Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi

dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan

dengan kekurangan secara absolute atau relatif dari kerja dan sekresi insulin. Gejala

yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsi, poliuria, polifagia,

penurunan berat badan dan kesemutan. (Restyana,2015).

World Organization Health (WHO) menyatakan pervalensi DM meningkat

dengan cepat pada decade terakhir, sampai lebih dari 40%. Peningkatan pervalensi

obesitas lebih 60% dalam periode yang sama, berhubungan erat dengan

perkembangan DM tipe 2. (ernawati, 2013 dalam Emy,2015).

International Diabetes Federation (IDF) mencatat bahwa pervalensi diabetes di

dunia yakni sebesar 1,9%. Angka tersebut membuat diabetes melitus sebagai

penyebab kematian ke tujuh di dunia. Sementara itu terjadi peningkatan pervalensi

diabetes melitus di Indonesia. Pada tahun 2007 pervalensi diabetes melitus di

Indonesia adalah 1,1% yang kemudian meningkat menjadi 2,1%.

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemi

dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pancreas tidak dapat

memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya. Diabetes

Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent


atau childoodonset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin dan DM tipe

2, yang dikenal dengan non insulin dependent atau odult onset diabetes, disebabkan

ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara efektif yang kemudian

mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan diabetes

gestasional adalah hiperglikemi yang diketahui pertama kali saat kehamilan (Evi

Kurniawati, 2016).

Gejala klinik diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronis, gejala akut

diabetes melitus yaitu , Poliphagia (banyak makan), Polidipsi (banyak minum),

Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), dan mudah lelah dan untuk

gejala kronik pada diabetes melitus yaitu, kesemutan, kulit terasa panas atau seperti

tertusuk-tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,

pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual

menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi

keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih

dari 4 kg ( Restyana, 2015).

Penanganan yang sering digunakan atau diterapkan untuk menurunkan kadar gula

dara yaitu terapi farmakologi. Penanganan farmakologi efektif untuk menurunkan

kadar gula darah. Tetapi agar pasien dapat mengontrol kadar gula dara secara mandiri

dibutuhkan kombinasi farmakologi dengan terapi non-farmakologi (Devi, 2018).


1.2 Tujuan

Melihat Apakah Terjadi Penurunana Kadar Gula Darah Setelah Dilakukan

Relaksasi Otot Progresif Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Irina F

RSUD Prof Dr M.M Dunda Limboto

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan analisis jurnal ini dapat

dijadikan sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori

tambahan dan aplikasi dalam Keperawatan Medikal Bedah.

1.3.2 Manfaat Praktis

a. Bagi program Studi Profesi Ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan

bacaan tentang keperawatan Medikal Bedah.

b. Bagi Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

perawat dalam asuhan keperawatan Medikal Bedah.

c. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit

dalam melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan Medikal

Bedah.
BAB II

METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 1 metode pencarian jurnal yaitu Google

Cendekia dengan alamat situs: http:/scholar.google.co.id

Kata Kunci Hasil Pencarian


Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula
559 Hasil
dara
Pengaruh Latihan relaksasi otot progresif
40 Hasil
terhadap kadar gula darah
Upaya penuruana kadar gula darah dengan
349 Hasil
penerapan relaksasi otot progresif

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

2.2.1 Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalisme metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan

sensivitas insulin atau penurunan sensivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (Amin,2015)

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai doleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi, Pada DM, kemampuan tubuh

untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan

sama sekali produksi insulin (Reni, 2019)


2.2.2 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Prinsip penatalaksanaan diabetes melitus secara umum ada lima sesuai dengan

consensus pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien DM. Tujuan penatalaksanaan DM adalah jangka pendek yaitu,

hilangknya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya

target penendalianglukosa darah. Sedangakn jangka panjang yaitu tercegah dan

terhambatnya progresivitas penyakit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. untuk

mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,

berat badan dan profil lipid, melaluai pengelplaan pasien secara holistic dengan

mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.

1. Diet

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hamper sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang

diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,

jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun

glukosa dara atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah seimbang dalam hal

karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% dan protein 10-15%. Untuk menentukn status

gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indek Masa Tubuh (IMT) atau Body

Mass Index (BMI) merupakan alat atay cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan.

2. Exercise (latihan fisik/olahraga)

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30

menit, yang sifatnya sesuai dengan continus, Rhythmical, Interval, Progresive,

Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan kemapuan pasien. Sebagai contoh adalah

olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang

kurang gerak atau bermals-malasan.

3. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan

pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.

Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. sedangkan

pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah

mengidap DM dengan penyulit menahun.

4. Obat : oral hipoglikemik, insulin

Jikap asien telah melakukan pengsturan makan dan latihan fisik tetapi tidak

berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian obat

hipoglikemik.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author Judul Metode Hasil Sourcel


Putriani Relaksasi Otot Metode Dari hasil Google

Devi dan Progresif penelitian yang penelitian scholar

Setiyawati terhadap Kadar digunakan menunjukan

Dewi, 2018 Gula Darah yaitu desain bahwa relaksasi

pada Pasien penelitian otot progresif yang

Diabetes deskriptif diberikan dapat

Melitus Tipe 2 dengan membantu dalam

pendekatan menurunkan kadar

correlation gula darah

study
Simanjunta Pengaruh Metode Dari hasil Google

k Volta Latihan penelitian ini penelitian scholar

Galvani dan Relaksasi Otot adalah quasy menunjukan

Simamora Progresif eksperiment bahwa ada

Marthalena, Terhadap dengan perbedaan

2017 Kadar Gula pendekatan signifikan kadar

Darah pada one grup pre- gula darah

Pasien post test sebelum dan

Diabetes sesudah dilakukan


Melitus tipe 2 relaksasi otot

progresife
Riskinah Upaya Metode Dari hasil Google

dkk 2016 Penurunan penelitian ini penelitian scholer

Kadar Gula menggunakan menunjukan

Darah dengan non probability perbedaan kadar

Penerapan sampling gula darah

Relaksasi Otot dengan kelompok

Progresif pada pendekatan intervensi dan

Penderita consecutive kelompok control

Diabetes sampling menunjukan

Melitu tipe 2 adanya perbedaan

debelum dan

sesudah dilakukan

intervensi

3.2 Pembahasan

3.3 Implikasih Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai