Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa adalah

pendidikan. Melalui pendidikan bangsa ini membebaskan masyarakat dari

kebodohan dan keterpurukan serta dapat mengembangkan sumber daya

manusia yang percaya diri untuk bersaing dan bersanding dengan bangsa lain.

Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan

adalah proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar

mengajar tidak bisa lepas dari faktor pendidik, peserta didik, sarana prasarana,

materi dan metode.

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru- peserta

didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan belajar. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan

peserta didik merupakan ciri dan syarat utama berlangsungnya proses belajar

mengajar.

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan hanya pula mengingat.

Akan tetapi, belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan

segala hasil proses belajar yang dapat ditunjukan dengan berbagai bentuk,

seperti berubah pengetahuan,pemahaman, sikap, tingkahlaku, keterampilan,

kecakapan, kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan, dan aspek-aspek lain

yang ada pada individu.

1
Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu

unsur yang sangat penting dan harus ada di dalamnya. Proses pendidikan

tanpa adanya kegiatan belajar mengajar tidak akan berhasil.

Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif, belajar adalah proses

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah

proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

Apabila berbicara tentang belajar maka berbicara bagaimana merubah tingkah

laku seseorang.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa

depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran

matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah

dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup

pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

2
Melihat pada apa yang dipaparkan diatas betapa pentingnya mata

pelajaran matematika untuk diajarkan kepada peserta didik, hal ini lantaran

berkenaan dengan agar terciptanya generasi penerus yang cerdas, kritis dan

kreatif , dalam kurikulum matematika yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 telah dijelaskan

tujuan mata pelajaran matematika agar peserta didik memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah serta dapat menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika dan dapat memecahkan

masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

serta mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah dan memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Melihat apa yang tercantum dalam penjabaran diatas, dapat kita

pahami bahwa mata pelajaran matematika sangat penting untuk diajarkan

sejak dini. Selama ini didalam dunia pendidikan kita, khususnya dalam proses

pembelajaran yang lebih dominan oleh seorang guru dan peserta didik kurang

dilatih untuk mengembangkan pengetahuan yang diterimanya sehingga

3
potensi diri yang ada pada peserta didik kurang dapat diaktualisasikan secara

optimal. Hal ini kurang menghormati kebebasan yang ada pada peserta didik

dan kekuasaan pribadi-pribadi. Selain itu karena terdesak waktu yang

mengejar pencapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang mudah

yakni menginformasikan fakta dan konsep melalui metode konvensional.

Akibatnya, peserta didik memiliki banyak pengetahuan, tetapi tidak dilatih

untuk menemukan pengetahuan, mereka tidak dilatih menemukan konsep dan

tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas pada umumnya

ditentukan oleh peran guru dan peserta didik sebagai individu-individu yang

terlibat langsung di dalam proses tersebut. Dewasa ini pembelajaran masih

menggunakan model konvensional yaitu pembelajaran yang menjadikan guru

sebagai subjek yang aktif, sedangkan peserta didik merupakan objek yang

pasif. Model pembelajaran tradisional menekankan kepada guru sebagai pusat

informasi dan peserta didik sebagai penerima informasi. Cara mengajar yang

paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan adalah

cara mengajar secara lisan atau ceramah.

Berdasarkan observasi awal penulis, motivasi belajar peserta didik

terhadap mata pelajaran matematika masih rendah karena pada saat

pembelajaran berlangsung peserta didik sering mengalami rasa jenuh dan suka

bermain sendiri. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya

kurang tertariknya dengan metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru

dan kemampuan siswa kurang dalam memahami pelajaran. Terutama yang

4
berkaitan dengan gambar, peserta didik kurang bisa membaca dan memahami

gambar yang ada pada buku pelajaran. Hal ini disebabkan karena belum ada

metode khusus yang bisa diterapkan oleh guru untuk lebih meningkatkan

motivasi peserta didik dalam pembelajaran terutama yang berkaitan dengan

penggunaan gambar. Dampaknya, hasil belajar peserta didik kurang

memuaskan yang ditandai masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai

di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimum) yang ditentukan oleh pihak

sekolah yaitu 6,0.

