Anda di halaman 1dari 45

Perkembangan Sosial remaja

Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk


berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer
memasukan mereka dalam kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para
remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat
SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam
golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih
terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.
Ssssssssssssssssssssss
Aaaaaaaaaaaaaaaa
1. Perkembangan fisik remaja
Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-
perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis
(kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan
peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem
reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organreproduksi untuk memulai siklus
reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan
perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik
seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder
mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai
dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul,
sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh
rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan
sebagainyammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Perkembangan intelektual
Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk
mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Psikolog Perancis Jean
Piaget menentukan bahwa masa remaja adalah awal tahap pikiran formal operasional, yang
mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan/deduksi. Piaget
beranggapan bahwa tahap ini terjadi di antara semua orang tanpa memandang pendidikan dan
pengalaman terkait mereka. Namun bukti riset tidak mendukung hipotesis ini; bukti itu
menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi
dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.

Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan
seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga
kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas
seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen
remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan
seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik
pada, atau tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular
Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian
meningkat.
Perkembangan emosional
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres
emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Psikolog Amerika kelahiran Jerman Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses
psikososial yang terjadi seumur hidup.

Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang
tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut berhubungan dengan lainnya
dalam gaya dewasa. Kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja.

Dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
Dddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
Perkembangan moral

Masa remaja adalah periode di mana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan
pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis,
remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian
besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat
hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan
tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang
karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa
perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap
peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil
pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu
tidak baik.pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik
dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang
remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah
besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak
lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa
kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan
penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nil
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Resume Perkembangan Kognitif dan Bahasa Masa  Remaja

Perkembangan Kognitif Remaja


Pengertian perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak
yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Jean Piaget
(1896-1980) mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan kognitif manusia,
yaitu:

1. Tahap sensorimotor berlangsung sejak lahir hingga usia 2 tahun


2. Tahap praoperasional berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun
3. Tahap operasional konkret pada usia 7 hingga 11 tahun
4. Tahap operasional formal yang berlangsung pada masa remaja, usia 11 hingga 15
tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa.

Perkembangan Bahasa Remaja


Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi yang
Arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Kemampuan berbahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang
atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian seperti dengan menggunakan lisan,
tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.
Berdasarkan hasil penelitian, para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan
perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosakata, ucapan,
gramatikal dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
perkembangan umur kronologisnya. Karena perbandingan umur kronologis dengan
kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasanya.

Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir


Pemikiran para ahli tentang proses berfikir :
Ø Proses berfikir merupakan pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya
rangsangan sampai munculnya respon/tanggapan. (Morgan, 1989).
Ø Pada setiap individu, mereka berfikir dengan menggunakan simbol – simbol yang
memiliki makna atau arti tertentu.(Glover, 1987).
Ø Aktivitas berfikir individu sebenarnya dibantu dengan menggunakan simbol – simbol
verbal dan hukum tata bahasa untuk menggabungkan kata – kata menjadi suatu kalimat
yang bermakna. (Morgan, 1980).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Ada beberapa aliran yang memiliki pandangan tentang perkembangan bahasa seseorang.
Berikut adalah penjabarannya :
1. Aliran Nativisme
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan bahasa seseorang ditentukan oleh faktor-
faktor bawaan sejak lahir yang ditentukan oleh orang tuanya. Hal ini berarti, jika
kemampuan bahasa orang tuanya baik dan cepat, maka sang anak juga memiliki
kemampuan bahasa yang baik dan cepat, begitu sebaliknya.
2. Aliran Empirisme atau Behaviorisme
Aliran ini berpandangan sebaliknya, bahwa perkembangan bahasa seseorang tidak
ditentukan oleh faktor bawaan melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini jika kemampuan bahasa orang tuanya kurang baik dan lambat
namun proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkunagan
berbahasa secara baik dan cepat, maka kemampuan berbahasa anak menjadi baik dan
cepat
3. Aliran konvergensi
Aliran ini mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi antara faktor bawaan dan
pengaruh lingkungan. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan
bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Sedangkan faktor lingkungan juga sangan
berpengaruh yakni besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungan.

Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Perkembangan Dewasa Awal dan Pertengahan:
Fisik, Kognitif dan Sosial-Emosional
A.    Dewasa Awal (18-40 tahun)
1.      Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas
sensoris dan keterampilan motorik (papalia dan Olds,2001). Pada pertumbuhan fisiknya
dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa remaja ke masa tua. Pada masa
ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang
(maturity). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang
berlaku. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-
bulu halus, perubahan suara, menstruasi dan kemampuan reproduksi. Hal inilah yang
menandai adanya transisi fisik.Secara nyata perubahan ciri-ciri fisik dewasa awal tidak
dapat dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik pada remaja yang
sangat pesat dan dapat dilihat secara nyata, tapi perkembangan fisik dewasa dianggap
sebagai puncak perkembangan fisik. Karena dalam perkembangan fisik dewasa awal
merasa kuat, maka kesehatan menjadi kurang diperhatikan dan dijaga. Memang hal ini
kurang berpengaruh di masa dewasa awal, namun akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
a.       Kekuatan dan Energi
Pada masa dewasa awal, seseorang menyalurkan seluruh potensinya untuk
mengembangkan diri. Kehidupan karir seringkali menyita perhatian dan energi bagi
seorang individu. Biasanya pada masa ini, mereka merintis dan membangun kehidupan
ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua.

