Anggista Dwi Suciati (175030201111016) Alraniri Navi (175030200111042) Apriliani Theresia Br. Silitonga (175030200111056) Pengertian PPh Pasal 25 Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan. Angsuran dalam tahun berjalan Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan melunasi pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak salah satunya melalui pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri. Pelunasan pajak yang dilakukan untuk setiap bulan atau masa tersebut merupakan pelunasan angsuran PPh Pasal 25. Pada prinsipnya, pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan PPh Pasal 25 adalah pelunasan yang dilakukan untuk mendekati jumlah pajak yang akan terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Berjalan Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan: a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak. Kasus-kasus Penghitungan PPh Pasal 25 1. Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Besarnya angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu. Contoh: Tuan Dias menyampaikan SPT Tahunan PPh 2014 pada bulan Maret 2015. Angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2014 adalah Rp1.000.000,00. Maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2015 masing-masing adalah: Rp1.000.000,00. Jadi, Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Januari dan Februari 2015 masing-masing adalah: Rp1.000.000,00. 2. Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak. Contoh: Berdasarkan SPT PPh tahun pajak 2013 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Maret 2014, penghitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp1.250.000,00. Dalam bulan Juli 2014 diterbitkan SKP tahun pajak 2013 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan Agustus 2014 adalah sebesar Rp2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).