Dengan begitu, disini metode poster session mempunyai peran yang

cukup andil dalam proses pembelajaran. Karena metode postersession ini

menjadikan peserta didik sebagai objek yang aktif. Atas dasar inilah penulis

melakukan penelitian dan mengambil judul ’’Penerapan Metode Pembelajaran

Poster Session Pada Mata Pelajaran Matematika untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Pola Bilangan

Semester I Kelas VIII di SMP Negeri 3 BauBau 2019/2020.

B. Identifikasi masalah

Adapun masalah yang teridentifikasi dalam penelirian ini adalah:

1. Peoses belajar mengajar kurang aktif.

2. Kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang di pilih

3. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvesional

4. Guru belum menggunakan model pembelajaran poster session

5. Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika

5
6. Pembelajaran masih berpusat di guru

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi

permasalahan yaitu kurang tepatnya menggunakan model pembelajaran, sehingga

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat kurang. Penelitian ini

dibatasi hanya untuk mengukur kemampuan pemacahan masalah dalam

pemebelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran poster

session

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaiut apakah model pembelajaran tipe Poster

Session dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalahh matematika

siswa kelas XII SMP Negeri 3 BauBau

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendikripsikan pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe poster session dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika kelas VIII SMP Negeri 3 BauBau

6
F . Manfaat Penelitian

Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat

antara lain:

1. Bagi peserta didik SMP Negeri 3 BauBau

a. Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran

matematika khususnya pada materi pokok pola bilangan

b. Meningkatkan kerja sama, tanggung jawab dan keaktifan peserta didik

dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi guru SMP Negeri 3 BauBau

a. Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih

atau menentukan strategi pembelajaran.

b. Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai metode

poster session.

3. Bagi pihak SMP Negeri 3 BauBau

Sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika.

4. Bagi peneliti

Untuk mendapatkan gambaran aktivitas dan hasil belajar

matematika melalui metode pembelajaran poster session pada mata

pelajaran matematika.

7
BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berbeda naumun

saling berkaitan. Belajar dan pembelajaran sangat kental ditemukan ruang-ruang

sekolah. Kedua kegiatan ini saling menunjang satu sama lain. Kegiatan belajar

merupakan inti dari proses pembelajaran.

8
Dalam kegiatan belajar dan mengajar, peserta didik adalah subjek dan objek

dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, makna dari proses pengajaran adalah

kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan

pengajaran akan dicapai apabila peserta didik tidak hanya dituntut dari segi fisik,

tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya dari segi fisik saja yang aktif dan

mentalnya tidak aktif, maka tujuan dari pembelajaran belum tercapai. Hal ini sama

saja dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan

perubahan dalam dirinya. Belajar pada hakikatnya adalah suatu ‘’perubahan’’

yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.

Adapun pengertian belajar menurut para ahli:

a. Belajar menurut James O. Whittaker adalah merumuskan belajar sebagai

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

b. Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in

behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Dengan demikian dapat disimpulkam belajar adalah perubahan tingkah

laku pada invidu-individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya berkaitan

dengan penambah ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, minat,

watak, penyesuaian diri. Jadi dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian

kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.

9
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pemebelajaran juga dapat dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru

sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang mampu

mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru

mengatur strategi dalam pemebelajaran sesuai dengan keadaan setiap peserta

didik. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah ‘’perubahan’’. Maka hakikat

pembelajaran adalah’’pengaturan’’.

Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukuaitf yang

terjadi, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan. Interaksi ini berakar dari pihak

penddik (guru) dan kegiatan belajar secara pedagosis pada diri peserta didik,

berproses secara sistematis melalui tahap rancangan, pelaksaan, dan evaluasi.

Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan

tertentu. Dalam pembelajaran, peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dengan adanya interaksi tersebut maka akan menghasilkan proses pembelajaran

yang efektif sebagaimana yang telah di harapkan.

Menurut Trianto Muhammad Darwis Dasopang (2017: 338),

pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan

sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sabagi prosuk

interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pada

hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar

10
dari seorang guru untuk membelajarakan peserta didik didiknya ( mengarahkan

interaksi peserta didik dengan ersumber belajar yang lain) dengan maksud agar

tujuannya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa

pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari pendidik dan peserta didik,

diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada target yang

telah ditetapkan.

