Lampiran 1: Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1: Universitas Sumatera Utara
85
86
87
88
89
98
99
Perhitungan Laju keausan Teori dan Laju Keausan Eksperimen Pada Beban 1 kg,
1,5 kg, 2 kg, 2,5 kg, dan 3 kg.
• Beban 1 kg
���
�� = �
�
9,8 � � 462,89�
�� = 6,0 � 10−4
207 � 105 �/�2
�� = 283,86 mm2
��
ᴪ �= �
283,86 mm2
ᴪ �=
1800 �
ᴪ �= 0,1577 mm3/s
VP = (Ap2 – Ap1). ɓ
VP = (7.597,72– 7.355,63) mm2 . (120,03 x 10-3) mm
VP = 218,52 mm3
��
�� =
�
218,52 ��3
�� =
1800 �
�� = 0,1214 ��3 /�
102
���
�� = �
�
14,7 � � 462,89�
�� = 6,0 � 10−4
207 � 105 �/�2
�� = 197,23 mm2
��
ᴪ �=
�
197,23 mm2
ᴪ �=
1800 �
ᴪ �= 0,2366 mm3/s
VP = (Ap2 – Ap1). ɓ
VP = (7.628,64 – 7.325,27) mm2 . (129,89 x 10-3) mm
VP = 360,54 mm3
��
�� =
�
360,54 ��3
�� =
1800 �
�� = 0,2003 ��3 /�
103
���
�� = �
�
19,6 � � 462,89�
�� = 6,0 � 10−4
207 � 105 �/�2
�� = 567,72 mm2
��
ᴪ �=
�
567,72 mm2
ᴪ �=
1800 �
ᴪ �= 0,3154 mm3/s
VP = (Ap2 – Ap1). ɓ
VP = (7.659,62 – 7.294,97) mm2 . (139,10 x 10-3) mm
VP = 502,38 mm3
��
�� =
�
502,38 ��3
�� =
1800 �
�� = 0,2791 ��3 /�
104
���
�� = �
�
24,5 � � 462,89�
�� = 6,0 � 10−4
207 � 105 �/�2
�� = 709,92 mm2
��
ᴪ �= �
709,92 mm2
ᴪ �=
1800 �
ᴪ �= 0,3944 mm3/s
VP = (Ap2 – Ap1). ɓ
VP = (7.690,67 – 7.264,73) mm2 . (148,87 x 10-3) mm
VP = 644,58 mm3
��
�� =
�
644,58 ��3
�� =
1800 �
105
• Beban 3 kg
���
�� = �
�
29,4� � 462,89�
�� = 6,0 � 10−4
207 � 105 �/�2
�� = 851,76 mm2
��
ᴪ �= �
851,76 mm2
ᴪ �=
1800 �
ᴪ �= 0,4732 mm3/s
VP = (Ap2 – Ap1). ɓ
VP = (7.721,78 – 7.234,56) mm2 . (159,23 x 10-3) mm
VP = 786,42 mm3
��
�� =
�
786,42 ��3
�� =
1800 �
�� = 0,4369 ��3 /�
106
Akbar, Rizqi, 2011, “Perancangan Pola Worm Screw Conveyor Dengan Proses
Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir Untuk Pabrik Kelapa Sawit”.
Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
Medan.
82
Rahman, Abdul, 2015. “Studi Eksperimental Pengaruh Tipe Gating Tipe Sistem
Terhadap Mechanical Properties dan Mikrostruktur pada Pengecoran
Alumunium 356 – Sic Menggunakan Metode Stir Casting”. Departemen
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
83
84
3.1 Metoda
Perhitungan metoda penelitian pada Screw Konveyor dengan bahan stainless
steel 304 menggunakan metoda pengujian komposisi, pengujian kekerasan dengan
alat Brinell Tester dan metoda pengujian keausan dengan alat uji Pin On Disk.
46
47
2. Gerinda
Penggunan gerinda tangan dilakukan untuk memperhalus permukaan
benda yang telah dipotong melalui Las Plasma.
3. Mesin Bor
Mesin Bor digunakan untuk melubangi bagian tengah (centre)
pelat pengujian.
48
5. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk menimbang pelat pengujian,
alat ini digunakan saat akan dilakukan pengujian keausan.
49
6. Stopwatch
Stopwatch adalah alat untuk menghitung waktu. Penggunaan alat ini
digunakan untuk pengujian Pin on Disk.
7. Jangka Sorong
Jangka sorong ini digunakan pada saat penelitian Pin On Disk,
untuk menghitung besarnya diameter pengujian goresan.
50
8. Kertas Pasir
Pemolesan menggunakan kertas pasir pada bahan pengujian. Kertas
pasir sendiri mempunyai jenis berbeda permukaan
kekasarannya,mulai dari 80,100,120,150,180,240,400,500,1000 dan
seterusnya..
51
52
53
Gearbox
Putaran Gearbox : 1 : 24
Diameter Puli Gearbox : 3,5” (inch)
Putaran Ouput : 50 Rpm
54
55
3. Pengujian Keausan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui laju keausan pada pelat
Stainless steel 304. Dalam pengujian ini alat yang digunakan adalah alat
uji keausan dengan menggunakan standar ASTM G99-04 tipe Pin on Disk.
Pengujian ini dilakukan di Laboratoriium Noise and Vibration
ResearchPogram Magister Teknik Mesin USU. Adapun prosedur yang
dilakukan untuk pengujian keausan (wear test) adalah sebagai berikut :
1. Persiapkan seluruh kelengkapan seperti kunci ring pas, timbangan
digital,stopwatch dan spesimen.
2. Timbang spesimen menggunakan timbangan digital dan catat nilainya.
3. Kemudian setel panjang lengan penggores dengan mengendurkan baut
dengan menggunakan kunci ring pas sesuai besar kecilnya spesimen.
56
57
Mulai
Studi Kepustakaan
Observasi Lapangan
Penyiapan spesimen
5
Lakukan Pengujian
Data
Analisa data
6
Kesimpulan
Selesai
BAB IV
58
Komposisi (%)
kimia
Fe 67,0
C 0.0432
Si 0,345
Mn 3,35
P 0.0414
Cr 20,2
Mo 0.373
Ni 10,4
Al 0.0111
Co 0.142
Cu 0.0379
Ti 0.0097
V 0.0983
W 0.0201
Pb 0.0126
Dari Tabel diatas dapat dilihat komposisi kimia material uji, maka
dengan mengetahui nilai dari komposisi kimia dapat diketahui klasifikasi
material adalah stainless steel 304 Standart ST 52.0S Grade 1.0421 yang
memiliki sifat tahan terhadap korosi, tahan terhadap panas, tahan terhadap
suhu tinggi (Royen, 2015).
Adapun karakteristik stainless steel 304 yaitu: (Royen, 2015).
1. Tahan terhadap karat baik yang bersifat oksidatif maupun ketika
terkena material yang mengandung bahan kromium.
2. Bisa dibentuk dengan lebih mudah dan mempunyai sifat las yang
lebih kuat.
3. Merupakan baja yang sangat tangguh dan bisa bekerja untuk suhu
yang lebih rendah.
4. Mudah dibersihkan dan tidak mudah menimbulkan noda.
59
Nilai untuk mencari Brinnel Hardness Test (BHN) dari spesimen yang
sudah diuji dapat menggunakan persamaaan berikut :
�
��� =
���� ����� ��������
�
��� = �� (4.1)
(�− √(�� 2 − � � 2 )
2
Dimana :
P : Beban (1500 kg)
Db: Diameter bola indentansi (10 mm)
db: Diameter indentansi (mm)
60
db
(diameter Rata-rata
Beban indentasi) diameter BHN
Spesimen
Titik kg Mm indentasi (Pa)
mm
1 3,0
2 3,0
Stainless 3 3,0
1500 3,0 207
Steel 304
Tabel 4.2 memperlihatkan hasil nilai BHN rata – rata plat stainless steel 304
sebesar 207 BHN, jika dikonversikan kedalam HRC melalui Hardness Conversion
Tabel maka didapat nilai kekerasan material sebesar 15 HRC.
61
2 1 431 430 1
6 3 429 426 3
62
63
64
65
Lebar goresan yang dihasilkan pada raw material tidak sepenuhnya lurus, tetapi
terdapat lekukan – lekukan pada goresannya. Hal ini dikarenakan adanya getaran
pada pin akibat pembebanan. Untuk memudahkan perhitungan maka pengujian ini
setiap spesimen dibagi 4 titik guna mengetahui berbedanya kedalaman goresan
dan goresan. Untuk kedalaman goresan pada setiap pembebanan di ukur dengan
alat yang sama, namun dengan skala yang berbeda, yaitu dengan skala 100 kali
pembesaran dan dapat di lihat pada gambar berikut ini.
66
67
Setelah dilakukan pengukuran pada setiap titik, maka didapat nilai rata – rata lebar
goresan dan kedalaman goresannya seperti pada tabel 4.4.
68
69
Gambar 4.16 Grafik nilai lebar goresan pada tiap titik yang di ukur dengan variasi
berat beban.
Dari Gambar 4.16 Menunjukkan bahwa lebar goresan pada setiap titik
yang diukur pada setiap beban memiliki lebar goresan yang berbeda-beda,
70
Gambar 4.17 Grafik nilai kedalaman goresan disetiap titik yang di ukur dengan
variasi berat beban.
71
�� + ǡ
�= (4.2)
2
Dimana :
r = Jari-jari lintasan
ā = Lebar jejak rata-rata
dp= Diameter pengujian
2����
�= 60
(4.3)
Dimana :
L = panjang lintasan (m)
n = putaran (rpm)
t = waktu keausan (s)
r = jari-jari lintasan (mm)
Berdasarkan persamaan diatas, untuk ketiga spesimen mempunyai jari-jari
lintasan sebesar mm, pengujian dengan kecepatan konstan 50 rpm selama 1800
detik. Maka panjang lintasannya adalah :
72
���
�� = � �
(4.4)
Dimana :
VT = Volume keausan teori (mm3)
K = Koefisien keausan (6,0 x 10-4)
W = Beban (N)
H = Kekerasan material (Pa, N/m2)
L = Panjang lintasan (m)
���
�� = � �
4,9 � � 462,89 �
�� = 6,0 � 10−4
207 � 105 �/�2
VT = 65,63mm3
Setelah didapat hasil perhitungan untuk volume keausan, maka laju
keausan dapat dihitung dengan persamaan (4.5) berikut ini :
73
(4.5)
Dimana :
ΨT = Laju Keausan teori (mm3/s)
t = Waktu keausan (s)
��
��=
�
65,63 ��3
�� =
1800 �
ΨT = 0,0364 mm3/s
74
Dimana :
d1 : diameter dalam lintasan (mm)
d2 : diameter luar lintasan (mm)
rp2 = rp1 + ā
rp2 = 48,5mm + (594,12 μm x 10−3 )
rp2 = 49,09 mm
75
76
VP = 18,63 mm3
Setelah didapat hasil perhitungan untuk volume keausan, maka laju keausan
eksperimen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (4.10) berikut ini :
��
�� = (4.10)
�
Dimana :
Ψp = Laju keausan eksperimen (mm3/s)
t = Waktu pengujian (s)
Berdasarkan persamaan diatas, untuk spesimen A1 memiliki volume
keausan eksperimen sebesar `18,63 mm3, maka didapat hasil perhitungan untuk
laju keausan eksperimen seperti berikut ini :
��
�� =
�
18,63 �� 3
�� = 1800 �
Ψp = 0,0103��3 /�
Untuk mempersingkat perhitungan pada spesimen A2, A3, A4, A5 dan A6,
maka perhitungan laju keausan eksperimen dan perhitungan keausan Archard
disajikan dalam bentuk Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Perbandingan nilai laju keausan eksperimen dengan laju keausan teori
77
Dari Table 4.5 dapat digambakan Grafik Laju keausan dengan variasi beban
pada plat stainless steel 304 dapat dilihat pada Gambar 4.19.
78
79
5.1 Kesimpulan
80
81
Rejin elastis mengacu pada ketiadaan defomasi plastis, yaitu ketika beban yang
dikenakan pada benda dihilangkan, maka benda tersebut dapat kembali ke bentuk
asal. Rejim elastis plastis ialah keadaan transisi dari elastis ke plastis. Dalam
rejim ini benda terdeformasi plastis, tetapi daerah kontak masih berada pada
daerah elastis serta kondisi ketiga adalah kondisi plastis (fully plastic). Kondisi ini
terjadi apabila daerah kontak telah terjadi luluh sepenuhnya, yaitu nilai modulus
elastisitas suatu material sudah terlewati.Untuk mempermudah dalam
menganalisa kontak, para peneliti membangun sebuah model.Model dapat berupa
formula matematis ataupun bentuk asperiti.Bentuk Asperitidapat disederhanakan
dengan memodelkannya dalam bentuk bola (sphere), setangah bola (hemisphere),
elips (ellips) ataupun bentuk datar (flat). Pendekatan model ini dapat diperoleh
Kontak ini terjadi karena adanya beban tangensial sehingga gerakan luncur
bisa terjadi. Sedangkan pada kontak statis hanya ada gaya normal saja. Beberapa
peneliti mengkombinasikan antara kedua beban tersebut. Kerena pada
kenyataannya gerakan sliding yang merupakan awal terjadinya gesekan, bermula
dari kontak statis.
10
2.4 Friction
Friction adalah gaya gesek yang timbul karena adanya kontak antara dua
permukaan yang saling bersinggungan. Hal ini akan selalu timbul meskipun pada
permukaan yang stationary (diam) tapi akan sangat kelihatan ketika salah satu
permukaan saling bergesekan satu sama lain. Jenis dari permukaan sangat
menentukan gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang kasar akan mengalami
friction yang lebih besar dari pada permukaan yang halus.
Ketika sebuah permukaan dikatakan sebagai permukaan yang halus, maka
permukaan yang tidak teratur hanya sedikit. Jika sebuah usaha membuat dua
permukaan saling bergeser maka bukit-bukit pada kedua permukaan akan
cenderung saling mengunci dan mengalami pergerakan yang berkawanan arah.
Permukaan yang kasar akan kelihatan sangat jelas mengalami tahanan dan akan
mengalami tahanan geser lebih besar dibandingkan dengan permukaan yang
halus. Permukaan benda kerja yang dikerjakan dengan mesin akan mempunyai
hasil permukaan yang halus. Ada bermacam-macam ukuran kehalusan tergantung
dari kegunaan benda kerja yang dihaluskan. Journal pada crank shaft yang
bertumpu pada bearing harus mempunyai kehalusan permukaan yang baik untuk
mengurangi gesekan seminimal mungkin, sedangkan pada benda kerja dikerjakan
11
12
2.6 Keausan
Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih yaitu
hilangnya bahan dari suatu permukaan kebagian lain atau bergeraknya bahan pada
suatu permukaan. Definisi lain tentang keausan yaitu sebagai hilangnya bagian
dari permukaan yang saling berinteraksi yang terjadi sebagai hasil gerak relatif
pada permukaan.
Keausan yang terjadi pada suatu material disebabkan oleh adanya beberapa
mekanisme yang berbeda dan terbentuk oleh beberapa parameter yang bervariasi
meliputi bahan, lingkungan, kondisi operasi dan geometri permukaan benda yang
terjadi keausan.
13
14
15
16
17
18
Jenis conveyor ini digunakan untuk mengangkut produk atau material yang
ringan, halus, butiran ataupun material serpihan. Juga digunakan untuk
mencampurkan material yang berbeda saat dibawa atau untuk menghilangkan
pasir atau kotoran dari biji yang terikut terbawa saat proses pengangkutan.
