Anda di halaman 1dari 9

Agussalim Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia

MEMAHAMI KESULITAN IMPLEMENTASI


NILAI-NILAI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

Oleh: Agussalim
Staf Pengajar pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta,
Jln. Babarsari 2, Depok, Sleman DIY
Email: agussalim_privacy@yahoo.co.id

Abstract
The developing of the human right norms and values in the international fora not brings the increasing
of the human right conditions automatically. There are some obstacles to implement the norms. It is
difficult to implement the human right idea universally that could be received by all states. This paper
describes the factors that make difficulties on states in the implementing of the human right.

Key Word : human right, implementation


A. PENDAHULUAN selama Perang Dingin harus bekerjasama dengan
Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia (HAM) pemerintahan militer (otoriter) di banyak Negara
PBB tahun 1948 telah menegaskan kepada sebagai koordinasi globalnya menghadapi Uni
khalayak dunia bahwa telah lahir kehendak Soviet.
bersama dalam rangka untuk mengangkat harkat Namun setelah Perang Dingin berakhir
dan umat manusia. Hal ini telah menunjukkan pun, tidak berarti upaya dalam mengimplementasi
adanya pengakuan masyarakat internasional akan nilai-nilai universal HAM seperti yang
sifat universalitas nilai-nilai HAM. Berikut pada dimaksudkan dalam Deklarasi HAM PBB dan
tahun 1966, deklarasi HAM tersebut dijabarkan kedua perjanjian berikutnya turut mengalami
lebih lanjut ke dalam dua perjanjian, yaitu kemudahan. Upaya pelaksanaan HAM justru
International Covenant on Civil and Political terbentur pada eksistensi kedaulatan negara
Rights dan International Covenant on Social, yang masih menjadi asas hubungan dan hukum
Economic, and Cultural Rights. Kemudian internasionalnya. Bahkan yang lebih serius adalah
perjanjian penting berikutnya tentang HAM meskipun dunia sudah sepakat akan konsep
adalah Perjanjian Helsinki (Final Act of Helsinki) universalitas HAM yang telah berjalan lebih
tahun 1975, tentang pernyataan Negara- dari 60 tahun sejak Deklarasi tahun 1948, tetapi
negara Eropa Barat dan Timur bahwa peredaan hingga saat ini belum ada satu pun mekanisme
ketegangan Timur-Barat juga dipengaruhi oleh internasional yang dapat diterima oleh semua
adanya pengakuan atas hak-hak asasi manusia negara di dunia tentang bagaimana HAM itu
oleh semua negara penanda tangan. dilaksanakan secara internasional.
Walaupun ada pengakuan universal atas Tulisan berikut tidak bemaksud untuk
nilai-nilai HAM, sejak selesai perang dunia II, membahas atau memperdebatkan kembali
pelaksanaan nilai-nilai HAM baik yang dicetuskan batasan-batasan mengenai hak asasi dan juga
deklarasi HAM tahun 1948, International Bill of tidak akan membahas masalah bagaimana
Rights tahun 1966, atau perjanjian Helsinki tahun hak-hak asasi manusia dilaksanakan secara
1975 hingga saat ini upaya-upaya implementasi internasional. Akan tetapi tulisan berikut akan
akan nilai-nilai HAM secara internasional selalu membahas bagaimana kita memahami kesulitan-
mengalami hambatan. Kalau semasa Perang kesulitan dalam upaya mengimplementasikan
Dingin hambatan itu lebih banyak disebabkan oleh nilai-nilai HAM secara internasional. Faktor-
isu politik strategis Perang Dingin yang dalam faktor apa yang menyebabkan sulitnya membuat
bayak kasus telah menenggelamkan isu HAM. mekanisme HAM yang berlaku global yang dapat
Bahkan AS misalnya, sebagai sebuah Negara diterima oleh semua negara. Untuk keperluan
yang selalu mengepankan HAM dan Demokrasi, tersebut, maka tulisan berikut ini akan berturut-

Volume 16, Nomor 1, Januari 2012 5


Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia Agussalim

turut akan mengupas kemunculan universalitas Sementara itu Forsythe (Forsythe, 1993),
konsep HAM internasional dan kemudian akan menegaskan bahwa karena perhatian masyarakat
menguraikan beberapa faktor yang sekiranya internaisonal terhadap persoalan HAM itulah yang
mempersulit dalam upaya pelaksanaan nilai-nilai telah mendorong dibentuknya Komite Palang
universal HAM. Merah Internasional (International Committee
of the Red Cross) dalam Konvensi Geneva
B. Kemunculan HAM dalam Hubungan pada tahun 1864. Perjanjian ini menyatakan
Internasional bahwa petugas kesehatan harus dianggap netral
Hak asasi manusia (HAM) merupakan sehingga mereka dapat merawat prajurit-prajurit
hal yang relatif baru dalam dunia internasional. yang sakit dan terluka dalam peperangan. Hal
Sejak Perjanjian Wesphalia pada tahun 1648 --- ini membuktikan, meskipun dalam perjanjian
yang membentuk sebuah kerangka perilaku antar tersebut tidak menyebutkan kata-kata hak
negara--- hingga Piagam Perserikatan Bangsa- asasi manusia, namun dari perjanjian tersebut
Bangsa (PBB) tahun 1945, HAM tidak termasuk secara implisit terdapat adanya pengakuan akan
dalam konsep politik internasional. Beberapa martabat manusia, yaitu dengan memberi hak
dekade setelah Perang Dunia II berakhir, bagi prajurit yang terluka untuk mendapatkan
masalah HAM baru mulai diagendakan negara- perawatan medis, dan petugas kesehatan berhak
negara dalam pertemuan-pertemuan bilateral dan pula untuk tidak dijadikan sasaran militer.
multilateral, baik di tingkat nasional, regional Kalau dilihat dari sejarah
maupun global. perkembangannya, sulit untuk dipungkiri bahwa
Antonio Cassesse dalam sebuah bukunya perkembangan konsep HAM tersebut identik
yang berjudul “Human Rights in a Changing dengan perkembangan peradaban yang terjadi
World” (Cassesse, 1994) menegaskan bahwa di belahan bumi “Barat”. Meskipun dasar
kemunculan konsep hak-hak asasi manusia di filosofis mengenai HAM ini dapat ditelusuri
pentas hubungan internasional tidaklah datang dari pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles
dengan tiba-tiba. Ia muncul melalui suatu pada zaman Yunani Kuno dan Romawi, akan
proses yang panjang dan lama. Meskipun tetapi pemikiran nyata tentang HAM mulai
kebanyakan pengamat menganggap bahwa mencuat dalam mainstream pemikiran politik
dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Eropa pada abad ke-17 yaitu ketika John
dan diumumkannya Deklarasi Universal HAM Locke mempublikasikan bukunya yang berjudul
sebagai permulaan perjuangan modern untuk Second Treatise of the Government tahun 1688
melindungi hak-hak asasi manusia, namun asal- yang untuk pertama kalinya menguraikan
usul hak-hak asasi manusia dapat ditelusuri teori yang telah berkembang penuh tentang
melalui teori-teori filsafat tentang ‘hukum hak-hak alamiah.( Jack Donnelly, 1998: 3).
kodrat’, suatu hukum yang lebih tinggi daripada Menurut Locke, meskipun individu yang sama
hukum positif negara. Menurut teori ini, individu memiliki hak alamiah untuk hidup, merdeka,
sebagai manusia membawa dalam dirinya dan tempat tinggal namun untuk melindungi
sendiri sejak lahir hak-hak asasi yang tidak dapat hak-hak tersebut dibutuhkan pemerintah yang
dihilangkan.(Davis, 1994) didirikan berdasarkan kontrak sosial antara
Meskipun hingga awal abad ke-20 yang memerintah dan yang diperintah sehingga
individu-individu tidak dianggap sebagai subyek berlaku ketentuan bahwa warga negara wajib
hukum internasional, namun demikian beberapa mematuhi pemerintah hanya apabila pemerintah
perkembangan telah mengisyaratkan adanya tersebut melindungi HAM warga negaranya.
perlindungan modern terhadap HAM secara Menurut Donnelly, ide tentang HAM di Eropa
internasional. Perkembangan tersebut misalnya ini merupakan tuntutan politik yang dilancarkan
adanya upaya-upaya untuk melindungi hak-hak oleh kelas menengah, yaitu kelompok borjuis
orang asing di luar negeri, intervensi kemanusian yang baru muncul, pada masa awal Eropa
untuk melindungi kelompok minoritas, upaya modern untuk menggugat hak-hak istemewa
untuk menghapus perbudakan dan perdagangan kaum bangsawan tradisional.
budak juga muncul sebelum abad ke-20. Sejak perjanjian Weshpalia tahun 1648

