Anda di halaman 1dari 4

Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier pada Pasien HIV/AIDS

Oleh : Isrofil Amar


NIM : 161101018
Dosen pembimbing : Fahruddin Kurdi, S.Kep.,Ns,.M.Kep

Assalamu'alaikum wr.wb. 

HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
kekebalan tubuh seseorang dan menyebabkan tubuh menjadi lemah.
Seseorang yang menderita HIV tidak selalu berarti dia juga menderita
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Perlu bertahun-tahun
untuk pengidap virus ini dapat berkembang menjadi AIDS. HIV/AIDS tidak
bisa disembuhkan. Namun, dengan obat yang tersedia saat ini seperti obat
antiretroviral, sangat mungkin untuk seseorang yang mengidap penyakit ini
memiliki hidup normal dengan kualitas hidup optimal.

Cara Penularan HIV/AIDS


1)      Lewat cairan darah
Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat
pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian
tanpa disterilkan, melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam
kegiatan lain, misalnya: penyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk
yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah.
2)      Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa
menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan
sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) atau
tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam
hubungan seks lewat anus.
3)      Lewat air susu ibu
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina kemudian menyusui bayinya dengan ASI.

Pencegahan HIV/AIDS
1)        Primer

Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini


diberikan pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan
ini tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik
dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit. Pencegahan ini meliputi
dua hal, yaitu:
a. Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan
reproduksi tentang HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks
bebas screening, dan sebagainya.
b. Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi, kebersihan pribadi, atau
pemakaian kondom.
2)        Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar
tidak mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini
dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat
sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA
tetap bertahan melawan penyakitnya. Pencegahan sekunder terdiri dari
teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini. Hal ini dilakukan
dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang ditimbulkan
dari perkembangan penyakit atau meminimalkan potensi tertularnya
penyakit lain.

3)        Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi
HIV/AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat
disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit
atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan mencegah
komplikasi dan penurunan kesehatan. Kegiatan pencegahan tersier ditujukan
untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan
tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu
ODHA mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan
keterbatasan yang ada akibat HIV/AIDS. Tingkat perawatan ini bisa disebut
juga perawatan preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan
terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam
merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping memaksimalkan
aktivitas ODHA dalam aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah
terjadinya penularan penyakit lain ke dalam penderita HIV/AIDS. Mengingat
seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami penurunan imunitas dan
sangat rentan tertular penyakit lain.
Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya
pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk
mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini bisa dengan menggunakan
prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara internasional sebagai cara
efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual. ABCDE ini
meliputi:
A = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko
tinggi dan seks pranikah.
B = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau
hubungan tetap.
C = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar
dan konsisten untuk para penjaja seksual.
D = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.
Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan dengan
menyediakan Rumah Sakit atau tempat perawatan khusus bagi pasien
penderita HIV/AIDS dan dijaga sedemikian rupa sehingga penularan kepada
yang sehat dapat dicegah serta melakukan pemantauan secara terus
menerus untuk melihat perkembangan masalah AIDS agar masalah AIDS ini
dapat ditangani dengan baik.
 

Anda mungkin juga menyukai