19
20
Jenis screw conveyor ini mirip dengan jenis standard sectional flight screw,
hanya saja jarak antar flight/screw berdekatan. Jenis ini umumnya digunakan
untuk mengangkut material ke atas yang miring (Inclined) dan pengangkutan
material dengan tampungan/corong dimana jarak antar flight lebih berdekatan dari
diameter screw itu sendiri.
21
Digunakan untuk memberikan laju alir massa yang baik (laju alir output
sama) dari sebuah hopper yang lebih tinggi dari screw-screw dengan jarak yang
berubah-ubah pada screw itu sendiri.
22
23
1. Trough
Troughs (U) atau palung berfungsi sepenuhnya sebagai wadah/rumah yang
menyertakan bahan dan disampaikan dengan bagian-bagian yang berputar (screw
conveyor).
24
2. Hanger
Hanger berfungsi memberikan dukungan, mempertahankan allignment
dan bertindak sebagai permukaan bantalan.
3. Screw Conveyor
Screw Conveyor ini berputar dengan halus memutar materi kesamping didalam
palung atau troughs( U ).
25
Screw conveyor ini terdiri dari baja yang memiliki bentuk spiral (pilinan
seperti ulir) yang tertancap pada shaft/poros dan berputar dalam suatu saluran
berbentuk U (through) tanpa menyentuhnya sehingga flight (daun screw)
mendorong material ke dalam trough. Shaft/poros digerakkan oleh motor gear.
Saluran (through) berbentuk setengah lingkaran dan disangga oleh kayu
atau baja. Pada akhir ulir biasanya dibuat lubang untuk penempatan as dan drive
endyang kemudian dihubungkan dengan alat penggerak.Elemen screw conveyor
26
27
�� 3
��������� ���� ���������� ( )
���
�= �� 3
(2.1)
��������� �������� ( ) ��� ���
���
28
Dimana:
C = Kapasitas screw conveyor dalam ft3/jam
Ds = diameter screw conveyor (inchi)
Dp = diameter pipa (inchi)
P = pitch dariscrew conveyor (inchi)
K = prosentase dari pembebanan conveyor (%)
Jadi untuk menghitung daya yang dibutuhkan adalah daya total dari gesekan
conveyor (HPf) dan daya untuk memindahkan material pada ukuran terrtentu
(HPm) dikalikan dengan factor beban overload (Fo) dan dibagi efisiensi penggerak
total (e) (CEMA-screw conveyor 1971:36):
������
��� = (2.3)
100000
Dimana:
L = Panjang dari conveyor dalam ft
N = Kecepatanscrew conveyor(saat beroperasi) dalam rpm
Fd = Faktor diameter conveyor
Fb = Faktorhanger bearing
���������
��� = (2.4)
100000
Dimana:
C = Kapasitas screw conveyor dalam ft3/jam
W = Berat jenis material dalam lbs/ft3
Ff =Faktorflight
29
Dimana:
Fo = Over load factor
e = Efisiensi penggerak (%)
HPm = Daya untuk memindahkan material (HP)
HPf = Daya total karena gesekan conveyor (HP)
Untuk menghitung besarnya torsi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
63,025 � ��
�����, (��): ���
(���ℎ. ���) (2.6)
�� � � � � �
�= (2.7)
76,8 � �
Dimana :
D : Defleksi pada bentangan tengah screw (inchi)
W : Total Berat (pound)
L : Panjang Screw (inchi)
E : Modulus elastisitas (2,9 x 107 psi untuk carbon dan
stainless)
I : Momen Inersia
30
�������������������
��������� = 12
(2.8)
31
32
Gambar a Gambar b
Keterangan:
33
���
VT= � x 109 (2.11)
�
VT
ᴪT = (2.12)
�
Dimana:
34
Ilustrasi skematis spesimen hasil uji keausan dapat dilihat pada Gambar 2.22.
Gambar 2.22 Ilustrasi spesimen hasil uji keausan (Rahman Abdul, 2015)
Keterangan :
d1 = Diamter dalam lintasan (mm)
d2 = Diameter luar lintasan (mm)
Dari gambar diatas, untuk menghitung laju keausan secara eksperimen dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ᴪP = Vp (2.16)
35
Dimana:
Laju keausan Wear rate digunakan untuk menghitung laju keausan per
satuan waktu. Unit yang digunakan tergantung pada jenis keausanan dan sifat
tribosystem yang terjadi. Laju keausan dapat dinyatakan sebagai:
1. Volume material yang dibuang per satuan waktu, per unit jarak luncur, per
putaran dari komponen atau per osilasi dari tubuh (yaitu, di keausan sliding).
2. Volume rugi per unit normal gaya per satuan jarak luncur (mm3/N.m, yang
kadang-kadang disebut faktor keausan).
3. Massa rugi per satuan waktu.
4. Perubahan dalam dimensi tertentu per satuan waktu.
5. Perubahan relatif dalam dimensi atau volume sehubungan dengan perubahan
yang sama di lain substansi (referensi).
2.16.1Keausan Abrasif
Terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentu meluncur
pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau
36
37
38
39
40
41
�
��� = ��
2
(� − √(�� 2 − �� 2 )
Dimana :
42
Uji vickers dikembangkan di inggris tahun 1925 yang dikenal juga sebagai
Diamond Pyramid Hardness test (DPH). Uji kekerasanvickers menggunakan
indentor piramida intan, besar sudut antar permukaan piramida intan yang saling
berhadapan adalah 136 derajat. Ada dua rentang kekuatan yang berbeda, yaitu
micro ( 10 g –1000 g) dan macro ( 1kg – 100kg).
Standar yang dipakai pada pengujian vickers :
1. ASTM E 384 – Rentang micro (10 g – 1000g)
2. ASTM E 92 – Rentang macro (1 kg – 100kg)
3. ISO 6507 – Rentang micro dan macro
43
44
45
Pengunaan alat pemindah bahan pada pabrik kelapa sawit merupakan bagian yang
sangat berperan penting pada keberlangsungan pengolahan TBS hingga menjadi
minyak.Dimana penggunaannya di sesuaikan baik dari segi penggunaan jenis,
kapasitas dan kecepatan daya hantarnya. Salah satu alat pemindah bahan pada
industri kelapa sawit ini adalah screw conveyor. Conveyor merupakan alat
pemindah bahan yang terdiri dari scrapper, belt dan screw(Ucok, 2015).
Dalam pengolahan perkebunan kelapa sawit sering terjadi kendala,
contohnya pada saat proses membawa buah sawit ke fruit elevator yang fungsinya
untuk mengangkat buah sawit keatas, lalu masuk ke distribusi conveyor yang
kemudian menyalurkan buah sawit masuk ke digester, pada proses inilah pabrik
kelapa sawit sering mengalami masalah seperti keausan dan korosi pada screw
conveyor sehingga screw conveyor tersebut menjadi patah dan mengurangi
produktivitas pabrik.
Sebelumnya sudah dilakukan penelitian mengenai pembuatan screw
conveyor menggunakan baja cor, akan tetapi sifat mekanisnya masih kurang baik
(Rizki Akbar, 2011). Oleh karena besarnya kebutuhan penggunaan screw
conveyor pada industri kelapa sawit, namun screw conveyor yang biasanya
digunakan oleh pabrik kelapa sawit masih sering mengalami kerusakan, membuat
peneliti memilih bahan plat stainless steel 304 untuk di teliti sebagai bahan untuk
membuat screw conveyor.Maka untuk memperoleh bahan screw conveyor yang
berkualitas harus diperhatikan unsur-unsur kimianya, kekerasannya serta
ketahanan ausnya, karena produk screw conveyor yang berkualitas sangat
mempengaruhi kegiatan produktivitas di setiap industri yang menggunakannya.
Untuk mendapatkan sifat mekanis plat stainless steel 304 sebagai bahan yang
dipilih untuk membuat screw conveyor, maka dilakukan pengujian komposisi
kimianya, melakukan uji kekerasan material serta melakukan uji keausan material.
Konveyor merupakan salah satu bagian terpenting pada industri pabrik kelapa
sawit. Permasalahan yang sering ditemukan dilapangan adalah kerusakan pada
fliht. Yaitu flight menipis, koyak, korosi dan patah yang menyebabkan
terganggunya proses produksi, sehingga mengurangi produktivitas pabrik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui komposisi kimia plat stainless steel 304 sebagai
bahan untuk membuat screw conveyo. Metoda yang digunakan pada penelitian
adalah metoda pengujian komposisi menggunakan spectrometer. Metoda
pengujian kekerasan mengunakan Brinell Hardness tester. Metoda pengujian
keausan menggunakan Pin On Disk. Hasil Uji koomposisi kimia nilai Fe 67 %, C
0,043 %, Mn 1,5 %, Cr 20,2 %, Ni10,4 %, (standart ST 52.0S Grade 1.0421), nilI
kekerasan 15 HRC dan hasil uji keausan pin on disk 0,4369 mm3/s pada berat
beban tertinggi yaitu 3 kg. Laju keausan semakin tinggi pada setiap kenaikan berat
beban.
Conveyor is one of the most important part of the palm oil mill industry. Problems
often found in field is damage to fliht. Ie thinning flight, tear, corrosion and
fractures that cause disruption of the production process, thus reducing the
productivity of the plant. The purpose of this study to determine the chemical
composition of the stainless steel plate 304 as a material for making screw
conveyo. The methods used in the study was the testing method using the
composition spectrometer. Brinell hardness test methods use Hardness tester.
Wear testing method using a Pin On Disk. Chemical Test Results koomposisi
value 67% Fe, 0.043% C, 1.5% Mn, 20.2% Cr, Ni10,4% (standard ST 52.0S
Grade 1.0421), Nili 15 HRC hardness and wear test results of pin on disk 0.4369
mm3 / s at the highest load weight is 3 kg. The higher the wear rate on any
increase in weight.
ii
SKRIPSI
AHMAD TAUFIQ
130421023
AHMAD TAUFIQ
NIM: 130421023
TUGAS SARJANA
AHMAD TAUFIQ
NIM: 130421023
Disetujui Oleh:
AHMAD TAUFIQ
NIM: 130421023
Diketahui Oleh:
Ketua Departemen Teknik Mesin
Konveyor merupakan salah satu bagian terpenting pada industri pabrik kelapa
sawit. Permasalahan yang sering ditemukan dilapangan adalah kerusakan pada
fliht. Yaitu flight menipis, koyak, korosi dan patah yang menyebabkan
terganggunya proses produksi, sehingga mengurangi produktivitas pabrik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui komposisi kimia plat stainless steel 304 sebagai
bahan untuk membuat screw conveyo. Metoda yang digunakan pada penelitian
adalah metoda pengujian komposisi menggunakan spectrometer. Metoda
pengujian kekerasan mengunakan Brinell Hardness tester. Metoda pengujian
keausan menggunakan Pin On Disk. Hasil Uji koomposisi kimia nilai Fe 67 %, C
0,043 %, Mn 1,5 %, Cr 20,2 %, Ni10,4 %, (standart ST 52.0S Grade 1.0421), nilI
kekerasan 15 HRC dan hasil uji keausan pin on disk 0,4369 mm3/s pada berat
beban tertinggi yaitu 3 kg. Laju keausan semakin tinggi pada setiap kenaikan berat
beban.
Conveyor is one of the most important part of the palm oil mill industry. Problems
often found in field is damage to fliht. Ie thinning flight, tear, corrosion and
fractures that cause disruption of the production process, thus reducing the
productivity of the plant. The purpose of this study to determine the chemical
composition of the stainless steel plate 304 as a material for making screw
conveyo. The methods used in the study was the testing method using the
composition spectrometer. Brinell hardness test methods use Hardness tester.