Pola pembelajaran yang terjasi saat ini seringkali masih bersifat transmitif,

yaitu siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau

yang ada pada buku pembelajaran saja. Adapun Menurut Hudojo, menyatakan

bahwa system pembelajaran dalam pandangan konstruktivis memberikan

perbedaan yang nyata. Ciri-cirinya adalah:

a. Siswa terlibat aktif dalam belajar, siswa belajar materi secara bermaksna

dengan bekerja dan berpikir

b. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga

menyatu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh

dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan

perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut

tidak terlepas dari bahan pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran pada

dasarnya adalah kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang

seseorang agar dapat belajar dengan baik sehingga kegiatan pembelajaran ini

bermuara pada dua kegiatan pokok, yaitu bagaimana orang melakukan

tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh

11
karena itu, makna pembelajaran merupakan tindakan eksternal dari belajar,

sedangkan belajar adalah tindakan internal dari pembelajaran.

2. Pembelajaran Matematika di SMP ( Sekolah Menengah Pertama )

Pembelajaran matematika disekolah tidak dapat dipisahkan dari definisi

matematika. Berdasarkan lampiran permendikbud nomor 59 tahun 2014

matematika adalah ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia,

mendasari perkembangan teknologi modern, berperan dalam berbagai ilmu, dan

memajukan daya piker manusia. Nelson (2002), mendefinisikan matematika

sebagai ilmu yang tidak terbatas pada angka saja, tetapi keahlian dalam

menggunakan prosedur untuk memahami dan mengaplikasikannya.

Menurut Ruseffendi (2006), matematika diajarkan disekolah karena

matematika berguna dalam memecahkan persoalan kehidupan sehari-sehari dan

persoalan lain. Saat guru memberika soal cerita kepada siswa yang sederhana dan

dirancang sedemikian rupa, membuat siswa dapat mengembangkan strategi dalam

menyelesaikan masalah.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Poster Session

Pembelajaran kooperatif meerupakan suatu metode belajar dimana siswa

belajar dalam kelompok- kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang

berbeda, kelompok kecil ini setiap anggotanya di tuntutn untuk saling

bekerjasama antar angogota kelompok yang satu dengan yang lain.

12
Pengelompokkan siswa dalam pembelajaran kooperaif yaitu secara

heterogen, dimana siswa di bagi dalam kelompok-kelompok kecil yang di bentuk

atas 3 sampai 5 orang siswa dan mareka harus bertanggung jawab atas

kelompoknya. Untuk menjamin heterogenitias keanggotaan kelompok, makan

guru yang membentuk kelompok-kelompok tersebut.

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak jenis, salah satunya

pembelajaran kooperatif tipe Poster Session. Poster session adalah Strategi

presentasi alternatif yang merupakan sebuah cara yang tepat untuk

menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi

mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara mereka. Teknik ini juga

merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik

mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang

sedang didiskusikan dalam sebuah lingkungan yang tidak menakutkan.

Strategi pembelajaran poster session ini hanya bisa digunakan untuk materi

yang bergambar. Adapun langkah-langkah pembelajaran strategi poster session

adalah sebagai berikut:

1. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 5-6

anggota.

2. Sarankan bahwa salah satu cara untuk kelebihan yang dimiliki kelas adalah

dengan membuat rangkuman kelompok.

3. Bagikan kepada setiap kelompok kertas plano (kertas buram ukuran koran) dan

spidol untuk menuliskan rangkuman mereka.Rangkuman harus dapat mencakup

semua informasi yang dapat dimengerti oleh kelompok lain.

13
4. Mengkondisikan kelas dengan suasana yang hangat agar peserta didik tetap

fokus.

5. Minta masing-masing kelompok untuk menempelkan materi di depan kelas dan

mempresentasikan rangkuman mereka serta catat keseluruhan potensi yang

dimiliki oleh keseluruhan kelompok.

6. Minta masing-masing kelompok untuk memberikan soal kepada kelompok lain

agar di kerjakan di depan kelas.

7.Masing-masing kelompok membuat kesimpulan tentang materi yang mereka

presentasikan.

