ABSTRAK
Mysticism is understood as one of the practice of esoteric (secret) that
aims to awaken the divine nature within oneself through yoga exercises. Yoga
practices include moral training, physical training, mental training and spiritual
training. When the yoga mysticism is a requirement by the public, there will be a
polarization of spirituality movement regardless of his religion. Religion is a
quest of mankind to God. Throughout the ages, mankind has always struggled in
his quest for the secret and essence behind this life, and religion is a means or a
connecting road and provides solutions to solve these problems.
Spiritual journey undertaken by many people in order to search for
meaning in a very individualistic modern life in a capitalist industrial society, as
well as the rapid global developments affecting human life to fill in the blanks
themselves. Thus, the approach described spirituality yoga mysticism in religious
experience, mysticism polarization form of yoga in the movement of spirituality
and mysticism influence of yoga in the interfaith community.
162
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
163
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
kenyataannya agama sering gagal badan fisik, pikiran dan jiwa atau roh
menyampaikan visi ini dengan cara karena gerakan yoga dapat
yang bajik pula. Negara agama dan mempengaruhi fisik dan mental untuk
Negara yang mengharuskan menjadi sehat, sehingga jiwa
penduduknya pemeluk agama pun terkonsentrasi. Maka peranan yoga
memiliki penjara yang penuh dengan disini sangat jelas membawa pikiran
orang-orang beragama, yang taat menjadi tentram dan merenungkan
menjalankan perintah agama yang kebebasan jiwa yang abadi (Somvir,
paling dekat konotasinya dengan 2009: 17). Manusia mempunyai
beragama yaitu sembhayang. Di pengetahuan yang luas tentang dunia
penjarapun mereka taat sembhayang, luar, bagian-bagian luar tubuh manusia,
namun tidak berbanding lurus dengan tetapi hanya beberapa yang mengetahui
kebajikan kepribadiannya. Beberapa apa yang terjadi dalam hidup mereka,
orang menjadi exstrem dan termasuk jiwa (roh).
menyangkal kebutuhan akan agama, Minat terhadap mistisisme yoga
sedang yang lain mengadopsi cara makin meningkat yang memberikan
sendiri-sendiri dalam beragama seperti sebuah pengalaman religius bagi
penyerahan diri dan mistisisme. pelakunya. Gejala ini, dengan
Dinamika yang terjadi munculnya pemikiran-pemikaran yang
memunculkan sebuah paradigma spiritualistik, meningkatnya kelompok
masyarakat postmodern yang tidak dan lembaga spiritual, seperti
terlalu memperdulikan kebenaran dari Pasraman, Asram, Perguruan dan lain
suatu ajaran. Yang penting bagi mereka sebagainya. Kegiatan yang dilakukan
adalah ajaran tersebut mendatangkan sampai pada aktivitas yoga yang
perasaan nyaman dan kepuasan bersifat mistik. Ketika mistisisme yoga
spikologis. Perjalanan spiritual ini menjadi kebutuhan oleh
dilakukan oleh banyak orang dalam masyarakat, maka akan terjadi
rangka pencarian makna dalam polarisasi pergerakan spiritualitas tanpa
kehidupan modern yang sangat melihat agama yang dianutnya. Melalui
individualistik dalam masyarakat pendekatan spiritualitas akan diurai
industri yang kapitalis, serta mistisisme yoga dalam pengalaman
perkembangan global yang begitu cepat religius sebagai bahasan pertama.
mempengaruhi kehidupan manusia, Sebagai bahasan kedua, bentuk
dengan berkembanganya ilmu polarisasi mistisisme yoga dalam
pengetahuan dan teknologi. Hal ini gerakan spiritualitas. Terakhir,
memunculkan sebuah polarisasi atau bagaimana pengaruh mistisisme yoga
proses permikiran mengenai dalam masyarakat lintas agama.
