Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

A. Latar Belakang...........................................................................................2

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4

D. Manfaat penelitian......................................................................................4

BAB II................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSAKA.............................................................................................5

A. Pengetahuan..............................................................................................5

B. Perilaku......................................................................................................7

C. Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut....................................................11

D. Karies Gigi...............................................................................................12

E. SDN 17 Pontianak Utara..........................................................................17

BAB III................................................................................................................ 17

KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL....................................17

A. Kerangka konsep.....................................................................................17

B. Defenisi Operasional................................................................................17

BAB IV................................................................................................................ 19

METODE PENELITIAN.......................................................................................19
A. Jenis Penelitian........................................................................................19

B. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................19

C. Populasi Dan Sampel...............................................................................19

D. Jenis Data................................................................................................20

E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................20

F. Instrumen Penelitian................................................................................20

G. Jalannya Penelitian..................................................................................21

H. Pengelolaan Data.....................................................................................22

I. Analisis Data............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk menunjang kualitas hidup yang lebih

baik, termasuk di dalamnya peningkatan pemeliharaan di bidang kesehatan gigi

dan mulut. Pendidikan atau edukasi dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan

mulut untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi penting dilakukan (Wong,

2008). Rendahnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku yang

kurang. Faktor yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan antara lain karena

sumber informasi yang kurang (Dewanti, 2012).

i
Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan yang

diperlukan untuk kesehatan anak, tetapi dapat masuk juga bakteri dan virus

melalui makanan dan minuman ke dalam rongga mulut. Oleh karena itu, penting

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak sejak usia dini. Hal ini akan sangat

mengurangi terjadinya karies (lubang gigi) dan menjaga agar gusi menjadi sehat[

CITATION drg12 \l 14345 ].

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar ( RISKESDAS ) 2018 prevalensi

masalah gigi dan mulut di Indonesia sebanyak 57,6%. Sebanyak 13 provinsi

mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional yaitu DKI

Jakarta 59,1%, Jawa Barat 58%, Yogyakarta 65,5%, Kalimantan Timur 61,6%,

Kalimantan Barat 61%, Sulawesi Utara 67%, Sulawesi Tengah 73,5%, Sulawesi

Selatan 70%, Kalimantan Selatan 59,6%, Gorontalo 65%, Sumatra Barat 58,6%,

Maluku 67,8%, Papua Barat 66,2%. Berdasarkan hasil prevalensi masalah gigi

dan mulut diderita 61% masyarakat Kalimantan Barat. Salah satunya yang

diderita oleh masyarakat ialah karies gigi. Menurut hasil penelitian angka

prevalensi karies di Kalimantan Barat mencapai 49,55%, sedangkan untuk angka

prevalensi karies di Kota Pontianak mencapai 39,52%[CITATION RIS18 \l

14345 ]. Dari hasil data tersebut angka karies di Kota Pontianak masih cukup

tinggi dan ini membuktikan pengetahuan memelihara kesehatan gigi dan mulut

masih kurang.

Kota Pontianak terbagi menjadi 6 Kecamatan yaitu Pontianak Kota,

Pontianak Barat, Pontianak Selatan, Pontianak Timur, Pontianak Utara, dan

Pontianak Tenggara. Pontianak Utara memiliki sekolah dasar sebanyak 38

sekolah. Salah satunya yaitu SD Negeri 17 Pontianak Utara yang terletak di

Kelurahan Siantan Hulu. SD Negeri 17 Pontianak Utara merupakan sekolah


dasar yang biasanya menjadi SD binaan dalam kegiatan pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut di Poltekkes Kemenkes Pontianak, jaraknya pun

cukup dekat dengan Poltekkes Kemenkes Pontianak.

Berdasarkan hasil laporan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan gigi

dan mulut (2019) di SD Negeri 17 Pontianak Utara selama 2 minggu masih

banyak terdapat penyakit gigi dan mulut pada anak sekolah dari kelas 1 sampai

6[CITATION Del19 \l 14345 ].

Hasil data diatas tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian agar mengetahui pengaruh pengetahuan dan perilaku anak

memelihara kesehatan gigi dan mulut terhadap angka karies gigi di SD Negeri 17

Pontianak Utara, yang di SD tersebut sudah biasa dilakukan pelayanan asuhan

keperawatan gigi dan mulut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : Apakah pengetahuan dan perilaku anak memelihara

kesehatan gigi dan mulut berpengaruh terhadap karies gigi anak.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku anak memelihara

kesehatan gigi dan mulut berpengaruh terhadap angka karies pada anak.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku anak memelihara kesehatan

gigi dan mulut.

b. Untuk mengetahui angka karies gigi anak.

i
D. Manfaat penelitian

Diharapkan penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui dan

menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam meneliti suatu permasalahan.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu informasi kepada pihak sekolah

mengenai pengetahuan siswa dan siswi nya tentang kesehatan gigi dan

mulut, agar nantinya akan dapat diterapkan oleh pihak sekolah untuk

mendukung program Unit Kesehatan Gigi Siswa (UKGS).

3. Institusi kesehatan

Hasil penelitian ini sebagai bahan referensi atau dijadikan kajian pustaka

bagi mahasiswa di Jurusan Keperawatan Gigi di Indonesia maupun unit-unit

kesehatan lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,

dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,

2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan

atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan dikelompokkan

menjadi 3 yakni :

a. Perilaku hidup sehat (healthy behavior)

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan degan usaha

seseorang untuk meningkatkan kesehatannya dengan cara : makan

dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-

minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stress,

perilaku atau dari gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit merupakan respon seseorang terhadap penyakit.

Perilaku ini mencakup :

1) Pengetahuan mengenai penyebab penyakit

2) Pengobatan penyakit.

5
6

c. Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)

Perilaku peran yang mencakup hak-hak dan kewajiban orang sakit.

Perilaku ini mencakup mengetahui hak-hak untuk memperoleh

kesembuhan .

1. Batasan perilaku

Aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo (2014)

aktivitas manusia dikelompokkan menjadi 2 yakni :

a. Aktivitas dapat diamati orang lain

b. Aktivitas tidak dapat diamati orang lain (dari luar)

Misalnya : berfikir, berfantasi, bersikap dan sebagiannya.

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) :Faktor yang melatar belakangi

perubahan perilaku yang memotivasi terbentuknya suatu perilaku. Faktor

ini meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai.

b. Faktor pemungkin (enambling faktor): Faktor pendukung adalah faktor

yang memfasilitasi perilaku individu atau kelompok termasuk

keterampilan. Faktor ini meliputi ketersediaan, keterjangkauan sumber

daya pelayanan kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat dan

pemerintahan dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor penguat (reinforcing factor) : merupakan faktor pendorong adalah

faktor yang mendorong sehingga memperkuat terjadinya perilaku. Faktor

penguat ini terdiri dari tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru dan

keluarga
7

3. Ranah perilaku (Domain)

Menurut Notoatmodjo (2003) pembagian ranah perilaku (domain) dibagi

menjadi 3 sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Seseorang

memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap objek tertentu

(Budihartono, 2013).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Menurut

(Budihartono, 2013) pengetahuan merupakan ranah kognitif yang

mempunyai tingkatan adapun tingkatan dari pengetahuan atau kognitif

sebagai berikut:

1) Tahu (know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,

misalnya mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau

ransangan tertentu. Contohnya mengingat kembali fungsi gigi selain

untuk mengunyah adalah untuk bicara dan estetika. Contoh lain, gigi

putih bersih beriklan pasta gigi tertentu. Akibat iklan ini seseorang

tertarik dan menjadi tahu bahwa untuk memperoleh gigi bersih seperti

yang terdapat dalam iklan di perlukan pasta gigi tersebut.


8

2) Memahami ( comprehention)

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara

benar objek yang diketahui. Contohnya mampu menjelaskan tanda-

tanda radang gusi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Contohnya

memilih pasta gigi yang benar untuk gigi dari sejumlah model sikat

gigi yang ada, setelah diberi penjelasan dengan contoh.

4) Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut. Contohnya mampu menjabarkan struktur

jaringan periodontal dengan masing-masing fungsinya.

5) Sintesis (synthensis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-

bagian kedalam suatu bentuk tertentu yang baru. Contohnya individu

mampu menggabungkan diet makan yang sehat untuk gigi,

menggosok gigi yang tepat waktu, serta megambil tindakan yang

tepat bila ada kelainan pada gigi, untuk usaha mencegah penyakit

gigi.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek tertentu. Contohnya mampu menilai kondisi kesehatan


9

gusi anaknya pada saat tertentu (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo

1990 dan1993).

c. Faktor mempengaruhi pengetahuan

1) Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari:

a) Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. Menurut

Mantra dalam Notoatmodjo (2003) pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan

pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta

dalam membangun (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi

pendiddikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas dalam Nursalam (2003) pekerjaan adalah

yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth dalam Nursalam (2003) usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998)semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja.


10

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Mainer dalam Nursalam (2003) seluruh kondisi

yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dan sikap dalam menerima informasi.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) cara memperoleh pengetahuan yakni

1) Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoriter

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima/mempunyai yang dikemukakan orang yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.
11

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d) Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya.

2) Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dalam memperoleh

kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung

dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan

objek penilaian (Notoatmodjo, 2005).

e. Pengukuran pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang mempunyai tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan merupakan hasil tahu terhadap objek tertentu berkaitan

dengan proses belajar dan pemahaman. Pengetahuan adalah hasil tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.


12

E. Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Pemeliharaan kesehatan gigi yang umum dilakukan adalah dengan

menggosok gigi. Kebiasaan menggosok gigi merupakan salah satu hal penting

dalam proses terjadinya karies gigi. Kualitas menggosok gigi yang baik akan

meningkatkan efektivitas prosedur menggosok gigi tersebut (Ningsih dkk., 2013).

Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan cara

sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke

anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya. Menggosok gigi dengan

menggunakan fluoride merupakan suatu tambahan dalam pencegahan karies

gigi (Nyvad, 2013). Selain itu, frekuensi menggosok gigi juga menentukan status

kebersihan gigi tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian oleh Anitasari dan

Rahayu (2005) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

kebersihan gigi dengan frekuensi menggosok gigi 2-3 kali sehari. Penggunaan

fluoride baik sistemik maupun topical (pasta gigi) juga dapat mencegah gigi

berlubang (Apsari, 2015).

Pola makan yang baik maupun kebiasaan memeriksakan kesehatan gigi ke

dokter gigi sangat penting untuk rentan tidak ada nya gigi berlubang. Dalam

penelitian oleh Budisuari dkk (2010) disebutkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi

makanan manis cenderung terjadinya karies gigi lebih besar dibandingkan

dengan yang memiliki pola makan berserat. Selain itu, Widayati (2014),

menyarankan bahwa perlu adanya informasi tentang pentingnya pemeriksaan

gigi dan mulut anak secara rutin 6 bulan sekali.


13

F. Karies Gigi

1. Pengertian karies

Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi

terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada

akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos,

berlubang, bahkan patah (Widayati, 2014).

Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu proses patologis yang

terjadi karena adanya interaksi antara faktor-faktor di dalam mulut yaitu

pejamu yang meliputi faktor gigi dan saliva, agen yaitu mikroorganisme,

karbohidrat dan faktor waktu, serta bisa terjadi karena adanya faktor luar

yaitu umur, jenis kelamin, perilaku kesehatan gigi dan mulut, pendidikan,

sosial ekonomi dan ras (Sugito, 2000).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karies

a. Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit di tentukan.

Tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan

dengan presentase karies yang semakin meningkat atau menurun.

Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi

pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang

tidak teratur ini akan mempersukar presentase karies pada ras tersebut

(Tarigan, 2013).

b. Jenis Kelamin

Anak perempuan umumnya mengalami lebih banyak karies di

banding anak laki-laki. Hal ini bukanlah disebabkan oleh perbedaan

kelamin karena keturunan, tetapi akibat kenyataan pertumbuhan (erupsi)


14

gigi anak perempuan lebih cepat di banding anak laki-laki, sehingga gigi

anak perempuan berada lebi lama dalam mulut. Kibatnya, gigi anak

perempuan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya

karies

(Meishi, 2012).

a. Usia

Menurut Tarigan (2013), sepanjang hidup dikenal 3 fase umur

dilihat dari sudut pandang gigi-geligi :

1. Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies.

2. Periode pubertas (remaja) usia antara 14-20 tahun. Pada masa

pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan

pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang

terjaga. Hal inilah yang menyebabkan persentase karies lebih tinggi.

3. Usia antara 40-50 tahun, pada usia ini sudah terjadi retraksi atau

menurunnya gusi dan interdental papil sehingga sisa-sisa makanan

sering lebih sukar dibersihkan.

b. Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini

dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya : karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut

diatas berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi

geligi.
15

2. Fungsi mekanis dari makanan yang di makan. Makanan-makanan

yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi alami,

tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat

membersihkan gigi ini adalah apel, jambu air, bengkuang, dan lain

sebagainya. Sebaliknya, makanan-makanan lunak dan melekat pada

gigi amat merusak gigi seperti : coklat, biskuit, dan lain sebagainya

(Tarigan, 2013)

c. Unsur Kimia

Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya

karies gigi masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling

mempengaruhi persentase karies gigi ialah flour (Tarigan, 2013).

d. Air Ludah

Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui, terutama

dalam mempengaruhi kekerasan email. Sifat enzimatis air ludah ikut di

dalam sistem pengunyahan untuk memecahkan unsur-unsur makanan. Di

dalam air ludah ini dijumpai enzim-enzim seperti amilase, fosfatase,

glikogenase, kolagenase, lipase, protase, urease, dan lain sebagainya.

Enzim ini berasal dari bakteri-bakteri, epithel, serta granulosit, dan limfosit

(Tarigan, 2013).

4. Pengukuran Karies Gigi (DMF-T)

Dalam mempelajari setiap penyakit, ahli epidemiologi akan melihat baik

prevalensi maupun insidensnya. Prevalensi adalah bagian dari suatu

kelompok masyarakat yang terkena suatu penyakit atau suatu keadaan pada

kurun waktu tertentu. Insidens adalah pengukuran tingkat kemajuan suatu

penyakit. Oleh karena itu untuk mengukur insidens dibutuhkan dua


16

pemeriksaan : satu pada permulaan dan satu pada kurun waktu tertentu.

Dengan demikian insidens adalah peningkatan atau penurunan jumlah kasus

baru yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat pada suatu kurun waktu

tertentu.

Sebelum insidens dan prevalensi dapat diukur, diperlukan pengukuran

kuantitatif lebih dahulu yang akan mencerminkan besarnya penyebaran

penyakit pada suatu populasi. Pada kasus karies, pengukuran penyakit

meliputi :

a. Jumlah gigi karies yang tidak diobati (D)

e. Jumlah gigi yang telah dicabut karena karies (M)

f. Jumlah gigi yang ditambal (F)

Pengukuran ini dikenal sebagai indeks DMF-T dan merupakan indeks

aritmetika penyebaran karies yang kumulatif pada suatu kelompok

masyarakat. DMF-T digunakan untuk mengemukakan gigi karies, hilang, dan

ditambal (Edwina dan Bechal, 1991).

Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+M+F. Rumus yang digunakan untuk

menghitung DMF-T : DMF-T = D + M + F. Kategori DMF-T menurut WHO :

a. 0,0 – 1,1 = sangat rendah

b. 1,2 – 2,6 = rendah

c. 2,7 - 4,4 = sedang

d. 4,5 – 6,5 = tinggi

e. 6,6 > = sangat tinggi.


17

5. Pencegahan Karies Gigi

a. Pemeliharaan kesehatan gigi

Menjaga kebersihan mulut merupakan cara terbaik untuk mencegah

terjadinya penyakit-penyakit di dalam mulut seperti : karies gigi dan

radang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling

sering ditemukan di dalam mulut, penyebab utama penyakit tersebut

adalah plak.

Usaha untuk memperoleh keadaan sehat dari gigi dan jaringan

pendukung adalah dengan dua hal terpenting yaitu mencegah dan

menghilangkan plak. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain

dengan kontrol plak. Kontrol plak merupakan cara menghilangkan plak

dan mencegah akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan tingkatan

utama dalam mencegah terjadinya karies dan radang gusi (Prastiwi,

2015)

g. Pencegahan karies dengan fluor

Penggunaan fluor dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara sistemik

dan topikal. Penggunaan secara sistemik bisa berupa tablet, obat tetes,

dan fluoridasi air minum ataupun melalui makanan dan minuman secara

alami. Sedangkan pemberian secara lokal dapat berupa topikal aplikasi,

penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor, dan obat kumur.

h. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor

Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor merupakan

cara yang paling umum digubakan untuk mengontrol dan mencegah

karies gigi. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, murah,

rasional sekaligus efektif untuk memerangi karies pada individu tiap umur.
18

Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Yanti, 2002).

i. Fissure Sealant

Pengaruh fluor topikal atau sistemik dalam mencegah karies gigi,

pengaruhnya pada pit dan fissure sangat sedikit. Ini mungkin karena

daerah cekung yang terlindungi pit dan fissure memberikan kondisi yang

baik untuk terjadinya karies. Kejadian lubang gigi paling banyak mengenai

daerah pit dan fissure, yang salah satunya disebabkan karena bentuknya

yang terlalu dalam. Oleh karena itu tindakan fissure sealant sebagai

preventif ditujukan khusus untuk mencegah karies pada daerah pit dan

fissure (Prastiwi, 2015).

G. SDN 17 Pontianak Utara

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dasar yang berfungsi

sebagai peletakan dasar-dasar keilmuan dan membantu pengoptimalan

perkembangan anak. SD Negeri 17 Pontianak Utara adalah salah satu dari 11

sekolah binaan dalam Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut, yang

terletak di jalan gusti situt mahmud, gang swasembada, siantan hulu, kecamatan

pontianak utara. Sekolah ini didirikan pada tanggal 15 Juni 2016. Kepala Sekolah

Dasar Negeri 17 Pontianak Utara saat ini bernama Ana Listriani, S.pd, dengan

jumlah guru sebanyak 24 orang, dan jumlah siswa nya terdiri dari 573 pelajar.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri 17 Pontianak Utara yaitu, ruang

kelas, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang kepala sekolah, toilet, dan

UKS[CITATION Dat20 \l 14345 ]. Hasil dari kegiatan pelayanan asuhan di SDN


19

17 Pontianak Utara terdapat angka karies yang masih cukup banyak, yang

berarti pengetahuan anak di SD tersebut masih kurang.


BAB III

KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL

B. Kerangka konsep

Pengetahuan dan perilaku

anak memelihara kesehatan Angka karies pada anak.

gigi dan mulut.

H. Defenisi Operasional

Tabel 3.1

No Variabel Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1 Variabel bebas: Segala informasi yang Mengisi Kuesioner Baik, Cukup, Ordinal
Pengetahuan diketahui dan dimengerti kuesioner Kurang
dan perilaku oleh anak usia sekolah
anak cara tentang cara memelihara
memelihara kesehatan gigi dan
kesehatan gigi mulut, meliputi ; teknik
dan mulut dan waktu yang tepat
menyikat gigi, diet
makanan, periksa gigi
minimal 6 bulan sekali ke
poli klinik gigi.
2 Variabel terikat : Pengukuran karies gigi Pemeriksaan Alat standar, a. 0,0– 1,1 = Ordinal
Angka Karies dikenal sebagai indeks klinis dan formulir sangat
DMF-T dan merupakan pemeriksaan rendah
indeks aritmetika karies gigi b. 1,2 – 2,6 =
penyebaran karies yang rendah
kumulatif pada suatu c. 2,7 - 4,4 =
kelompok masyarakat. sedang
DMF-T digunakan untuk d. 4,5 – 6,5 =
mengemukakan gigi tinggi
karies, hilang, dan e. 6,6 > =
ditambal (Edwina dan sangat tinggi.
Bechal, 1991).