8. Lima belas menit sebelum selesai, berundinglah dengan seluruh kelas dan

diskusikan keuntungan apa yang mereka peroleh dari kegiatan ini.

a. . Kelebihan dan kekurangan Strategi poster session

Kelebihan dari Strategi poster session adalah:

1. Peserta didik menjadi siap memulai pelajaran, karena peserta didik belajar

terlebih dahulu.

2. Peserta didik aktif bertanya dan mencari informasi.

3. Materi dapat diingat lebih lama.

4. Kecerdasan peserta didik diasah pada saat peserta didik mencari informasi

tentang materi tanpa bantuan guru.

5. Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat

Kekurangan dari Strategi poster session adalah:

1. Peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam

Strategi tersebut tidak disukai.

14
2. Pelaksanaan Strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif,

sedangkan tidak semua pendidik memiliki karakter tersebut.

3. Pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda.

b. Penerapan Strategi Pembelajaran Poster Session

dalam Pembelajaran Matematika

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika

sekarang ini pada umumnya guru masih mendominasi kelas, peserta didik pasif

(datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Guru memberitahu konsep, peserta

didik menerima bahan jadi.

Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan peserta didik tidak

siap terlebih dahulu dengan minimal membaca bahan yang akan dipelajari, peserta

didik datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih

parah lagi, peserta didik tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak

mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti. Mereka memandang

belajar sebagai suatu kewajiban yang dipikul atas perintah orang tua, guru,dan

lingkungannya. Mereka belum memandang belajar sebagai kebutuhan. Dampak

dari kedua hal tersebut, peserta didik tidak merasakan nikmatnya belajar, belajar

hanya sekedar melaksanakan kewajiban bahkan seringkali terlihat karena

keterpaksaan. Ditambah lagi materi matematika susah (abstrak) dan sering dibuat

susah, suasana pembelajaran matematika yang monoton, penuh ketegangan,

banyak tugas, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan kondisi di luar kelas,

15
suasana rumah tidak nyaman, fasilitas belajar kurang, lingkungan kehidupan tidak

kondusif. Lengkaplah penunjang kegagalan belajar.

Strategi pembelajaran poster session dalam pembelajaran matematika,

berusaha untuk mengubah kondisi di atas, yaitu membuat skenario pembelajaran

yang dimulai dari konteks kehidupan nyata para peserta didik (daily life).

Selanjutnya guru memfasilitasi peserta didik untuk mengangkat objek dalam

kehidupan nyata tersebut ke dalam konsep matematika, dengan melalui tanya

jawab, diskusi, inkuiri, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi konsep

tersebut dalam pikirannya. Penerapan Strategi pembelajaran poster session sejalan

dengan tumbuh kembangnya matematika itu sendiri dan ilmu pengetahuan secara

umum. Matematika tumbuh dan berkembang bukan melalui pemberitahuan, akan

tetapi melalui inkuiri, tanya jawab dan semacamnya yang dimulai dari

pengamatan pada kehidupan sehari-hari yang dialami secara nyata.

Hakekat pembelajaran matematika adalah suatu proses (aktivitas) berpikir disertai

dengan aktivitas afektif dan fisik. Suatu proses akan berjalan secara alami melalui

tahap demi tahap menuju ke arah yang lebih baik, kesalahan adalah bagian

dari proses pembelajaran. Dengan demikian dalam pembelajaran peristiwa salah

yang dilakukan oleh peserta didik suatu hal yang alami, tidak perlu disalahkan,

justru seharusnya guru memberikan atensi karena mereka telah melakukan

pembelajaran. Guru jangan selalu berharap kepada peserta didik mengemukakan

hal yang benar saja, apalagi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan

membuka toleransi dan menghargai setiap usaha peserta didik dalam belajar,

peserta didik tidak akan takut berbuat salah, bahkan akan tumbuh semangat

16
untuk mencoba karena tidak takut lagi disalahkan. Karena belajar adalah

suatu proses, belajar bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi, akan tetapi

belajar haruslah mengalami sendiri.