spiritulalitas yang dapat meningkatkan
harkat dan martabat, baik dalam II. PEMBAHASAN
pemenuhan kebutuhan jasmani duniawi 2.1. Mistisisme yoga sebagai
maupun kebutuhan rohani. pengalaman religius
Pemenuhan kebutuhan jasmani Mistisisme adalah pengalaman
maupun rohani harus medapat kemistikan. Kemistikan berasal dari
perhatian dan dilakukan latihan secara kata mistik atau mystic (Inggris) yang
terus menerus. Yoga merupakan cara berarti tersembunyi, gaib, atau jalan
untuk mencapai keselarasan antara rohani menuju Tuhan. Dalam
164
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
165
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
Vacanamrtam Part 14) dalam karena sang yogi terlena dan terbuai
Psikologi Yoga, 1992. Apabila dalam kenikmatan, dan melupakan
perasaan estetik, didasarkan pada ilmu tujuannya yang sejati.
estetik yang indah, mencapai standar Dalam pengalaman religius
tertentu, itulah yang disebut mistisisme. tidak terlepas dari usaha yang
Dan ketika mistisisme ini mencapai dilakukan oleh setiap penekun yoga,
puncak kemuliaan manusia, atau dan setiap agamapun memiliki cara
puncak dari keagungan manusia, hal itu dalam memperoleh religius tersebut.
disebut sebagai spiritualitas. Mistisisme Berbagai teks keagamaan meresepkan
merupakan satu dari sekian banyak praktek meditasi untuk mencapai keadaan
keinginan manusia karena manusia kesadaran yang khas dari pengalaman
tidak pernah terpuaskan dengan sesuatu religius. Teks dari Yoga dan Tantra
menyebutkan metode fisik, nutrisi, etika,
yang terbatas sifatnya. Mereka tidak
dan meditasi yang spesifik untuk mencapai
pernah puas dengan sesuatu yang jenis tertentu pengalaman religius.
mempunyai batas. Dalam bahasa Berbagai cara lain tidak spesifik dari
Sansekerta dikatakan: Nalpe agama apapun termasuk meditasi maupun
sukhamasti bhunaeva sukhamasti berdoa dilakukan untuk menemukan
”Keinginan manusia tidak pernah pengalaman yang bersifat mistis. Doa
terpuaskan dengan sesuatu yang merupakan gejala yang umum yang
terbatas, kelaparan manusia tidak ditemukan dalam semua agama. Dalam
terpuaskan oleh sesuatu yang terbatas”. berbagai macam bentuknya, doa
Dengan demikian, dalam usaha muncul dari kecenderungan kodrati
mencari ketidak-terbatasan, pertama manusia untuk memberikan uangkapan
sekali manusia melakukan hubungan dari pikiran dan rasa dalam
dengan ilmu estetik. hubungannya dengan Tuhan.
Ilmu estetik tidak selalu berarti Sebagaimana manusia dalam
nendapatkan sesuatu yang menghadapi kehidupan, apapun yang
menyenangkan; mungkin juga berarti muncul dalam pikiran dan itu di ulang-
mendapatkan sesuatu yang ulang secara terus menerus baik itu
menyulitkan. Pada hal inilah terjadinya bersifat positif naupun negatif, bagi
sebuah polarisasi, dimana proses seseorang yang sedang menjalakan
pengalaman religius setiap penekun sadhāna keseluruhan dari pengulangan
yoga tanpa melihat perbedaan dari pikiran itu merupakan bagian dari
sebuah faktor utama. Namun yang kekuatan doa.
menjadi inti dari seorang yang ingin Sebagaimana manusia
memasuki pintu yoga untuk tujuan berkomunikasi secara kodrati dengan
mencapai realisasi diri. Tanpa terlalu manusia-manusia lain dengan
berorientasi dan terlena pada keinginan berbicara, demikian pula ia menyapa
untuk mendapatkan pengalaman mistik Tuhan dengan cara yang sama, sesuai
berupa kepemilikan siddhi (kekuatan dengan kepercayaan dan keyakinannya.
gaib). Sebab kepemilikan siddhi Doa merupakan suatu tindakan
(kekuatan gaib) tidak jarang dapat rekolektif, artinya dengan itu manusia
membawa seorang pencari realitas menetapkan dan memupuk kesatuan
sejati atau sang yogi kepada dengan Tuhan. Doa merupakan bentuk
kemunduran dari tujuan semula yaitu pemujaan universal, dengan diam
realisasi diri yang sesungguhnya, ataupun dengan suara, pribadi maupun
166
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
167
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
168
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
pribadi akan membuat jiwa manusia aspek moral sebagai fungsi kontrol
“gersang” dan selalu terasa “ada yang (Pilliang, 2004:19).
kurang”. Lebih jauh dijelaskan, ada Kehidupan yang terlalu
lima dimensi spiritualitas dalam Hindu: berorientasi pada kemajuan dalam
spiritualitas yang nyata, meliputi (1) bidang material untuk pemenuhan
Tuhan (Brahman); (2) Atman (Sang kebutuhan biologis selalu
Diri Sejati), (3) Rsi, Veda, Avatara; (4) menelantarkan supra empiris manusia,
Karma-phala; (5) Moksha (Yudiantara, sehingga terjadi pemiskinan rohani
2009: 51-57). Kelima dimensi tersebut dalam dirinya. Kondisi ini sangat
merupakan dasar hidup seorang Hindu, penting bagi perkembangan
yang mampu memberikan kesegaran kepribadian yang terekspresikan dalam
secara nyata dan menyeluruh. suasana psikologis yang kurang
Suryadiputra (1993: 132-133) sesuai nyaman, seperti perasaan cemas,
dengan aliran spiritualismus perasaan terasing, stres dan terjadinya
mengemukanan bahwa, semua keadaan penyimpangan moral atau sistem nilai.
di dalam alam terjadi roh, sukma, jiwa, Gaya hidup modern di negara-negara
budi yang tak terbentuk dan menempati industri menunjukkan munculnya
ruang. Orang-orang yang yakin berbagai problem sosial dan personal
terhadapnya roh dalam ajaran agama yang cukup kompleks. Problem
Hindu di Bali dikodifikasi didalam tersebut seperti: (1) ketegangan fisik
ajaran Panca Sradha. dan psikis; (2) kehidupan yang serba
Di era globalisasi seperti rumit; (3) kekhawatiran atau
sekarang ini, kehidupan manusia kecemasan akan masa depan; (4) makin
semakin terjebak dalam hal-hal yang tidak manusiawinya hubungan antar
bersifat duniawi. Manusia cendrung individu; (5) rasa terasingnya dari
sangat mudah diikat oleh harta, anggota keluarga dan masyarakat
kekuasaan, dan ambisi yang begitu lainnya; (6) renggangnya hubungan
besar sehingga kadang ada kekosongan kekeluargaan; (7) terjadinya
dan kekurangan yang dirasa dalam penyimpangan moral dan sistem nilai;
dirinya. Hanya harta, kekuasaan dan dan (8) hilangnya identitas diri (Yusuf,
ambisi dipandang mampu memenuhi 2004: 79).
emosi, egositas dan jasmani manusia, Untuk itu dibutuhkan polarisasi
sementara hal terpenting yang harusnya bagi manusia untuk kembali kepada
diutamakan jarang mendapatkan hakikat hidupnya di dunia sebagai
perhatian, hal itu adalah jiwa dan makhluk Tuhan, makhluk sosial,
kebutuhan rohani manusia. Proses makhluk individu dan kewajibannya
global dengan kecepatan tanpa kendali melanjutkan peradaban. Selain itu
tersebut tidak seimbang dengan manusia hendaknya kembali pada
kemampuan manusia dalam menerima tujuan hidup yang tertinggi, yaitu
dan mencerna, sehingga manusia kebahagiaan. Salah satu cara yang bisa
dihadapkan dengan berbagai tekanan, dilakukan adalah dengan Yoga, karena
seperti: tekanan psikis, tekanan mampu menjalankan prinsip
perseptual, tekanan sosial, tekanan pengembangan potensi spiritualitas
moral, dan tekanan spiritual yang yang dimiliki manusia, manusia harus
menyebabkan manusia kehilangan berpikir positif, dengan mengubah
keadaan mulai diri sendiri. Sebagai
169
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
manusia seutuhnya, manusia terdiri itu adalah penyatuan seperti air dan
dari tiga dimensi yaitu dimensi fisik, gula, dan tidak semata-mata
dimensi mental dan dimensi spiritual, penambahan seperti dua ditambah dua.