b.      Ketekunan
Seseorang harus memiliki kemauan untuk bekerja keras yang disertai dengan
ketekunan untuk dapat mencapai kemampuan dalam ekonomi. Seseorang pada umumnya
akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya ketika mereka menemukan posisi
kerja yang sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang pendidikannya.
c.       Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri
untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah motivasi internal dimana biasanya orang yang memiliki motivasi internal berusaha
keras tanpa dipengaruhi lingkungan eksternal sampai mencapai suatu tujuan yang
diharapkan.
d.      Kesehatan Dewasa Awal
Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak kemampuan
fisik dengan kondisi yang paling sehat. Namun pada masa ini kemampuan fisik individu
juga mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menunjukkan penurunan sekitar
umur 30-an. Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang bagaimana gaya
hidup pribadi akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada kehidupan
dewasa. Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun dapat memprediksikan
kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak terjadi pada laki-laki
daripada perempuan.
Pada masa dewasa awal, sistem indera individu menunjukkan sedikit perubahan,
tetapi lensa mata kehilangan elastisitasnya dan menjadi kurang mampu mengubah bentuk
dan fokus pada benda-benda yang berjarak dekat. Kemampuan pendengaran mencapai
puncak pada masa remaja dan tetap konstan pada permulaan dewasa awal, tetapi mulai
mengalami penurunan pada akhir masa dewasa awal. Pada pertengahan sampai
menjelang akhir 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah. Kondisi kesehatan dewasa muda
dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan.
Menurut Hurlock, puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan
dua puluhan, setelah itu terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan.
Oleh karena itu, pada masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi
masalah secara fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa ini
individu sudah menyadari adanya kekurangan fisik pada dirinya namun juga menyadari
bahwa ia tidak dapat menghapus kekurangannya tapi masih mampu untuk memperbaiki
penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut pada diet, olah raga dan aspek
kecantikan. Minat akan penampilan ini akan berkurang menjelang usia tiga puluhan
karena dirasa semakin kuatnya ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga.
2.      Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa dewasa perkembangan kognitif terjadi pada
tahap operasional formal yang merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif menurut
Piaget. Tahap ini dimulai pada umur 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa, tahap
perkembangan kognitif ini ditandai dengan diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai.
3.      Aspek-aspek Perkembangan Sosial-emosional
a.       Bahaya Personal dan Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal
dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang
penting pada usia tersebut, yang mengakibatkan seorang individu tampak belum matang
disbanding dengan orang dewasa muda lainnya. Hingga 30 tahlazimlah apabila pria
maupun wanita kurang matang dalam beberapa aspek perilaku tertentu, tetapi pada saat
yang sama kematangan dalam aspek perilaku lainnya tampak jelas. Secara bertahap,
lewat prestasi dan harapan baru dari kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang
menandai awal priode ini menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih
seimbang dan lebih matang.
Menguasai tugas-tugas pada masa perkembangan selalu sulit, dan kesulitan ini
meningkat apabila ada rintangan yang menghambat perkembangan seseorang. Beberapa
bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan sering muncul
selama tahun-tahun awal akil balik. Sementara semua orang dewasa tidak perlu
mengalami semua bahaya ini, kebanyakan dari bahaya tersebut akan dialami pada suatu
ketika oleh mayoritas orang dewasa muda.
b.      Minat sosial
Masa dewasa ini sebagaimana ditekankan oleh Erikson, merupakan masa “krisis
keterpencilan”. Dalam masa ini pria dan wanita sering merasa kesepian. Pria muda yang
belum menikahsering tidak tau apa yang harus dikerjakan pada waktu-waktu luang.
Seperti halnyawanita dewasa yang belum menikah, mereka merasa kesepian karena
temateman lama sudah berpencar dan banyak diantaranya yang sudah sibuk dengan
urusan keluarga, aau sibuk berpacaran. Akibatnya mereka kehilangan pergaulan yang
menyenangkan masa remaja ketika selalu ada teman untuk diajak berbincang-bincang
atau melakukan keiatan bersama lainnya.
Dari sekian banyak pergeseran di bidang minat dan kegiatan sosial, dibawah ini
dicantumkan pergeseran atau perubahan yang paling sulit dan paling banyak ditemui.
Suatu perbandingan terhadap pola-pola minat sosial masa remaja dan dewasa
menunjukkanbahwa terdapat perubahan atau pergeseran yang radikal.
1)      Perubahan dalam peran serta sosial
Keterlibatan dalam kegiatan sosial yang dirasakan begitu penting sewaktu remaja
karena nilai prestasinya, terpaksa dikurangi pada masa dewasa dini. kehidupan sosial
mereka umumnya dipusatkan di rumah dan anggota-anggota keluarga menggantikan
peran teman. Karena pola kehidupan tidak sama bagi semua orang muda, maka volume
maupun bentuk peran serta sosial juga bevariasi. Pada umumnya, peranserta dalam
kegiatan sosial di luar meningkat setelah menjelang usia setengahbaya yaitu dari
pertengahan sampai masa akhir usia 30-an. Selain itu pola peranserta sosial bagi yang
sudah menikah berbeda daripada bagi yang belum menikah.  
2)      Perubahan dalam persahabatan
Keinginan  untuk populer dan mempunyai banyak teman mulai memudar pada
awal masa dewasa, terutama pada suami-isteri muda dengan kesibukan mereka yang
berorientasi pada tugas dan tanggungjawab yang keluarga. Mereka yang belum menikah
juga lebih selektif dalam memilih teman disbanding dengan anak-anak remaja yang tidak
memilih-milih teman. Oleh sebab itu orang dewasa tidak banyak temannya, tetapi
hubungan mereka lebih akrab. Sebagaimana helnya pada setiap tahap usia, orang dewasa
juga memilih teman-teman mereka berdasarkan kecocokan.
3)      Perubahan dalam kelompok sosial
Keakraban antar teman yang ada pada masa remaja akan berlanjut kemasa
dewasa. Orang dewasa muda pada umumya mempunyai kelompok teman akrab atau
teman yang dapat dipercaya yang jumlahnya kecil saja. Biasanya mereka itu adalah
teman-teman lama, kecuali kalau keadaan telah berubah begitu banyak sehingga mereka
tidak lagi cocok dengan teman-teman lama.

B.     Dewasa Madya (40-60 tahun)


1.      Aspek-aspek Perkembangan Fisik
a.       Rusaknya fungsi organ seksual
Setelah usia 50 tahun,  terjadi penurunan berangsur-angsur pada aktivitas gonad,
walaupun pada usia 70 tahun dan 80 tahun pria masih bisa membuahi istrinya.
b.      Nafsu seksual menurun
Menurunnya nafsu seksual seiring dengan menurunnya fungsi organ seksual. Ini
merupakan akibat dari rusaknya fungsi gonad dan sebagian disebabkan oleh hal-hal yang
bersifat psikologis, misalnya hubungan perkawian atau pkerjaan yang tidak serasi,
kekhawatiran tentang masalah ekonomi atau rumah tangga.
c.       Penampilan kelelakian menurun
Dengan menurunnya aktivitas gonad, pria kehilangan ciri kelelakiannya dan
menampilkan beberapa cirri yag bersifat kewanitaan, misalnya intonasi suaramenjadi
lebih tinggi, rambut di kepala dan ditubuh berkurang, tubuh  menjadi lebih gemuk sedikit,
terutama pada paha dan perut.
d.      Gelisah akan kepriaannya
Laki-laki yang penampilan dan tingkah lakunya kurang maskulin akan lebih
memperhatikan kejantanannya. Keadaan ini sering mengarah keinpoten.
e.       Ketidaknyamanan fisik
Banyak pria usia madya mengeluh karena mengalami depresi, gelisah, lekas
marah, sensasi yang sungguh menggelikan, kepala pusing, insomnia, gangguan
pencernaan, ketegangan, rasa tidak menentu secara tiba-tiba letih dan masih banyak
penyakit kecil-kecilan. Beberapa kondisi ini memang nyata namun beberapa lainnya
hanyalah khayalan.   
f.       Menurunnya Kekuatan dan daya tahan tubuh
Kemunduran ini sebagian disebabkan kesehatan yang buruk dan sebagian lagi dari
difesiensi gonad. karena nilai sosial yang tinggi yang ditaruh pad daya tahan tubuh dan
kesehatan, pria pada umumnya merasa bahwa mereka telah kehilangan keperkasaan
apabila kesehatan dan daya tahan tubuhnya mulai menurun.
2.      Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembagan Kognitif adalah Perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa dewasa perkembangan kognitif terjadi
pada tahap operasional formal yang merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif
menurut Piaget. Tahap ini dimulai pada umur 11 tahun dan terus berlanjut sampai
dewasa, tahap perkembangan kognitif ini ditandai dengan diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan
nilai.

3.      Aspek Perkembangan Sosial-Emosional


Penyesuaian sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama
adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan
apa yang diharapkannya. Kedua ia memainkan salah satu peran penting dalam
mengembangka tugas seseorang selama usia madya adalah untuk mencapai tanggung
jawab sebagai warga Negara dan tanggung jawab sosial.
a.       Bahaya personal
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan
diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari itu semua, ada enam macam yang dianggap
umum dan serius.
1)      Diterimanya kepercayaan tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai
pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjad seiring
dengna bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami menopause misalnya, seiring
disebut sebagai “masa krisis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah
rasa takut yang tidak menentu, seperti dikatakan oleh parker.
2)      Idealisasi anak muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang
pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seorang pria mungkin akan menolak
untuk patuh mengikuti rese dokter tentang diet atau akaa menolak untuk membatasi
kegiatan walaupun dengan alasan dengan kesehatan. Seperti anak yang menjelang usia
akil baliq, mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia
madya, mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan perilakunya, tetapi masing-masing
dari contoh tersebut mempunyai alasan yang berbeda. Sikap pemberontak seperti itu
berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan
karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka
sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi yang seperti ini menyebabkan mereka yang
berusia madya menderita biasa atau lebih serius.

