Anda di halaman 1dari 8

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan

tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau
air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan
khusus.
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan
pembongkaran.
Pemeriksaan Konstruksi Bangunan Gedung menurut PP Nomor 29 Tahun 2000 adalah
untuk memastikan bahwa proses pencernaan sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar
sesuai ketemtuan yang berlaku dengan analisis yang menghasilkan perencanaan yang tepat
( proper design ); proses pemilihan penyedia jasa sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar
sehingga menghasilkan penyedia jasa yang berkualifikasi sesuai kebutuhan paket yang diadakan;
dan proses pelaksanaan sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar sehigga menghasilkan
produk pekerjaan konstruksi yang berkualitas, hemat/ekonomis dan bermanfaat.
8 cakupan dalam pemeriksaan konstruksi bangunan gedung :
1. Pemeriksaan pemenuhan terhadap tingkat resiko
2. Pemeriksaan perencanaan pekerjaan kontstruksi berdasarkan atas SNI, standar keteknikan
yang ada dan value engineering serta manfaat pembangunan gedung terhadap masyarakat
sesuai dengan perencanaan kelayakannya
3. Pemeriksaan pemilihan penyedia jasa yang berkualifikasi, dengan harga terendah,
terevaluasi dan tanpa penyimpangan yang penting dan pokok
4. Pemeriksaan sistem pengendalian managemen dari segi waktu, biaya dan kualitas
5. Pemeriksaan pelaksanaan paket kegiatan dalam pemenuhan persyaratan keteknikan,
keselamatan umum, perlindungan social tanpa tenaga kerja dan tata lingkungan
6. Pemeriksaan tertib administrasi keuangan
7. Pemeriksaan pencapaian manfaat dengan melakukan analisis terhadap fungsi bangunan
gedung setelah penyerahan kedua (FHO) serta keterpaduan program dengan sector
lainnya
8. Pemeriksaan resiko kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan
ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNTUK PEKERJAAN STANDAR
BOBOT (%) TINGKAT KERUSAKAN
KOMPONE
NO. N SUB KOMPONEN BANGUNAN TERHADAP
KERUSAKAN
BANGUNAN SELURUH BOBOT NILAI
MAKSIMUM
BANGUNAN

1 Pondasi PONDASI 10% 10% 0% 0%


2 Struktur KOLOM, BALOK & RING BAJA 27% 20% 0% 0%
PLESTERAN 2% 100% 0% 0%
3 Atap RANGKA ATAP 8% 30% 0% 0%
PENUTUP ATAP 2% 75% 0% 0%
4 Langit-langit RANGKA LANGIT-LANGIT 3,50% 100% 2% 0.07%
PENUTUP LANGIT-LANGIT 4,50% 100% 1,36% 0.0612%
5 Dinding BATU BATA PARTISI 4,50% 50% 0.46% 0.0414%
PLESTERAN 1,75% 100% 3% 0.0525%
KACA 1,25% 100% 1,57% 0.0196%
PINTU 1,00% 100% 0% 0%
KUSEN 1,50% 100% 0% 0%
6 Lantai PENUTUP LANTAI 5% 100% 2% 0.10%
7 Utilitas INSTALASI LISTRIK 1,50% 100% 0.26% 0.039%
INSTALASI AIR 1,50% 100% 0% 0%
DRAINASE LIMBAH 1,50% 100% 0% 0%
8 Finishing FINISHING STRUKTUR (CAT) 1% 100% 0% 0%
FINISHING LANGIT-LANGIT (CAT) 4% 100% 5% 0.2%
FINISHING DINDING (CAT) 6% 100% 100% 6%
FINISHING PINTU KUSEN (CAT) 2% 100% 1.32% 0.0264%

JUMLAH NILAI TINGKAT KERUSAKAN PEKERJAAN


100% 6.610 %
STANDAR

Tabel 1.1 Analisa Kerusakan Bangunan

RINGAN <30%

SEDANG 30% - 45%

BERAT 45% - 65%

KHUSUS >65%
Tabel 1.2 Klasifikasi Kerusakan

Jenis perawatan
= Perawatan Ringan
Biaya satuan pekerjaan 6.610% x 1,120 x Rp 4.553.000,00 = Rp 337.067,70
Biaya pembongkaran 10% x Rp 337.067,70 = Rp 33.706,77
Jumlah = Rp 370.774,47
Dibulatkan = Rp 370.800,00
Ajuan biaya pekerjaan standar 1184 x Rp 370.800,00 = Rp 439.027.200,00

DAFTAR PUSTAKA
http://www.rumah.armina123.com/8-cakupan-pemeriksaan-pembangunan-gedung
menurut-pp-no-29-tahun-2000 ( 11 Oktober 2014)
http://birohukum.pu.go.id/pustaka/arsip_makalah/16.pdf ( Februari 2011)
http://carasiumi.com/cara-menghitung-rab/ ( maret 2015)
http://sistembangunangedung.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-bangunan-gedung.html
( Septtember 2015)

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan khusus.
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan
pembongkaran.
Pemeriksaan Konstruksi Bangunan Gedung menurut PP Nomor 29 Tahun 2000 adalah untuk
memastikan bahwa proses pencernaan sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar sesuai
ketemtuan yang berlaku dengan analisis yang menghasilkan perencanaan yang tepat ( proper
design ); proses pemilihan penyedia jasa sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar
sehingga menghasilkan penyedia jasa yang berkualifikasi sesuai kebutuhan paket yang diadakan;
dan proses pelaksanaan sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar sehigga menghasilkan
produk pekerjaan konstruksi yang berkualitas, hemat/ekonomis dan bermanfaat (Oktober, 2014)
2.2 KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG
Klasifikasi Bangunan Gedung
Berdasarkan tingkat kompleksitas, bangunan gedung diklasifikasikan menjadi 3 jenis :
- Bangunan gedung sederhana,
Bangunan gedung sederhana merupakan bangunan gedung dengan karakter sederhana, serta
memiliki kompleksitas dan teknologi yang sederhana. Bangunan gedung sederhana meliputi
gedung kantor dengan jumlah s.d. 2 lantai dengan luas maksimal mencapai 500 , bangunan dinas
tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat, gedung pelayanan kesehatan (puskesmas), gedung
pendidikan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.
- Bangunan gedung tidak sederhana,
Bangunan gedung tidak sederhana merupakan bangunan gedung yang memiliki karakter,
kompleksitas, dan teknologi yang tidak sederhana pula. Bangunan gedung tidak sederhana
meliputi gedung kantor bertingkat lebih dari 2 lantai yang memiliki luas di atas 500 ; bangunan
dinas tipe A dan B atau bangunan tipe C, D, E yang bertingkat lebih dari 2 lantai; gedung
pelayanan kesehatan (rumah sakit) tipe A, B, C, D; gedung pendidikan bertingkat lebih dari 2
lantai.
- Bangunan gedung khusus.
Bangunan gedung khusus merupakan bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan
khusus, yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi atau yang penyelenggaraannya dapat
membahayakan lingkungan sekitar. Bangunan gedung ini memiliki kompleksitas tertentu, oleh
karena itu dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan dan
persyaratan khusus. Bangunan gedung khusus meliputi gedung istana negara, gedung
laboratorium, bangunan gedung reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan
gedung sejenisnya yang ditetapkan oleh menteri.(Taufik,2015)
2.3 JENIS-JENIS KERUSAKAN
Kerusakan Ringan Non-Struktur
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan nonstruktur apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut :
retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran, serpihan plesteran berjatuhan
mencakup luas yang terbatas.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) secara arsitektur tanpa mengosongkan
bangunan.
Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut : :
retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding, plester berjatuhan, mencakup
luas yang besar.
kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb, kemampuan struktur untuk
memikul beban tidak banyak berkurang.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar daya tahan
bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada struktur dapat dilakukan
tanpa mengosongkan bangunan.
Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut :
retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding, retak menyebar luas di banyak
tempat, seperti pada dinding pemikul beban, kolom; cerobong miring; dan runtuh, kemampuan
struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian, layak huni.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah :

restorasi bagian struktur dan perkuatan (strenghtening) untuk menahan beban gempa;
perbaikan (repair) secara arsitektur, bangunan dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah
proses restorasi selesai.

