuatu dari jarak jauh, yaitu kehilangan
berangsur-angsur daya akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunnya elastisitas
lensa mata. Antara umur 40-50 tahunan daya akomodasi lensa mata biasanya tidak
mampu untuk melihat dengan jarak dekat sehingga yang bersangkutan terpaksa harus
mamakai kaca mata. Terkait dengan itu Allah SWT berfirman:
“Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan
(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu)
sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54).
Selain itu kekuatan dan energi pada masa dewasa ini akan matang. Misalnya, Selepas dari
bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh
potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali
menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang
rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi, agar benar-benar mandiri dari orang tua.
Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh
karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai
kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
B. Perkembangan Intelektual
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan
siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian,
individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu
mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-
pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan
kualitas mentalnya. Allah SWT berfirman:
“Dan setelah Musa cukup umur dan Sempurna akalnya, kami berikan ke- padanya
hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Qashash: 14)
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari
Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-
formal berikut ini.
a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan
penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya,
individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu
menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis
yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti,
“This might work on paper but not in real life”.
Pertama, Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan
individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar
dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif
verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan
penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan
akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal
ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung
bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
C. Perkembangan Emosi
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda
berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang,
yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut,
golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan
pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi
atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi.
Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri
secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri
ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan
untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga
harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka
juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam
keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun
saudara-saudara.
1. Kortex
c. Bagian ini membuat kita memiliki perasaan akan perasaan kita
sendiri,memahami,menganali sis mengapa punya perasaan tertentu.
2. Hippocampus
3. Amigdala
b. Pemicu reaksi
Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada
usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agma
yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa
mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama.
Mereka sudah dapat menjawab keragu-raguan yang ada di benak mereka ketika mereka
masih remaja tentang agama atau kepercayaannya. Di usia dewasa mereka sudah
memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan
kepuasan baginya.
Apabila di masa ini mereka telah berkeluarga mereka akan lebih memperhatikan agama
mereka karena mereka merasa telah memiliki tanggung jawab yang lebih. Mereka telah
menjadi istri atau bahkan telah menjadi ibu bagi anak-anak mereka, mereka merasa
memiliki tanggung jawab untuk memberikan didikan moral kapada anak-anaknya sesuai
dengan agama yang dianut. Oleh karena itu, pada masa dewasa biasanya orang berusaha
untuk membiasakan beribadah dan melaksanakan praktek-praktek agama yang dianutnya.
Terdapat beberapa faktor yang Mempengaruhi Minat Keagamaan pada Masa Dewasa,
yaitu:
Pasangan yang berbeda keyakinan cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada
pasangan yang seiman atau satu keyakinan.
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan
kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang tidak
memikirkannya, oleh karena itu dalam agama Islam dianjurkan untuk selalu mengingat
kematian.
Orang yang tinggal di lingkungan yang agamanya kuat akan lebih memperhatikan agama
dan rajin beribadah, agamanya cenderung lebih kuat [apabila agama yang dianut sama].
Orang yang dilahirkan dari keluarga yang baik-baik dan kuat agamanya akan lebih
tertarik pada agama daripada yang tidak.
Terlepas dari perkembangan masa dewasa yang telah dijelaskan di atas, di sini akan
dijelaskan secara spesifik tentang kecenderungan-kecenderungan mada usia pra-nikah. Di
antara ciri-cirinya adalah:
Dalam usia ini banyak sekali masalah-masalah baru yang sering terjadi, persoalan
tersebut merupakan kelanjutan dari pengembangan persoalan yang dialami pada masa
remaja. Persoalan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup, persoalan tentang
pekerjaan, dan jabatan. Yang mana sering terjadi adanya lapangan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan minat serta cirri-ciri pribadi individu tersebut.
1. Usia reproduktif.
Sering ditemui orang dewasa pra nikah, yang memulai karir terlebih dahulu sebelum
memasuki jenjang pernikahan. Bagi mereka yang mmiliki banyak adi mulai berperan
seperti orang tua dalam membimbing adik-adik mereka . bagi yang tidak memiliki adik,
lebih memperbaiki segi ekonomi atau karir sehingga mereka mampu membiyai hidup
mereka sebelum menikah.
Sebelum seseorang memasuki usia pernikahan mereka masih mencari-cari peranan serta
kedudukan dalam hidupnya. Sehingga bagi usia pra nikah merupakan usia memantapkan
petanannya atau belajar menyesuaikan diri menuju peranan baru yang akan dihapinya,
yaitu dari masa remaja ke dewasa, dari masa kuliah kekehidupan rumah tangga.
Usia pra nikah sering mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang dijalaninya seperti jabatan, perkawinan atau keuangan. Banyak diantara
mereka yang memasang harapan tinggi misalnya jabatan tinggi, pendamping hidup yang
criteria sempurna, penghasilan yang memadai dsb yang mana apabila harapan-harapan
tersebut tidak mampu dicapainya akan menyebabkan kekecewaan.
Bagi seseorang uang menyelesaikan studi. Mulai memasuki dunia yang berbeda, dan
peran yang berbeda pula. Berhubungan dengan hal tersebut, banyak diantara mereka yang
membentuk komitmen-komitmen baru yang mereka persiapkan sebagai landasan
hidupmenuju jenjang pernikahan.
Bagi seseorang yang telah selesai menyelesaikan pendidikan formal, dengan sendirinya
mereka akan mengalami perubahan peran dari remaja kedewasa, darei pelajar
kemasyarakat umu. Dengan demikian cara berfikir dan pandangan mereka lambat laun
akan berubah.
1. Usia kreatif.
Bentuk kreatifitas yang akan terlihat tergantungpada minat dan kemampuan individual,
kesempatan yayang lluas ini mereka gunakan untuk mengaktualisasi diri mereka tanpa
tanoharus terikat dengan aturanadayang menyalurkan kreativitas ini melalui hobi,
pekerjaan atau yang lain yang memungkinkan untuk mengespresikan kreativitasnya.
Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosial dan moral
selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan
sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik
dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini bermakna
bahwa proses belajar sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan
berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum,
dan norma moral yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang
berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan sosial
ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah :
1. Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg.
2. Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitia yang mana pada
penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan
perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori perkembangan moral adalah teori menurut
Kohlberg.
Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah
Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Pataskah suami
yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan oleh
responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral lain. Dengan adanya cerita
di atas menurut Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat perkembangan moral, yang
masing-masing ditandai oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg , ialah
internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara
eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3 tingkat
dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai berikut :
Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam
ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada masa usia
sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal remaja
cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada
pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut kohlberg dalam
psikologi umum.
Ketika kita khususkan dalam memandang teori perkembangan moral dari sisi pendidikan
pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah maka terdapat 3 tingkat
dan 6 tahap yaitu :
Qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq