Anda di halaman 1dari 20

MISTISISME YOGA :

POLARISASI GERAKAN SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT


LINTAS AGAMA
Oleh:
I Made Sugata
Pembantu Dekan II Fakultas Dharma Duta IHDN Denpasar

ABSTRAK
Mysticism is understood as one of the practice of esoteric (secret) that
aims to awaken the divine nature within oneself through yoga exercises. Yoga
practices include moral training, physical training, mental training and spiritual
training. When the yoga mysticism is a requirement by the public, there will be a
polarization of spirituality movement regardless of his religion. Religion is a
quest of mankind to God. Throughout the ages, mankind has always struggled in
his quest for the secret and essence behind this life, and religion is a means or a
connecting road and provides solutions to solve these problems.
Spiritual journey undertaken by many people in order to search for
meaning in a very individualistic modern life in a capitalist industrial society, as
well as the rapid global developments affecting human life to fill in the blanks
themselves. Thus, the approach described spirituality yoga mysticism in religious
experience, mysticism polarization form of yoga in the movement of spirituality
and mysticism influence of yoga in the interfaith community.

Keywords: Mysticism, polarization, religion and spiritual

I. PENDAHULUAN Fenomena yang terjadi karena


heterogenitas agama-agama setidaknya
Indonesia merupakan negara
secara normative berpeluang
dengan keragaman suku, agama, ras
melahirkan konflik di daerah-daerah
dan adat istiadat (SARA) bangsa yang
secara meluas, jika pola hubungan
luar biasa, memiliki potensi positif
sosial lintas agama yang dipraktikkan
seperti pariwisata dan potensi negatif
cenderung tertutup atau eksklusif
seperti konflik antar suku bangsa. Oleh
(Abdullah, 2008: 49). Lebih lanjut
karena itu pemahaman akan keragaman
dijelaskan, dengan pola hubungan
suku bangsa dengan kebudayaannya
sosial lintas agama yang didasari sikap
masing-masing menjadi penting. Untuk
inklusif, sikap ini relatif mampu
dapat memanfaatkan keragaman Suku
menjaga keharmonisan bahkan
Bangsa menjadi kekayaan Bangsa tentu
meredam bentuk-bentuk konflik baik
sangat diimpikan sebuah keadaan
yang berakibatkan oleh benturan
keteraturan dalam masyarakat. Untuk
hubungan keagamaan tertentu maupun
menciptakan keteraturan tersebut maka
faktor penyebab sosial lainnya. Oleh
dipandang perlu memahami konsep
karena itu, heterogenitas agama-agama
lintas budaya (cross cultural) dan
yang ada tidak menjadi persoalan,
diakhiri dengan perspektif
bahkan jika mampu mengelola,
multikultural dalam memahami
pluralitas agama-agama akan menjadi
keragaman di Indonesia.
kekayaan budaya yang tidak mudah

162
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

dipengaruhi olek aktor-aktor profokatif suatu sistem arti, nilai, bentuk


yang bisa melahirkan kerusuhan seperti organisasi sosial, sejarah, adat serta
terjadi di beberapa daerah. kebiasaan. Agama masuk dalam setiap
Manusia adalah makhluk yang lini kehidupan umatnya. Harsojo
terbatas, maka kebebasan yang dimiliki (dalam Agus, 2007: 202)
juga terbatas oleh kebebasan dari luar mengungkapkan sistem kepercayaan
diri maupun dalam diri. Kebebasan (religi) sebagai salah satu aspek
tersebut apabila tidak terkontrol akan kebudayaan di samping; (1) teknologi
menimbulkan kehancuran mental dan dan kebudayaan materil, (2) sistem
moral manusia, dan berdampak buruk ekonomi dan mata pencaharian, (3)
pada perkembangan peradaban organisasi sosial, (4) sistem
manusia itu sendiri. Peradaban manusia kepercayaan, dan kesenian. Agama
yang terus berkembang mengharuskan membentuk dan mewarnai sistem-
adanya proses adaptasi terhadap sistem budaya.
fenomena yang hadir dimana menuntut Agama menurut Glock dan R.
manusia untuk mengembangkan reaksi Stark (dalam suci, 2008: 1) mempunyai
mental dan emosional yang tidak lima dimensi, yakni: dimensi ritual,
terbatas. Hakikat kehidupan merupakan mistikal, ideologikal, intelektual, dan
suatu proses dan pemikiran manusia sosial. Dimensi ritual berkenaan
dalam mencapai kesempurnaan. Agama dengan upacara-upacara keagamaan.
sebagai suatu keyakinan yang mutlak Dimensi mistikal menunjukkan
diperlukan oleh manusia untuk pengalaman keagamaan yang meliputi
memperoleh kedamaian dan tiga aspek, yakni keinginan untuk
ketenangan dalam mencapai mencari makna hidup, kesadaran akan
kesempurnaan. Keyakinan terhadap kehadiran Yang Maha Kuasa (Tuhan)
kekuatan gaib dan supernatural dan takwa. Dimensi ideologikal
berpengaruh pada kehidupan manusia mengacu kepada serangkaian
dan terhadap segala gejala alam, yang kepercayaan yang menjelaskan
menimbulkan perilaku tertentu yang eksistensi manusia terhadap Tuhan dan
bersifat religius dan spiritual. Agama sesama makhluk Tuhan. Dimensi
disamping bersifat dogmatis, yang intelektual menunjukkan tingkat
mengandung ajaran moral dan pemahaman terhadap ajaran-ajaran
keimanan yang menuntun perilaku agama. Dimensi sosial, yakni
manusia, juga menjadi keperluan manifestasi ajaran agama dalam
mendasar dan hakiki bagi manusia, kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan
sehingga agama terdapat pada pendapat Glock dan R. Stark, realita
sepanjang jaman dan dalam segala yang terdapat dalam dimensi mistik
situasi. menunjukkan getaran intuisi yang
Agama memiliki peran yang mendalam dari pengalaman religius
sangat vital dalam kehidupan manusia.
masyarakat yang multikultur. Saranam (dalam Widana, 2011:
Multikultur adalah suatu masyarakat 6) menjelaskan bahwa agama dan
yang terdiri dari beberapa macam spiritual memiliki tujuan yang sama
kumunitas budaya dengan segala yaitu membantu manusia agar dapat
kelebihannya, dengan sedikit menjalani kehidupan yang penuh
perbedaan konsepsi mengenai dunia, dengan kebajikan. Namun dalam

163
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

kenyataannya agama sering gagal badan fisik, pikiran dan jiwa atau roh
menyampaikan visi ini dengan cara karena gerakan yoga dapat
yang bajik pula. Negara agama dan mempengaruhi fisik dan mental untuk
Negara yang mengharuskan menjadi sehat, sehingga jiwa
penduduknya pemeluk agama pun terkonsentrasi. Maka peranan yoga
memiliki penjara yang penuh dengan disini sangat jelas membawa pikiran
orang-orang beragama, yang taat menjadi tentram dan merenungkan
menjalankan perintah agama yang kebebasan jiwa yang abadi (Somvir,
paling dekat konotasinya dengan 2009: 17). Manusia mempunyai
beragama yaitu sembhayang. Di pengetahuan yang luas tentang dunia
penjarapun mereka taat sembhayang, luar, bagian-bagian luar tubuh manusia,
namun tidak berbanding lurus dengan tetapi hanya beberapa yang mengetahui
kebajikan kepribadiannya. Beberapa apa yang terjadi dalam hidup mereka,
orang menjadi exstrem dan termasuk jiwa (roh).
menyangkal kebutuhan akan agama, Minat terhadap mistisisme yoga
sedang yang lain mengadopsi cara makin meningkat yang memberikan
sendiri-sendiri dalam beragama seperti sebuah pengalaman religius bagi
penyerahan diri dan mistisisme. pelakunya. Gejala ini, dengan
Dinamika yang terjadi munculnya pemikiran-pemikaran yang
memunculkan sebuah paradigma spiritualistik, meningkatnya kelompok
masyarakat postmodern yang tidak dan lembaga spiritual, seperti
terlalu memperdulikan kebenaran dari Pasraman, Asram, Perguruan dan lain
suatu ajaran. Yang penting bagi mereka sebagainya. Kegiatan yang dilakukan
adalah ajaran tersebut mendatangkan sampai pada aktivitas yoga yang
perasaan nyaman dan kepuasan bersifat mistik. Ketika mistisisme yoga
spikologis. Perjalanan spiritual ini menjadi kebutuhan oleh
dilakukan oleh banyak orang dalam masyarakat, maka akan terjadi
rangka pencarian makna dalam polarisasi pergerakan spiritualitas tanpa
kehidupan modern yang sangat melihat agama yang dianutnya. Melalui
individualistik dalam masyarakat pendekatan spiritualitas akan diurai
industri yang kapitalis, serta mistisisme yoga dalam pengalaman
perkembangan global yang begitu cepat religius sebagai bahasan pertama.
mempengaruhi kehidupan manusia, Sebagai bahasan kedua, bentuk
dengan berkembanganya ilmu polarisasi mistisisme yoga dalam
pengetahuan dan teknologi. Hal ini gerakan spiritualitas. Terakhir,
memunculkan sebuah polarisasi atau bagaimana pengaruh mistisisme yoga
proses permikiran mengenai dalam masyarakat lintas agama.
spiritulalitas yang dapat meningkatkan
harkat dan martabat, baik dalam II. PEMBAHASAN
pemenuhan kebutuhan jasmani duniawi 2.1. Mistisisme yoga sebagai
maupun kebutuhan rohani. pengalaman religius
Pemenuhan kebutuhan jasmani Mistisisme adalah pengalaman
maupun rohani harus medapat kemistikan. Kemistikan berasal dari
perhatian dan dilakukan latihan secara kata mistik atau mystic (Inggris) yang
terus menerus. Yoga merupakan cara berarti tersembunyi, gaib, atau jalan
untuk mencapai keselarasan antara rohani menuju Tuhan. Dalam

164
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

Ensiklopedia Indonesia dikatakan menyatu dengan Tuhan. Mistisisme


bahwa mistik berarti keinginan orang merupakan jalan membuka alam gaib,
untuk mencapai hubungan mesra, yang tidak semua orang mampu
kekal, dan sempurna dengan Tuhan. menempuhnya. Untuk dapat mencapai
Inti sari mistisisme adalah kesadaran kesempurnaan dalam laku mistik,
akan adanya komunikasi dan dialog seseorang harus dapat melewati tangga-
antar roh manusia dengan Tuhan tangga berjenjang menuju penyatuan
dengan mengambil bentuk bersatu diri dengan Tuhan. Tangga-tangga
dengan Tuhan, dimana antara yang penghampiran menuju Tuhan harus
dicintai dengan yang mencintai dilewati oleh setiap orang yang
menjadi satu. Aspek rohaniah menjalani laku mistik, dan harus bisa
dinamakan dengan mysticism dalam menyingkirkan nafsu-nafsu lahiriah
bahasa Inggris. Hornby mengatakan (Zaehner, 2004: 8).
bahwa mysticism, adalah kepercayaan Sesuai dengan teori asal mula
atau pengalaman tentang kemistikan. religi dari E.B. Tylor (Kontjaraningrat,
Kemistikan adalah makna tersembunyi, 2009: 48), asal mula religi adalah
kekuatan spiritual yang menimbulkan kesadaran manusia akan adanya jiwa.
sikap kagum dan hormat. Mistisisme Kesadaran akan faham jiwa itu
juga berarti bahwa pengetahuan tentang disebabkan karena dua hal, yaitu (1)
Tuhan dan kebenaran hakiki hanya perbedaan yang tampak pada manusia
mungkin didapatkan melalui yoga dan antara hal-hal yang hidup dan hal-hal
meditasi atau perenungan spiritual, yang mati; (2) Peristiwa mimpi.
tidak melalui pikiran dan tanggapan Bertitik tolak dari pemikiran Tylor,
panca indera. Mistik adalah aspek mistisisme dipahami sebagai
esoteris dari penghayatan seseorang pengalaman religius yang merupakan
atau suatu organisasi yang disebabkan pengalaman dalam keadaan transcend
oleh ketaatan spiritual (Hornby, atau dalam kondisi menyadari akan
1984:559). ketidak sadaran diri
Menurut Bouyer, kata sifat (ancounciousness), menuju keberadaan
mistik digunakan dalam tiga konteks, Tuhan (counciousness). Pengalaman ini
yaitu: (1) digunakan ketika berbicara sebagai kebutuhan ketenangan secara
mengenai kitab suci. Kitab suci psikologis dan spiritual untuk
tersebut, mistik sifatnya karena kitab membangkitkan perasaan ingin
tersebut memuat misteri; (2) meningkatkan kerohanian dan
menyangkut misteri iman; dan (3) memurnikan melalui yoga. Dengan
menyangkut pengalaman religius, mencapai kesempurnaan dalam laku
pengalaman rohani, sebagaimana mistik seseorang harus melalui tangga-
dipertentangkan dengan pengalaman tangga kejenjang menuju penyatuan
ragawi, sehingga disebut pengalaman diri dengan Tuhan. Tangga-tangga
mistik (Johnston, 2001:35). penghampiran menuju Tuhan harus
Menurut Zaehner, mistisisme dilewati dengan menyingkirkan nafsu-
dideskripsikan sebagai sikap hidup, nafsu lahiriah yang menggerakan
permasalahan hati, sebuah hubungan pikiran.
dengan Tuhan. Jadi, mistisisme adalah Dalam hubungan mistik dengan
pengulatan diri mencari cahaya, yoga di paparkan oleh Istambul, 14
petunjuk, jalan dan upaya untuk September 1979 (Ananda

165
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

Vacanamrtam Part 14) dalam karena sang yogi terlena dan terbuai
Psikologi Yoga, 1992. Apabila dalam kenikmatan, dan melupakan
perasaan estetik, didasarkan pada ilmu tujuannya yang sejati.
estetik yang indah, mencapai standar Dalam pengalaman religius
tertentu, itulah yang disebut mistisisme. tidak terlepas dari usaha yang
Dan ketika mistisisme ini mencapai dilakukan oleh setiap penekun yoga,
puncak kemuliaan manusia, atau dan setiap agamapun memiliki cara
puncak dari keagungan manusia, hal itu dalam memperoleh religius tersebut.
disebut sebagai spiritualitas. Mistisisme Berbagai teks keagamaan meresepkan
merupakan satu dari sekian banyak praktek meditasi untuk mencapai keadaan
keinginan manusia karena manusia kesadaran yang khas dari pengalaman
tidak pernah terpuaskan dengan sesuatu religius. Teks dari Yoga dan Tantra
menyebutkan metode fisik, nutrisi, etika,
yang terbatas sifatnya. Mereka tidak
dan meditasi yang spesifik untuk mencapai
pernah puas dengan sesuatu yang jenis tertentu pengalaman religius.
mempunyai batas. Dalam bahasa Berbagai cara lain tidak spesifik dari
Sansekerta dikatakan: Nalpe agama apapun termasuk meditasi maupun
sukhamasti bhunaeva sukhamasti berdoa dilakukan untuk menemukan
”Keinginan manusia tidak pernah pengalaman yang bersifat mistis. Doa
terpuaskan dengan sesuatu yang merupakan gejala yang umum yang
terbatas, kelaparan manusia tidak ditemukan dalam semua agama. Dalam
terpuaskan oleh sesuatu yang terbatas”. berbagai macam bentuknya, doa
Dengan demikian, dalam usaha muncul dari kecenderungan kodrati
mencari ketidak-terbatasan, pertama manusia untuk memberikan uangkapan
sekali manusia melakukan hubungan dari pikiran dan rasa dalam
dengan ilmu estetik. hubungannya dengan Tuhan.
Ilmu estetik tidak selalu berarti Sebagaimana manusia dalam
nendapatkan sesuatu yang menghadapi kehidupan, apapun yang
menyenangkan; mungkin juga berarti muncul dalam pikiran dan itu di ulang-
mendapatkan sesuatu yang ulang secara terus menerus baik itu
menyulitkan. Pada hal inilah terjadinya bersifat positif naupun negatif, bagi
sebuah polarisasi, dimana proses seseorang yang sedang menjalakan
pengalaman religius setiap penekun sadhāna keseluruhan dari pengulangan
yoga tanpa melihat perbedaan dari pikiran itu merupakan bagian dari
sebuah faktor utama. Namun yang kekuatan doa.
menjadi inti dari seorang yang ingin Sebagaimana manusia
memasuki pintu yoga untuk tujuan berkomunikasi secara kodrati dengan
mencapai realisasi diri. Tanpa terlalu manusia-manusia lain dengan
berorientasi dan terlena pada keinginan berbicara, demikian pula ia menyapa
untuk mendapatkan pengalaman mistik Tuhan dengan cara yang sama, sesuai
berupa kepemilikan siddhi (kekuatan dengan kepercayaan dan keyakinannya.
gaib). Sebab kepemilikan siddhi Doa merupakan suatu tindakan
(kekuatan gaib) tidak jarang dapat rekolektif, artinya dengan itu manusia
membawa seorang pencari realitas menetapkan dan memupuk kesatuan
sejati atau sang yogi kepada dengan Tuhan. Doa merupakan bentuk
kemunduran dari tujuan semula yaitu pemujaan universal, dengan diam
realisasi diri yang sesungguhnya, ataupun dengan suara, pribadi maupun

