Anda di halaman 1dari 26

BIOSINTESIS ALKALOID

1.  BIOSINTESIS ALKALOID PADA NIKOTIN

Nikotin dengan rumus molekul C10H14N2, merupakan komponen aktif  farmakologis    yang utama


dari tembakau,Nikotiana tabacum. Nikotin adalah  suatu alkaloid  dengan  nama  kimia  3-(1-metil-2-
pirolidil)
piridin. Saat diekstraksi daridaun tembakau, nikotin tak berwarna, tetapi segera menjadi  coklat  ketik
a  bersentuhan  dengan  udara. Sifat fisik dari nikotin adalah Cairan berminyak yang higroskopik,
bercampur dengan air baikdalam bentuk basa bebas atau dalam bentuk garamnya. Mempunyai
duasistem cincin nitrogen: satu adalah piridin dan yang lain adalah pirolidin,sehingga dapat
dikelompokkan dalam alkaloid piridin maupun pirolidin.
 
 
 
 Pada  biosintesis  nikotin,  cincin  pirolidin  berasal  dari  asam  amino  ornitin    dan
cincin   piridin   berasal   dari   asam  nikotinat   yang ditemukan   dalam   tumbuhan
tembakau.  Gugus  amina  yang  terikat  pada  ornitin  digunakan  untukmembentuk cincin pirolidin dari
nikotin.
 
BERIKUT BIOSINTESIS ALKALOID PADA NIKOTIN :
 
 
 
2. BIOSINTESIS ALKALOID PADA KAFEIN
STRUKTUR KAFEIN
 
 
    
Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk
kristal dan berasa pahit. 
 
Biosintesis Kafein
  
 
 
 
PERMASALAHAN : 
 
1. Pada Biosintesis Alkaloid pada nikotin, dapat dilihat pada senyawa ornitin terjadi reaksi
deaminasi ( penghilangan gugus amin ) setelah itu terbentuk gugus aldehida ( -COH ),
Bagaimanakah proses pembentukan gugus aldehida tersebut ?
2. pada Biosintesis Alkaloid pada Kafein, darimana gugus metil yang berasal dari 7-metil xanthosine
kemudian ke Theobromin sehingga terbentuklah struktur senyawa kafein, karena saya masih bingung
bagaimana pergantian gugus fungsi tersebut menjadi gugus metil, mohon penjelasannya.trimakasih
Diposkan oleh Febe eunikhe di 05.07 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2 komentar:
1.

friska dameria8 Desember 2013 06.16

baik lah saya akan menjawab pertanyaan anda yang nomor 1


Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur
tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid
aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu ß-ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu
dari jenis 1- benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit ß-ariletilamina
yang saling berkondensasi’ Kondensasi antara dua unit ß-ariletilamina tidak lain
adalah reaksi kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut : 

Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan
suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh
serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol. 
Dari percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asam-asam amino
fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina.
Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi
oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi
ini yaitu amina dan aldehid.
Balas

2.
Khatarina Meldawati9 Desember 2013 04.59

Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa
enol atau fenol. percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asam-
asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi
menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus
amina (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua
hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid.Komponen integral dari reaksi Mannich,
selain amina dan karbonil senyawa, adalah carbanion , yang memainkan peran
Nukleofil dalam penambahan nukleofilik pada ion yang terbentuk oleh reaksi amina
dan karbonil. Reaksi Mannich dapat dilanjutkan baik intermolecularly dan
intramolecularly.

KIMIA BAHAN ALAM


Senin, 09 Desember 2013

BIOSINTESIS ALKALOID

Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2)
dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal
sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat , glutamin,
glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan,
tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal
dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin
dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid
indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.Biosintesis
alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur
mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang mendasari pembentukan
alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah
alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksisekunder
yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu darireaksi sekunder ini
yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto ataupara dari gugus fenol.
Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi
dari atom oksigen menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan
fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
            Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan
(Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara
tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk
cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada
gugus amina yang diikuti oleh reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi
reduksi dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.

Sintesis basa Schiff

Basa Schiff dapat diperoleh dengan mereaksikan amina dengan keton atau aldehida.
Reaksi-reaksi adalah metode umum memproduksi C = N obligasi.

Dalam biosintesis alkaloid, reaksi tersebut dapat berlangsung dalam molekul, seperti dalam
sintesis piperidin: 

Reaksi Mannich

Komponen integral dari reaksi Mannich, selain amina dan karbonil senyawa,


adalah carbanion , yang memainkan peran Nukleofil dalam penambahan nukleofilik pada ion yang
terbentuk oleh reaksi amina dan karbonil. 