3)      Perubahan peran


Merubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah
memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar
memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa terlalu
berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses
penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit.
4)      Perubahan keinginan dan minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada masa usia madya timbul
karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat
ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tigkat kesehatan fisik. Mereka
mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru
sebagai pengganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa
madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik
sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena
kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka
akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan
waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu
mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu
banyak.
5)      Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status seperti
yang telah dibahas pada awal dari bab ini, yang dianggap sebagai ciri-ciri umum, yang
dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial, apabila keluarga tidak berusaha
untuk mencapai atau memiliki symbol yang diinginkan. Dalam kasus seperti ini, ada tiga
reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut.
Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyedakan
cukup uang untuk memperoleh status tersebut. Kedua, dia akan bersikap boros dan
menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang. Ketiga, dia bisa juga berbuat
sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi
kebutuhannya. Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan
seseorang untuk memperoleh simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulakn
percekcokan dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan
banyak pria menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak
mungkin ia peroleh.  
6)      Aspirasi yang tidak realistis
Orang berusia madya yang mepunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa
yang ingin dicapai menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan
sosial, apabila kelak ia menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap
tidak realistis ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini
merupakan efek langsung bagi pria, sedang bagi wanita merupakan efek tidak langsung
apabila suaminya atau tidak mampu untuk mencapai cit-cita yang diinginkan.
7)      Perubahan kepribadian
Sehubungan dengan hilangnya keperkasaan menyebabkan sejumlah orang usia
madya berperilaku hamper sama dengan orang berusia muda yang sedang menunjukkan
kejantanannya. periode ini bisa menjadi periode yang berbahaya bagi pria-pria, dimana ia
masih mempunyai istri namun terlibat juga dalam urusan cinta dengan perempuan lain.

Perkembangan Bahasa Masa Remaja


Bahasa merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya.
Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima
komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk
mengekspresikan makna (Tarigan, 1986:10).

(remaja)

Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Perkembangan Sosio-Emosional pada Masa Dewasa Awal
OPINI | 02 January 2011 | 18:22 2 0 Nihil

Masa dewasa awal/dini adalah awal dari seseorang menyesuaikan diri dengan pola-pola kehidupan baru
dan harapan-hrapan sosial baru.

Hurlock (1980) membagi masa dewasa dalam 3 bagian:

1. Masa dewasa awal

Masa dewasa awal berlangsung mulai dari umur 18 sampai 40 tahun. Masa ini merupakan saat-saat
seseorang mengalami perubahan psikologis dan fisik bersamaan dengan penyesuiaan diri dan harapan
harapan terhadap perubahan tersebut.

2. Masa dewasa tengah/madya

Masa dewasa tengah berlangsung  dari umur 40 tahun sampai enam puluh tahun. Pada masa ini
kemampuan psikologis dan fisik mulai berkurang.

3. Masa dewasa lanjut

Masa dewasa lanjut berlangsung mulai dari umur 60 tahun sampai menjelanag kematian. Pada masa ini
keuatan fisik dan psikologis sangat mudah menurun.

Tetapi pembagian ini tidak mutlak dan ketat, karena pembagian ini hanya menunjukan umur rata-rata pria
dan wanita yang mulai menunjukan perubahan-perubahan dalam segi penampilan, minat, sikap, dan
perilaku.

Ciri-ciri Masa Dewasa Awal

Ada 10 ciri-ciri masa dewasa awal (Hurlock,1980), yaitu:

1. Masa Pengaturan (settle down)

Pada masa ini, seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan sesuatu yang sesuai dan cocok agar
memberikian kepuasan yang permanen. Ketika pola hidup yang diyakini oleh seseorang telah ditemukan,
maka itu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan
nilai-nilai yang cenderung memberikan kekhasan tersendiri bagi dirinya selama hidupnya.

2. Masa Usia Produktif

Pada masa usia produktiflah waktu yang cocok untuk seseorang menentukan pasangan hidunya, menikah,
dan bereproduksi atau menghasilkan anak. Pada masa organ reproduksi sangat produtif untuk menghasilkan
individu baru (anak).

3. Masa Bermasalah

Masa dewasa awal dikatakan juga sebagai masa-masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan
seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak
bisa mengatasinya, maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit
yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa
menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2
peran/lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua
atau siapapun dalam menyelesaikan masalah.

4. Masa Ketegangan emosional

Pada saat seseorang beranjak ke bumur duapuluhan (sebelum 30-an), biasanya kondisi emosionalnya tidak
terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat
bergelora dan mudah tegang. Ia juga sering khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan
posisinya yang baru sebagai orang tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan akan berakhir pada
stress bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang
dalam emosi.

5. Masa Keterasingan Sosial

Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolas”, ia terisolasi atau terasingkan
dari kelompok sosial. Kegiatan social dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan
dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir..

6. Masa Komitmen

Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk
pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru..

7. Masa ketergantungan

Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang
tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.

8. Masa Perubahan Nilai

Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan
hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-
nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-
nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti
aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada
nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi social ketika ia sudah
menikah.

9. Masa Penyesuain Diri dengan Hidup Baru

Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa
ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja.

10. Masa Kreatif

Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan.
Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan

Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Nnnnnnnnnnnnnnnnn

Transisi Fisik

Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda
sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada
masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik),
tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa
(maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi
sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya
benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa
lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak
secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk
keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum
yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan
memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau
perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya
tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan
reproduksi.

B. Transisi Intelektual

Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999;
Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong
masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi
formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu
memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis,
dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari
SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah
lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak
prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang
makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan
sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan
masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan
sosialnya.

C. Transisi Peran Sosial

Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya


(dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara
kehidupan rumah tangga yang bam, yakni ter-pisah dari kedua orang tuanya.
Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak
baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai
individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu
bagi anak-anaknyal Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga,
sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa me-,
ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja Namun demikian, L tak
sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk • menekuni tugas-
tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic tasks), agar dapat
mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota
masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya
dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus
RT/RW.

II.Aspek-aspek Perkembangan Fis

Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH


Oleh toksmilanisti70

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN

PESERTA DIDIK
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi


sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
belajar mereka. Secara detail dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pendidikan di definisikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar  agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual,
keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini tentui saja
diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru disekolah-sekolah dasar dan
menengah serta dosen diperguruan tinggi.

Untuk melaksanakana profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan


aneka ragam pengetahuan psikologis yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan
zaman dan kemajuan sain dan teknologi. Diantara pengetahuan-pengetahuan yang dikuasi
guru adalah pengetahuan psikologi terapan tentang tahapan-tahapan perkembangan
peserta didik yang erat kaitannya dengan proses belajar peserta didik dalam suasana
zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini.

Dalam kenyataannya masih banyak guru dalam menerapkan proses pembelajaran tidak
melihat aspek psikologi tersebut. Akibatnya, proses pembelajaran tidak efektif dan
efisien. Sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu penulis
mencoba mengkaji tentang tahap-tahap perkembangan peserta didik meliputi :

A. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dalam berbagai literatur terdapat berbagai pendekatan dalam menentukan tahapan


perkembangan peserta didik. Berdasarkan Pendekatan Didaktis, perkembangan peserta
didik adalah melalui tahap atau masa sebagai berikut.

1. Masa Usia Pra Sekolah : (1) Masa Vital dan (2) Masa Estetik

Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak
dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

(1)         Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
(2)         Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

(3)         Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.

(4)         Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).

(5)         Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan.

(6)         Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan


awal kreativitas.

Masa Vital adalah masa perkembangan, dimana individu menggunakan fungsi-fungsi


biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar pada tahun
pertama dalam kehidupan individu , Freud menyebutnya sebagai masa oral (mulut),
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk
melakukan eksplorasi dan belajar.Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak
belajar menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh.
Pada tahun kedua umurnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan
kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang
datang dari dalam dirinya.

Secara singkat ada 8 tanda-tanda esensial yang dapat di sebutkan dalam perkembangan
pra usia sekolah dari 1 tahun sampai 4 tahun (Monks: 2004)

1. Permulaan periode anak bisa duduk berjalan dengan bantuan pada umur 4 tahun sudah dapat
meloncat-loncat, memanjat, dan merangkak di bawah meja dan kursi.
2. Pada 4 tahun terjadi kordinasi anatara mata dengan tangan  dan melakukan ekspolari dengan
tangan melalui manipulasi dengan benda-benda.
3. Sudah dapat berbahasa bercakap-cakap dengan keluarga teman sebaya dan dapat menyatakan
keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya.
4. Pada akhir periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda berdasarkan bentuk
dan warna,membedakan suara keras dan lembut.
5. Mengerti ruang dan waktu, membedakan siang dan malam.
6. Pengertian akan norma sudah ada tapi masih baku berupa kata-kata “baik”, “buruk”, “jangan”yang
menjadi norma batin bagi tingkah laku selanjutnya.
7. Perbuatan dan tingkah lakunya sudah ditentukan oleh kognitif berupa rencana tidak lagi secara
kebetulan.
8. Anak tidak hanya menginginkan ada bersama-sama dengan orang dewasa melainkan ia sudah
menginginkan dapat bergaul secara aktif dengan mereka. Di samping itu ada kebutuhan untuk
bergaul dengan teman sebaya.
Masa Estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak bereksplorasi
dan belajar melalui panca inderanya. Pada masa ini panca indera masih sangat peka.

Perkembangan kemampuan peserta didik pada usia ini (sampai 5 tahun)  berada dalam
periode “praoperasional” Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki
kecakapan motorik)

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang
secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya
berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul


antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-
kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat
memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain.
Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang
tidak hidup pun memiliki perasaan.

Peserta didik belum mampu menyelesaikan persoalan melalui cara berpikir logik
sistematik. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan belum cukup tinggi untuk
dapat menghasilkan transformasi yang tepat. Demikian juga perkembangan moral peserta
didik masih berada pada tingkatan moralitas yang baku. Peserta didik belum sampai pada
pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan nilai dan sikap sangat
diperngaruhi oleh situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga akan diadopsi oleh peserta didik melalui proses imitasi dan identifikasi.
Keterkaitan peserta didik dengan suasana dan lingkungan keluarga sangat besar.

1. Masa Usia Sekolah Dasar

Masa Usia Sekolah Dasar disebut juga masa intelektual, atau masa keserasian bersekolah
pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Masa Usia
Sekolah Dasar terbagi dua, yaitu : (a) masa kelas-kelas rendah dan (b) masa kelas tinggi.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7 – 9/10 tahun) :

(1)               Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
(2)               Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

(3)               Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

(4)               Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

(5)               Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.

(6)               Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka
rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik
atau tidak.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :

(1)               Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

(2)               Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

(3)               Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

(4)               Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya
anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

(5)               Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.

(6)               Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam


permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah
ada), mereka membuat peraturan sendiri.

1. Perkembangan kemampuan peserta didik pada usia ini berada dalam periode operasional konkrit.
Menurut   Piaget tahap ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-
proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan : kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya
dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi : kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda


menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan


untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir
lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,


kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi : memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah


tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak,
mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas
itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme: kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut


pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai
contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak,
lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau
anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Kemampuan mengolah informasi lingkungan sudah berkembang sehingga transformasi


yang dihasilkan sudah lebih sesuai dengan kenyataan. Demikian juga perkembangan
moral anak sudah mulai beralih pada tingkatan moralitas yang fleksibel dalam rangka
menuju ke arah pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan moral peserta
didik masa ini sangat dipengaruhi oleh kematangan intelektual dan interaksi dengan
lingkungannya. Dorongan untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam
kelompok sebaya mulai nampak dan semakin berkembang. Pertumbuhan fisik
mendorong peserta didik untuk memasuki permainan yang membutuhkan otot kuat.

1. Masa Usia Sekolah Menengah

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja, yang terbagai ke dalam 3
bagian yaitu :

(1)               Masa remaja awal; biasanya ditandai dengan sifat-sifat negatif, dalam
jasmani dan mental, prestasi, serta sikap sosial,

(2)               Masa remaja madya; pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Pada masa ini
sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung dan dipuja.
(3)               Masa remaja akhir; setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya,
pada dasarnya telah tercapai masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja, yang akan memberikan dasar bagi memasuki masa
berikutnya yaitu masa dewasa.

Perkembangan kemampuan peserta didik pada usia ini berada pada  periode formal
operasional yang dalam perkembangan cara berpikir mulai meningkat ke taraf lebih
tinggi, absrak dan rumit.

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti
logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini
muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Cara berpikir yang bersifat rasional, sistematik dan ekploratif mulai berkembang pada
tahap ini. Kecenderungan berpikir mereka mulai terarah pada hal-hal yang bersifat
hipotesis, pada masa yang akan datang, dan pada hal-hal yang bersifat abstrak.
Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan sudah semakin berkembang.

1. Masa Usia Mahasiswa (18,00-25,00 tahun)

Masa ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau
dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup.
Masa dewasa dibagi menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Masa dewasa muda; dengan terbentuknya identitas/jati dirinya secara definitif, kini ia dituntut
untuk mampu turut ambil bagian dalam membina kehidupan bersama, bila ia mampu memelihara
keseimbangan antara aku dan kita atau kami (kemandirian dan kebersamaan) akan tumbuh rasa
keakraban, kalu tidak maka ia kan diliputi rasa keterasingan.

Ciri-ciri masa dewasa awal/dini (Haurlock,1980 : 247):

1. Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan


2. Masa dewasa dini sebagai masa reproduktif
3. Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah
4. Masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emossional
5. Masa dewasa dini sebagai masa keterasingan sosial
6. Masa dewasa dini sebagai masa komitmen
7. Masa dewasa dini sebagai masa ketergantungan
1. Masa dewasa; pada masa ini apakah ia mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk hidup
secara kreatif, produktif dan bersemangat dalam membina kehidupan generasi mendatang, pasif
dan menonton saja, bila ada pada dirinya akan tumbuh kegairahan hidup, bila tidak ada maka akan
cukup puas saja dengan keadaan.
2. Masa hari tua; bagi yang bergairah, tentu ia akan merasa mendapat tempat dan penghargaan
sebagaimana layaknya ditengah-tengah masyarakat ia merupakan bagian dari masyarakat, bila
sebaliknya mungkin dianggap sepi saja sehingga merasa kurang berharga.

Dengan kajian materi diatas pembahasan materi ini bertujuan guru dapat menciptkan
proses pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik
agar dapat mengembangkan potensinya secaraoptimal. Dalam hal ini guru harus kreatif,
profesional dan menyenangkan. Dengan memposisikan diri sebagi berikut :

1. Orang tua yang kasih sayang pada peserta didiknya


2. Teman tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan peserta didik
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat,
bakat dan  kemampuan.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang
dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan berani tanggung jawab
6. Membiasakan diri peserta didik saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembnagkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain dan lingkungannaya.
8. Mengembangkan kreatifitas

Dalam Mengimplementasikannya guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta


menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas
pribadi peserta didik.

BAB II

ISU- ISU YANG MUNCUL

Mengamati perkembangan peserta didik di sekolah dan di lingkungan sekitar maka


diperoleh isu-isu yang akan di bahas antara lain:

1. Permasalahan kejenuhan belajar peserta didik

Pada kasus anak  yang sudah belajar sebelum usia seharusnya misalnya pada usia 3 atau 4
tahun yang secara kognitif mampu mengalami proses belajar tetapi secara sosial tidak
bisa berinteraksi dengan temannya dan mengalami kejenuhan belajar pada usia 10 tahun.
Bagaimana permasalahan itu terjadi ?

1. Permasalahan pubertas dini

Dalam berbagai kasus banyak terjadi pergeseran tahapan-tahapan perkembangan peserta


didik, diantaranya adalah masa pubertas. Pada saat ini banyak peserta didik masa usia
dasar yang telah mengalami menstruasi/haid lebih dini. Apakah penyebab dan akibat
yang ditimbulkan dari sisi biologis dan psikologis terhadap perkembangan peserta didik ?
BAB III

ANALISIS MASALAH

1. Permasalahan kejenuhan peserta didik

Secara harfiah arti jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat
apapun selain itu jenuh juga dapat berati jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping
siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya
yang di sebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi disebut learning plateau.
Peristiwa jenuh ini kalau dialami oleh seorang siswa yang sedang belajar dapat membuat
siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya. Seorang siswa yang mengalami
kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari
belajar tidak ada kemajuan.

Kejenuhan belajar juga bisa terjadi pada anak sekolah dasar yang semestinya belum
terjadi karena keadaan memori anak yang masih relatif sedikit. Hal ini terjadi karena
adanya kecenderungan orang tua untuk cepat membelajarkan anak pada usia yang belum
seharusnya. Menurut Fz Monks membelajrkan anak sebelum waktunya mengandung
kelemahan karena:

1. Seringkali anak diberi pelajaran membaca pada waktu yang sangat muda melulu untuk
memuaskan kebanggaan orangtuanya, jadi tidak demi kepentingan anaknya.
2. Kalau anak mengerti bahwa ia sudah menguasai apa yang akan dipelajarkan di kelas satu hal ini
akan bisa menurunkan motivasi belajarnya  dan menyebabkan sikap yang negatif terhadap tugas-
tugas yang harus dilakukannya.

Ketika anak sudah mengalami proses belajar dan mengalami kejenuhan belajar, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor berikut yaitu:

1.  Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan
belajar itu sendiri.

2.  Karena kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang studi-studi tertentu
yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut  sedang merasa bosan
mempelajari bidang studi tadi.

3.  Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut
lebih banyak kerja intelek yang berat.

4.  Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia
sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri
(self-imposed)

1. Permasalahan pubertas dini.


Periode pubertas merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat
meskipun masa puber merupakan masa singkat yang bertumpangtindih  dengan masa
akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja. Masa ini terjadi pada usia yang berbeda
bagi anak laki-laki dan anak perempuan dan bagi individu-individu di dalam tiap
kelompok seks.

Masa puber disebabkan oleh perubahan perubahan hormonal yang terjadinya berbeda-
beda karena sulit diawasi. Usia rata-rata perubahan yang dialami pada puber bagi
perempuan adalah tiga belas dan bagi anak laki-laki empat belas tahun. Waktu yang
diperlukan untuk mengakhiri perubahan massa puber berkisar dari dua sampai empat
tahun.

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

1. Kejenuhan anak dalam belajar pada usia dini

Sejak lama kriteria bagi anak dapat diterima di sekolah adalah “kemasakan”. Bagi
Indonesia  kriteri umur memegang peranan penting. Anak baru dapat diterima bila ia
sudah mencapai umur 7 tahun hal ini karena pada usia tersebut anak sudah memenuhi
kriteria kemasakan diantaranya adalah:

1. Anak sudah dapat bekerja sama dalam kelompok dengan anak-anak sebayanya, tidak tergantung
pada ibunya dan dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman-teman sebaya.
2. Anak sudah dapat mengamati secara analitis, ia sudah dapat mengenal bagian-bagian dari
keseluruhan dan dapat menyatukan kembali bagian bagian yang terpisah tersebut.
3. Anak secara jasmaniah sudah mencapai bentuk anak sekolah, yaitu jika anak sudah dapat
memegamg telinganya melalui kepala.

Untuk mengatasi kejenuhan dini yang sering terjadi dewasa ini maka dapat diambil
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Dalam memberikan bimbingan yang lebih baik pada anak dapat dianjurkan untuk memilih istilah
“kemampuan sekolah” daripada “kemasakan sekolah”. Kemasakan menunjuk pada proses yang
terjadi dari dalam secara spontan, sedangkan mampu sekolah ditentukan oleh faktor-faktor dari
luar seperti lingkungan dan keluarga. Kriteria “kemasakan sekolah” tersebut, ternyata belum dapat
menjamin keberhasilan anak di kelas, karena “masak sekolah” belum menjamin “mampu
sekolah”.
2. Dengan metode tes mengukur kemampuan bersekolah dan mencatat fungsi-fungsi yang
berhubungan dengan usia atau kemampuan pada saat penerimaan anak masuk sekolah. Dengan
demikian tidak selalu didasarkan pada tingkat kemasakan anak melainkan didasarkan pada
kesesuaian antara kemampuan yang ada pada anak dengan kriteria yang ditentukan untuk
penerimaan di sekolah dasar tersebut.
3. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergiji dengan takaran yang
cukup banyak.
4. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi
meja belajar dan perlengkapan belajar lainnya sehingga merasa berada di kamar baru yang lebih
menyenangkan.
5. Memberikan motivasi dan stimulan yang baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat
daripada sebelumnya.

C.Pubertas dini

Pubertas dini yang terjadi pada anak bergantung pada kondisi-kondisi  biologis yang
menyebabkan perubahan pubertas yaitu sebagai berikut:

1. Peran kelenjar pituitari

Kelenjar pituitari mengeluarkan dua hormon : hormon  pertumbuhan yang berpengaruh


dalam menentukan besarnya individu, dan hormon gonadotrofik yang merangsang gonad
untuk meningkatkan kegiatan. Sebelum masa puber secara bertahap jumlah hormon
gonadotropik semakin bertambah dan kepekaan gonad terhadap hormon gondotrofik dan
peningkatan kepekaan juga semakin bertambah; dalam keadaan demikianlah perubahan
-perubahan pada masa puber mulai terjadi.

1. Peran gonad

Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad organ-organ seks yaitu  ciri-ciri seks
primer bertambah besar dan fungsinya bertambah matang dan ciri-ciri seks sekunder
seperti rambut kemaluan semakin berkembang.

1. Interaksi kelenjar pituitary dan gonad

Hormon yang dikeluarkan oleh gonad yang telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, selanjutnya bereaksi terhadap kelenjar ini dan
menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang
dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi antara hormon
gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan
lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati masa monopause dan pria mendekati
climacteric.

Keadaan hormonal tersebut sangat dipengaruhi oleh nutrisi atau makanan yang di
konsumsi oleh anak. Makanan pada saat ini banyak mengandung steroid-steroid yang
berfungsi untuk mempercepat perkembangan dan pertumbuhan misalnya pada makanan
yang berasal dari ayam broiler dan telur ayam buras. Contoh makanan yang mengandung 
steroid dan sangat digemari oleh anak-anak sekarang ini adalah berbagai macam freid
chikend. Jika makanan ini dikonsumsi secara terus-menerus maka akan terjadi akumulasi
jumlah steroid yang cukup banyak. Akibatnya, mempercepat pertumbuhan horman dan
kelenjar gonad sehingga anak mengalami pubertas dini.

Selain makanan cepat saji yang banyak mengandung steroid, pubertas juga dipengaruhi
oleh  makanan yang banyak mengandung penyedap rasa terutama MSG ( Mono Sodum
Glutamat) yang banyak terdapat pada makanan ringan yang sering  dikonsumsi oleh
anak-anak. MSG merupakan zat yang di satu sisi menonaktifkan sel-sel otak manusia
sehingga menimbulkan penurunan kemampuan berfikir di sisi lain mengaktifkan kelenjar
pituitary yang mempengaruhi kelenjar gonad yang menghasilkan hormon reproduksi.

Untuk mengatasi masalah pubertas dini dapat dilakukan dengan cara menghindari
makanan-makanan cepat saji yang banyak mengandung steroid dan makanan yang
banyak mengandung MSG tersebut.

Masa Pubertas juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti dalam bentuk audio visual
berupa gambar, tayangan film yang dilihat oleh anak baik dari televisi maupun media lain
yang belum saatnya untuk dilihat. Gambar atau tayangan tersebut akan merangsang otak
untuk kemudian mempengaruhi kelenjar pituitary yang akan mengeluarkan horman
gonadotropik yang mempengaruhi pengeluaran hormon gonad atau hormon seksual.

Untuk masalah ini peran orang tua dan lingkungan sangat berperan penting untuk
mencegah anak-anak kita menonton, membaca atau menyaksikan segala sesuatu  yang
dapat merangsang hormon gonad diproduksi lebih awal.

PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR


PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

2008

Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv

Perubahan Fisik Dewasa Madya


Dewasa Madya

Rentang usia dewasa madya atau yang disebut juga usia setengah baya pada umumnya berkisar antara usia
40 - 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental (Hurlock,
1980:320).

Masa usia dewasa madya diartikan sebagai suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin
besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana orang menjadi sadar akan polaritas muda-tua dan semakin
berkuranggya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu masa ketika orang mencapai dan
mempertahankan kepuasan dalam karier, dan suatu titik ketika individu berusaha meneruskan suatu yang
berarti pada generasi berikutnya.

Perkembangan Fisik

Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada
masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi
daya tarik lawan jenis.

Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995),
menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik
wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih
mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau
bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya
telah datang.

Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

PERDEBATAN TENTANG PENURUNAN INTELEKTUAL PADA MASA


DEWASA AKHIR

Issue mengenai penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa


merupakan suatu hal yang provokatif (Santrock, 2004).  David Wechsler (1972),
yang mengembangkan skala inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa
dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya proses penuaan yang
dialami setiap orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa
beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak.
Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized
intelligence=yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal
yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan
kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence=yaitu kemampuan seseorang
untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.

Pendapat tersebut dipertanyakan Paul Baltes (1987) dan K Warner Schaie


(1984), karena metode yang digunakan Horn adalah cross-sectional, sehingga
factor individual differences, seperti perbedaan kohort, tidak diperhatikan,
padahal mungkin akan sangat berpengaruh, sehingga kalau pun ditemukan
perbedaan antara subjek yang berusia 40 tahun dengan subjek yang berusia 70
tahun, mungkin bukan karena factor usia, melainkan kesempatan memperolah
pendidikan, misalnya.

Schaie sendiri mengadakan penelitian longitudinal tentang hal tersebut (1984),


dan memperoleh hasil bahwa ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual
pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994, Schaie
kembali mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam
kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
SPerkembangan fisik :

Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi
seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Melihat dan mendengar
merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam
dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar
pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada
usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai
menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk
mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya
kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada
perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki
terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.

Perkembangan kognitif :

Pada tahap Formal Operasional

 Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir
puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda).
Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan
penghalusan dari pola pemikiran ini.

 Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan
universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.

 Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki


masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat
melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah
tersebut.
 Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik
fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan
hidupnya.
 Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih
dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai
hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu
membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan
pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian
mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Perkembangan emosi :

Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs
stagnasi Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna
membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna
melalui generativitas / bangkit. Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika individu tidak
melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada
anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian,
mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.

Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara


generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan
luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok lain,
terutama generasi selanjutnya. Bila dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di
mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka dengan generativity
kita tidak mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian sangat besar dari para orang
tua tidak keberatan untuk menderita atau meninggal demi keturunannya, walau
perkecualian pasti ada. Begitu pula dengan orang-orang yang melakukan pekerjaan
sukarela di Salvation Army, Word Vision, Palang Merah, Green Peace dan NGO (Non-
Governmental Organization) bisa dikatakan termasuk mereka yang memiliki Generativity
ini.

Banyak psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik


(berderma atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi
mereka kecuali kerugian materi, waktu dan tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum
menemukan jawaban yang pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar, maka
kita melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan tapi karena
pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada sesama. Kita mungkin melakukan
hal-hal yang altruistik karena kita mengharapkan dunia yang lebih baik di masa depan
yang akan menjadi masa depan anak-anak kita.
Stagnasi adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada
diri kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami stagnasi
tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain selain
apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu banyak contoh orang yang
setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana impian mereka yang lalu, apa
yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka ada artinya. Beberapa orang yang
merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk mencapai impian mereka, pada saat-saat
ini berusaha untuk merengkuh masa-masa yang bagi mereka terlewat sia-sia.

Kita tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya
yang kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk
membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka
dengan lebih luas, melainkan hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi mereka
pribadi. Apakah yang diperoleh mereka yang berhasil menjalani fase ini dengan sukses?
Kapasitas yang luas untuk peduli. Apabila kapasitas untuk peduli dengan partner di
panggil Love oleh Erikson, maka untuk hubungan yang lebih luas disebutnya Caring.
Salah seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam konsultasi dalam bidang spiritual
segera pergi ke Afrika setelah membaca tentang Aids, dan mengorbankan penghasilannya
yang luar biasa. Dia adalah contoh langsung bagi saya tentang orang-orang dengan
kapasitas Caring ini.

Begitu pula para sukarelawan yang setelah membaca tentang Alzeimer atau
Ambon segera mencari tahu apa yang mereka dapat lakukan, bukan karena ada keluarga
yang terkena tetapi karena ada orang yg menderita. Kabar baiknya adalah bahwa makin
banyak anak-anak muda yang melakukan hal ini, dan kebanyakan

dari negara yang sudah maju.

Perkembangan sosial

Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood).


Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh
tahun.

Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:

1. Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh
kehidupan manusia.

2. Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu
periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.

3. Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia
madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti
(stagnasi).

4. Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan
dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap
agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh
Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of
Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan
kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. [1] Ia menulis disertasi
doktornya pada tahun 1958 [2] yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-
tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.

Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,
mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,
[3]
yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif.[4] Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa
proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan
perkembangannya berlanjut selama kehidupan,[2] walaupun ada dialog yang
mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.[5][6]

Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan


ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka
bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian
mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap
yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-
konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.[7][8][9] Teorinya didasarkan pada
tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan
yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.[4]

Ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
Ggggggggggggggggggggg

nusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Artinya, bahwa manusia akan terus
berubah seiring dengan bertambahnnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
tersebut tentunya akan memberikan dampak dan pengaruh yang signifikan terhadap
kematangan koginitif, afektif, dan psikomotoriknya. Atau dalam istilah Ary Ginanjar,
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya.

Secara garis besar, pertumbuhan dan perkembangan manusia selamanya akan terus
berjalan dengan lancar seirig dengan bertambahnya usia. Ini sudah jelas difirmankan oleh
Allah SWT. Al-Quran, “Allah telah menciptakan dalam keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu menjadi lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa
yang dikehendakinya dan Dialah yang Maha mengetahui dan Maha Kuasa.

Dalam makalah yang ada di hadapan saudara ini, akan dibahas secara umum
perkembangan manusia, mulai dari aspek fisik, intelektual, emosi, dan spiritualnya.
Bahkan di sini terdapat penjelasan spesifik tentang kecenderungan-kecenderungan
seseorang pada masa pra nikah.

A. Perkembangan Fisik

Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang
mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang
individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong
sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan
sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa
lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas
seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat
bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk
keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang
berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi
hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula
dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara,
menstruasi, dan kemampuan reproduksi.

