Anda di halaman 1dari 4

Alur penegakan diagnosis

ANAMNESIS 1

Pentingnya melakukan anamnesis agar mendapatkan data atau informasi tentang keluhan yang
sedang dialami atau diderita oleh pasien. Anamnesa yang tepat dapat membantu penegakan
assesment dan diagnosa. Anamnesis untuk hipertensi pada kehamilan umumnya hampir sama
dengan anamesis pada ibu hamil. Dapat ditanyakan sebagai berikut :

1. Data umum pribadi : nama, usia, alamat, pekerjaan ibu, suku bangsa, lamanya menikah,
dan kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan.
2. Keluhan saat ini : jenis dan gangguan yang dirasakan ibu, dan sudah berapalama ibu
merasakan gangguan tersebut. Pertanyaan seperti ini bertujuan agar nantinya kita bisa
menentukan jenis hipertensi dalam kehamilan yang pasien alami.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan
sebelumnya, bagaimana cara ibu bersalin ( pervagina atau seksio sesarea ), dan jumlah
serta jenis kelamin anak yang hidup.
4. Riwayat kehamilan saat ini : Identifikasi keluhan-keluahan saat kehamilan( jadi selama
kehamailan ibu merasakan keluhan apa saja (karna dari keluhan-keluhan tersebut bisa
membantu kita untuk mengiliminasi atau malah bisa mengarahkan kita ke jenis heprtensi
kehamilan yang di derita pasien),identifikasi penyulit ( disini kita sudah bisa identifikasi
atau mencurigai pasien ini preklamsia, eklamsia, atau hipertensi kronis, Penyakit lain
yang diderita( perlu ditanyakan ini juga karena salah satu fakor resiko hipertensi dalam
kehamilan yaitu adanya hipertensi dan gagal ginjal).

5. Riwayat penyakit dalam keluarga : seperti diabetes melitus atau hipertensi dan ada
tidaknya kelainan bawaan dalam keluarga.

PEMERIKSAAN FISIS 1

1. Keadaan umum : jadi yang pertama kita lihat adalah keadaan umum si pasien apakah dia
datang dengan sakit ringan, sedang, atau berat, serta kita lihat kesadaraan pasien apakah
dia kompas mentis (normal), apatis (acut tak acuh), somnolent (ngantuk), delirium
(menggigau/ kekacauan mototrik), koma (tidak sadar).
2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, pernapasan dan suhu
Untuk pemeriksaan tekanan darah: preeklampsia ringan (> 140/90 mmHg) dan
preeklampsia berat (> 160/110 mmHg).
3. Status gizi (IMT pada Ibu) : berguna untuk kita bisa memperkirakan kondisi gizi janin
ibu. Untuk interpertasinya:
a. Rendah : <19,8
b. Normal : 19,8-26
c. Tinggi :26-29
d. Obesitas: > 29
4. Inspeksi : bentuk dan ukuran abdomen, choasma gravidarum , parut bekas operasi,
varises atau pelebaran vena, hernia, edema.
5. Palpasi : kita mengunakan teknik leopold 1,2,3,4.

Gambar : cara pemeriksaan leopold


Sumber : Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2016.
Tujuan :
a. Leopold 1 : untuk mengetahui fundus uteri, kepala dan bokong
b. Leopold 2 : letak punggung janin
c. Leopold 3 : mengetahui bagian apa yang menjadi presentasi
d. Leopold 4 : mengetahui letak ujung kepala
6. Auskultasi : untuk mendengar bunyi jantung bayi (10 minggu dengan doppler dan 20
minggu dengan fetoskop pinard)

PEMERIKSAAN PENUNJANG 2

Protein urien : Protein urin adalah terdapatnya protein dalam urin manusia yang melebihi nilai
normal yaitu lebih dari 150 mg/hari. Protein urin baru dikatakan patologis bila kadarnya melebihi
200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Protein urin persisten
jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
dari atas nilai normal.

Protein urin merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi protein urin pada
umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering dijumpai pre-eklampsia tanpa
protein urin, karena janin sudah lahir lebih dulu. Protein urin timbul sebelum hipertensi,
umumnya merupakan gejala penyakit ginjal, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan. Tanpa kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, umumnya ditemukan
padainfeksi saluran kencing atau anemia. Jarang ditemukan protein urin pada tekanan < 90
mmHg.

Pengukuran protein urin dapat dilakukan dengan :

1) Urin dipstik : 100 mg/l atau + 1, sekurang-kurannya diperiksa 2 kali urin acak
selang jam.
2) Pengumpulan protein urin dalam 24 jam, dianggap patologis bila besaran protein
urin ≥ 300 mg/24 jam.

Pemeriksaan protein dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui komplikasi adanya
preklampsia pada ibu hamil yang sering kali menyebabkan masalah dalam kehamilan maupun
persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi bila tidak segera
diantisipasi. Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein dengan menggunakan asam
asetat 5%, dan apabila setelah dipanaskan urine menjadi keruh berarti ada protein dalam urine.

Interpretasi :

a) Negatif : Urine jernih 2 Positif


b) (+) : Ada kekeruhan
c) Positif 2 (++) : Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan
d) Positif 3 (+++) : Urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas
e) Positif 4 (++++) : Urine sangat keruh dan disertai endapan yang menggumpal
SUMBER
1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2016.
2. Hutagalung I A. Penuntun Praktikum Mekanisme Dasar Penyakit. Ambon: bagian
ilmu patologi klinik FK Unpatti.

Anda mungkin juga menyukai