Anda di halaman 1dari 3

Nama : Moh Ikhwan

Nim : 41.17.1202
Prodi/ fak : Agroteknologi/pertanian
Mata kuliah : Seminar

BAB I.   PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) adalah tanaman dengan rasa masam dan
menyegarkan. Secara umum tomat memiliki kandungan vitamin C lebih banyak jika
dibandingkan dengan buah jeruk. Selain banyak mengandung vitamin C tomat juga kaya
akan vitamin A yang baik untuk kesehatan kulit dan mata.Di dalam tomat juga terdapat
kandungan antioksidan yang berfungsi untuk menangkal terjadinya radikal bebas,
mempercepat proses penyembuhan serta mengencangkan kulit. Selain itu juga memiliki
kandungan mineral seperti lemak, kalsium, fosfor,zat besi dan karbohidrat serta memiliki
kandungan vitamin seperti,vitamin A (Karoten),Vitamin  B(Thiamin),vitamin B2
(Riboflavin),vitamin C (Asam Askorbat). (Anonimous, 2015)
Tabel 1. Produksi sayuran di Indonesia Tahun 2012-2016
TANAMA TAHUN
NO N 2012 2013 2014 2015 2016
Bawang 1.010.77 1.233.98 1.229.18 1.446.86
1 Merah 960.072 3 4 4 0
1.012.87 1.074.60 1.045.18 1.045.58
2 Cabai besar 953.557 9 2 2 7
3 Tomat 893.463 992.780 915.987 877.792 883.233
Cabai
4 Rawit 697.274 713.502 800.473 896.938 915.988
1.487.53 1.480.62 1.435.83 1443.23 1513.31
5 Kubis 2 5 3 2 5
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura (2016)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tahun 2012 produksi tomat di
Indonesia mencapai 893.463 ton/tahun dan sampai dengan tahun 2016 mengalami

Tahun (ton)
No Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jawa Tengah 65.173 66.878 60.281 62.405 61.587
2 Jawa Timur 62.021 63.431 64.852 59.180 60.719
294.01 296.21
3 Jawa Barat 2 353.339 304.687 7 278.394
4 DI Yogyakarta 446 1.067 1.254 1.243 1.134
fluktuasi.
Tabel 2. Produksi tomat di berbagai Provinsi dari tahun 2012-2016
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura (2016)
Dari tabel diatas produksi tomat khususnya di Jawa Timur mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2012 produksi tomat sebanyak 62.173 ton/hektar, di tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 1.410 ton/hektar. Di tahun 2015 produksi tomat mengalami
penurunan dengan hasil 59.180 ton/hektar. Hingga di tahun terakhir yaitu 2016 produksi
tomat di Jawa Timur mencapai 60.719 ton/hektar. (BPS, 2016).
Tanaman tomat yang sudah mulai berproduksi membutuhkan unsur hara makro
seperti Nitrogen (N) dan Kalium (K) untuk proses pertumbuhan akar dan menguatkan
batang. Serta unsur hara mikro seperti Tembaga (Cu), Boron (B),Zn,Fe dan Mn. Untuk
memenuhi zat-zat makanan tersebut, maka diperlukan pemupukan, selain itu pemupukan
berfungsi untuk menggantikan kehilangan unsur hara di dalam tanah, menyediakan
sumber hara untuk merombak karbohidrat dan mempercepat proses pemasakan buah.
(Anonimous, 2014)
Salah satu kendala minimnya hasil dan produksi tomat di Indonesia adalah
produktivitas lahan. Lahan pertanian di Indonesia umumnya miskin akan kandungan
bahan organik diantaranya disebabkan oleh penggunaan pupuk atau pestisida kimia yang
akan meninggalkan residu pada lahan pertanian, serta kurangnya pemanfaatan limbah
pertanian yang pada dasarnya dapat dikembalikan untuk kepentingan lahan. Selain itu
penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan dan terus menerus akan
meningkatkan sifat resisten atau kebal pada hama dan penyakit yang ada pada tanaman
tomat (Djojosumarto, 2008).
Salah satu cara untuk mengkonservasi lahan pertanian diantaranya adalah
penggunaan mulsa. Mulsa merupakan material tanaman budidaya yang dimaksudkan
untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga dapat membuat tanaman tumbuh dengan baik. (Balitbang, 2013)
Mulsa dibedakan menjadi dua macam yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa
organik merupakan mulsa yang berasal dari bahan-bahan alami dan mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman, jerami, sekam dan alang-alang. Sedangkan mulsa anorganik adalah
mulsa yang dibuat dari bahan sintetis dan tidak dapat diuraikan.(Balitbang, 2013)
Kedua mulsa tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan mulsa
organik relatif lebih murah, mudah di dapat, dapat menurunkan suhu tanah,
mengonservasi tanah dengan cara menekan erosi, menekan pertumbuhan gulma dan dapat
meningkatkan bahan organik dalam tanah. Sedangkan mulsa anorganik relatif lebih
mahal, dapat menekan pertumbuhan gulma dan erosi, selain itu mulsa anorganik dapat
digunakan lebih dari satu musim tanam akan tetapi penggunaannya tidak bersifat
menambah bahan organik dalam tanah sebab tidak mudah terurai. (Khofsya, 2012)
Sekam merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
mulsa organik. Sekam memiliki banyak kelebihan, bentuknya yang seperti perahu dan
memiliki lambung dapat menahan nutrisi lebih lama. Selain itu penggunaan sekam
sebagai mulsa dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan porositas tanah, dan
mengurangi laju erosi tanah.
(Anonimous, 2016).
Selain penggunaan mulsa, pemupukan juga merupakan faktor yang harus
diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemupukan adalah konsentrasi
larutan, jenis tanaman dan waktu pemberian yang harus disesuaikan dengan aturan dosis
yang sudah ditetapkan. Penggunaan pupuk dengan konsentrasi berlebih justru akan
menimbulkan gejala daun seperti terbakar dan layu, kering dan akhirnya gugur. Hal ini
tentunya sangat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman (Lingga, 2004).
Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan
baik. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik. Dalam pemberian
pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat
terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat
berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke
daun. (Tanggahma, 2015)
Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik atau
mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk
organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-
bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing,
gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat
dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang
juga mengelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit,
dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik
yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan.
Pupuk organik cair antara lain adalah compos tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan
fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.
(Tanggahma, 2015)
PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobium) adalah sejenis bakteri yang hidup di
sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar
tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik karena bakteri
ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya
(Gandanegara, 2007).
Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfer akar (rhizobakteri) disebut
sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant growth promoting rhizobacteria).
Kelompok ini mempunyai peranan ganda di  samping menambat N2, menghasilkan
hormon tumbuh (seperti  IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain), menekan
penyakit tanaman  asal tanah dengan glukanase, kitinase, sianida memproduksi siderofor,
dan melarutkan P dan hara lainnya (Cattelan, 1995).
Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman (RPTT) adalah kelompok bakteri
menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian perakaran).
Aktivitas rhizobakteria ini menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara
tidak langsung. Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan
dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta
mensintesis dan mengubah konsentrasi fithohormon pemacu tumbuh. Sedangkan tidak
langsungnya berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas patogen dengan
menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik (Gardner, 1991).
Menurut Gardner (1991)  PGPR berada disekitar Akar, akar  adalah sumber
kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dan lain-lain. Fungsi
PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu
mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai
tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida
dan rotasi penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang
menguntungkan seperti PGPR.

1.2 . Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dosis PGPR yang tepat dan penggunaan
macam mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum Mill).

1.3 Hipotesa
Dengan perlakuan dosis PGPR 200 ml/tan dan penggunaan mulsa organik sekam
akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

Anda mungkin juga menyukai