Pada masa dewasa awal inilah seluruh organ tubuh manusia akan mencapai puncak
pertumbuhan yang mana setelah itu akan mengalami penurunan secara perlahan dan
terus-menerus. Penurunan tersebut akan terjadi secara drastis pada usia empatpuluhan, 
tak terkecuali pada panca indera. Perubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat
mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya ketajaman mata dan
akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak dan tumor. Pada usia ini kebanyakan
orang menderita presbiopi atau kesulitan melihat sesuatu dari jarak jauh, yaitu kehilangan
berangsur-angsur daya akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunnya elastisitas
lensa mata. Antara umur 40-50 tahunan daya akomodasi lensa mata biasanya tidak 
mampu untuk melihat dengan jarak dekat sehingga yang bersangkutan terpaksa harus
mamakai kaca mata. Terkait dengan itu Allah SWT berfirman:

“Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan
(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu)
sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54).

Selain itu kekuatan dan energi pada masa dewasa ini akan matang. Misalnya, Selepas dari
bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh
potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali
menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang
rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi, agar benar-benar mandiri dari orang tua.
Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh
karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai
kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.

B. Perkembangan Intelektual

Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan


mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti
pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat
kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka berlomba dan bersaing
dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang
berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan
keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.

Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan
siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian,
individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu
mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-
pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan
kualitas mentalnya. Allah SWT berfirman:
“Dan setelah Musa cukup umur dan Sempurna akalnya, kami berikan ke- padanya
hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Qashash: 14)

Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari
Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-
formal berikut ini.

a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan
penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya,
individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu
menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis
yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti,
“This might work on paper but not in real life”.

b. Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami suatu


masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors).
Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk
mencari berbagai alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang
individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh
karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work,
we can try my way”.

c. Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia


mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu
masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada
tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini,
individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah
bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat
untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solution, do this. If
you want the quickest solution, do that”.

d. Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar


menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif)
dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud
paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema
yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu
keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri
sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri,
tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan
merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu,
dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus
melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing
this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”.
Terkait dengan intelektual itu sendiri, terdapat tipe-tipe tertentu. Adapun tipe-Tipe
tersebut adalah:

Pertama, Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan
individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar
dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif
verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan
penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan
akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal
ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung
bersifat teoretis-praktis (text book thinking).

Kedua, Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan


diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan
jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara
waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan
berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam
perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai
prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

Ketiga, fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah


dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan
visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)

Keempat, Visualisasi, yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.


Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang
lebih kompleks.

C. Perkembangan Emosi

Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda
berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang,
yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut,
golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan
pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi
atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi.

Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri
secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri
ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan
untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga
harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka
juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam
keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun
saudara-saudara.

Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, Sesungguhnya otak sangat juga


mempengaruhi dalam emosi orang dewasa, yang mana ada komponen-komponen otak
yang berperan dalam pembentukan emosi seseorang, yaitu antara lain:

1. Kortex

a. Memberi makna apa yg  kita serap

b. Mengatur fungsi penglihatan,memori jangka panjang

c.  Bagian ini membuat kita memiliki perasaan akan perasaan kita          
sendiri,memahami,menganali  sis mengapa punya perasaan    tertentu.

2. Hippocampus

a. Tempat proses pembelajaran, disimpannya emosi

b. Pemicu bagi reaksi emosi Amigdala

3. Amigdala

a. Pusat pengendali emosi

b. Pemicu reaksi

D. Spiritual Masa Dewasa

Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada
usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agma
yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa
mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama.
Mereka sudah dapat menjawab keragu-raguan yang ada di benak mereka ketika mereka
masih remaja tentang agama atau kepercayaannya. Di usia dewasa mereka sudah
memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan
kepuasan baginya.

Apabila di masa ini mereka telah berkeluarga mereka akan lebih memperhatikan agama
mereka karena mereka merasa telah memiliki tanggung jawab yang lebih. Mereka telah
menjadi istri atau bahkan telah menjadi ibu bagi anak-anak mereka, mereka merasa
memiliki tanggung jawab untuk memberikan didikan moral kapada anak-anaknya sesuai
dengan agama yang dianut. Oleh karena itu, pada masa dewasa biasanya orang berusaha
untuk membiasakan beribadah dan melaksanakan praktek-praktek agama yang dianutnya.

Terdapat beberapa faktor yang Mempengaruhi Minat Keagamaan pada Masa Dewasa,
yaitu:

- Pasangan dari iman yang berbeda

Pasangan yang berbeda keyakinan cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada
pasangan yang seiman atau satu keyakinan.

- Kecemasan akan kematian

Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan
kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang tidak
memikirkannya, oleh karena itu dalam agama Islam dianjurkan untuk selalu mengingat
kematian.

- Lokasi tempat tinggal

Orang yang tinggal di lingkungan yang agamanya kuat akan lebih memperhatikan agama
dan rajin beribadah, agamanya cenderung lebih kuat [apabila agama yang dianut sama].

- Latar belakang keluarga

Orang yang dilahirkan dari keluarga yang baik-baik dan kuat agamanya akan lebih
tertarik pada agama daripada yang tidak.

E. Usia Pra Nikah

Terlepas dari perkembangan masa dewasa yang telah dijelaskan di atas, di sini akan
dijelaskan secara spesifik tentang kecenderungan-kecenderungan mada usia pra-nikah. Di
antara ciri-cirinya adalah:

1. Usia banyak masalah.

Dalam usia ini banyak sekali masalah-masalah baru yang sering terjadi, persoalan
tersebut merupakan kelanjutan dari pengembangan persoalan yang dialami pada masa
remaja. Persoalan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup, persoalan tentang
pekerjaan, dan jabatan. Yang mana sering terjadi adanya lapangan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan minat serta cirri-ciri pribadi individu tersebut.

1. Usia reproduktif.

Sering ditemui orang dewasa pra nikah, yang memulai karir terlebih dahulu sebelum
memasuki jenjang pernikahan. Bagi mereka yang mmiliki banyak adi mulai berperan
seperti orang tua  dalam membimbing adik-adik mereka . bagi yang tidak memiliki adik,
lebih memperbaiki segi ekonomi atau karir sehingga mereka mampu membiyai hidup
mereka sebelum menikah.

1. Usia memantapkan letak kedudukan.

Sebelum seseorang memasuki usia pernikahan mereka masih mencari-cari peranan serta
kedudukan dalam hidupnya. Sehingga bagi usia pra nikah merupakan usia memantapkan
petanannya atau belajar menyesuaikan diri menuju peranan baru yang akan dihapinya,
yaitu dari masa remaja ke dewasa, dari masa kuliah kekehidupan rumah tangga.

1. Usia tegang dalam hal emosi.

Usia pra nikah sering mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang dijalaninya seperti jabatan, perkawinan atau keuangan. Banyak diantara
mereka yang memasang harapan tinggi misalnya jabatan tinggi, pendamping hidup yang
criteria sempurna, penghasilan yang memadai dsb yang mana apabila harapan-harapan
tersebut tidak mampu dicapainya akan menyebabkan kekecewaan.

1. Usia keterasingan social.

Berkaitan dengan keterasingan social Elizabet B. Hurlock menyatakan bahwa keterangan


social  diintefikasikan dengan adanya  semangat bersaing dan hasrat  kuat untuk maju
dalam karir, denga demikian keramah tamahan remaja  diganti dengan persaingan pada
masa dewasa, mereka juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga untuk pekerjaan
mereka. Sehingga mereka hanya mampu menyisihkan waktu sedikit untuk sosialisasi
yang diperlukan untuk membina hubungan-hubungan yang akrab. Akibatnya mereka
menjadi fgosentris dan ini tentunya menambah kesepian mereka.