Kerusakan Struktur Tingkat Berat


Suatu bangunan dikatakan mengalami kerusakan struktur tingkat berat apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut :
dinding pemikul beban terbelah dan runtuh, bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur
pengikat, kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan,tidak layak huni.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan. Atau dilakukan restorasi dan
perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali. Dalam kondisi kerusakan
seperti ini, bangunan menjadi sangat berbahaya sehingga harus dikosongkan
Kerusakan Total
Suatu bangunan dikatakan sebagai rusak total / roboh apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%), Sebagian besar komponen utama struktur rusak, tidak
layak huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, membersihkan lokasi, dan
mendirikan bangunan baru.
2.4 KOMPONEN PADA BANGUNAN GEDUNG
Pemeliharaan atau perawatan pada bangunan gedung :
1. Komponen Arsitektural
2. Komponen Struktural
3. Komponen Elektrikal
4. Komponen Mekanikal
5. Tata Ruang Luar
6. Tata Graha

2.5 BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN


menurut Dinas Pekerjaan Umum khusus bangunan negara, biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan adalah :
Biaya pemeliharaan per m2 bangunan gedung setiap tahun = 2 % dari harga satuan per m2
tertinggi yang berlaku. Besarnya biaya pemeliharaan bangunan gedung tergantung pada fungsi
dan kualifikasi bangunan.
Manajemen konstruksi adalah suatu proses manajemen untuk pelaksanaan konstruksi
dalam rangka untuk mencapai sasaran, dalam bentuk produk konstruksi secara rasional, efisien,
dan efektif. Manajemen konstruksi adalah suatu cara untuk mengelola pelaksanaa proyek
dimana tahapan pelaksanaan diperlukan sebagai satu kesatuan sistem membangun (Sompie &
Malingkas, 2014: 74).
Unsur-unsur Pengelola Konstruksi
Pemberi tugas atau pemilik sebagai pemrakarsa proyek konstruksi dapat berasal dari kalangan
swasta atau pejabat yang mewakili daerah. Dalam organisasi proyek konstruksi, pemberi tugas
umumnya duduk sebagai pemimpin proyek atau manajer proyek, khusus untuk proyek-proyek
pemerintah dapat pula bertindak selaku pemimpin bagian proyek.Karena didalam proyek
konstruksi produsen dan konsumen hubungan langsung, maka pemberi tugas harus menyadari
bahwa kedudukan manajernya berada dalam sistem, bukan diluar sistem. Sehingga peraturannya
tidak saja bertindak selaku fasilitator karena proses konstruksi berlangsung diwilayah
kekuasaanya,akan tetapi sekaligus juga sebagai motivator dan katalisator dalam rangka
mengupayakan agar keseluruhan sistem manajemen dapat menghasilkan kelancaran yang efisien
dan efektif.
Kontraktor utama harus mengatur dan memelihara komunikasi dengan pihak-pihak yang
terkait dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi seperti: pemberi tugas, konsultan, pemasok
bahan, masyarakat umum, dampak lingkungan, sub-kontraktor, serikat pekerja,bank dan
asuransi, pekerja, dewan direksi, pengelola teknis proyek, pemerintah daerah, dan lain
sebagainya (Sompie & Malingkas, 2014: 74).
2.6 CARA MENGHITUNG RAB
1. Mempersiapkan Gambar Kerja
2. Menghitung Volume Pekerjaan
3. Menentukan Harga Satuan Pekerjaan
4. Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan
5. Rekapitulasi

Anda mungkin juga menyukai