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan

rancangan cross sectional. Menurut B. Syarifudin (2010: 05), penelitian deskriptif

bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik

mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Cross sectional adalah

penelitian non eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-

faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan

data sekaligus pada suatu saat (point time approach)[ CITATION Ram15 \l 14345

].

I. Waktu dan Tempat Penelitian

SD Negeri 17 Pontianak Utara kelas 5, pada bulan Februari 2020.

J. Populasi Dan Sampel

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau

obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya[ CITATION Ram15 \l 14345 ]. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa/i SD Negeri 17 Pontianak Utara yang berjumlah 573

pelajar.

3. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah

21
23

siswa/i kelas 5 SDN 17 Pontianak Utara. Sampel ditentukan dengan

purposive sampling, dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Anak bersedia menajdi responden.

b. Responden kelas 5 SDN 17 Pontianak Utara.

K. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer,dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku

anak memelihara kesehatan gigi dan mulut terhadap angka karies pada

anak. Data tersebut diperoleh melakukan penyebaran kuesioner langsung

kepada responden.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari data yang sudah tersedia yang dapat

melengkapi dan mendukung data primer.

L. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data ini merupakan jenis observasi cara perolehannya,

bisa dilakukan dengan teknik interview secara langsung ke subjek yang diteliti.

M. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner berbentuk 20 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban, bagi yang

menjawab benar diberi niali 1 dan apabila salah diberi nilai 0. Kategori nilai

baik (15-20), cukup (8-14), kurang (0-7).

b. Formulir survey

c. Alat dan Bahan


22

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian dalam rangka

Pengetahuan anak tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut

terhadap kerusakan gigi mencapai email pada anak adalah sebagai berikut:

Bahan : Formulir survey, kapas, alcohol, handuk

Alat : Kaca mulut, sonde, pincet, excavator

N. Jalannya Penelitian

1. Persiapan penelitian :

Pada tahap awal penelitian ini yaitu melakukan survey awal di

lapangan SDN 17 Pontianak Utara dan melakukan perizinan kepda pihak

sekolah di SDN 17 Pontianak Utara. Kemudian diperoleh data sekunder

berupa jumlah responden dari pihak sekolah SDN 17 Pontianak Utara.

2. Tahap pelaksanaan :

Pengambilan data primer dari respoden. Pelaksanaan dilakukan

dengan cara memeriksa mulut responden di SD Negeri 17 Pontianak Utara

kelas 5, dan mengisi pada formulir pemeriksaan. Informasi yang di periksa

mencakup

a. Identitas Umum meliputi nama, umur, dan jenis kelamin

b. Pemeriksaan gigi yang terdiri dari: jumlah angka KME

c. Adapun atat dan bahan yang digunakan pada penelitian dalam rangka

Pengetahuan Anak Tentang Cara Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Anak Terhadap Kerusakan Gigi Mencapai Email pada Anak adalah

sebagai berikut:

1) Bahan : Formulir survey, kapas, alcohol, handuk

2) Alat : Kaca mulut, sonde, pincet, excavator


23

Setelah semua responden sudah selesai diperiksa, dilakukan

pembagian kuesioner pengetahuan anak tentang cara memelihara kesehatan

gigi dan mulut. Jika responden sudah selesai menjawab kuesioner, kuesioner

dikumpulkan kembali ke tim peneliti

6. Tahap penyelesaian:

Pengelolaan data penyusunan laporan.

O. Pengelolaan Data

1. Pengumpulan Data

Data yang diteliti berupa data primer, responden diminta mengisi

kuesioner yang berisikan pertanyaan tertutup sesuai dengan tujuan

penelitian.