166
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

umum, spontan maupun menurut langsung yang memiliki akses langsung


aturan (Dhavamony, 1995: 241). menuju kepada yang sejati (Rama,
Karena doa merupakan ungkapan 2005: 73).
religius yang paling khas dan satu- Latihan spiritual melalui yoga
satunya tindakan religius yang berlaku membawa dan memberikan manfaat
untuk semua agama. yang besar dalam merubah manusia
Dari pernyataan diatas, menjadi lebih baik dan kesadaran
sekarang doa merupakan ekspresi secara spiritualitas. Ini terbukti dari
keinginan manusia yang paling perubahan yang tampak dari cara
berkembang dan paling berharga, jadi pandang dalam berpikir kehidupan
tahap pertama dari doa adalah dimana yang santai dan menjalani yang ada.
seseorang mengekspresikan dirinya Memang sangat sulit untuk mengetahui
melalui berbagai macam seni dan ilmu barometer yang jelas terkait kesadaran
pengetahuan. Titik akhir dari segala spiritual sebagai pengalaman religius.
dan titik final dari segala cabang ilmu Tentang asal mula religius manusia,
adalah sumber tertinggi, sumber yang yaitu bahwa pangkal religius adalah
kekal bagi semua energi, kedudukan suatu “emosi” atau suatu “getaran
tertinggi dari semua energi. Mistisisme jiwa” yang timbul karena kekaguman
yang merupakan pengalaman rahasia, manusia terhadap hal-hal dan gejala-
gaib dalam hubungan dengan Tuhan, gejala tertentu yang sifatnya luar biasa
dipahami sebagai pengalaman religius. (Kontjaraningrat, 2009:61).
Makna dari pengalaman tersebut hanya Menurut Suryadiputra (1993:
dapat dirasakan oleh mereka atau 248), harus diingat bahwa budi dan
masyarakat yang telah mengalami, kecerdikan rohani tidak dapat di ukur
sehingga hanya ada di dalam perasaan dengan pengetahuan kita yang
yang paling dalam yang sifatnya sangat diperoleh di dalam kesadaran, dan apa
personal bagi masyarakat, termasuk yang diketahui oleh jasmani, oleh
masyarakat yang mengikuti yoga. rohani diketahui lebih dahulu, dan apa
Dalam mistisisme yoga, yang diketahui oleh rohani tetap
kebenaran spiritual tidak memerlukan merupakan rahasia bagi jasmani.
saksi dari luar dalam pengalaman Namun hal itu bisa ditangkap dari
religius yang dialami. Karena, pendapat perubahan perilaku peserta yang sudah
orang lain bukanlah penentu sebuah mengarah ke konsep Tri Kaya
kenenaran. Ketika telah menyadari Parisudha (berpikir, berkata dan
kebenaran secara langsung maka tidak bertindak yang suci). Ketika sifat-sifat
perlu menanyakannya kepada tetangga kedewataan seperti welas asih memiliki
atau yang lain apakah pengalaman dominasi dalam kesehariannya makan
yang dimiliki adalah kebenaran atau kesadaran akan spiritualitas dirinya
tidak. Juga tidak perlu mencari mulai terbangun. Disaat spiritual diri
pembenaran dalam kitab suci. Selama terbangun makan berbagai godaan,
masi meragukan, maka itu berarti baik secara diri maupun lingkungan
belum mengetahui. Jalanilah lebih jauh akan bermunculan. Kenapa
jalan pengalaman ini hingga bermunculan? Ini merupakan sebuah
menemukan keadaan dimana semua konstruksi alam semesta sejauh mana
tampak jelas, hingga semua keraguan kita mampu menjaga kesadaran itu
terleburkan. Hanya pengalaman secara realitas dalam pemahaman

167
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

mistikal. Seperti contoh, dalam hal Spiritualitas adalah


meditasi, rasa malas akan muncul hubungannya dengan Yang Maha
sekali waktu atau beberapa waktu. Kuasa dan Maha pencipta, tergantung
Dimana saat malas itulah manusia diuji dengan kepercayaan yang dianut oleh
untuk melakukan meditasi dalam individu dan bersifat abstrak.
sadhāna dan memiliki nilai lebih tinggi Menemukan sesuatu sebuah kesadaran
dan semacam ujian sadhāna. Dengan yang tujuannya mencapai spiritualitas
menjalankan kedisiplinan tersebut yang sejati, tidaklah semudah seperti
bahwa pada dasarnya kita sudah sadar membalikan telapak tangan. Bagaikan
akan spiritualitas dan kesuksesan dalam diam menghasilkan sesuatu untuk
sadhāna.Satu dari sekian banyak orang banyak dibandingkan bergerak
keuntungan sadhāna adalah mejaga tapi tidak ada apa-apanya.
pikiran agar bebas dari penyakit psikis Pergerakan dari perjalanan
dan mendorong perkembangan pikiran spiritual setiap orang akan menemui
yang wajar ke arah spiritualitas. jalan yang panjang dan berliku-liku
Pada tingkat kesempurnaan seperti, keteguhan, kesabaran,
yang disebut samadhi, pikiran ketulusan, kebaktian dan sifat-sifat
seseorang sepenuhnya tenang, bebas manusia yang universal terhadap
dari kegiatan mentalitas duniawi kehidupan yang holistiklah yang akan
dengan mempraktekkan yoga. Hal ini mampu merubah menjadikan sebuah
ditandai oleh kemampuan seseorang polarisasi sikap manusia dalam
melihat sang diri dengan pikiran yang menanggapi sendi-sendi kehidupan
suci dan ia merasakan kebahagiaan menuju spiritualitas. Tanpa melihat
dalam dirinya. Dalam keadaan riang adanya sekat-sekat baik agama, suku,
tersebut, kebahagiaan rohani tidak adat-istiadat, ras, warna kulit, kasta
terbatas, dan dia berpuas hati melalui maupun hal-hal yang lain yang
indera-indera rohani. Dengan mantap ia memunculkan pembanding setiap
tidak pernah menyimpang dari manusia. Yang paling penting dalam
kebenaran, dan menganggap bahwa setiap jalan adalah kejujuran, ketaatan,
tidak ada keuntungan yang lebih agung kebenaran dan kesetiaan pada jalan
daripada itu. Dalam keadaan seperti itu yang ditempuhnya. Dengan unsur
orang tidak pernah tergoyahkan, kebersamaan dan kesamaan adalah
walaupun berada di tengah kesulitan sebuah mutlak menjadikan setiap
yang paling besar sekalipun. Dalam manusia ditekankan dalam menempuh
tingkat kesadaran seperti itu hanya jalan spiritualitas.
akan ada satu yang terucap, terlihat, Menurut Yudiantara (2009: 14)
terdengar dan terasa, yaitu indah. spiritualitas sebenarnya bukanlah
Kahlil Gibran (dalam Vashdev, 2009: sebuah sampingan yang kita perlukan
212) menulisnya dengan, “ketika kamu dalam hidup, namun boleh saja kita
mencapai inti kehidupan, kamu akan abaikan. Namun spiritualitas adalah
menemukan keindahan dalam semua kebutuhan pokok yang teramat
hal, bahkan di mata yang tidak melihat dibutuhkan manusia. Yang kalau
keindahan itu”. spiritualitas ini tidak ada maka
terjadilah dunia yang carut marut
2.2. Bentuk polarisasi mistisisme seperti sekarang. Dan kurangnya
yoga dalam gerakan spiritualitas kecerdasan spiritual (SQ) secara