6 Volume 16, Nomor 1, Januari 2012


Agussalim Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia

sampai awal abad ke-20, hubungan internasional kedudukan pribadi manusia tampak memperoleh
pada hakekatnya merupakan hubungan antara pengakuan yang lebih luas dan kokoh dalam
badan-badan pemerintahan yang masing-masing hubungan internasional. Hingga berahirnya
berdaulat. Sementara pribadi-pribadi manusia Perang Dunia II, bagaimana suatu negara atau
tidaklah diakui eksistensinya sebagai subyek pemerintah memperlakukan warga negaranya
hukum dalam pentas dunia internasional dan bukan dianggap masalah internasional. Akan
manusia sebagai individu hanya diatur oleh tetapi setelah mengalami mimpi buruk yang
hukum nasional masing-masing negara. Kondisi ditimbulkan oleh kekejaman Holocaust Nazi
tersebut mulai berubah pada dua peristiwa penting, setidaknya pada periode 1939 sampai tahun 1945
yaitu pertama, sekitar sebelum berakhirnya telah menimbulkan kesadaran masyarakat dunia
Perang Dunia I pada tahun 1917. Pada masa untuk memberikan perlindungan dan pelaksanaan
tersebut lahir dua pemimpin kaliber dunia yaitu HAM. Bahkan segera membentuk Perserikatan
Lenin dan Wilson, yang melontarkan semboyan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah berakhirnya
baru, yaitu hak rakyat untuk menentukan Perang Dunia II. Dalam Piagamnya memuat
nasibnya sendiri. Meskipun kedua tokoh tersebut tiga gagasan utama, yaitu hak rakyat untuk
mempunyai penekanan dan pandangan yang menentukan nasib sendiri, hak asasi manusia,
berbeda, Lenin lebih menekankan kepada hak dan gagasan tentang perdamaian. Untuk
rakyat jajahan untuk memperoleh kemerdekaan, menjadi anggota PBB, setiap pemerintah harus
sementara Wilson lebih menekankan pada berjanji menggalakkan “dihormatinya secara
perlunya mempertimbangkan tapal batas universal dan dilaksanakannya hak-hak asasi dan
negara yang ada setelah berakhirnya PD kebebasan fundamental tanpa memperhatikan
I, sambil memberikan kesempatan kepada ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama”.
rakyat untuk menentukan kedaulatan mereka Dengan diterimanya piagam PBB oleh
sendiri, dan mengenai rakyat jajahan Wilson masyarakat internasional artinya telah diberikan
setuju untuk memperhatikan aspirasi-aspirasi bentuk dan kehidupan kepada ideologi HAM
meraka, (Antonio Cassesse, 1994: 3-24) namun dan ideologi penentuan nasib sendiri. Komitmen
semboyan tersebut telah membawa dampak masyarakat internasional yang tergabung
politik yang sangat luas terhadap rakyat-rakyat dalam PBB untuk memberikan perlindungan
yang terjajah saat itu. Hal itu terbukti dengan dan pengimplementasian internasional HAM
munculnya berbagai gerakan kemerdekaan di terwujud dengan keluarnya Deklarasi Universal
kawasan Asia dan Afrika. Termasuk mengilhami HAM pada tahun 1948, kemudian pada tahun
tokoh-tokoh perintis kemerdekaan di Indonesia. 1966 deklarasi HAM tersebut dijabarkan
Salah satu sumbangan terpenting dari gagasan ke dalam dua perjanjian internasional yang
hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
adalah ia merupakan ideologi baru yang bagi anggota-anggotanya yaitu Kovenan
menjadi legitimasi untuk menggugat keabsahan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik,
kedudukan politik dan hukum dari pemerintah dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
jajahan yang didirikan oleh negara-negara Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Ketiga dokumen
penjajah. Hal ini berarti bahwa perspektif tersebut dapat dikatakan sebagai perangkat
hubungan internasional ---ideologi hak rakyat normatif internasional HAM yang setiap negara
menentukan nasibnya sendiri--- menuntut adanya anggotanya dituntut untuk mamatuhinya.
perubahan-perubahan pada hukum internasional Berbeda dengan keadaan di masa lalu, di
lama yang telah mapan melestarikan kepentingan mana hubungan antar negara lebih merupakan
negara para penjajah. Dengan semakin derasnya hubungan antar pemerintah yang berdaulat,
tuntutan rakyat dari berbagai bangsa untuk untuk urusan-urusan HAM lebih merupakan
menentukan nasib sendiri, maka setelah Perang urusan nasional dalam negeri masing-masing
Dunia I segera dibentuknya sistem mandat Liga negara, sedangkan saat ini HAM telah menjadi
Bangsa-Bangsa (LBB). nilai dan norma dalam hubungan internasional.
Peristiwa kedua adalah pada tahun Hal ini dibuktikan dengan adanya persetujuan di
1945 yaitu setelah usainya Perang Dunia II, hampir semua negara di dunia ini, terutama yang

Volume 16, Nomor 1, Januari 2012 7


Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia Agussalim

tergabung dalam PBB terhadap piagam PBB, C. Dua Penafsiran Atas Pelaksanaan HAM
Deklarasi Universal tentang HAM tahun 1948, Internasional
Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Dalam mengimplementasikan agenda
Kejahatan Pembunuhan Massa (genosida) tahun HAM secara internasional tidak jarang
1948, dua buah perjanjian internasional tentang terbentur pada eksistensi kedaulatan negara
HAM tahun 1966, dan sebagainya. yang masih menjadi azas hubungan dan hukum
Akan tetapi, kemajuan-kemajuan nilai internasionalnya. Sehingga sering muncul
dan norma-norma HAM dalam pentas dunia perdebatan tentang bagaimana interaksi antara
internasional atau pada tingkat organisasi PBB, implementasi nilai HAM yang bersifat universal
ternyata tidak serta merta membawa perbaikan dengan kedaulatan negara. Apakah masalah
pada situasi dan kondisi hak-hak asasi manusia di HAM itu merupakan persoalan domestik suatu
dunia. Meskipun realisasi dari aspirasi yang mulia negara yang kedaulatannya tidak dapat diganggu
tersebut bergerak maju dengan kecepatan yang gugat atau masalah HAM tersebut sebagai
semakin meningkat tetapi terhambat oleh realitas masalah global yang memungkinkan keterlibatan
politik dimana pada dataran pelaksanaannya negara lain untuk menyelesaikan persoalan
komitmen pemerintah terhadap HAM seringkali tersebut dalam suatu negara.
tidak konsisten dan terkesan menghambat. Berikut ini akan secara khusus membahas
Peristiwa pembunuhan-pembunuhan terhadap dua pandangan yang memperdebatkan masalah
kelompok etnis tertentu tetap saja terjadi, di atas. Dua pandangan tersebut yaitu autonomy
penyiksaan oleh penguasa-penguasa otoriter of states dan cosmopolitan perspective.
terhadap lawan-lawan politiknya tetap terus (Prasetyono,1992: 8-10). Michael Walzer sebagai
berlangsung, penculikan lawan-lawan politik, salah seorang tokoh dari pandangan Autonomy
penangkapan secara paksa, dan sebagainya. Hal of States mengemukakan bahwa masalah
itu membuktikan bahwa cita-cita pencapaian yang muncul pada negara tertentu, termasuk
perlindungan dan pelaksanaan HAM masih jauh masalah hak asasi manusia, harus dilihat sebagai
dari yang diharapkan. masalah domestik. (Walzer, 1977). Pandangan
Sejak dibuatnya hukum HAM ini menekankan pada pengakuan atas prinsip
internasional terhitung sejak disahkannya Piagam kedaulatan negara dalam hubungan internasional.
PBB tahun 1945 serta Deklarasi Universal HAM Dengan demikian, pandangan ini memegang
tahun 1948, perlu dicatat bahwa komitmen prinsip bahwa tidak dibenarkan adanya campur
pemerintah terhadap substansi HAM hanya tangan (non-intervention) urusan dalam negeri
bersifat kosmetis sebagai cara untuk mengklaim negara lain.
dasar moralitas yang tinggi dalam pembicaraan Pada dasarnya prinsip autonomy of states
tingkat internasional. Apalagi ketika makna HAM ini bersumber dari pemikiran Thomas Hobbes
pada level kekuasaan tertinggi dimanipulasikan yaitu bahwa dalam hubungan internasional,
untuk memuaskan kepentingan pribadi dan masing-masing negara mempunyai kedudukan
mencapai tujuan politik dan ekonomi yang telah yang sama; dalam keadaan state of nature.
ditentukannya, yang justru bertentangan dengan Itulah sebabnya kedaulatan negara tidak dapat
maksud dan tujuan dari hak asasi manusia yang disubordinasi terhadap hukum yang lebih tinggi;
telah dibangun secara formal, maka persepsi suatu hukum internasional. (Op.Cit : 9) Oleh
umum akan HAM menjadi tidak jelas. Pada karena adanya azas kedaulatan negara, maka
saat seperti ini, tampaknya norma-norma dalam hubungan internasional harus menghormati hak-
menerapkan HAM menjadi tidak seimbang, hak menentukan nasib sendiri (self-determination)
yaitu untuk mendatangkan keuntungan bagi suatu negara. Pada gilirannya pandangan ini lebih
pihak tertentu dan merugikan pihak yang lain. banyak mengklaim negara sebagai pemegang
Dalam keadaan ini, yang penting untuk selalu kedaulatan dan hak menentukan nasib sendiri
diingat adalah adanya perbedaan antara hak asasi warganya, sehingga pandangan ini cenderung
manusia yang fundamental di satu pihak dan mereduksi dan mesubordinasi hak asasi dengan
pemanfaatan hak asasi manusia untuk kekuasaan dalih kepentingan kedaulatan negara dan prinsip
di lain pihak. tidak campur tangan. Kalau dicermati negara-

8 Volume 16, Nomor 1, Januari 2012


Agussalim Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia

negara yang lahir setelah Perang Dunia II dan mendorong munculnya penafsiran-penafsiran
pemerintahan-pemerintahan otoriter di sebagian secara terbuka. (Ibid.:14-15) Pertama, datang
besar negara sedang berkembang, maka terlihat dari kelompok yang skeptis bahwa isu hak asasi
bahwa mereka cenderung menggunakan prinsip adalah alat negara-negara besar (Barat) untuk
autonomy of states. mengejar kepentingan mereka; sebagai alat
Sementara itu versi pandangan atau strategi dalam kebijakan luar negeri, yang
kosmopolitan (Cosmopolitan Perspective) mengabsahkan adanya intervensi ke negara
mempertanyakan asumsi-asumsi moral prinsip lain. Di sini isu HAM muncul kepermukaan
kedaulatan negara yang menutup kemungkinan bersama-sama dengan isu-isu internasional baru
campur tangan oleh negara lain karena adanya seperti demokratisasi, lingkungan hidup, anti
pelanggaran hak asasi. Apalagi jika prinsip terorisme, ekonomi, yang akhir-akhir ini sering
kedaulatan negara tersebut digunakan di balik dikumandangkan oleh negara-negara Barat.
sistem politik yang tidak demokratis. Pandangan Kekuatan isu HAM sebenarnya terletak
kosmopolitan bertumpu pada pengakuan HAM pada esensi masalahnya yang mempunyai
pada tingkat individu secara universal. Hal ini kekuatan moral yang tidak dapat ditangkis oleh
berarti bahwa masalah HAM dalam perspektif negara yang dituduh melanggar HAM, sehingga
ini pada hakekatnya melampaui batas-batas tidak jarang negara yang dituduh melanggar HAM
nasional negara bangsa (nation-states). menggunakan alasan-alasan perbedaan nilai,
Ide-ide kosmopolitanis bertitik tolak budaya, sosial dan politik sebagai pembelaan
dari asumsi bahwa keadilan dunia (global justice) diri. Bahkan sering terjadi negara yang dituduh
dipengaruhi oleh distribusi sumber-sumber alam melanggar HAM malah menuduh balik bahwa
dan ekonomi. Beitz, Henry Shue, Jack Donnelly pemakaian isu HAM sebagai tindakan campur
menyatakan bahwa dalam saling ketergantungan tangan (intervensi) urusan dalam negeri suatu
dan kerjasama ekonomi global adalah tidak negara.
universal dan tidak relevan membatasi prinsip- Kedua, adalah isu HAM merupakan isu
prinsip keadilan dalam batas-batas nasional yang tak terelakkan dalam hubungan internasional
yang sempit. Mereka berpendapat bahwa sebagai hasil proses sejarah yang telah dimulai
intervensi politik dan ekonomi diperlukan manusia ketika mereka memikirkan dan
untuk menciptakan keadilan dunia, termasuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Dalam hal
di dalamnya HAM. Sementara kosmopolitanis ini upaya untuk menegakkan dan melaksanakan
seperti Luban dan Wassertrom justeru HAM dilihat sebagai tugas kesejarahan manusia,
berpandangan lebih ekstrem. Mereka mentolerir setelah beberapa lama terhadang misalnya, oleh
kemungkinan intervensi militer ke negara sistem monarkhi absolut di berbagai belahan
yang dianggap melanggar HAM atau yang dunia, sistem militerisme Napoleon, Revolusi
pemerintahannya tidak demokratis. (Ibid: 9). Bolshevik 1917, sistem kolonialisme Barat, dan
Tampak bahwa dua pandangan mengenai terakhir terbentur pada dominasi situasi Perang
masalah hak asasi dalam konteks hubungan Dingin AS - US.
internasional di atas memang saling bertolak Dilihat dari aspek ini maka esensi HAM
belakang, baik dilihat dari asumsi-asumsi yang sebenarnya adalah klasik - historis. Di era pasca
mendasari maupun dari pemikiran-pemikran Perang Dingin ini dan runtuhnya rezim otoriter
yang dikembangkan. Kesamaan antara keduanya komunisme, isu HAM memperoleh momentum
adalah sama-sama mengklaim persoalan HAM untuk membawa angin atau gelombang
sebagai masalah fundamental dari demokrasi. kemenangan nilai-nilai demokrasi ke seluruh
Suatu ironi bahwa kesamaan klaim tersebut dunia.
ternyata tidak mampu mencegah terjadinya
perbedaan pandangan di antara mereka ketika D. HAM Dalam Pandangan “Timur”
HAM akan diaplikasikan secara internasional. Pada dasarnya, hampir semua negara
Hingga saat ini belum ada titik temu di dunia ini menjunjung tinggi konsep hak-hak
bagaimana isu HAM harus diberlakukan dalam asasi manusia. Namun, ketika konsep tersebut
hubungan internasonal. Kondisi yang demikian

Volume 16, Nomor 1, Januari 2012 9


Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia Agussalim

diimplementasikan, maka muncul berbagai tentu baik dan biasa di negara lain. Menurut
persoalan bukan saja pada tataran politik kebudayaan politik Timur, yang senantiasa
dalam negeri tetapi juga pada tataran hubungan diutamakan adalah kepentingan masyarakat
internasional. Tampaknya konsep HAM secara keseluruhan, bukan hak individu.
yang dianut oleh negara-negara Barat berbeda Sebaliknya, menurut pandangan Timur, apa yang
dengan konsep yang dianut oleh negara-negara selalu diutamakan di kebudayaan Barat adalah
Dunia Ketiga. Di antara negara-negara yang hak individu. Dengan demikian di negara-negara
agak lantang menentang konsep “Barat” dan Barat, lebih lanjut menurut pandapat tersebut,
secara gigih memperjuangkan konsep “Timur” setiap individu dapat menikmati kebebasan untuk
mengenai hak-hak asasi manusia terdapat Cina, berbuat sesuka hati tanpa terlalu mempersoalkan
Vietnam, Myanmar, Malaysia, Singapura, dan dampaknya terhadap masyarakat.
juga Indonesia.
Konsep “Timur” dan “Barat” dalam E. Empat Generasi HAM
pengimplementasian HAM ini sangat kelihatan
pada konferensi dunia mengenai HAM yang Hak Asasi Manusia, merupakan produk aturan
diselenggarakan oleh PBB di Wina, Austria, pada normatif dari sebuah penyesuaian zaman dan
tahun 1993. Pandangan “Timur” yang lahir untuk lebih memahami hakikat Hak Asasi Manusia
melalui konperensi Bangkok sebelum Konferensi beserta ruang lingkupnya dan prioritasnya,
Wina itu berlangsung lebih merupakan hasil sangatlah penting untuk melihat asal usul dan
kompromi antara pandangan negara-negara pemikiran-pemikiran awal yang terbangun serta
Asia seperti Jepang dan Filipina yang lebih usaha-usaha yang dilakukan sejak permulaan
mementingkan hak-hak individu ala Barat, di tradisi Hak Asasi Manusia itu sendiri. Secara
satu pihak, dengan pandangan mayoritas pada konvensional dikenal adanya dua konseptualisasi
pihak lain yang mengutamakan apa yang disebut tentang “hak” yang masing-masing menempatkan
sebagai hak komunal, yaitu hak masyarakat HAM dalam tingkatan hierarkis yang berbeda.
secara keseluruhan. (Mas’oed, 1992: 233). Pandangan pertama, atau
sering disebut sebagai HAM Generasi Pertama,
Meskipun pandangan “Timur” menyebut berasal dari tradisi Barat yang mengutamakan
hak-hak asasi manusia sebagai suatu konsep hak-hak sipil dan politik, seperti kebebasan pers,
yang “universal” namun para wakil negara- kebebasan berserikat, kebebasan beragama dan
negara Asia pada umumnya berpendapat bahwa menyuarakan kata hatinya, dan hak berpartisipasi
konsep yang diperjuangkan oleh negara-negara dalam pemerintahan.
Barat itu sebetulnya tidak “universal”, melainkan
merupakan hasil kebudayaan politik Barat dan Konsep generasi pertama ini adalah harapan
pada dasarnya kurang sesuai untuk diterapkan kebebasan, sebuah perlindungan yang melindungi
begitu saja di negara-negara Timur yang tengah seseorang, baik secara individu maupun dalam
menghadapi tantangan-tantangan ekonomi, sebuah perserikatan dengan lainnya terhadap
sosial, dan politik yang sangat berbeda dengan penyalahgunaan otoritas politik. Inilah pokok
apa yang dialami oleh negara-negara Barat. Oleh pikirannya. Yang ditonjolkan oleh konstitusi di
karena itu negara-negara Asia melalui Deklarasi hampir semua negara di dunia dan diadopsi oleh
Bangkok sangat menekankan pentingnya latar mayoritas kovenan dan deklarasi internasional
belakang sejarah, kebudayaan, dan agama dalam sejak Perang Dunia II, merupakan konsep
memahami dan melaksanakan konsep hak-hak dasar liberal Barat tentang hak asasi manusia
asasi manusia. yang menempatkan pemerintah dalam konteks
Menurut pandangan Timur itu, kontrak sosial antara yang memerintah dan
pelaksanaan hak-hak asasi tidak dapat dipisahkan yang diperintah, yaitu perjanjian tentang sejauh
dari kebudayaan politik. Setiap negara mempunyai mana dan bagaimana membatasi kekuasaan
tradisi dan kebudayaan sendiri sehingga apa yang pemerintah. Setiap individu dalam konsepsi ini
dianggap baik dan biasa di suatu negara belum dianggap memiliki hak-hak yang dibawa sejak
lahir dan tidak dapat dicabut, sehingga kekuasaan

10 Volume 16, Nomor 1, Januari 2012


Agussalim Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia

pemerintah harus dibatasi agar tidak melanggar kesehjateraan diri sendiri dan keluarga, hak
hak-hak ini. Jadi selain menekankan hak-hak untuk pendidikan dan hak untuk perlindungan
sipil dan politik, konseptualisasi HAM dari terhadap hasil karya ilmiah, sastra dan seni.
tradisi Barat ini sangat individualistik. ( Muntaj, Oleh sebab itu dengan cara yang sama kita tidak
2008: 22) bisa mengatakan bahwa semua hak yang diangkat
oleh masyarakat generasi pertama dalam hak
Pandangan Kedua atau sering disebut sipil dan hak politik tidak dapat di dipandang
sebagai HAM Generasi Kedua, berasal dari sebagai “hak-hak negative” dan sebaliknya
pemikiran Sosialis yang mengedepankan semua hak yang dianut generasi kedua dalam
hak - hak ekonomi, sosial dan budaya, dan hak ekonomi, sosial dan budaya tidak bisa
memandang hak-hak sipil dan politik sebagai dilabel “hak-hak positif.” Sebagai contoh, hak
hak-hak kaum borjuis. Menurut pandangan memilih pekerjaan, hak untuk membentuk dan
ini, kesadaran setiap individu ditentukan oleh bergabung dengan kumpulan dagang, hak untuk
kondisi kehidupan materialnya. Oleh karenanya, berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan
kebebasan harus dimulai dari kebebasan: bebas budaya masyarakat (pasal 23 dan 27) tidak
dari kelaparan, bebas wabah penyakit, bebas harus mewajibkan tindakan nyata dari Negara
dari pengangguran atau kemiskinan. Sehingga guna menjamin ketentraman dan kenyamanan
dalam pandangan ini, adalah wajar bagi Negara masyarakat. Meskipun demikian, sebagian besar
(pemerintah) untuk mengutamakan hak-hak hak generasi kedua mengharuskan intervensi
ekonomi dan sosial warga negaranya ketimbang negara sebab hak tersebut menyangkut harapan
“kebebasan individualnya”. Dalam pengertian akan materi dari pada barang-barang yang bersifat
yang demikian, hubungan antara individu dan tidak nampak (non materi). Secara fundamental
pemerintah akan sangat berbeda sekali dengan hak generasi kedua diklaim sebagai kesetaraan
pandangan generasi pertama tadi. HAM bukan social. Akan tetapi, karena keterlambatan
lagi persoalan membatasi kekuasaan pemerintah, munculnya, sosialis-komunis dan pengaruh
melainkan bagaimana mendesak pemerintah agar “Dunia Ketiga” yang sesuai dengan masalah-
menyediakan lapangan kerja, sarana kesehatan, masalah internasional, penginternasionalisasikan
perumahan, jaminan sosial dan pendidikan bagi hak-hak ini relative lambat muncul. Dengan
setiap warga negaranya. kekuatan kapitalisme pasar bebas yang
Hal ini, sebagian besar, merupakan suatu menggunakan ”bendera” globalisasi pada awal
respons terhadap penyalahgunaan perkembangan abad 21, maka belum terlihat hak-hak keadilan
kapitalis dan konsepnya yang tidak kritis secara tesebut akan muncul dengan segera pada waktu
esensi mengenai kebebasan individu yang ini. Sebaliknya, dengan semakin jelas ketidak
mentolerir dan bahkan melegitimasi ekploitasi adilan sosial yang diciptakan oleh kapitalisme
kelas pekerja. Sejarah memperlihatkan bahwa nasional dan transnasional yang bebas dan tidak
hal ini merupakan ”counterpoint” terhadap ada pertanggung jawaban melalui penjelasan-
generasi pertama akan hak sipil dan politik penjelasan gender atau ras, maka mungkin
dimana mereka memandang hak asasi manusia harapan untuk hak-hak generasi kedua akan
lebih pada terminologi yang positif (hak untuk) bertumbuh dan menjadi matang. Kecenderungan
dari pada terminologi negatif (bebas dari) dan ini sudah jelas dengan berkembangnya Uni
mengharuskan lebih banyak intervensi negara Eropa dan usaha-usaha yang lebih luas untuk
untuk menjamin produksi yang adil dan distribusi meregulasi institusi keuangan interpemerintah
nilai-nilai atau kemampuan yang ada. Ilustrasi dan Korporasi transnasional guna melindungi
dari beberapa hak-hak tersebut dijelaskan dalam kepentingan publik.
pasal 22-27 Deklarasi Universal Hak Asasi Kuatnya wacana pembangunan pasca Perang
Manusia seperti hak akan keamanan sosial, hak Dunia Kedua, telah mendorong munculnya
untuk bekerja dan hak perlindungan terhadap Deklarasi tentang Hak dan Pembangunan
ketidakadaan pekerjaan, hak untuk mendapat (Declaration on the Rights to Development)
standar hidup yang cukup untuk kesehatan dan tahun 1986. Deklarasi ini diterima oleh PBB