untuk pengembangan aspek Jadi tilik tolaknya adalah perasaan
kepribadian. estetik atau ilmu estetik. Titik
Yoga menurut Maha Rsi kulminasi, tegasnya, dari titik
Patanjali merupakan ajaran praktek kulminasi, bermula gerakan menuju
yang dapat dilakukan dengan jalan Pesona Yang Maha Agung.
astangga yoga, yaitu delapan tahapan Dalam polarisasi yoga tujuan
yoga: (1) yama; (2) niyama; (3) Pesona Yang Maha Agung, manusia
pranayama; (4) asanas; (5) prathyahara; akan menyatu dengan Entitas
(6) dharana; (7) dhyana; dan (8) Tertinggi, yang berkedudukan di atas
samadhi (Saraswati, 2005:45). segala yang ada. Gerakan seperti ini
Sebagaimana halnya spiritualitas bagi yoga, yakni penyatuan unit dengan
melakukan hubungan dengan ketidak- yang Tertinggi, keterbatasan dan
terbatasan, dengan kata lain ketidak-terbatasan, merupakan suatu
keterbatasan melakukan hubungan kewajiban bagi setiap manusia.
dengan ketidak-terbatasan, maka hal Struktur fisik dan psikis manusia
semacam ini disebut "Yoga". Yoga adalah paling cocok untuk tujuan ini.
berarti kesatuan bergerak dalam Hewan dan tumbuhan berperilaku
mencari ketidak-terbatasan, sesuai dengan naluri bawaan mereka.
keterbatasan gerak menuju ketidak- Hewan dan tumbuhan secara mental
terbatasan, dalam cara mistik. Dalam belum berkembang, dan ini disebabkan
bahasa Sansekerta, Yoga berarti karena otak mereka juga belum
"penambahan". Sebagai contoh, dua berkembang. Tempurung kepala
tambah dua sama dengan empat. Tetapi mereka sangat kecil dan hanya cukup
dalam dunia mistik, bagi seorang yang untuk porsi kesadaran bagi mereka,
ingin mencapai tujuan mistik, Yoga tidak adanya bagi lingkup bawah-sadar
tidak hanya berarti penambahan; tetapi atau supra-sadar dari pikiran mereka.
di sini yoga berarti juga "penyatuan". Tumbuhan mendapatkan kegembiraan
Bagaimanakah bentuk penyatuan itu? manakala naluri bawaan mereka
Ia seperti air dan gula. Katakanlah dua terdorong atau terangsang, dan akan
apel ditambah dua apel, dalam mendapatkan kesedihan bila naluri
pengertian penambahan hanya ada satu bawaannya kehilangan rangsangan atau
apel, kemudian dua apel, tiga apel, dan tertekan. Inilah cara kerja otak atau
empat apel. Masing-masing apel tetap pikiran dari tumbuh-tumbuhan dan
mempunyai individualitas dan hewan berfungsi. Tetapi dalam kasus
identitasnya sendiri-sendiri. Identitas psikologi manusia, gerakan psiko-
masing-masing apel tetap tidak berubah spiritual manusia tidak dapat ditekan,
sebelum dan sesudah penambahan. tidak bisa diperiksa. Di sana terletak
Dalam hal penyatuan, yakni dalam kekhususan dari eksistensi manusia.