Wear testing method using a Pin On Disk. Chemical Test Results koomposisi
value 67% Fe, 0.043% C, 1.5% Mn, 20.2% Cr, Ni10,4% (standard ST 52.0S
Grade 1.0421), Nili 15 HRC hardness and wear test results of pin on disk 0.4369
mm3 / s at the highest load weight is 3 kg. The higher the wear rate on any
increase in weight.
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana. Adapun judul
skripsi ini adalah “Analisa Eksperimental Laju Keausan Plat Stainless Steel 304
Dengan Variasi Berat Beban Menggunakan Alat Uji Pin On Disk Sebagai Bahan
Screw Conveyor”.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
banyak terimakasih kepada
1. Bapak Ir. Syahrul Abda, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya membimbing penulis hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak Dr. Ing. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh Staff Pengajar pada Departemen Teknik mesin Fakultas Teknik
Universitas Sumatera utara yang telah memberikan pengetahuan kepada
penulis hingga akhir studi dan seluruh pegawai administrasi di Departemen
Teknik Mesin.
4. Rekan satu tim penulis, Dimas Ramadhan yang telah bekerja sama membantu
penulis.
5. Teman-teman mahasiswa Teknik Mesin USU khususnya Teknik Mesin
Ekstensi angkatan 2013 yang telah banyak memberikan semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua ayahanda Asnan Pangaribuan dan Ibunda
Fatimah yang selalu mendukung dengan doa, dukungan moral, material dan
selalu memberi semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iii
karunia-Nya kepada kita semua dan membalas segala kebaikan dan kebajikan
semua pihak yang selama ini sudah mendukung dan membantu penulis.
Ahmad Taufiq
NIM : 130421023
iv
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR NOTASI ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
vi
Halaman
Gambar 2.1. Jenis-Jenis Screw Conveyor ........................................................... 5
Gambar 2.2.Standard Sectional Flight Screw ..................................................... 6
Gambar 2.3.Ribbon Flight Screw ........................................................................ 6
Gambar 2.4.Cut Flight Screw.............................................................................. 7
Gambar 2.5.Sectional Flight Screw With Paddles .............................................. 8
Gambar 2.6.Paddle Screw ................................................................................... 8
Gambar 2.7.Short Pitch Screw ............................................................................ 9
Gambar 2.8.Interrupted Flight Screw ................................................................. 9
Gambar 2.9.Cone Screw ...................................................................................... 10
Gambar 2.10.Shaftless Screw .............................................................................. 10
Gambar 2.11. Press Screw .................................................................................. 11
Gambar 2.12 Detail Komponen Screw Conveyor ............................................... 11
Gambar 2.13 Motor dan Gearbox Reducer. ........................................................ 12
Gambar 2.14 Alat uji keausan tipe pin on disk ................................................... 19
Gambar 2.15 (a) dan (b) Ilustrasi Pengujian keausan
dengan metode pin on disk.................................................................................. 20
Gambar 2.16 Spesimen hasil uji keausan ........................................................... 21
Gambar 2.17 Alat uji kekerasan brinell test ....................................................... 26
Gambar 2.18 Ilustrasi Pengujian Vickers........................................................... 27
Gambar 2.19 Jenis kedalaman indentor terhadap spesimen............................... 28
Gambar 3.1 Pelat Bahan Pengujian..................................................................... 30
Gambar 3.2 Las Oxygen. .................................................................................... 31
Gambar 3.3Gerinda Tangan. ............................................................................... 31
Gambar 3.4 Mesin Bor ........................................................................................ 32
Gambar 3.5 Kunci Pas......................................................................................... 32
Gambar 3.6 Timbangan Digital .......................................................................... 33
Gambar 3.7 Stopwatch ........................................................................................ 33
Gambar 3.8 Jangka Sorong ................................................................................ 33
Gambar 3.9 Kertas Pasir ..................................................................................... 34
vii
viii
ix
xi