1. Usia membentuk komitmen.

Bagi seseorang uang menyelesaikan studi. Mulai memasuki dunia yang berbeda, dan
peran yang berbeda pula. Berhubungan dengan hal tersebut, banyak diantara mereka yang
membentuk komitmen-komitmen baru yang mereka persiapkan sebagai landasan
hidupmenuju jenjang pernikahan.

1. Usia perubahan nilai.

Bagi seseorang yang telah selesai menyelesaikan pendidikan formal, dengan sendirinya
mereka akan mengalami perubahan peran dari remaja kedewasa, darei pelajar
kemasyarakat umu. Dengan demikian cara berfikir dan pandangan mereka lambat laun
akan berubah.

1. Usia kreatif.
Bentuk kreatifitas yang akan terlihat tergantungpada minat dan kemampuan individual,
kesempatan yayang lluas ini mereka gunakan untuk mengaktualisasi diri mereka tanpa
tanoharus terikat dengan aturanadayang menyalurkan kreativitas ini melalui hobi,
pekerjaan atau yang lain yang memungkinkan untuk mengespresikan kreativitasnya.

Nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

A. Makna Perkembangan Moral


Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang
anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini
berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam
keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan
perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur
fundamental dalam bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku sosial
tertentu secara memadahi apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang
diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.

Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosial dan moral
selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan
sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik
dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini bermakna
bahwa proses belajar sangat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan
berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum,
dan norma moral yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran pemikiran) yang
berhubungan dengan perkembangan moral. Diantara ragam mazhab perkembangan sosial
ini paling menonjol dan layak dijadikan rujukan adalah :
1. Aliran teori cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg.
2. Aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert. Bandura dan R.H Walters.
Pada tokoh-tokoh psikologi tersebut telah banyak melakukan penelitia yang mana pada
penelitiannya setiap tahapan perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan
perkembangan perilaku moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Salah satu teori perkembangan moral adalah teori menurut
Kohlberg.

B. Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg.


Menurut teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan
terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Dalam Teori Kohlberg
mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil temuan Piaget.
Menurut Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara
yang unik dengan anak-anak. Dalam wawancara , anak-anak diberi serangkaian cerita
dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema moral. Berikut ini ialah dilema
Kohlberg yang paling populer:
” Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada satu
obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium
yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat
obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya 10X lebih mahal dari
biaya pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan 1 dosis obat ia membayar $ 200 dan
menjualnya $2.000. Suami pasien perempuan, Heinz pergi ke setiap orang yang ia kenal
untuk meminjam uang, tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah
dari harga obat. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar
apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar
setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata ”tidak, aku menemukan obat, dan
aku harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko
obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.”

Cerita ini adalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak yang
menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah
Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Pataskah suami
yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan oleh
responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral lain. Dengan adanya cerita
di atas menurut Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat perkembangan moral, yang
masing-masing ditandai oleh 2 tahap.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg , ialah
internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara
eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
Teori Perkembangan moral dalam psikologi umum menurut Kohlberg terdapat 3 tingkat
dan 6 tahap pada masing-masing tingkat terdapat 2 tahap diantaranya sebagai berikut :

Tingkat Satu : Penalaran Prakonvensional.


Penalaran Prakonvensional adalah : tingkat yang paling rendah dalam teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi
nilai-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman
eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku
yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk mendapatkan hukuman.

Tahap I. Orientasi hukuman dan ketaatan


Yaitu : tahap pertama yang mana pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas
hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.

Tahap II. Individualisme dan tujuan


Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah)dan kepentingan sendiri.
Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan
terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang
dianggap menghasilkan hadiah.

Tingkat Dua : Penalaran Konvensional


Penalaran Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah
dimana seseorang tersebut menaati stándar-stándar (Internal)tertentu, tetapi mereka tidak
menaati stándar-stándar orang lain (eksternal)seperti orang tua atau aturan-aturan
masyarakat.
Tahap III. Norma-norma Interpersonal
Yaitu : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian dan kesetiaan kepada orang
lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan
dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik.
Tingkat IV. Moralitas Sistem Sosial
Yaitu : dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman atuyran sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

Tingkat Tiga : Penalaran Pascakonvensional


Yaitu : Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan
dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-
tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan
berdasarkan suatu kode.

Tahap V. Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual


Yaitu : nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain.

Tahap VI. Prinsip-prinsip Etis Universal


Yaitu : seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-
hak manusia universal. Dalam artian bila sseorang itu menghadapi konflik antara hukum
dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.

Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam
ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada masa usia
sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal remaja
cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada
pascakonvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut kohlberg dalam
psikologi umum.
Ketika kita khususkan dalam memandang teori perkembangan moral dari sisi pendidikan
pada peserta didik yang dikembangkan pada lingkungan sekolah maka terdapat 3 tingkat
dan 6 tahap yaitu :

Tingkat Satu : Moralitas Prakonvensional


Yaitu : ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana mulai dari usia 4-10
tahun yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.Yang man
dimasa ini anak masih belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.

Pada tingkat pertama ini terdapat 2 tahap yaitu :


Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Adalah penalaran moral yang yang didasarkan atas hukuman dan anak-anak taat karena
orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Dengan kata lain sangat
memperhatikan ketaatan dan hukum. Dalam konsep moral menurut Kohlberg ini anak
menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan tersebut.
Sedangkan perilaku baik akan dihubungkan dengan penghindaran dari hukuman.

Tahap 2. Memperhatikan Pemuasan kebutuhan.


Yang bermakna perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan
sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.

Tingkat Dua : Moralitas Konvensional


Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana pada
usia 10-13 tahun yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.

Pada Tingkat II ini terdapat 2 tahap yaitu :


Tahap 3. Memperhatikan Citra Anak yang Baik
· Maksudnya : anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar
dapat memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman.
· Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada perkembangan
kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat pada pendidikan anak.
Pada tahap 3 ini disebut juga dengan Norma-Norma Interpernasional ialah : dimana
seseorang menghargai kebenaran, keperdulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai
landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak sering mengadopsi standar-
standar moral orang tuanya sambil mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagi
seorang anak yang baik.
Tahap 4. Memperhatikan Hukum dan Peraturan.
· Anak dan remaja memiliki sikap yang pasti terhadap wewenang dan aturan.
· Hukum harus ditaati oleh semua orang.

Tingkat Tiga : Moralitas Pascakonvensional


Yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana dari
mulai usia 13 tahun ke atas yang memandang moral lebih dari sekadar kesepakatan
tradisi sosial. Dalam artian disini mematuhi peraturan yang tanpa syarat dan moral itu
sendiri adalah nilai yang harus dipakai dalam segala situasi.

Pada perkembangan moral di tingkat 3 terdapat 2 tahap yaitu :


Tahap 5. Memperhatikan Hak Perseorangan.
· Maksudnya dalam dunia pendidikan itu lebih baiknya adalah remaja dan dewasa
mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan ddan patokan sosial.
· Perubahan hukum dengan aturan dapat diterima jika ditentukan untuk mencapai hal-hal
yang paling baik.
· Pelanggaran hukum dengan aturan dapat terjadi karena alsan-alasan tertentu.

Tahap 6. Memperhatikan Prinsip-Prinsip Etika


· Maksudnya : Keputusan mengenai perilaku-pwerilaku sosial berdasarkan atas prinsip-
prinsip moral, pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan
kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
· Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetap melekat meskipun sewaktu-
waktu berlawanan dengan hukum yang dibuat untuk menetapkan aturan sosial. Contoh :
Seorang suami yang tidak punya uang boleh jadi akan mencuri obat untuk
menyelamatkan nyawa istrinya dengan keyakinan bahwa melestarikan kehidupan
manusia merupakan kewajiban moral yang lebih tinggi daripada mencuri itu sendiri.

Qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq

Anda mungkin juga menyukai