Reaksi Mannich dapat dilanjutkan baik intermolecularly dan intramolecularly:

 Permasalahan:

Pada artikel diatas sudah dijelaskan mekanisme reaksi biosintesis alkaloid secara umum.
Seperti yang kita tahu, di alam terdapat berbagai jenis alkaloid. Yang ingin saya tanyakan, Apa yang
membedakan biosintesis alkaloid pada kafein dan nikotin? Terimakasih.
Senin, 21 Mei 2012

makalah alkaloid

oleh herdi
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa


kimia(chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya baik yang berupa
metabolismeprimer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang digunakan
olehtumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun senyawa kimia dari hasil
metabolismesekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan
alkaloid.Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyaikemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan
hamapenyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini memacu
dilakukannyapenelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang
terkandungdalam tumbuh-tumbuhan.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sepertiteknik pemisahan,


metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawasemi sintetik yang diperoleh
dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme
khusus adalah istilah untuk jalur danmolekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak
diperlukan untuk kelangsunganhidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder
telah banyak digunakanuntuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya. Serta
banyak jenistumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan, dikenal sebagai obat
tradisionalsehinggaperlu dilakukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat
dan mengetahuisenyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat.B.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan senyawa alkaloid dan apa fungsinya?

2. Bagaimana proses sintesis alkaloid?

            3. Tanaman apa saja yang mengandung senyawa alkaloid?

4.  Bagaimana mengisolasi alkaloid dari tanaman ?

5. Apa saja klasifikasi alkaloid?

6. Bagaimana reaksi-reaksi alkaloid?

 1.3 Tujuan

1.      Mengatahui pengertian dari senyawa alkaloid beserta fungsinya.

2.      Menetahui bagaimana proses sintesis alkaloid pada tumbuhan.

3.      Mengetahui tanaman-tanaman yang mengandung senyawa alkaloid

4.      Mengetahiu bagaiman reaksi-reaksi alkaloid

5.      Mengetahui bagaimana klasifikasi

6.      Bagaimana mengisolasi alkaloid dari tanaman

BAB II
Pembahasan
2.1  Pengertian Senyawa Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat
basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam
struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek
farmakologis pada manusia dan hewan.

Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Senyawa kimia
terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil
metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa
kedua adalah senyawa hasil metabolism sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan
flavonoid.

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid
adalah senyawa organik yang terdapat di alambersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan
karena adanya atom N (Nitrogen) dalammolekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar
heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia
dan hewan. Sebagai contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang,
atrofina berfungsi sebagaiantispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan
syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi
atom N(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada
yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin,
morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran
senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

2.2  .  Klasifikasi Alkaloid

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),


didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul
itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama
senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya
terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau
menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji,
penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama
amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.

Klasifikasi  alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :

1.    Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul.
Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :

       Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine,lobeline, n
ikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.

Gambar. Struktur Piridina

       Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina

gambar. Struktur Pyrrolidine

       Golongan Isokuinolina: alkaloid-
alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine),sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine,
berbamine, oxyacanthine.

       Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnine,brucine, veratrin
e, cevadine.

Gambar. Struktur Kuinolina

       Golongan Indola:

o   Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin

o   Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid

o   Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine

o   Yohimbans: reserpine, yohimbine

o   Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine

o   Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine

o   Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine

o   Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine

2.    Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.

3.    Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis
utama yaitu :

a.    Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.    Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.

c.    Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloida
dikelompokkan atas :

1.    Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat
yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat
agak asam daripada bersifat basa.

2.    Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak
terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.

3.    Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari  precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa.
Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.

2.3.  Sifat  Senyawa Alkaloid

Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan
konini berupa cairan.

Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik
berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun
beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida
quaterner sangat larut dalam air.

Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus
fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan
electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan
pasangan electron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau
bahkan bersifat sedikit asam.

Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi


terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida.
Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau
anorganik sering mencegah dekomposisi.

2.4.  Reaksi Reaksi Alkaloid


1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid

Reaksi Mayer : HgI2

       Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol
endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika
dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap
dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkoloidnya.

Reaksi Bouchardat

       Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat  → coklat merah, + alkohol  → endapan larut.

2. Reaksi warna

 Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning
atau merah)
 Pereaksi Marquis
 Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan)  →
warna.
 Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
3. Reaksi Kristal:
1. Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan
1 menit  Kristal dragendorf
2.      Reaksi Fe-complex & Cu-complex:

Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass
panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.

1.    Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan
di atasnya à Kristal terlihat.

2.    Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning
(terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.

3.    Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai
agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)

2.5. Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang
farmakologi :
Senyawa Alkaloid 
Aktivitas Biologi
(Nama Trivial)

Nikotin Stimulan pada syaraf otonom

Morfin Analgesik

Kodein Analgesik, obat batuk

Atropin Obat tetes mata

Skopolamin Sedatif menjelang operasi

Kokain Analgesik

Piperin Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin Obat malaria

Vinkristin Obat kanker

Ergotamin Analgesik pada migrain

Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin Analgesik dan antitusif

Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker

Saponin Antibakteri

Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut


(Padmawinata, 1995):

1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah
satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).

2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak
alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan
nitrogen.

3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak
dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya
menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat
mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan
dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar tembakau
meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan
pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang
mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam
jamur yaitu spesies  Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina)
dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada
jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain
senyawanya adalah: gliotoksin (jamur  Trichoderma viride), pyosianin (bakteri  Pseudomonas
aeruginosa) dan erythromisin hasildari  Streptomyces (Ikan, 1969).

            Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan
mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji dengan hati-hati. Karena banyak senyawa
heterosiklik nitrogen lain yang ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya, pirimidin dan
asam nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).

2.6. Isolasi Alkaloid

Alkaloid diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar yang dikeringkan
lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah sebagai berikut :

a.Alkaloid diekstrak dengan pelarut tertentu, misalnya dengan etanol,kemudian diuapkan. 

b.Ekstrak yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan garamamonium kuartener
kemudian diekstrak kembali.

c.Garam amonium kuartener yang diperoleh direaksikan dengan natriumkarbonat sehingga


menghasilkan alkaloid–alkaloid yang bebas kemudiandiekstraksi dengan pelarut tertentu seperti eter
dan kloroform.

d.Campuran – campuran alkaloid yang diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai cara,


misalnya metode kromatografi (Tobing, 1989).

2.7 Prinsip dasar pembentukan Alkaloid

            Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino
(NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang
dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat ,
glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine,
triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui
berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik,
fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan
alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida
dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang mendasari
pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga
terbentuklah alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-
reaksisekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu
darireaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto
ataupara dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.Reaksi-reaksi
sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen
menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid
disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.

            Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan
(Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara
tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk
cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada
gugus amina yang diikuti oleh reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi
reduksi dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.

2.8 Tanaman Penghasil Alkaloid

            Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara
organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya

teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada
akar, biji, ranting, dan kulit kayu.Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria,
fungi (jamur),tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan
melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh
alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifatbasa) pertama kali dipakai
oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apotekerdari Halle (Jerman) untuk menyebut
berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksitumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah
dikenal, misalnya, morfina, striknina,serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa
yang tergolong alkaloiddengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas
untuknya. Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao.

Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anand amida


yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan
tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah.Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya
adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae.
Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil
terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun
tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses
biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis
unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia anti
herbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin
digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-
obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan
Brugmansia suaviolens,namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan
kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun(menyebabkan pusing) yang
sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal
ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaloida atau disebut hiosamin (atropin) dan
scopolamin, seperti pada tanaman Atropabelladona. Alkaloid ini bersifat racun sehingga
pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya
mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak,
encok, eksim, dan radang anak telinga. Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa
alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil
metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.Buah pare
dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasanAsia Tropis. Buahnya
mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung momordisina,
momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinyamengandung saponin, alkaloid, triterprenoid,
dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk,
memperlancar pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat
menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi
BAB III
Penutup

6.1        Kesimpulan

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya
(precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk
membentuk molekul itu. Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks
spesies aromatik berwarna. Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada
nitrogen.

Reaksi umum untuk alkaloid yaitu1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid, 2. Reaksi warna, 3.
Reaksi Kristal. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam
hewan, alkaloid sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam
mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan
menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar tembakau meningkatkan pengambilan
nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah.

Alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang
menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan
triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid
adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi.
Wednesday, March 14, 2012

Alkaloide Biosynthesis
Alkaloida adalah kelompok senyawa organic bahan alam yang bersifat basa karena adanya
atom Nitrogen dalam molekul senyawa tersebut yang umumnya terdapat dalam struktur
lingkar heterosiklik atau aromatic.

Beberapa contoh senyawa golongan Alkaloida:

Klasifikasi Alkaloida
Alkaloida biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis cincin hetero siklik Nitrogennya dan
kesamaan sumber asal molekulnya (precursor) yang didasari dengan jalur metabolism.