168
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

pribadi akan membuat jiwa manusia aspek moral sebagai fungsi kontrol
“gersang” dan selalu terasa “ada yang (Pilliang, 2004:19).
kurang”. Lebih jauh dijelaskan, ada Kehidupan yang terlalu
lima dimensi spiritualitas dalam Hindu: berorientasi pada kemajuan dalam
spiritualitas yang nyata, meliputi (1) bidang material untuk pemenuhan
Tuhan (Brahman); (2) Atman (Sang kebutuhan biologis selalu
Diri Sejati), (3) Rsi, Veda, Avatara; (4) menelantarkan supra empiris manusia,
Karma-phala; (5) Moksha (Yudiantara, sehingga terjadi pemiskinan rohani
2009: 51-57). Kelima dimensi tersebut dalam dirinya. Kondisi ini sangat
merupakan dasar hidup seorang Hindu, penting bagi perkembangan
yang mampu memberikan kesegaran kepribadian yang terekspresikan dalam
secara nyata dan menyeluruh. suasana psikologis yang kurang
Suryadiputra (1993: 132-133) sesuai nyaman, seperti perasaan cemas,
dengan aliran spiritualismus perasaan terasing, stres dan terjadinya
mengemukanan bahwa, semua keadaan penyimpangan moral atau sistem nilai.
di dalam alam terjadi roh, sukma, jiwa, Gaya hidup modern di negara-negara
budi yang tak terbentuk dan menempati industri menunjukkan munculnya
ruang. Orang-orang yang yakin berbagai problem sosial dan personal
terhadapnya roh dalam ajaran agama yang cukup kompleks. Problem
Hindu di Bali dikodifikasi didalam tersebut seperti: (1) ketegangan fisik
ajaran Panca Sradha. dan psikis; (2) kehidupan yang serba
Di era globalisasi seperti rumit; (3) kekhawatiran atau
sekarang ini, kehidupan manusia kecemasan akan masa depan; (4) makin
semakin terjebak dalam hal-hal yang tidak manusiawinya hubungan antar
bersifat duniawi. Manusia cendrung individu; (5) rasa terasingnya dari
sangat mudah diikat oleh harta, anggota keluarga dan masyarakat
kekuasaan, dan ambisi yang begitu lainnya; (6) renggangnya hubungan
besar sehingga kadang ada kekosongan kekeluargaan; (7) terjadinya
dan kekurangan yang dirasa dalam penyimpangan moral dan sistem nilai;
dirinya. Hanya harta, kekuasaan dan dan (8) hilangnya identitas diri (Yusuf,
ambisi dipandang mampu memenuhi 2004: 79).
emosi, egositas dan jasmani manusia, Untuk itu dibutuhkan polarisasi
sementara hal terpenting yang harusnya bagi manusia untuk kembali kepada
diutamakan jarang mendapatkan hakikat hidupnya di dunia sebagai
perhatian, hal itu adalah jiwa dan makhluk Tuhan, makhluk sosial,
kebutuhan rohani manusia. Proses makhluk individu dan kewajibannya
global dengan kecepatan tanpa kendali melanjutkan peradaban. Selain itu
tersebut tidak seimbang dengan manusia hendaknya kembali pada
kemampuan manusia dalam menerima tujuan hidup yang tertinggi, yaitu
dan mencerna, sehingga manusia kebahagiaan. Salah satu cara yang bisa
dihadapkan dengan berbagai tekanan, dilakukan adalah dengan Yoga, karena
seperti: tekanan psikis, tekanan mampu menjalankan prinsip
perseptual, tekanan sosial, tekanan pengembangan potensi spiritualitas
moral, dan tekanan spiritual yang yang dimiliki manusia, manusia harus
menyebabkan manusia kehilangan berpikir positif, dengan mengubah
keadaan mulai diri sendiri. Sebagai

169
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

manusia seutuhnya, manusia terdiri itu adalah penyatuan seperti air dan
dari tiga dimensi yaitu dimensi fisik, gula, dan tidak semata-mata
dimensi mental dan dimensi spiritual, penambahan seperti dua ditambah dua.
untuk pengembangan aspek Jadi tilik tolaknya adalah perasaan
kepribadian. estetik atau ilmu estetik. Titik
Yoga menurut Maha Rsi kulminasi, tegasnya, dari titik
Patanjali merupakan ajaran praktek kulminasi, bermula gerakan menuju
yang dapat dilakukan dengan jalan Pesona Yang Maha Agung.
astangga yoga, yaitu delapan tahapan Dalam polarisasi yoga tujuan
yoga: (1) yama; (2) niyama; (3) Pesona Yang Maha Agung, manusia
pranayama; (4) asanas; (5) prathyahara; akan menyatu dengan Entitas
(6) dharana; (7) dhyana; dan (8) Tertinggi, yang berkedudukan di atas
samadhi (Saraswati, 2005:45). segala yang ada. Gerakan seperti ini
Sebagaimana halnya spiritualitas bagi yoga, yakni penyatuan unit dengan
melakukan hubungan dengan ketidak- yang Tertinggi, keterbatasan dan
terbatasan, dengan kata lain ketidak-terbatasan, merupakan suatu
keterbatasan melakukan hubungan kewajiban bagi setiap manusia.
dengan ketidak-terbatasan, maka hal Struktur fisik dan psikis manusia
semacam ini disebut "Yoga". Yoga adalah paling cocok untuk tujuan ini.
berarti kesatuan bergerak dalam Hewan dan tumbuhan berperilaku
mencari ketidak-terbatasan, sesuai dengan naluri bawaan mereka.
keterbatasan gerak menuju ketidak- Hewan dan tumbuhan secara mental
terbatasan, dalam cara mistik. Dalam belum berkembang, dan ini disebabkan
bahasa Sansekerta, Yoga berarti karena otak mereka juga belum
"penambahan". Sebagai contoh, dua berkembang. Tempurung kepala
tambah dua sama dengan empat. Tetapi mereka sangat kecil dan hanya cukup
dalam dunia mistik, bagi seorang yang untuk porsi kesadaran bagi mereka,
ingin mencapai tujuan mistik, Yoga tidak adanya bagi lingkup bawah-sadar
tidak hanya berarti penambahan; tetapi atau supra-sadar dari pikiran mereka.
di sini yoga berarti juga "penyatuan". Tumbuhan mendapatkan kegembiraan
Bagaimanakah bentuk penyatuan itu? manakala naluri bawaan mereka
Ia seperti air dan gula. Katakanlah dua terdorong atau terangsang, dan akan
apel ditambah dua apel, dalam mendapatkan kesedihan bila naluri
pengertian penambahan hanya ada satu bawaannya kehilangan rangsangan atau
apel, kemudian dua apel, tiga apel, dan tertekan. Inilah cara kerja otak atau
empat apel. Masing-masing apel tetap pikiran dari tumbuh-tumbuhan dan
mempunyai individualitas dan hewan berfungsi. Tetapi dalam kasus
identitasnya sendiri-sendiri. Identitas psikologi manusia, gerakan psiko-
masing-masing apel tetap tidak berubah spiritual manusia tidak dapat ditekan,
sebelum dan sesudah penambahan. tidak bisa diperiksa. Di sana terletak
Dalam hal penyatuan, yakni dalam kekhususan dari eksistensi manusia.
contoh air dan gula, gula sudah tidak Polarisasi yoga tidak lepas dari
memiliki identitasnya sebab ia telah aktivitas yang dilakukan oleh setiap
menyatu dengan air. Ini merupakan masyarakat yang mengarah ke
penyatuan. Dalam dunia mistis, Yoga spiritualitas tanpa melihat suku, adat
berarti penyatuan seperti itu. Penyatuan istiadat, ras maupun agamanya. Teori

170
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

Maslow tentang hierarki kebutuhan fisik, sedangkan dalam Rajayoga


manusia menunjukan adanya terdapat disiplin pikiran. Sehingga
kecenderungan manusia untuk bentuk polarisasi mistisisme yoga
memenuhi kebutuhan aktualisasi dalam gerakan spiritualitas dapat
dirinya (Widana, 2011: 4). Dalam dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
masyarakat lintas agama, spiritualitas
yang mampu menampung dan a. Moral training (latihan moral)
memenuhi harapan tentang makna yang Moralitas adalah dasar dari
lebih dalam dan sederhana namun ketinggian spiritual, namun bukanlah
secara tidak disadari memberikan puncak tujuan hidup rohani, dengan
manfaat baik scara fisik, mental dasar pijakan moral yang luhur serta
maupun spiritual seperti, cara duduk, melanjutkan tujuan perjuangan
cara bernafas, gerakan tangan (mudrā), mencapai kesadaran tertinggi akan
gerakan tubuh (asanas), tersenyum, diraih (Kamajaya, 1998: 45). Yama
tertawa, menangis, menulis, berteriak, (keseimbangan sosial) dan Niyama
menari, jalan kaki, mandi, makan, dan (Penyatuan pribadi) merupakan
tidur mendalam (savasnas). Aktivitas prasyarat yang sangat diperlukan dalam
yang tanpa disadari merupakan yoga sebagai latihan moralitas sebagai
bentuk polarisasi dari aktualisasi unsur kemurnian “suci nirmala tan
kehidupan keseharian yang berkaitan keneng papa klesa”. Karena Yama dan
erat dari konsep ajaran yoga. Niyama membangun kualitas moralitas
Aktivitas tersebut berpengaruh pada spiritualitas dengan berkesinambungan
pikiran manusia yang memiliki tiga abadi dalam Brahman.
tingkat: kasar (crude), halus (subtle) Yama adalah pengendalian diri
dan kausal (causal) dan ada tiga yang awal dan menampakkan
keadaan dalam eksistensi manusia: pengendalian diri dalam penampilan
keadaan sadar (wakeful), tidur (sleep), lahir. Yama dibagi atas lima bagian.
dan mimpi (dream) (Sarkar, 1992: 7). Dengan bagian-bagiannya ini maka
Bentuk dari polarisasi Yoga yama menjadi panca yama, sebagai
adalah jalan yang membawa penyatuan berikut.
dengan Tuhan Yang Maha Esa, melalui Ahimsā satyāsteya
pengekangan diri dan pengendalian diri brahmacaryāparigrahā yamāh.
dan pengendalian pikiran. Yoga
mengajarkan bagaimana Yogasūtra.II.30).
mengendalikan indria-indria dan vritti Terjemahan:
mental atau gejolak pikiran yang Yama (pengekangan diri) terdiri
muncul dari pikiran. Bagaimana dari tanpa kekerasan
mengembangkan konsentrasi dan (Ahimsā),kebenaran (satya),
bagaimana bergaul dan berprilaku tiada mencuri (asteya),
dengan Tuhan Yang Maha Esa. pembunjangan (selibat:
Mengingat bahwa manusia terdiri dari brahmacari), dan ketiadaan
tubuh, pikiran dan jiwa, gerakan keserakahan (aparigraha).
spiritual juga menemukan kedamaian
serta ketenangan pada pikiran dan yang Menurut Yogasūtra, Niyama
terakhir merasakan kebahagiaan jiwa. juga memiliki lima aspek: pemurnian,
Dalam Hathayoga terdapat disiplin kepuasan, malu, pembacaan suara suci,

171
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

dan menyembah makhluk ilahi. Ajaran cepat maju dalam melaksanakan Yoga
ini merupakan kewajiban harian pada umumnya. Dengan yama dan
menuju kesucian untuk datang kepada niyama seseorang dapat mewujudkan
Tuhan. Praktik-praktik ini berkaitan Cittasuddhi atau Atmasuddhi (kesucian
dengan perilaku pribadi seseorang, hati).
berbeda dengan moralitas sosial yang Sesuai dengan pandangan
merupakan dasar dari ketaatan Yama. weber tentang historis moralitas
Dengan melaksanakan ajaran ini baik- manusia, setiap kelahiran kedunia dia
baik orang akan dapat menemukan selalu membawa dua hal yang dikotomi
dirinya sendiri, karena kabut kegelapan atau paradoks. kecendrungan manusia
dunia menipis. Niyama terdiri dari lima menyikapi hidup dan kehidupannya
bagian seperti tersebut dalam menuju ke arah evolusi yang akan
Yogasūtra Patañjali (dalam Saraswatī, menghantarkan setiap karma akan
2005: 290) sebagai berikut. menuju keranah kebaikan,
Ṡauca saṁtoṣa tapaḥ penyempurnaan, pemuliaan dan pada
swādhyāyeṡwara praṇidhāni niyamaḥ akhirnya akan mencapai pembebasan.
(Yogasūtra, II. 32). Sedangkan ranah degradasi
Terjemahan : kecendrungan setiap karma akan
Pemurnian internal dan berbuah pada keburukan bahkan ada
eksternal (ṡauca), kepuasan dalam titik nadir kegelapan hidup.
(kesejahteraan; Saṁtoṣa), Manusia dalam ranah
kesederhanaan (tapaḥ); belajar spiritualitasnya berpegang teguh
sendiri (swādhyāya), dan kepada prinsip kemurnian moral dalam
penyerahan dari pada Tuhan rangka membangkitkan sifat-sifat
(Īṡwara praṇidhāna) semuanya ketuhanan dalam dirinya melalui
ini termasuk kepatuhan yang latihan yoga. Disinilah aspek
mantap (Niyama). kebudayaan memiliki peran penting
sebagai penanaman nilai-nilai dasar
Yama dan niyama sadhāna dalam masyarakat, nilai disini seperti
telah menggariskan ideologi moral keindahan (nilai estetika), kemerdekaan
sedemikian rupa sehingga mampu (nilai politik), persaudaraan (nilai
menumbuhkembangkan, dan keagamaan) dan seterusnya. Dengan
melengkapi manusia dengan daya demikian, empat prinsip yang harus
kemampuan serta inspirasi untuk diikuti oleh praktisi yoga dalam
bergerak maju di dalam jalan kehidupan sehari-hari menurut
kerohanian moralitas tergantung Patañjali yaitu maītri (memperlakukan
daripada daya upaya untuk menjaga semua umat manusia sebagai teman
keseimbangan mental sesuai dengan dan memperlakukan penuh cinta
waktu, tempat dan pribadi. Dengan kasih), karuna (belas kasih), muditā
demikian, akan terdapat (tersenyum) dan upeksa (menghindar
keanekaragaman kode moral, namun dari orang yang jahat/tidak baik dan
sasarannya yang terakhir adalah tidak melawan dengan kekerasan)
tercapainnya kebahagiaan tertinggi (Somvir, 2009: 126). Dari pelatihan
yang sama sekali bebas dari hal-hal konsep-konsep ajaran yama dan
yang bersifat relatif. Mereka yang niyama kencendrungkan sifat-sifat
mantap dalam Yama dan Niyama akan rajasika seperti keangkuhan, sombong,

172
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

iri hati, menganggap diri yang benar kesadaran akan sang diri semakin halus
dan hal-hal yang lainnya cendrung yang akan mengantar seseorang
mulai melemah dan dipenuhi oleh sifat- menemukan dirinya.
sifat satwam yang penuh dengan cinta Prāṇayāma dapat diartikan
kasih. Dan dengan menetralkan sifat- sebagai suatu rangkaian teknik yang
sifat rajasika dengan latihan moralitas merangsang dan meningkatkan energi
kedamaian hati setiap peserta yang sangat penting, pada akhirnya
terbangun sehingga memiliki menimbulkan pengendalian yang
keakraban dan persemetonan sempurna pada aliran prāṇa dalam
(kekeluargaan) dengan peserta lain tubuh (Sarasvatī, 2002: 301).
sangat rukun, sekaligus merubah Prāṇayāma mempercepat
perilaku dirumah dan lingkungan perkembangan spiritual, dengan
kearah lebih baik. menumpuk banyak tenaga dalam, yang
kemudian dapat digunakan untuk
b. Physical training (latihan fisik) meningkatkan seseorang untuk
Jasmani dan rohani terjadi mencapai kesadaran yang lebih tinggi.
hubungan yang sangat erat dalam Secara historis sesuai
mistisisme yoga. Kegoncangan rohani penekanan weber, latihan fisik
akan membawa kegoncangan jasmani (physical training) yang meliputi āsana
dan demikian pula sebaliknya. Yang dan prāṇayāma memiliki
termasuk dalam latihan fisik dalam kecendrungan untuk memperoleh
mistisisme yoga dalam polarisasi kesehatan, kedamaian dan
gerakan spiritual yaitu āsana dan mengendalikan panca indra, pikiran
prāṇayāma. Āsana dan prāṇayāma serta badan. Sehingga dengan berāsana
menyembuhkan macam-macam dan prāṇayāma lebih tetap, mantap dan
penyakit, memberi kesehatan, stabil serta secara continue, akan lebih
menggiatkan bekerjanya pencernaan, mudah memusatkan pikiran dan
menguatkan urat-urat, meluruskan bermeditasi. Minat dan kemampuan
Sushumna Nadi (urat-urat kecil dalam untuk berlatih dipengaruhi oleh
Sungsum), menghapus keserakahan pergaulan serta lingkungan. Mengingat
dan membangun kundalini. bahwa perikelakuan manusia
Āsana adalah tujuan untuk mempunyai corak khusus, maka faktor-
mendiamkan gerak-gerak badan hingga faktor luaran geografi, iklim,
pikiran tak ada gangguan dari gerak pemaksaan dari luar, maupun umur,
gerik itu. Dengan tenangnya badan kelas sosial, tingkat pendidikan, jenis
orang dapat mengendalikan jalannya kelamin, dan lain-lain (Veeger, 1993:
nafas dan geraknya pikiran. Kamajaya 178).
(1998: 111), menjelaskan āsana berarti Kebudayaan lokalitas juga
sikap tubuh yang enak dilakukan, sangat mempengaruhi individu dalam
tekanan lembut dari sikap āsana yang berlatih, padahal secara jelas, yoga
tenang dalam jangka waktu tertentu dimulai berdasarkan kesadaran untuk
memperbaiki pengeluaran cairan melakukan latihan. Ini tidak terlepas
hormon yang mengakibatkan dari perilaku manusia yang
keseimbangan hormon, meningkatkan berkeinginan untuk bersama-sama atau
kesehatan fisik dan mental. Sehingga kolektif (prawrti) sebagai makhluk
āsana dapat menguasai badan maka sosial dan individual (niwrti) sebagai