B. Kerangka Pikir

Keaktifan belajar siswa khususnya bidang studi matematika masih kurang

memuaskan, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain strategi

pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga proses belajar mengajar

cenderung monoton, banyaknya materi yang harus disampaikan oleh guru,

terbatasnya sarana dan prasarana pendukung di sekolah dan kepribadian siswa itu

sendiri sehingga mengakibatkan pengajaran kurang efektif

Guru dapat memilih strategi pembelajaran Poster Session secara khusus

penggunaan strategi pembelajar Poster Session bertujuan agar siswa dapat

menerima dan menguasai konsep yang diberikan guru untuk meningkatkan

pemahaman konsep yang diharapkan. Proses penerapan strategi pembelajaran

Poster Session sifatnya menyenangkan, dengan latar belakang yang telah

disediakan. Pembelajaran ini akan merangsang siswa untuk aktif dalam kegiatan

belajar mengajar, adanya pengalaman siswa sebelumnya akan bisa di tuangkan

dalam pembelajaran Poster Session.

Strategi pembelajaran Poster Session adalah alternative yang dapat

digunakan agar tercapai optimalisasi aktivitas dan pemahaman konsep belajar

siswa. Belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran Poster Session juga

membantu siswa dalam memahami materi pola bilangan karena dalam proses

17
belajar ini siswa tidak hanya dituntut aktif dalam kelompoknya tetapi terlibat

langsung dalam menemukan rumus sehingga rumus yang ditemukan akan lebih

lama diingat.

c. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ Pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran poster session dapat memperbaiki kualitas

proses pembelajaran sehingga upaya penerapan tersebut dapat meningkatkan

aktivitas belajar dan pemahaman konsep siswa pada materi Pola Bilangan”.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan

dikelas dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3 BauBau pada semester ganjil

tahun ajaran 2019/2020, penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian

yang dilakukan secara sistematis refleksi terhadap berbagai tindakan yang

dilakukan oleh guru peneliti, sejak, didiaknosis, perencanaan, pelaksaan,

pemanataun sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupa

kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang

dilakukan. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdapat beberapa siklus,

dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksaan,observasim

dan refleksi seperti yang di gambarkan pada gambar 1.

19
Subjek Penelitan dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah peneliti, sedangkan objek adalah guru

dan seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri BauBau yang terdiri dari 1

kelas

B. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sesuai dengan settian

penelitian sebagai berikut:

1. Perencanaan

20
a. Menyusun RPP sesuai materi pelaksaan pembelajaran yang

akan dilaksanakandalam penlitian

b. Mempersiapakan kelengkapan untuk pembelajaran

c. Membuat lembar pengamatan

d. Merancang scenario pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Poster Session

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah

melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah

direncanakan

3. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan pelaksaan tindakan,

yaitu Observer mengamati proses pembelajaran dengan lembar

pengamatan yang telahdisusun. Guru melakukan evaluasi

menggunakan table untuk mencatat intensitas keaktifan siswa

dalam proses pemebelajaran, proses observasi dilakukan sejak awal

hingga akhir penlitian.

4. Refleksi

Penelitian melakukan refleksi terhadap hasil siklus 1 dan

mengamati permasalahan yang muncul dalam pemebalajaran,

kemudian mendiskusikan hasil tindakan yang telah dilakukan dapat

meningkatkan berpikir kreatifitas atau belum. Kekurangan pada

siklus 1 dapat dijadikan pedoman untuk memperbaiki pada siklus

21
berikutnya. Jika siklus 1 mencapai indicator keberhasilan, maka

siklus II dilakukan untuk penguatan hasil yang dicapai pada siklus

1.

C. Intrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Dalam suatu penelitian ilmiah eksitansi intrumen penelitian sangatlah

penting dan diperlaukan, Karena berhasil atau tidaknya suatu penelitian

banyak ditentukan oleh instrument penelitian yang di guanakan, dalam

peneltiana ini ada beberapa yang diperlukan yaitu:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai lembar pengamatan

yang diguanakan untuk mengukur kemandirian guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini

juga digunakan sebagai bahan refleksi siklus berikutnya

b. Tes

Tes yang digunakan pada penelitian ini berupa tes

presentasi dan serta alat yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu atau kelompok

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunaka

metode seabagai berikut:

22
a. Observasi

Observasi adalah suatu cara mengumpulkan data dengan

pengamatan langsung dan pencatatan seacara sistematis terhadap objek

yang akan diteliti. Obsrvasi dilakukan oleh peneliti dengan cara

pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajarann

dikelas.

b. Tes

Tes dilakukan sebelum tindakan dengan menggunakan model

pemebalajaran tipe Poster Session terlebih dahulu dilakukan pretest untuk

mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah dilakukan tindakan dengan

menggunakan model pembelajar tipe Poster Session kemudian dilakukan

posttest untuk mengetahui kemampuan siswa.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskripsi kuantitatif dan diskrispi kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif

digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka yaitu skor dari hasil

pre test dan post test. Sedangkan analisis deskriptif kualitatif digunakan

untuk menganalisis data yang berupa informasi berbentuk

kalimat yaitu pada hasil observasi.

23
Tes prestasi belajar siswa yang diperoleh pada akhir siklus dihitung

kemudian

dipersentase dan dihitung skor rata-rata kelasnya. Untuk menghitung

persentase

siswa yang tuntas KKM digunakan rumus sebagai berikut.

a. Rumus untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar

Presentasi= Jumlah siswa yang tuntas x 100%


Jumlah Siswa

b. Rumus untuk menghitung nilai rata-rata

∑X
x=
∑N

Keterangan:

x = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah Siswa

E. Indikator Kinerja dan Keberhasilan Peneliti

Yang menjadi indicator keberhasilan dengan menggunakan model

pemebelajaran kooperatif tipe Poster Session di dalam penelitian

24
tindakan kelas ini dapat dilihat dari dua segi proses dan hasil atau nilai

ketuntasan belajar yang dapat diperoleh siswa:

1. Dari segi proses ini dikategorikan keberhasilan apabila minimal

80% proses pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan scenario

pembeajaran.

2. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai ketuntasan belajar yang

diperoleh siswa ≥ kreiteria ketuntasan minimum ( KKM) yang

telah ditetapkan sebelumnya yaitu 70

F. Jadwal Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan sesuai dengan rencana seperti pada

table 2:

25
Table 2

Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Tahun 2019

Bulan

Mei Jun Jul Aug Sep


1 Pengusulan Judul

Skripsi
2 Penyusunan Proposal
3 Bimbingan Proposal
4 Seminar proposal
5 Proses izin penelitian
6 Observasi lapangan
7 Penelitian
8 Menyusun Skripsi
9 Bimbingan Skripsi
10 Ujian Skripsi

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,2004, Pengelolaan Pengajaran, Bintang Selatan, Ujung Pandang

Ahsan , Fahrudin (2012) Peningkatan kemandirian dan prestasi belajar bahsasa

Jawa melalui blog sebagai media pembelajaran pada siswa kelas XI SMA Negeri

1 CANDIMULYO MAGELANG. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI

YOGYAKARTA

Erawati, Desi. (2015). Upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi

pecahan sederhana melalui media kartu pecahan di kelas III SD Negeri Kyai Mojo

Yogyakarta.

Hartati, Sri (2012). Penerapan Strategi Poster Session Seabagai Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidiakn Kewarganergaran Pada Siswa

Nuryani Y Rustama, dkk, (2013) Strategi Belajar Mengajar Biologi, hlm. 4.

PUTRIANI, DEARY and Waryanto, Nur Hadi (2017) Pengembangan media

pembelajaran berbasis android dengan program Construct pada materi bangun

ruang sisi datar untuk siswa SMP kelas 8. S1 thesis, UNY.

27
Sahabuddin, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Skripsi, Makassar, Universitas

Negeri Makassar.

Sutriningsih, - (2015) Meningkatkan prestasi belajar menghitung keliling serta

luas jajar genjang dan segitiga dengan pendekatan pembelajaran Matematika

Realistik (PMR) pada siswa kelas IV SD Negeri TEGALYOSO GAMPING. S1

thesis, PGSD

Yulianto, Yulianto (2012) Penerapan pembelajaran aktif teknik Everyone Is A

Teacher Here untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran IPS

SISWA KELAS VIII B SMP N 4 NGAGLIK, SLEMAN. S1 thesis,

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

28

Anda mungkin juga menyukai