Berdasarkan jenis cincin heterosiklik Nitrogennya:


1. Alkaloid Piperidin
2. Alkaloid Pirolizidin
3. Alkaloid Piridin
4. Alkaloid Isokuinolin
5. Alkaloid Kuinolin
6. Alkaloid Indol
7. Alkaloid Feniletilamin
8. Dan lain-lain
Berdasarkan prekursornya:
Alkaloid Alisiklik
   Berasal dari asam amino ornitin dan lisin. Contoh: Higrin

Alkaloid Aromatik jenis Fenilalanin

   Berasal dari asam amino fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin. Contoh: Morfin

Alkaloid Aromatik jenis Indol

   Berasal dari asam amino triptofan. Contoh: Harmin

   

Pada kesempatan ini, kita hanya akan bahas biosintesis morfin,


senyawa yang sering digunakan sebagai obat bius...

morfine

Pembentukan senyawa morfin pada tumbuhan dengan


fenilalanin/tirosin sebagai prekursor terjadi melalui beberapa
tahapan metabolisme, yaitu:

1. Pembentukan 3,4-dihidroksifenilalanin
2. Pembentukan Dopamin dan 3,4-dihidroksifenilasetaldehida
3. Pembentukan (S)-Norlaudanosilina
4. Pembentukan (S)-Retikulina
5. Pembentukan Thebain
6. Pembentukan Morfin
Adapun fenilalanin/tirosin itu sendiri terbentuk dari prekursor
eritrosa 4P dengan melewati serangkaian tahap metabolisme
sebagaimana Gambar di bawah.

Pembentukan Asam Shikimat (3) dari fosfoenolpiruvat (1) dan eritrosa 4P


(2)

Pembentukan Asam Chorismat (4)

Asam Chorismat (4) yang terbentuk selanjutnya mengalami reaksi


penataan ulang Cleisen, suatu reaksi perisiklik di mana allyl vinyl
ether akan terkonversi menjadi -enone, sehingga membentuk
asam Prefenat (5)
Pembentukan Asam Prefenat
(5)

Pembentukan Fenilpiruvat (6) dan 4-hidroksifenilpiruvat


(7)

Fenilpiruvat (6) dan 4-hidroksifenilpiruvat (7) selanjutnya
mengalamitransaminasi reduktif sehingga membentuk
Fenilalanin (8) dan Tirosin(9)
Pembentukan Fenilalanin (8) dan Tirosin (9)

Pembentukan 3,4-dihidroksifenilalanin (10)
3,4-dihidroksifenilalanin (10) terbentuk dari hidroksilasi
tirosin(9) dengan O2 yang melibatkan enzim Tyrosine-3-
monooxygenase; kofaktor tetrahydrobiopterin (THB); dan katalis Fe
(II)
Pembentukan Dopamin (11) dan 3,4-dihidroksifenilasetaldehida (13)
Sebagian 3,4-dihidroksifenilalanin (10) yang terbentuk dengan
adanya basa dan enzim L-DOPA decarboxylase akan membentuk
senyawa dopamin (11) disertai dengan pelepasan karbondioksida
(CO2)

Sebagian 3,4-dihidroksifenilalanin (10) lainnya dengan aktivitas


enzim3,4-dihydroxyphenylalanine transaminase dan NAD+
mengalamideaminasi oksidatif membentuk 3,4-
dihidroksifenilpiruvat (12) yang selanjutnya dengan adanya basa dan
enzim 3,4-dihydroxyphenylpyruvate decarboxylase membentuk 3,4-
dihidroksifenilasetaldehida (13) disertai pelepasan CO2

Pembentukan (S)-Norlaudanosilina (16)
Dopamin (11) mengalami reaksi kondensasi Mannich dengan 3,4-
dihidroksifenilasetaldehida (13) dan adanya enzim (S)-
Norlaudanosoline synthase sehingga membentuk (S)-
Norlaudanosolina (16)
Pembentukan (R)-Retikulina (17)
       (S)-Norlaudanosolina (16) kemudian secara bertahap
mengalami 3 kali reaksi metilasi membentuk (S)-Retikulina (S-
17) dengan S-Adenosyl methionine sebagai sumber metil dan adanya
enzim: (I) (S)-Norlaudanosoline 6-O-Methyltransferase; (II) 6-O-
Methyl-(S)-Norlaudanosoline-N-Methyltransferase; dan (III) 6-O-
Methyl-(S)-Laudanosoline-4'-O-Methyltransferase.

       Diikuti dengan isomerasi (S)-Retikulina (S-17) menjadi (R)-


Retikulina (R-17) yang melibatkan  enzim: (I) 1,2-
dehydroreticuline synthase; dan (II) 1,2-dehydroreticuline
reductase

Pembentukan Thebain (20)
(R)-Retikulina (R-17) yang terbentuk selanjutnya mengalami siklisasi
disertai pelepasan H2 dan H2O yang melibatkan suasana asam (H+),
NADPH dan tiga enzim, yaitu (I) Salutaridine
Synthase; (II) Salutaridine NADPH-7-oxidoreductase;
dan (III) Thebain Synthase.
Pembentukan Morfin (23)
Kedua gugus metil pada dua gugus metoksi Thebain didemetilasi
dengan bantuan enzim (I) Thebain 6-O-Demethylase; (II) Codeinone
Reductase; dan (III) Codeine O-Demethylase sehingga terbentulah
MORFIN.

Anda mungkin juga menyukai