Anda di halaman 1dari 10

Diare Akut karena Infeksi Bakteri Enterovasif

Monica C F Obisuru 102016121


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
monioby@gmail.com

Abstrak
Diare merupakan penyakit yang sering di alamai di masyarakat banyak yang memilih untuk
mengobatinya sendiri dan ada juga yang memilih untuk memeriksanya ke dokter. Diare akut
banyak terjdi pada Negara Negara berkembang. Diare memiliki banyak macam. Seperti pada
kahasus yang mau kita bahas yaitu diare akut enterovasif. Diare ini biasanya terjadi karena
adanya bakteri dan juga biasa ditandai dengan adanya darah dan lender saat diare, berat badan
yang turun dan jika tidak diobati maka tubuh kita akn mengalami kekurangan cairan.
Kata kunci: diare, diare akut enterovasif

Abstrak
Diarrhea is a disease that is often experienced in many communities who choose to treat it
themselves and there are also those who choose to see a doctor. Acute diarrhea is common in
developing countries. Diarrhea has many kinds. As in Kahasus we want to discuss, namely
enterovassive acute diarrhea. This diarrhea usually occurs due to bacteria and is also usually
marked by the presence of blood and lenders when diarrhea, weight loss and if not treated then
our body will experience a lack of fluids.

Pendahuluan

Diare adalah buang air besar ( BAB) cair atau setengah cair , kandungan air dalam tinja lebih
dari normal ( > 200 gr, > 200 cc / 24 jam ) , atau BAB encer lebih dari 3 kali sehari. Dari onset
kejadian diare dibagi menjadi Diare akut dan Diare kronik. Ada beberapa kategori diare yaitu
Diare akut Infeksi : Invasif ( Enteroinvasif ) dan non invasive ( Enterotoksigenik ) , Diare
organic ( disebabkan kelainan anatomi individu , bakteriologik , hormonal atau toksikologik ,
dan Diare fungsional. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah infeksi, dan terkait pada kasus
Diduga penyebabnya adalah enteroinvasif.1
Diare akut et causa infeksi bakteri enteroinvasif

Berdasarkan ada tidaknya infeksi diare dibagi menjadi diare enterotoksigenik dan diare
enterovasif. Menurut data dari kasus diatas berdasarkan lama dan waktunya pasien menderita
diare akut. Berdasarkan mekanisme patofisologinya belum dapat diketahui dengan pasti karena
belum diketahui etiologinya. Karena adanya darah pada feses pasien, berdasarkan ada tidaknya
infeksi pasien menderita diare enterovasif. Apabila berlaku infeksi bakteri yang enterovasif,
bakteri akan menempel pada mukosa usus dan di sini diare terjadi disebabkan kerusakan dinding
usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya berupa sekretorik eksudatif. Cairan diare ini
dapat tercampur dengan lendir dan darah.
Ada gejala demam dan tinja berdarah. Penyakit ini berlaku secara invasif, sering terjadi di kolon,
frekuensi BAB sering tapi sedikit – sedikit dan sering diawali dengan diare air. Sulit dibedakan
dengan Irritable Bowel Disease (IBD). Pemeriksaan lab menunjukkan banyak leukosit di tinja
dan kultur tinja akan menemukan bakteri seperti Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella,
Shigella dan Campylobakter.1

Etiologi

suatu penyakit endemis. Prevelensi wanita dan laki-laki sama banyak, dan dapat Diare
merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan pada masyarakat di seluruh dunia.
Kasus diare terutama diare akut lebih banyak ditemukan terutama pada negara berkembang
seperti Indonesia. Diare juga dapat menjadi dialami semua umur. 1,2
Disebabkan karena menelan bakteri melalui makanan yang pengelolaannya tidak bersih ,
mengkonsumsi air yang terkontaminasi bakteri , tidak terjaganya hygene individu seperti
kurangnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan , atau sesudah buang air , dan juga
kebiasaan masyarakat di daerah terpencil yang masih belum terbiasa mengunakan jamban
sebagai tempat defekasi , melainkan memilih kebun atau persawahan. 1
Pada saat ini kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-kuman patogen telah dapat
diidentifikasi dari penderita diare sekitar 80% pada kasus yang datang disarana kesehatan dan
sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari
25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi
utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari
diare akut oleh karena Faktor infeksi ( Enterovasif dan enterotoksigenik ) dan Faktor lain yang
noninfeksi

Epidemiologi

Di Amerika Serikat, sekitar 179 juta kasus diare akut terjadi setiap tahun, sebesar 0,6 serangan
per orang per tahun. Dalam satu studi, prevalensi diperkirakan diare pada orang dewasa sebulan
sebelum interogasi itu 3 sampai 7%, dengan tingkat tergantung pada usia, dan 8% pada anak-
anak usia 5 tahun atau lebih muda.  Tingkat serupa diare akut pada orang dewasa adalah
dilaporkan baru-baru ini di Jerman. Di Amerika Serikat, 83% dari kematian akibat diare akut
terjadi pada orang dewasa usia 65 tahun atau lebih tua. Rumah Sakit terkait Clostridium
difficile -associated diare adalah penyebab paling umum dari penyakit yang fatal, diikuti oleh
infeksi norovirus  ; baik yang umum di penghuni rumah jompo. 3
Diare secara umum didefinisikan sebagai bagian dari tiga atau lebih berbentuk tinja per hari,
sering di samping gejala enterik lainnya, atau bagian dari lebih dari 250 g tinja berbentuk per
hari. Atas dasar durasinya, diare dapat diklasifikasikan sebagai akut (<14 hari), persisten (14
sampai 29 hari), atau kronis (≥30 hari). Gastroenteritis, yang sering disebabkan oleh infeksi virus
yang melibatkan lambung dan usus kecil, dikaitkan dengan muntah dan diare. Penyakit diare
hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia.
Diperkirakan angka kesakitan berkisar di antara 150 – 430 perseribu penduduk setahunnya.
Dengan upaya yang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi
kurang 3%. Frekuensi kejadian diare pada negara – negara berkembang termasuk Indonesia lebih
banyak 2 – 3 kali berbanding negara maju. 90 % penyebab diare akut adalah infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang invasive ataupun yang toksigenik . 1,3,4
Patofisiologi

Patogenesis
Patogenesis diare akut:
1. Masuknya pathogen atau agen yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad pathogen atau agen itu dikeluarkan toksin (toskin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare yang disebabkan :


 Bakteri :
- Menempel di mukosa – kapasitas penyerapan menurun – sekresi cairan meningkat.
- Mengeluarkan toksin – absorbsi natrium menurun, sekresi klorida meningkat.
- Invasi bakteri – merusak mukosa – ada darah di tinja
 Virus : Berkembang biak dalam epitel vili usus menimbulkan kerusakan epitel,
pemendekan vili (meningkatkan sekresi air dan elektrolit), enzim disakaridase hilang
(intoleransi laktosa).
 Protozoa
- Menempel di mukosa – pemendekan vili (mis : Giardia lamblia, Cryptosporidium)
- Invasi mukosa (mis E. Histolitika) sehingga terjadi abses/ulkus

Patogenesis untuk bakteri enteroinvasif misalnya EIEC, Salmonella, Shigella, Yersenia, C.


perfringens tipe C adalah kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur dengan lendir dan darah. Selain mengeluarkan
toksin yang bekerja pada usus halus, Shigella juga menyerang usus besar dan menyebabkan
ulserasi yang menyebabkan daya absorbsi usus besar berkurang. Oleh karena jaringan nekrotik
yang memasuki lumen melepas ion K intraselular serta zat-zat osmotik aktif lainnya
menyebabkan air lebih banyak tertahan pula. Biasanya terdapat gejala-gejala sistemik yang
lainnya. Pada umumnya lesi di usus besar tidak lebih dalam dari lapisan submukosa dinding
usus. Hal ini berbeda dengan Salmonella di mana infeksi Salmonella , epital hampir tidak
terganggu tetapi ciri-ciri ditemukan di dalam lapisan lamina propia.1,2,5

Gejala Klinis

Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara umum tanda
dan gejala yang sering terjadi adalah :
 Sering buang air besar lebih dari 3 kali dan dengan jumlah 200 – 250 gr.
 Suhu tubuh biasanya meningkat
 Nafsu makan menurun
 Anorexia.
 Vomiting, dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung
yang turut meradang atau akibat keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
 Feces encer, dapat disertai darah dan atau lendir. Warna tinja makin lama bercampur
dengan kehijau-hijauan dalam beberapa hari karena bercampur dengan empedu.
 Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi, flasiddity
dan merasa nyeri pada saat buang air besar.
 Respirasi cepat dan dalam ( pernafasan Kussmaul)
 Penurunan tekanan darah sehingga menyebabkan perfusi ginjal menurun dan timbul
anuria dan penyulit yang berupa nekrosis tubulus ginjal akut
 Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit jelek, kulit
kering, terdapat fontanel dan mata yang cekung serta terjadi penurunan tekanan darah

Diare terjadi dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 15 hari disertai dengan demam, nyeri
abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat disertai dehidrasi. Pada kasus ini, pasien mengeluh
terdapat darah dalam kotorannya sehingga menyingkirkan diagnosis diare akut akibat bakteri
enterotoksin dan virus. Pada diare akut yang disebabkan kuman enteroinvasif, akan terdapat
darah pada feses, karena terjadinya invasi oleh kuman di mukosa usus. 5
Dalam praktek klinis sangat penting dalam membedakan gejala antara diare yang bersifat
inflamasi dan diare yang bersifat noninflamasi. Berikut ini yang perbedaan diare inflamasi dan
diare non inflamasi .

Tabel 1. Perbedaan Diare Inflamasi dan Non Inflamasi

Manifestasi yang Diare Inflamasi Diare noninflamasi


membedakan diare
inflamasi dan noninflamasi

Karakter tinja Volume sedikit, Volume banyak, cair, tanpa


mengandung darah dan pus pus atau darah

Patologi Inflamasi mukosa colon Usus halus proksimal


dan ileum

Mekanisme diare Inflamasi mukosa Diare sekretorik/osmotik


mengganggu absorbsi yang diinduksi oleh
cairan yang kemungkinan enterotoksin atau
efek sekretorik dari mekanisme lainnya. Tidak
inflamasi ada inflamasi mukosa

Kemungkinan Shigella, Salmonella, Kolera, ETEC, EPEC,


Clampylobacter, E. Colli, keracunan makanan tipe
patogen
EIEC, Clostridium toksin, rotavirus,
dificcile, Yersinina Adenovirus, NLV,
enterocolitica. cryptosporidia, Giardia
lamblia

Penatalaksanaan

Medika mentosa
Sebagian besar diare akut bersifat self limiting apabila tidak ada dehidrasi, demam atau keluhan
feses ada darah dan pus. Rehidrasi merupakan penatalaksanaan terpenting pada diare akut.
Berikan cairan secara oral ataupun parenteral sesuai dengan tingkat dehidrasi yang dialami. Lalu
berikan pengaturan diet yang tepat. Jangan berpuasa, hindari minuman yang mengandung gas,
hindari kafein dan alkohol, pilih makanan yang mudah dicerna, dan hindari susu sapi karena
dapat terjadi defisiensi laktase transein pada diare.1
Dapat diberikan obat anti diare jenis antimotilitas berupa loperamid, pengeras tinja
seperti atapulgite dengna dosis maksimal 4800mg/hari. Hati-hati efek samping dari loperamid
yang dapat menyebabkan konstipasi, maka dari itu jangan diberikan tiga kali sehari langsung
melainkan lihat kondisi pasien. Berikan obat antimikroba berspektrum luas seperti siprofloksasin
dengan dosis 200mg dua kali sehari, atau lefloksasin dengan dosis 500mg sekali sehari selama 3
sampai 5 hari.1,6

Untuk menghambat pertumbuhan dan aktivitas metabolik dari bakteri, mencegah diare akibat
antibiotik atau antimikroba, dan mengatasi intoleransi laktosa dapat diberikan probiotik. Dapat
juga diberikan prebiotik, bahan makanan yang tidak dicerna yang memberikan efek
menguntungkan bagi host dengan cara menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan aktifitas
beberapa bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan usus besar.1,2
Komplikasi
 Dehidrasi adalah komplikasi yang paling umum dari diare. Dehidrasi yang tidak
diresusitasi akan semakin berat dan menimbulkan kematian.1
 Asidosis metabolic
o Pengeluaran bikarbonat bersama tinja akan menaikkan ion H+ sehingga pH
menurun
o Dehidrasi menimbulkan gejala syok sehingga filtrasi glomeruli berkurang –
konsentrasi asam meningkat, akibatnya pH menurun
o Pada asidosis, HCO3- menurun sehingga perbandingan berubah, untuk
menjadikan perbandingan normal kembali, tubuh harus mengurangi H2CO3
dengan cara mengeluarkan CO2. CO2 dikeluarkan melalui nafas – nafas
meningkat (frekuensi dan amplitudo meningkat = napas Kussmaul)
 Hipokalemia: Gejala lemah otot, aritmia, ileus paralitik (kembung) .
 Hipoglikemia : Timbul terutama pada gizi buruk/kurang, karena cadangan glikogen
kurang, dan gangguan absorbsi glukosa. Gejala lemas, apatis, tremro, berkeringat, pucat,
kejang dan syok. Terapi dengan larutan glukosa 20% intra vena.
 Gangguan gizi disebabkan :
o Berkurangnya masukan makanan (anoreksia, muntah, memuasakan, memberi
makanan encer)
o Berkurangnya penyerapan zat makanan, terutama unsur lemak dan protein,
disebabkan :
 Kerusakan vili usus
 Defisiensi disakaridase/laktase – malabsrorbsi laktosa
 Berkurangnya konsentrasi asam empedu
 Transit makanan melalui usus meningkat, sehingga tidak cukup waktu
untuk mencerna dan mengabsorbsi
 Meningkatnya kebutuhan zat makanan dikarenakan meningkat pula
metabolisme dan kebutuhan untuk memperbaiki epitel usus.
 Gangguan sirkulasi: Terjadi syok hipovolemik dengan gejala akral dingin, kesadaran
menurun, nadi kecil/sulit teraba dan cepat, tekanan darah menurun, kulit lembab,
berkeringat dingin, pucat dan sianosis.
 Kejang disebabkan oleh hipoglikemi, hiperpireksia, hiper atau hiponatremi, atau penyakit
lain mis meningitis atau epilepsi.

Prognosis
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial
jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada
anak-anak dan pada lanjut usia.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diketahui bahwa gejala yang dialami oleh perempuan berusia 35 tahun
tersebut, merupakan gejala dari diare akut, setelah dilihat dari onset diare yang dialami, selain
itu juga penyebab dari diare yang dialami adalah karena infeksi bakteri enterovasif. Dengan
demikian maka hipotesis terbukti.

Daftar pustaka
1. Setiawan B. Diare akut karena infeksi. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I ,
Simadibrata M, Setiasi S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen IPD FKUI ; 2006
2. Zein,U. Gastroenteritis Akut pada Dewasa. Dalam : Tarigan P, Sihombing M,
Marpaung B, Dairy LB, Siregar GA, Editor. Buku Naskah Lengkap Gastroenterologi-
Hepatologi Update 2003. Medan: Divisi Gastroentero-hepatologi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK USU, 2003
3. Herbert L, Edward W. Acute Infectious Diarrhea in Immunocompetent Adults. N
Engl J Med 2014;
4. Chen Y. A., Christopher T. Acute diarrhea. Gastroenterology in Pediatrics. The
Toronto Notes. 27th ed. Canada: Toronto Notes for Medical Students, Inc. Toronto,
Ontario;
5. Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in
Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam
FK UI, 2002
6. 12. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation . Dalam : Kasper,
Braunwald , Fauci , Hauser , Longo , Jameson. Harrison’s principles of internet
medicine . 16th ed. New York : McGrawhill ; 2005

Anda mungkin juga menyukai