173
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

penyerahan diri. Disamping itu āsana memengendalikan pikiran, karena ia


memiliki nilai estetika kehidupan yang tidak dapat diam, selalu gelisah, pergi
sangat tinggi seperti kehidupan yang dan melompat-lompat ke mana-mana,
ada di dunia ini, sesuai dengan salah dari satu objek ke obyek yang lain.
satu unsur budaya yang diungkapkan Pikiran manusia mempunyai dua
Kluckohn yaitu kesenian. kecendrungan bawaan yang saling
Menurut Wariati (2009: 90), bertolak-belakang, satu perolehan dan
yoga selain sebagai suatu latihan fisik, yang lain adalah pengorbanan (Sarkar,
mental dan spiritual namun dalam 1992: 48). Semakin seseorang
gerakan-gerakan (āsana) yoga itu berkembang di jalur evolusi, maka
sendiri memiliki unsur keindahan yang kecendrungan kedua, yakni semangat
bisa dinikmati oleh panca indera. pengorbanan, semakin dominan pada
Setiap gerakan dalam yoga memang dirinya. Orang tersebut berkeinginan
bukan diciptakan sebagai suatu seni, untuk dapat memberikan kebahagian
namun di dalam yoga terdapat unsur mental kepada orang lain.
keindahan, baik gerakan yang berasl Dhārāṇā merupakan pemusatan
dari hewan, tumbuh-tumbuhan, alam pikiran secara mantap pada suatu
maupun manusia. Dalam obyek tertentu (Mawisnara, 1999: 166).
perkembangannya gerakan yoga mulai Dalam konsep ini konsentrasi yang
dipadukan dengan musik-musik atau tetap atau menetapkan cipta pada satu
ditambahkan dengan gerakan-gerakan “tempat” secara terfokus atau dalam
yang terlihat seperti tarian. Namun suatu wilayah mental yang dibatasi
gerakan yoga yang mulai dikreasikan (deṡa bandhaṡ cittasya dhārāṇā,
itu hanya sebagai untuk memperindah Yogasūtra, III. 1). Tempat disini
gerakan yoga tanpa menghilangkan dan dimaksudkan adalah obyek konsentrasi,
merubah gerakan-gerakan inti dari yakni chakra-chakra di dalam tubuh
yoga. halus manusia melalui manah
kesadaran yang lebih tinggi digali
c. Mental training (latihan mental) (Yudhiantara, 2006: 25).
Keseimbangan mental menjadi Dapat dipahami sesuai
suatu latihan yang berkaitan dengan pandangan weber dari dalam, yaitu
jiwa, batin atau kerohanian dalam sesuai dengan arti dan maksudnya,
mistisime yoga. Latihan mental seperti proses pratyāhāra dan dhārāṇā sebagai
melatih konsentrasi, menyeimbangkan gerbang historis untuk memasuki alam
emosi, menenangkan pikiran, serta kemistisan. Pengisi pikiran yang telah
positive thinking dalam memandang dikosongkan dari gangguan-gangguan
suatu keadaan. Secara istimewa, adalah mengisinya dengan ketertarikan
kemurnian mental membantu menjaga pada diri batin. Untuk itu, pemusatan
kesehatan seseorang. Terkait dengan batin merupakan sesuatu yang penting,
latihan mental dalam yoga hal ini seseorang yang bermeditasi berusaha
termasuk dalam pratyāhāra dan untuk membawa pikirannya menuju
dhārāṇā. satu titik, tetap konsentrasi ke dalam
Pratyāhāra adalah pemusatan sehingga tak ada lagi gangguan atau
pikiran dengan cara penarikan indra- hambatan. Seseorang harus melakukan
indra dari segala obyek luar Pratyahara untuk dapat melihat di
(Mawisnara, 1999: 166). Sulit sekali dalam batin dan memiliki kemusatan

174
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

pikiran. Seseorang yang bisa pikiran yang tidak putus-putusnya


merasakan kesunyiaan dalam dalam renungan pada satu tujuan yakni
keramaian maupun kebisingan berarti Tuhan atau diri Agung (Mawisnara,
telah mampu memusatkan pikiran pada 2006: 166; Yudhiantara, 2006: 26; dan
suatu obyek tertentu dan tidak goyah Saraswatī, 2005: 232).
(dhārāṇā). Secara sifat historisnya sesuai
Dalam ranah budaya menilik teori Weber, Dhyana, atau meditasi
hubungannya dengan pola masyarakat pengaliran yang tak henti-hentinya dari
lintas agama sebagai objek mistisisme, pemikiran satu objek, yang nantinya
secara rinci pikiran dapat dibedakan membawa kepada keadaan Samadhi,
dari konsep logis lain seperti konsep saat seperti itu yang bermeditasi dan
ingatan melalui kemampuan yang dimeditasikan menjadi satu.
menanggapi komunitas secara Semua vritti yakni gejolak pikiran
menyeluruh dan mengembangkan mengendap. Pikiran kehilangan
tanggapan terorganisir. Disamping itu fungsinya. Segala samskara, kesan-
pikiran melibatkan proses berpikir yang kesan dan vasana (kecenderungan dan
mengarah pada penyelesaian masalah. pikiran halus) terbakar sepenuhnya dan
Dunia nyata penuh dengan masalah dan Yogi (pelaksana Yoga) terbebas dari
fungsi pikiranlah untuk mencoba kelahiran dan kematian. Ia mencapai
menyelesaikan masalah dan kaivalya atau pembebasan akhir
memungkinkan orang beroperasi lebih (kemerdekaan mutlak).
efektif dalam kehidupan. Sehingga Yogi berkonsentrasi pada cakra-
menarik pikiran dalam management cakra, pikiran, matahari, bintang,
pikiran dari obyek yang menjadikan unsur-unsur alam semesta dan
kegelisahan atau masalah pikiran, dan sebagainya dan mencapai pengetahuan
memusatkan pikiran dengan supra manusia dan memperoleh
mempelajari pikiran dan penguasaan atas unsur-unsur tersebut.
mengembangkan metode sendiri untuk Daya konsentrasi hanya kunci untuk
mengontrolnya adalah sebuah resep membuka rumah tempat penyimpanan
untuk diri pribadi. Tidak ada suatu kekayaan pengetahuan. Konsentrasi tak
resep dokter yang mampu berlaku dapat muncul dalam waktu seminggu
untuk semua orang. Pikiran yang atau sebulan, karena ia memerlukan
harmonis, akan mampu membawa jiwa waktu. Pengaturan dalam
yang harmonis. Hal inilah yang mesti melaksanakan konsentrasi merupakan
dikembangkan dalam membangun kepentingan yang utama.
kebudayaan kebiasaan pola pikiran Brahmacarya, tempat yang dingin dan
yang baik dan terarah serta secara sesuai, pergaulan dengan orang-orang
sadar. suci (satsanga) dan sattvika merupakan
alat bantu dalam konsentrasi.
d. Spiritual training (latihan Konsentrasi dan meditasi
spiritual) menuntun menuju Samadhi atau
Dalam yoga, dhyāna pengalaman supra sadar, yang memiliki
merupakan latihan spiritual dari konsep beberapa tingkatan pendakian, disertai
astangga yoga ajaran Rsi Patañjali. atau tidak disertai dengan
Dhyāna adalah kontemplasi, atau pertimbangan (vitarka), analisa
popular disebut meditasi yaitu harus (vicara), kebahagiaan (ananda), dan

