Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan
suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh
serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol.
Dari percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asam-asam amino
fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina.
Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi
oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi
ini yaitu amina dan aldehid.
Balas
2.
Khatarina Meldawati9 Desember 2013 04.59
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa
enol atau fenol. percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asam-
asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi
menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus
amina (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua
hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid.Komponen integral dari reaksi Mannich,
selain amina dan karbonil senyawa, adalah carbanion , yang memainkan peran
Nukleofil dalam penambahan nukleofilik pada ion yang terbentuk oleh reaksi amina
dan karbonil. Reaksi Mannich dapat dilanjutkan baik intermolecularly dan
intramolecularly.
BIOSINTESIS ALKALOID
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2)
dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal
sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat , glutamin,
glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan,
tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal
dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin
dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid
indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.Biosintesis
alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur
mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang mendasari pembentukan
alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah
alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksisekunder
yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu darireaksi sekunder ini
yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto ataupara dari gugus fenol.
Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi
dari atom oksigen menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan
fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan
(Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara
tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk
cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada
gugus amina yang diikuti oleh reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi
reduksi dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.
Basa Schiff dapat diperoleh dengan mereaksikan amina dengan keton atau aldehida.
Reaksi-reaksi adalah metode umum memproduksi C = N obligasi.
Dalam biosintesis alkaloid, reaksi tersebut dapat berlangsung dalam molekul, seperti dalam
sintesis piperidin:
Reaksi Mannich
Permasalahan:
Pada artikel diatas sudah dijelaskan mekanisme reaksi biosintesis alkaloid secara umum.
Seperti yang kita tahu, di alam terdapat berbagai jenis alkaloid. Yang ingin saya tanyakan, Apa yang
membedakan biosintesis alkaloid pada kafein dan nikotin? Terimakasih.
Senin, 21 Mei 2012
makalah alkaloid
oleh herdi
BAB I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Senyawa Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat
basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam
struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek
farmakologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Senyawa kimia
terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil
metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa
kedua adalah senyawa hasil metabolism sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan
flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid
adalah senyawa organik yang terdapat di alambersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan
karena adanya atom N (Nitrogen) dalammolekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar
heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia
dan hewan. Sebagai contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang,
atrofina berfungsi sebagaiantispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan
syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi
atom N(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada
yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin,
morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran
senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
2.2 . Klasifikasi Alkaloid
1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul.
Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine,lobeline, n
ikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
gambar. Struktur Pyrrolidine
Golongan Isokuinolina: alkaloid-
alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine),sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine,
berbamine, oxyacanthine.
Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnine,brucine, veratrin
e, cevadine.
Gambar. Struktur Kuinolina
Golongan Indola:
o Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin
o Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine
o Yohimbans: reserpine, yohimbine
o Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine
o Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine
o Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine
o Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine
3. Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis
utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloida
dikelompokkan atas :
1. Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat
yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat
agak asam daripada bersifat basa.
2. Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak
terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa.
Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan
konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik
berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun
beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida
quaterner sangat larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus
fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan
electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan
pasangan electron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau
bahkan bersifat sedikit asam.
Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol
endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika
dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap
dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkoloidnya.
Reaksi Bouchardat
Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.
2. Reaksi warna
Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning
atau merah)
Pereaksi Marquis
Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) →
warna.
Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
3. Reaksi Kristal:
1. Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan
1 menit Kristal dragendorf
2. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass
panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1. Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan
di atasnya à Kristal terlihat.
2. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning
(terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
3. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai
agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang
farmakologi :
Senyawa Alkaloid
Aktivitas Biologi
(Nama Trivial)
Morfin Analgesik
Kokain Analgesik
Saponin Antibakteri
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah
satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak
alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan
nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak
dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya
menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat
mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan
dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar tembakau
meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan
pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang
mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam
jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina)
dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada
jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain
senyawanya adalah: gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas
aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).
Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan
mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji dengan hati-hati. Karena banyak senyawa
heterosiklik nitrogen lain yang ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya, pirimidin dan
asam nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).
Alkaloid diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar yang dikeringkan
lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah sebagai berikut :
b.Ekstrak yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan garamamonium kuartener
kemudian diekstrak kembali.
Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino
(NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang
dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat ,
glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine,
triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui
berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik,
fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan
alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida
dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang mendasari
pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga
terbentuklah alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-
reaksisekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu
darireaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto
ataupara dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.Reaksi-reaksi
sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen
menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid
disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan
(Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara
tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk
cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada
gugus amina yang diikuti oleh reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi
reduksi dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara
organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada
akar, biji, ranting, dan kulit kayu.Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria,
fungi (jamur),tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan
melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh
alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifatbasa) pertama kali dipakai
oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apotekerdari Halle (Jerman) untuk menyebut
berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksitumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah
dikenal, misalnya, morfina, striknina,serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa
yang tergolong alkaloiddengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas
untuknya. Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao.
6.1 Kesimpulan
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya
(precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk
membentuk molekul itu. Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks
spesies aromatik berwarna. Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada
nitrogen.
Reaksi umum untuk alkaloid yaitu1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid, 2. Reaksi warna, 3.
Reaksi Kristal. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam
hewan, alkaloid sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam
mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan
menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar tembakau meningkatkan pengambilan
nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah.
Alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang
menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan
triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid
adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi.
Wednesday, March 14, 2012
Alkaloide Biosynthesis
Alkaloida adalah kelompok senyawa organic bahan alam yang bersifat basa karena adanya
atom Nitrogen dalam molekul senyawa tersebut yang umumnya terdapat dalam struktur
lingkar heterosiklik atau aromatic.
Klasifikasi Alkaloida
Alkaloida biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis cincin hetero siklik Nitrogennya dan
kesamaan sumber asal molekulnya (precursor) yang didasari dengan jalur metabolism.
morfine
1. Pembentukan 3,4-dihidroksifenilalanin
2. Pembentukan Dopamin dan 3,4-dihidroksifenilasetaldehida
3. Pembentukan (S)-Norlaudanosilina
4. Pembentukan (S)-Retikulina
5. Pembentukan Thebain
6. Pembentukan Morfin
Adapun fenilalanin/tirosin itu sendiri terbentuk dari prekursor
eritrosa 4P dengan melewati serangkaian tahap metabolisme
sebagaimana Gambar di bawah.
Fenilpiruvat (6) dan 4-hidroksifenilpiruvat (7) selanjutnya
mengalamitransaminasi reduktif sehingga membentuk
Fenilalanin (8) dan Tirosin(9)
Pembentukan Fenilalanin (8) dan Tirosin (9)
Pembentukan 3,4-dihidroksifenilalanin (10)
3,4-dihidroksifenilalanin (10) terbentuk dari hidroksilasi
tirosin(9) dengan O2 yang melibatkan enzim Tyrosine-3-
monooxygenase; kofaktor tetrahydrobiopterin (THB); dan katalis Fe
(II)
Pembentukan Dopamin (11) dan 3,4-dihidroksifenilasetaldehida (13)
Sebagian 3,4-dihidroksifenilalanin (10) yang terbentuk dengan
adanya basa dan enzim L-DOPA decarboxylase akan membentuk
senyawa dopamin (11) disertai dengan pelepasan karbondioksida
(CO2)
Pembentukan (S)-Norlaudanosilina (16)
Dopamin (11) mengalami reaksi kondensasi Mannich dengan 3,4-
dihidroksifenilasetaldehida (13) dan adanya enzim (S)-
Norlaudanosoline synthase sehingga membentuk (S)-
Norlaudanosolina (16)
Pembentukan (R)-Retikulina (17)
(S)-Norlaudanosolina (16) kemudian secara bertahap
mengalami 3 kali reaksi metilasi membentuk (S)-Retikulina (S-
17) dengan S-Adenosyl methionine sebagai sumber metil dan adanya
enzim: (I) (S)-Norlaudanosoline 6-O-Methyltransferase; (II) 6-O-
Methyl-(S)-Norlaudanosoline-N-Methyltransferase; dan (III) 6-O-
Methyl-(S)-Laudanosoline-4'-O-Methyltransferase.
Pembentukan Thebain (20)
(R)-Retikulina (R-17) yang terbentuk selanjutnya mengalami siklisasi
disertai pelepasan H2 dan H2O yang melibatkan suasana asam (H+),
NADPH dan tiga enzim, yaitu (I) Salutaridine
Synthase; (II) Salutaridine NADPH-7-oxidoreductase;
dan (III) Thebain Synthase.
Pembentukan Morfin (23)
Kedua gugus metil pada dua gugus metoksi Thebain didemetilasi
dengan bantuan enzim (I) Thebain 6-O-Demethylase; (II) Codeinone
Reductase; dan (III) Codeine O-Demethylase sehingga terbentulah
MORFIN.