contoh air dan gula, gula sudah tidak Polarisasi yoga tidak lepas dari
memiliki identitasnya sebab ia telah aktivitas yang dilakukan oleh setiap
menyatu dengan air. Ini merupakan masyarakat yang mengarah ke
penyatuan. Dalam dunia mistis, Yoga spiritualitas tanpa melihat suku, adat
berarti penyatuan seperti itu. Penyatuan istiadat, ras maupun agamanya. Teori
170
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
171
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
dan menyembah makhluk ilahi. Ajaran cepat maju dalam melaksanakan Yoga
ini merupakan kewajiban harian pada umumnya. Dengan yama dan
menuju kesucian untuk datang kepada niyama seseorang dapat mewujudkan
Tuhan. Praktik-praktik ini berkaitan Cittasuddhi atau Atmasuddhi (kesucian
dengan perilaku pribadi seseorang, hati).
berbeda dengan moralitas sosial yang Sesuai dengan pandangan
merupakan dasar dari ketaatan Yama. weber tentang historis moralitas
Dengan melaksanakan ajaran ini baik- manusia, setiap kelahiran kedunia dia
baik orang akan dapat menemukan selalu membawa dua hal yang dikotomi
dirinya sendiri, karena kabut kegelapan atau paradoks. kecendrungan manusia
dunia menipis. Niyama terdiri dari lima menyikapi hidup dan kehidupannya
bagian seperti tersebut dalam menuju ke arah evolusi yang akan
Yogasūtra Patañjali (dalam Saraswatī, menghantarkan setiap karma akan
2005: 290) sebagai berikut. menuju keranah kebaikan,
Ṡauca saṁtoṣa tapaḥ penyempurnaan, pemuliaan dan pada
swādhyāyeṡwara praṇidhāni niyamaḥ akhirnya akan mencapai pembebasan.
(Yogasūtra, II. 32). Sedangkan ranah degradasi
Terjemahan : kecendrungan setiap karma akan
Pemurnian internal dan berbuah pada keburukan bahkan ada
eksternal (ṡauca), kepuasan dalam titik nadir kegelapan hidup.
(kesejahteraan; Saṁtoṣa), Manusia dalam ranah
kesederhanaan (tapaḥ); belajar spiritualitasnya berpegang teguh
sendiri (swādhyāya), dan kepada prinsip kemurnian moral dalam
penyerahan dari pada Tuhan rangka membangkitkan sifat-sifat
(Īṡwara praṇidhāna) semuanya ketuhanan dalam dirinya melalui
ini termasuk kepatuhan yang latihan yoga. Disinilah aspek
mantap (Niyama). kebudayaan memiliki peran penting
sebagai penanaman nilai-nilai dasar
Yama dan niyama sadhāna dalam masyarakat, nilai disini seperti
telah menggariskan ideologi moral keindahan (nilai estetika), kemerdekaan
sedemikian rupa sehingga mampu (nilai politik), persaudaraan (nilai
menumbuhkembangkan, dan keagamaan) dan seterusnya. Dengan
melengkapi manusia dengan daya demikian, empat prinsip yang harus
kemampuan serta inspirasi untuk diikuti oleh praktisi yoga dalam
bergerak maju di dalam jalan kehidupan sehari-hari menurut
kerohanian moralitas tergantung Patañjali yaitu maītri (memperlakukan
daripada daya upaya untuk menjaga semua umat manusia sebagai teman
keseimbangan mental sesuai dengan dan memperlakukan penuh cinta
waktu, tempat dan pribadi. Dengan kasih), karuna (belas kasih), muditā
demikian, akan terdapat (tersenyum) dan upeksa (menghindar
keanekaragaman kode moral, namun dari orang yang jahat/tidak baik dan
sasarannya yang terakhir adalah tidak melawan dengan kekerasan)
tercapainnya kebahagiaan tertinggi (Somvir, 2009: 126). Dari pelatihan
yang sama sekali bebas dari hal-hal konsep-konsep ajaran yama dan
yang bersifat relatif. Mereka yang niyama kencendrungkan sifat-sifat
mantap dalam Yama dan Niyama akan rajasika seperti keangkuhan, sombong,
172
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
iri hati, menganggap diri yang benar kesadaran akan sang diri semakin halus
dan hal-hal yang lainnya cendrung yang akan mengantar seseorang
mulai melemah dan dipenuhi oleh sifat- menemukan dirinya.
sifat satwam yang penuh dengan cinta Prāṇayāma dapat diartikan
kasih. Dan dengan menetralkan sifat- sebagai suatu rangkaian teknik yang
sifat rajasika dengan latihan moralitas merangsang dan meningkatkan energi
kedamaian hati setiap peserta yang sangat penting, pada akhirnya
terbangun sehingga memiliki menimbulkan pengendalian yang
keakraban dan persemetonan sempurna pada aliran prāṇa dalam
(kekeluargaan) dengan peserta lain tubuh (Sarasvatī, 2002: 301).
sangat rukun, sekaligus merubah Prāṇayāma mempercepat
perilaku dirumah dan lingkungan perkembangan spiritual, dengan
kearah lebih baik. menumpuk banyak tenaga dalam, yang
kemudian dapat digunakan untuk
b. Physical training (latihan fisik) meningkatkan seseorang untuk
Jasmani dan rohani terjadi mencapai kesadaran yang lebih tinggi.
hubungan yang sangat erat dalam Secara historis sesuai
mistisisme yoga. Kegoncangan rohani penekanan weber, latihan fisik
akan membawa kegoncangan jasmani (physical training) yang meliputi āsana
dan demikian pula sebaliknya. Yang dan prāṇayāma memiliki
termasuk dalam latihan fisik dalam kecendrungan untuk memperoleh
mistisisme yoga dalam polarisasi kesehatan, kedamaian dan
gerakan spiritual yaitu āsana dan mengendalikan panca indra, pikiran
prāṇayāma. Āsana dan prāṇayāma serta badan. Sehingga dengan berāsana
menyembuhkan macam-macam dan prāṇayāma lebih tetap, mantap dan
penyakit, memberi kesehatan, stabil serta secara continue, akan lebih
menggiatkan bekerjanya pencernaan, mudah memusatkan pikiran dan
menguatkan urat-urat, meluruskan bermeditasi. Minat dan kemampuan
Sushumna Nadi (urat-urat kecil dalam untuk berlatih dipengaruhi oleh
Sungsum), menghapus keserakahan pergaulan serta lingkungan. Mengingat
dan membangun kundalini. bahwa perikelakuan manusia
Āsana adalah tujuan untuk mempunyai corak khusus, maka faktor-
mendiamkan gerak-gerak badan hingga faktor luaran geografi, iklim,
pikiran tak ada gangguan dari gerak pemaksaan dari luar, maupun umur,
gerik itu. Dengan tenangnya badan kelas sosial, tingkat pendidikan, jenis
orang dapat mengendalikan jalannya kelamin, dan lain-lain (Veeger, 1993:
nafas dan geraknya pikiran. Kamajaya 178).
(1998: 111), menjelaskan āsana berarti Kebudayaan lokalitas juga
sikap tubuh yang enak dilakukan, sangat mempengaruhi individu dalam
tekanan lembut dari sikap āsana yang berlatih, padahal secara jelas, yoga
tenang dalam jangka waktu tertentu dimulai berdasarkan kesadaran untuk
memperbaiki pengeluaran cairan melakukan latihan. Ini tidak terlepas
hormon yang mengakibatkan dari perilaku manusia yang
keseimbangan hormon, meningkatkan berkeinginan untuk bersama-sama atau
kesehatan fisik dan mental. Sehingga kolektif (prawrti) sebagai makhluk
āsana dapat menguasai badan maka sosial dan individual (niwrti) sebagai
173
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
174
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
175
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
176
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
177
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
178
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
179
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)
180
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474
181