175
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

kesadaran diri (asmita). Demikian, dia menghabiskan waktunya untuk


kailvaya atau kemerdekaan tertinggi latihan.
dicapai. Siddhi atau daya-daya gaib, 3. Terakhir: Pada tahap ini, seorang
terwujud dengan sendirinya, apabila murid mengalami kebenaran. Dia
Yogi maju dalam pelaksanaan yoga. mungkin hanya mempunyai sebuah
Siddhi ini semacam tembus pandang, kilasan singkat (tentang kebenaran),
tembus dengar, merupakan halangan tapi setidaknya ini merupakan
jalan spiritual. Ia harus menjauhkan diri sebuah pengalaman langsung, yang
dari padanya tanpa ampun dan tetap membantu dan memahami
tegap langsung menuju tujuan, yaitu kehebatan dari tujuannya.
Asamprajnata atau Nirvikalpa Sekarang, sādhanā mengandung
Samadhi. Spiritual yang sesungguhnya upaya untuk mempertahankan
tidak ada kaitannya dengan daya-daya keadaan ini. Ketika praktik
ini merupakan hasil sampingan dari spiritualnya semakin berkembang
konsentrasi. Mereka yang mengejar matang, dia menjadi sangat terlatih;
siddhi semacam ini adalah seorang maka dia tidak lagi perlu untuk
tokoh manusia duniawi, atau tokoh terus mencoba, karena pengalaman
kepala rumah tangga. Bila tidak hati- tentang realitas ke-Esaan
hati, ia dapat terjerumus dalam lautan dipertahankan secara tanpa upaya
tanpa tepi dan terus terhapung di dan secara spontan.
dalamnya.
Menurut Swami Rama (2011: Dari ribuan orang yang sangat
26-27), praktik spiritual dibagi menjadi tertarik pada spiritual, hanya segelintir
tiga tahapan utama yaitu: orang yang menempuh jalan spiritual
1. Tingkat awal: pada tahap ini, murid dengan mencurahkan waktu untuk
berpikir bahwa dia sedang mempelajari teks-teks spiritual.
menjalankan latihan, tapi Kebanyakan orang-orang yang bekerja,
sebenarnya dia sedang merasa puas dengan pelajaran itu
mempersiapkan dirinya sendiri sendiri; mereka sebenarnya tidak
untuk berlatih. Apa yang dia sebut mempraktikan apa yang telah mereka
dengan berlatih, mengandung pelajari. Sebagai akibatnya, mereka
proses pembelajaran teknik-teknik menjadi bingung oleh ajaran-ajaran
yang diperlukan dan dari buku-buku yang tampaknya
mengumpulkan sumberdaya- bertentangan. Menurut beberapa kitab
sumberdaya untuk memulai suci, realitas itu bersifat Esa; menurut
pencarian dan terus tetap berada yang lain, Tuhan dan jiwa adalah dua
dalam jalur. prinsip yang berbeda. Menurut yang
2. Tingkat menengah (Intermediate): satu, Tuhan itu riil dan alam semesta
Pada tahap ini, seorang murid tidak riil, sebaliknya, menurut yang
sepenuhnya dilengkapi dengan lain, baik Tuhan dan alam semesta itu
semua sumberdaya-sumberdaya sama-sama riil. Karena para pembaca
yang dia perlukan untuk dapat ini tidak mempratikkan ajaran spiritual,
menjalankan latihan. Waktu dan maka sulit untuk memahami mana
energinya tidak dicurahkan untuk filsafat yang benar dan mana yang
mempelajari metode-metode, tapi salah. Namun, bagi seorang praktisi
spiritual, semua pernyataan-pertyataan

176
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

ini merupakan pengalaman- bersangkutan dan sekaligus menjadi


pengalaman yang sama-sama valid pendorong, penggerak, dan pengontrol
pada tahap-tahap yang berbeda bagi tindakan-tindakan para
sepanjang jalan spiritual ini. Oleh penganutnya untuk tetap berjalan
karena itu, menggunakan teori-teori sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan
maupun metode sebagai bimbingan dan agamanya.
untuk kontemplasi. Agama memberikan pengaruh
terhadap sistem nilai kehidupan
2.3. Pengaruh mistisisme yoga dalam masyarakat yang dikaji dari fungsi
masyarakat lintas agama agama dalam masyarakat, yaitu: (1)
Secara umum dan mendasar, fungsi edukatif; (2) fungsi penyelamat;
agama dapat didefinisikan sebagai (3) fungsi pengawasan sosial; dan (4)
seperangkat aturan dan peraturan yang fungsi memupuk persaudaraan (Tim,
mengatur hubungan manusia dengan 2007: 3-4). Secara fenomenologis
dunia gaib, khususnya dengan agama adalah sebuah ekspresi simbolik
Tuhannya, mengatur hubungan tentang yang suci. Sakral atau suci,
manusia dengan manusia lainnnya, adalah suatu realitas yang transenden
mengatur hubungan manusia dengan dan metafisik. Agama tidak bisa lepas
lingkungannya. Dalam konteks ini, dari sebuah unsur-unsur spiritual dalam
agama dipandang sebagai teks atau meraih kesucian dan penyatuan dengan
doktrin sehingga keterlibatan manusia Tuhan, seperti berserah diri.
sebagai pendukung atau penganut Spiritualitas adalah cara bersama
agama tersebut tidak tampak tercakup Tuhan bukan berjalan sendirian. Yoga
didalamnya. Agama juga dapat adalah ilmu universal untuk
didefinisikan sebagai suatu sistem meningkatkan diri dan semua metode
keyakinan yang dianut dan tindakan- pemahaman diri yang ditemukan di
tindakan yang diwujudkan oleh suatu dalam semua agama terdapat di dalam
kelompok atau masyarakat dalam literature yoga.
menginterpretasikan atau memberi Posisi dari mistisisme yoga
respons terhadap apa yang dirasakan tertuang di dalam filsafat yoga yang
dan diyakini sebagi sesuatu yang gaib dioratori oleh maha ṛṣi patañjali yang
dan suci. keseluruhan ajarannya menyebar
Agama dapat dikatakan sebagai diseluruh kitab dan susastra veda.
suatu yang paling hakiki dalam Puncak ajaranya termaktub dalam kitab
kehidupan manusia. Bagi para darsāna yang merupakan bagian dari
penganutnya, agama berisikan ajaran- upaṅgaveda. Berbicara pengaruh
ajaran mengenai kebenaran hakiki mistisisme yoga, maka tidak akan ada
tentang keberadaan manusia dan habisnya, karena pada kenyataannya
petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat melakukan yoga secara rutin memang
di dunia dan akhirat, yaitu sebagai sangat banyak mempengaruhi baik
manusia yang takwa kepada Tuhannya, moral, fisik, mental dan spiritual.
beradab, humanis dan manusiawi (Tim, Sehingga yoga adalah penyatuan
2007: 3). Agama sebagai sebuah sistem kembali semua pikiran, intelektual,
keyakinan dapat menjadi bagian dan rasa, emosi, insting, dan sifat-sifat
inti dari sistem-sistem nilai yang ada lainnya (Rama, 2005:211). Untuk bisa
dalam budaya masyarakat merasakan implikasi yang begitu hebat,

177
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

maka hendaknya yoga dilakukan secara latihan-latihan yang penuh dengan


rutin (continue) dan total, tidak hanya simbol-simbol memunculkan makna
setengah-setengah atau sekedar lewat. yang diciptakan dalam interaksi
Maka terjadilah sebuah interaksi antara aktivitas yoga. Makna dapat ada, hanya
penerapan dari sebuah ajaran dengan ketika orang-orang memiliki
subjeknya. interaksi dalam praktiknya interprestasi yang sama mengenai
terdapat simbol-simbol yang memiliki simbol yang mereka pertukarkan dalam
makna. interaksi yoga. Dalam mistisisme yoga,
Sesuai dengan teori interaksi dalam aspek fisiknya, mereka dapat
simbolik oleh Ralph Larossa dan menyatu, setiap individu yang berbeda-
Donald C. Reitzes (dalam West dan beda bisa berinteraksi bersama-sama
Turner, 2009: 98), mereka mengatakan dalam latihan-latihan dalam wujud
ada tiga tema besar, yaitu (1) gerakan-gerakan simbolik, yang pada
pentingnya makna bagi perilaku prinsipnya kebersamaan dalam tujuan.
manusia; (2) pentingnya konsep Tujuannya adalah perbaikan moral
mengenai diri; (3) hubungan antara (moralitas movement), kesehatan fisik
individu dengan masyarakat. Ini (physical treatment), kestabilan mental
menegaskan manusia bertindak (mental stability) dan kesadaran
terhadap manusia lainnya berdasarkan spiritual (spirituality counciouness).
makna yang diberikan orang lain pada Mistisisme yoga memberikan
mereka (masyarakat lintas agama). pengaruh yang besar terhadap
Tidak serta merta ajaran mistisme yoga kehidupan masyarakat lintas agama
itu diperuntukan khusus bagi kalangan yang memiliki multikulturalisme begitu
Hindu semata-mata. Menurut teori beragam dan luas. Dalam proses
interaksi simbolik memahami interprestasinya pada pemberian makna
bagaimana individu mempengaruhi dan sosial yang relevan dan yang secara
sebaliknya mempengaruhi juga agama dapat diterima. Gerakan
dipengaruhi oleh masyarakat. Dalam spiritualitas memberikan dampak dan
konteks ini, kaitannya dengan sekaligus menghilangkan sekat-sekat
masyarakat lintas agama mistisisme yang ada dalam ajaran-ajaran agama.
yoga dalam polarisasi spiritualitas Agama-agama di zaman sekarang ini
masyarakat, juga mampu menarik harus merevitalisasi diri mereka dengan
minat kelompok masyarakat yang cara menyingkap arus-arus batin cinta,
memiliki keyakinan berbeda-beda pengetahuan, kedermawanan,
untuk dinikmati (dipelajari) dalam keberanian, disiplin diri dan kesabaran
rangka kebahagiaan, kedamaian, yang di contohkan oleh para ṛṣī.
kesentausaan, dan keharmonisan. Agama tidak berkembang dalam buku-
Perspektif ini berasumsi bahwa buku sejarah, tapi berkembang dalam
masyarakat itu terdiri dari individu- kehidupan dari mereka yang
individu yang telah mengalami proses mempraktikkan agama secara tulus.
sosialisasi dan eksistensi serta Manusia-manusia yang agamis, harus
strukturnya tampak dan terbentuk hidup sesuai dengan ideal-ideal tinggi
melalui interaksi sosial yang dan contoh-contoh teladan dari para
berlangsung di antara individu dalam leluhur mereka, daripada hanya sekadar
masyarakat tersebut dalam tindakan mengagumi dan mengutip ujaran-
simbolik (Rohim, 2009: 53). Melalui ujaran mereka. Sehingga dengan

178
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

memahami nilai-nilai dasar setiap jalan yang panjang dan berliku-liku


agama mewujudkan sifat sejati agama. seperti, keteguhan, kesabaran,
Prinsip dasar pelaksanaan ketulusan, kebaktian dan sifat-sifat
spiritual pada semua agama di dunia manusia yang universal terhadap
adalah sama, meskipun cara pemujaan kehidupan dalam meraih pengalaman
mereka yang berbeda-benda. Perbedaan religius. Yoga sebagai jalan yang
adalah cara untuk mendapatkan membawa penyatuan dengan Tuhan
pencerahan, akan tetapi tujuannya sama Yang Maha Esa, melalui pengekangan
dan satu. Jika para pemimpin spiritual diri dan pengendalian diri dan
bertemu, berdiskusi dan memahami pengendalian pikiran. Dalam
ajaran agama lainnya, mereka akan Hathayoga terdapat disiplin fisik,
dapat membantu masyarakatnya dan sedangkan dalam Rajayoga terdapat
kemudian membimbing mereka untuk disiplin pikiran. Bentuk dari polarisasi
berkomunikasi dengan berbagai macam mistisisme yoga Meliputi latihan moral
kelompok dan agama yang ada. (moral training), latihan fisik (physical
Siapapun yang mengatakan bahwa training), latihan mental (mental
agamanya adalah paling benar tidak training), dan latihan spiritual
perlu di perhatikan karena mereka (spiritual training).
dapat memberikan bimbingan yang Gerakan spiritualitas dalam
salah kepada pengikutnya. Prasangka mistisisme yoga memberikan pengaruh
adalah seperti racun yang dapat dan sekaligus menghilangkan sekat-
membunuh manusia. Cinta kasih sekat yang ada dalam ajaran-ajaran
adalah dasar dari semua agama. agama. Dengan memiliki tujuan akhir
kebersamaan yaitu perbaikan moral
III. SIMPULAN (moralitas movement), kesehatan fisik
Kehidupan spiritual tidak lepas (physical treatment), kestabilan mental
dari hal yang bersifat mistik. (mental stability) dan kesadaran
Mistisisme merupakan pengetahuan spiritual (spirituality counciouness).
tentang Tuhan dan kebenaran hakiki
yang hanya mungkin didapatkan DAFTAR PUSTAKA
melalui yoga dan meditasi atau Abdulah, Irwan dkk. 2008. Agama dan
perenungan spiritual, tidak melalui Kearifan Lokal dalam
pikiran dan tanggapan panca indera. Tantangan Global. Yogyakarta:
Dalam pergerakan spiritual membawa Sekolah Pascasarjana UGM
setiap insan kedalam perenungan yang Agus, Bustanuddin. 2007. Agama
mendalam tanpa melihat batas-batas dalam Kehidupan Manusia
yang ada dalam kehidupan. Polarisasi Pengantar Antropologi Agama.
yoga tidak lepas dari aktivitas yang Jakarta: PT RajaGrafindo
dilakukan setiap masyarakat yang Persada
mengarah ke spiritualitas tanpan Ardhana, I Ketut, dkk. 2011.
melihat suku, adat istiadat, ras maupun Masyarakat Multikultur Bali
agamanya serta kebenaran spiritual Tinjauan Sejarah, Migrasi, dan
tidak memerlukan saksi dari luar dalam Integritas. Denpasar: Pustaka
pengalaman religius yang dialami. Larasan.
Pergerakan dari perjalanan Dhavamony, Mariasusai. 1995.
spiritual setiap orang akan menemui Fenomenologi Agama (Dr. A.

179
MISTISISME YOGA :POLARISASI GERAKAN
SPIRITUALITAS DALAM MASYARAKAT LINTAS AGAMA I Made Sugata, 162-181)

Sudiarja, dkk Penerjemah). Mayor Polak Penerjemah).


Yogyakarta: Kanisius. Surabaya: Parāmita.
Hornby, A.S. 1984. Oxford Advanced Sarasvatī, Svāmī Satyānanda. 2002.
Learner’s Dictionary of Āsana Praņāyāma Mudrā
Current English. Walton Street: Bandha. Surabaya: Pāramita.
Oxford University Press. Somvir. 2009. Yoga & Ayurveda Selalu
Johnston, William. 2001. Teologi Sehat dan Awet Muda.
Mistik, Ilmu Cinta. Yogyakarta: Denpasar: Bali-India Fondation.
Kanisius. Suci, Ni Ketut. 2008. Mistisisme
Kamajaya, Gede. 1998. Yoga Dalam Peningkatan Kerohanian
Kundalini (Cara Untuk Melalui Yoga Bagi Masyarakat
Mencapai Siddhi dan Moksa). Hindu Di dusun Silakarang,
Surabaya: Parāmita. Desa Singapadu, Kecamatan
Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori Sukawati, Kabupaten Gianyar,
Antropologi I. Jakarta: Provinsi Bali (Tesis), Denpasar:
Universitas Indonesia (UI- IHDN Denpasar.
Press). Suryadiputra, R.Paryana. 1993. Alam
Maswinara, I Wayan. 2006. Sistem Pikiran. Jakarta: Bumi Aksara.
Filsafat Hindu (Sarva Darśana Tim Penyusun. 2007. Bahan Ajar Studi
Samgraha). Surabaya: Agama-Agama. Denpasar:
Parāmita. IHDN Denpasar
Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia Widana, I Ketut Arta. 2011. Spiritual
yang Berlari. Mencari ”Tuhan- Hindu Dalam Pariwisata
Tuhan” Digital. Jakarta: Spiritual Sekuler, dalam Vidya
Penerbit PT. Grasindo Anggota Duta Jurnal Ilmiah Agama Dan
IKAPI. Ilmu Sosial Budaya Volume V.
Rama, Swami. 2005. Hidup Dengan Denpasar: Fakultas Dharma
Para Ṛṣi Himalaya Duta IHDN Denpasar.
(Penerjemah: I Gede Oka Wariati, Ni Luh Gede. 2009. Aktivitas
Sanjaya). Surabaya: Pāramita. Yoga di Institut Hindu Dharma
----------------. 2011. Spiritualitas Negeri Denpasar (Suatu Kajian
Transformasi Ke Dalam Dan Filosofis) (Skripsi), Denpasar:
Ke Luar Diri (Alih Bahasa: IHDN Denpasar
Ahmad Kahfi). Surabaya: West, Richard dan Turner, Lynn H.
Pāramita. 2009. Pengantar Teori
Rohim, Syaiful H. 2009. Teori Komunikasi Analisis dan
Komunikasi Perspektif, Ragam, Aplikasi (Buku 1). Jakarta:
& Aplikasi. Jakarta: Rineka Salemba Humanika.
Cipta. Vashdev, Gobind. 2009. Hapiness
Sarkar, Shrii Prabhat Rajan. 1992. Inside. Jakarta: Hikmah (PT
Psikologi Yoga. Jakarta: Mizan Publika)
Persatuan Ananda Marga Veeger, KJ. 1993. Realitas Sosial:
Indonesia. refleksi filsafat sosial atas
Saraswatī, Svāmī Satya Prakās. 2005. hubungan individu-masyarakat
Pātañjali Rāja Yoga (J.B.A.F. dalam cakrawala sejarah

180
PANGKAJA, VOLUME 14, NO. 2, AGUSTUS 2012 ISSN : 1412-7474

sosiologi. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.
Yudhiantara, Kadek. 2006.
Menyingkap Rahasia Yoga.
Surabaya: Parāmita.
Yudiantara, I Putu. 2009. Cerdas
Spiritual Melalui Bhagavad
Gītā. Surabaya: Parāmita.
Yusuf. 2004. Mental Hygiene.
Perkembangan Kesehatan
Mental Dalam Kajian Psikologi
Dan Agama. Bandung: Pusaka
Bumi Quraisy.
Zaehner, R. C. 2004. Mistisisme Hindu
Muslim. Yogyakarta: PT LKiS
Pelangi Aksara.

181

Anda mungkin juga menyukai