Volume 16, Nomor 1, Januari 2012 11


Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia Agussalim

melalui resolusi 41/128 tanggal 4 Desember 1986 aspiratif dan statusnya sebagai norma hak asasi
yang kemudian dikenal sebagai konsepsi HAM manusia secara internasional masih tidak ambigiu.
generasi Ketiga. (Winarno, 2011: 213). HAM Dengan demikian, dalam berbagai tahap
Generasi Ketiga dibangun pada dimensi kolektif, sejarah modern, isi dari hak asasi manusia telah
dan peduli pada hak-hak “bangsa/penduduk”. didefinisikan secara luas dengan harapan bahwa
Dengan mengusung hak solidaritas, menarik inti hak yang dianut oleh setiap generasi perlu saling
dari dan menkonseptualkan kembali harapan- mengisi bukan dibuang dan digantikan yang lain.
harapan dari dua generasi HAM sebelumnya, perlu
dimengerti sebagai suatu produk yang muncul HAM generasi keempat dipengaruhi
dari kebangkitan dan kemunduran nation-state oleh beberapa faktor. Jimlie Asshiddiqie
dalam pertengahan abad 20 terakhir. Bersandar mengemukakan setidaknya ada empat faktor
pada pasal 28 Deklarasi HAM yang menegaskan yang mempengaruhi lahirnya HAM generasi
“setiap orang berhak atas tatanan sosial dan keempat. (Muntaj, Op.Cit : 29) Pertama,
internasional” yang mana hak tersebut diangkat konglomerasi raksasa dalam bentuk multinational
dalam deklarasi ini untuk dapat diwujudkan secara corporations. Kedua, fenomena nations without
penuh, generasi ini muncul untuk mengangkat states. Ketiga, global citizen yang berimplikasi
dan memperjuangkan enam hak yang di klaim lahirnya kelas sosial tersendiri. Keempat,
oleh kedua generasi sebelumnya. Tiga dari hak- pengaturan entitas baru yang bersifat otonom
hak ini mencerminkan munculnya nasionalisme dalam bentuk corporate federalism. Singkatnya,
Dunia Ketiga dan revolusinya dalam mengangkat HAM Generasi Keempat ini merupakan respon
harapan-harapan (misalnya harapan untuk suatu atas perubahan-perubahan dunia yang sangat
pembagian kembali kekuasaan, kekayaan, dan cepat sebagai akibat globalisasi. (Winarno,
nilai dan kemampuan penting lainnya): hak Op.Cit.: 215)
atas politik, economy, social, dan penentuan
sendiri secara budaya, hak untuk perkembangan
sosial dan hak untuk turut berpatisipasi dan F. Simpulan
merasakan manfaat dari “warisan untuk manusia. Bila mencermati perjalanan hak-hak asasi
Tiga hak lain dari generasi ketiga adalah: manusia khususnya sejak kemunculannya dalam
hak untuk perdamaian, hak untuk lingkungan hubungan internasional hingga dewasa ini maka
yang sehat dan berkelanjutan, hak untuk dapat dipahami bahwa dengan berkembangnya
memperoleh bantuan kemanusiaan bencana. berbagai penafsiran, perspektif, dan generasi-
Semua enam hak ini cenderung dianggap generasi HAM, maka benturan-benturan antar
sebagai hak kolektif yaitu menghendaki perspektif HAM tidak dapat dihindari bila HAM
usaha-usaha bersama dan intensif dari semua itu dipaksakan dilaksanan terhadap Negara
kekuatan sosial. Akan tetapi, masing-masing lain. Meskipun ke-universalan nilai-nilai HAM
dari ini juga mencerminkan dimensi individu. tidak dapat dibantah, dan sifat universalitasnya
Maksudnya adalah meskipun dikatakan bahwa tersebut dapat diterima oleh Negara-negara di
hak tersebut merupakan hak kolektif semua dunia, namun menjadi sulit ketika konsepsi HAM
bangsa dan masyarakat (khususnya Negara- itu akan dilaksanakan secara global.
negara berkembang dan masyarakat yang Itulah sebabnya hingga saat ini
masih bergantung) untuk menjamin sebuah masyarakat internasional baru ada pada tahap
tatanan ekonomi internasional baru yang sepakat akan universalitas konsep HAM, dan
akan menghilangkan halangan-halangan bagi belum sampai pada kata sepakat bila menyentuh
pembangunan economy dan sosial mereka, ini bagaimana mekanisme HAM dilaksanakan
juga bisa dikatakan merupakan hak individu secara internasional.
setiap orang yang turut merasakan manfaat dari
kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kepuasaan materi dan kebutuhan non materi
lainya. Penting juga dikatakan bahwa mayoritas
dari hak solidaritas ini adalah lebih bersifat

12 Volume 16, Nomor 1, Januari 2012


Agussalim Memahami Kesulitan Implementasinilai-Nilai Universal Hak-Hak Asasi Manusia

DAFTAR PUSTAKA

Beitz, Charles, Political Theory and


International Relations, Princeton: Princeton
University Press, 1979

Cassesse, Antonio, Hak Asasi Manusia


di Dunia yang Berubah, Yayasan Obor
Indonesia (YOI), jakarta, 1994.

Davis, Peter, Hak-hak Asasi Manusia,


Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1994.

Donnelly, Jack, Human Rights and


Comparative Foreign Policy, Denver
University Press, 1999

Donnelly, Jack, What are Human Rights,


dalam Introduction to Human Rights, United
States Information Agency, 1998

Forsythe, David P., Hak-hak Asasi Manusia


dan Politik Dunia, Penerbit Angkasa
Bandung, 1993

Muntaj, Majda, Dimensi-Dimensi HAM:


Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya,
Rajawali Press, Jakarta, 2008.

Walzer, Michael, Just and Unjust Wars,


New York: Basic Books, 1977

Winarno, Budi, Isu-Isu Global Kontemporer,


Caps, Yogyakarta, 2011

JURNAL:

Luban, David, “Just War and Human Rights”,


Philosopy and Public Affairs 9, No.2, 1980

Prasetyono, Edy, “Hak Asasi Manusia Dalam


Hubungan Internasional”, Publikasi CSIS,
Maret 1992

Volume 16, Nomor 1, Januari 2012 13

Anda mungkin juga menyukai