2. Data mentah yang telah terkumpul kemudian diolah ke program

komputer. Sebelum diolah data harus melewati tahapan berikut

(Notoatmodjo, 2010):

a. Editing merupakan proses melakukan verifikasi data dengan melihat

kelengkapan jawaban, kejelasan tulisan, relevansi atau kesesuaian

antara satu dengan yang lainnya dengan konsistensi data terhadap

variabel yang diteliti. Pada penelitian ini editing dilakukan pada saat

peneliti menerima kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Memberi kode (coding data) merupakan kegiatan mengklarifikasikan

dan memberi kode untuk masing-masing hasil penelitian.

c. Pemindahan data (entry data) yaitu memasukkan data ke dalam

komputer untuk mengolah data menggunakan perangkat lunak sesuai

dengan variabel yang disusun.

d. Tabulating merupakan pemindahan data ke dalam tabel.


22

P. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis secara analisis

univariat.

1. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mendiskripsikan semua variabel, baik

variabel bebas maupun variabel tertikat dalam bentuk distribusi frekuensi

(Arikunto, 2009). Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan tabel

dengan cara mempresentasikan sebagai berikut:

P=F x 100%

Keterangan:

P = Presentasi

F = Frekuensi

N = Jumlah responden
23

DAFTAR PUSTAKA

Apsari, Widya. 2015. Fluoride, mineral penting untuk kesehatan gigi, (online),

difaoralhealthcenter.com/v1/wpcontent/uploads/2015/12/Newsletter4.pdf.

diakses tanggal 7 Nopember 2016.

Budihartono. (2008 ). Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang

ilmu kesehatan gigi. Jakarta: EGC

Budisuari, M., Oktarina dan Mikrajab, M. 2010. Hubungan pola makan dan

kebiasaan menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di

Indonesia, (online), download.portalgaruda.org/article.php?

article=80694&val=4892. Diakses tanggal 7 Nopember 2016.

Dewanti. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi

dengan Perilaku Perawatan Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN Pondok

Cina 4 Depok. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler

Universitas Indonesia

Laporan Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi. (2019). Laporan Pelayanan

Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut di Sekolah Dasar Negeri 17

Pontianak Utara.

Meishi, PRL. 2012. Hubungan Tingkat Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi

pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiah 08 Mesan Tahun 2011.

E-Skripsi. SP-Gizi Kesehatan Masyarakat. Medan : Universitas Sumatra

Utara

Ningsih, D., Hutomo, L. dan Rahaswanti, L. 2013. Gambaran perilaku

menggosok gigi terhadap kejadian karies gigipada anak usia sekolah


22

dasar di wilayah kerja Puskesmas Sidemen, Kecamatan sidemen,

Kabupaten Karangasem pada Juni-Juli 2013, (online),

ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/12685/8670. Diakses

tanggal: 8 Nopember 2016.

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nyvad B. Role of dental hygiene, dalam Fejerskov O, Kidd EAM, Nyvad

B,Baelum V ed. Dental caries the disease and its clinical management

2nd ed. Tunbridge Wells: Blackwell Munksgaard, 2008, 263 p.

Ramdani, R. (2015). Hubungan Faktor-FAktor Resiko dengan kejadian

Osteoarthritis Lutut pada Pekerja Kuli Panggul di Pasar Pasir Gintung

Bandar Lampung. Digilib Unila.

RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Kesehatan, Republik Indonesia.

Sariningsih, d. E. (2012). Merawat Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta: Kompas

Gramedia.
23

Soleh, B. (2020, Januari 14). Retrieved from Data Pokok Pendidikan Dasar dan

Menengah:

https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/6354D299F354D7DCA2

D6

a.

Sugito,FS. 2000. Peranan Teh Dalam Mencegah Karies Gigi Anak. Jurnal

Kedokteran Gigi Edisi Khusus ISSN. Universitas Indonesia

Tarigan, Rasinta. 2013. Karies Gigi. Jakarta: EGC.

Widayati, 2014. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia

4–6 Tahun” . E-journal. Epidemiologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Airlangga Surabaya. Volume 2, Nomor 2.

Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (9th ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai