Anda di halaman 1dari 11

PERANCANGAN SISTEM KALIBRASI SEISMOMETER SHORT-

PRIODE TDV-23S SECARA RELATIF MENGGUNAKAN


GELOMBANG SINUS
Benyamin Heryanto Rusanto, M.Si
PMG Muda Sub Bidang Kalibrasi Peralatan Geofisika BMKG

INTISARI
Seismometer short-priode TDV-23S mempunyai parameter penting yang berpengaruh dalam
pengolahan data seismik, terutama parameter gempa bumi seperti magnitude yaitu sensitivitas.
Oleh karena itu diperlukan kalibrasi sehingga dihasilkan pengukuran yang akurat. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai paramater seismometer yaitu sensitivitas beserta nilai
ketidakpastiannya sehingga tertelusur ke satuan international, dengan merancang sistem kalibrasi
seismometer secara relatif menggunakan gelombang sinus. Perancangan sistem kalibrasi
dilakukan baik secara hardware maupun software. Pada hardware dirancang sistem low noise
digitizer dengan ADC (Analog to Digital Converter) beresolusi 16 bit, sedangkan untuk
pengolahan dan analisa data kalibrasi digunakan software builder LabVIEW. Dari data hasil
pengujian hardware dan software, maka unjuk kerja perancangan sistem kalibrasi adalah cukup
baik karna di bawah 5 % , selisih dengan peralatan operasional yang terpasang mempunyai
selisih sekitar 3 %.

Kata Kunci: Seismometer, Kalibrasi, Katidakpastian

ABSTRACT
Short-period seismometers TDV-23S have a value of important parameters that influence the
processing of seismic data, especially parameter such as magnitude earthquake that sensitivity.
It is therefore necessary if the calibration to produce an accurate measurement. This study aims
to obtain parameter values and their sensitivity seismometers that uncertainty value traceable to
international units, by designing a relative calibration system seismometers using a sine wave.
Designing the system calibration is done both in hardware and software. On the hardware
system designed low noise ADC resolution digitizer with 16 bits, while for the processing and
analysis of calibration data used LabVIEW software builder. From the test data hardware and
software, the performance of the system design is pretty good calibration can be seen from the
difference between the operational equipment installed has a margin of about 3%.
Keywords: Seismometer; Calibration; Uncertainty
1. PENDAHULUAN
Dalam suatu sistem pengamatan gempa bumi dan peringatan dini, diperlukan
seismometer yang handal untuk menghasilkan data yang akurat. Data yang akurat
tersebut dihasilkan dari instumen yang telah terkalibrasi.
Belum adanya Laboratorium kalibrasi yang terakriditasi Komisi Akreditasi
Nasional dengan ruang lingkup seismometer, mengakibatkan lembaga-lembaga baik
pemerintah maupun swasta mengalami kesulitan untuk mengkalibrasi seismometernya.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem kalibrasi
seismometer yang memenihi persyaratan standar untuk suatu laboratorium kalibrasi (ISO
17025).
Penelitian mengenai perancangan sistem kalibrasi telah banyak dilakukan.
Diantaranya, untuk seismometer dengan coil tunggal, metode klasik yang paling sering
digunakan adalah yang telah dilakukan oleh Willmore [1] dan dimodifikasi oleh White [2]
di mana seismometer dipandang sebagai sensor dengan empat unsur dari suatu resistor
balanced bridge. Dengan cara yang sama, Mitronovas & Wielandt [3] menggambarkan
penggunaan gambar Lissajous untuk pengukuran fase shift antara dua sinyal sinusoidal
yaitu sinyal yang diinputkan ke coil calibration dan sinyal dari tegangan output
seismometer. Untuk nilai frekuensi alami seismometer yang berosilasi, pergeseran antara
percepatan tanah dan tegangan output coil akan menjadi nol.
Pavlis & Vernon menjelaskan bahwa adanya kemungkinan melaksanakan
kalibrasi relatif dengan presisi menggunakan background noise sebagai sinyal input,
dengan menggunakan dua seismometer, yaitu satu seismometer dengan frekuensi respon
yang telah diketahui dan satu lagi seismometer yang ingin diketahui frekuensi responnya,
dengan meletakkan berdekatan satu sama lain, dan diasumsikan bahwa keduanya berada
di bawah seismic vault yang sama (homogen). Namun, pada penelitian tersebut belum
dihasilkan nilai senstivitas, serta data yang dihasilkan hanya dalam bentuk spectrum [4].
Rodgers menggunakan metode kalibrasi harmonic berdasarkan perhitungan
respons seismometer untuk step impulse, yang terjadi ketika menginputkan step current
ke coil calibration [5].
Dengan cara yang sama, Berger menggunakan estimasi untuk kalibrasi
seismometer broadband, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa, ketika coil
calibration diberikan sinyal pseudo-random biner, maka perhitungan konstanta generator
elektromagnetik dapat dilakukan [6].
Mengenai kalibrasi absolut dan kalibrasi harmonik ada beberapa metode yang
beragam berdasarkan dari sinyal yang diinputkan ke coil calibration seismometer.
Wiedlant dan Havskov & Alguacil dalam hal ini menjelaskan beberapa metodologi yang
digunakan[7][8].
Juga, Bormann menjelaskan cara alternatif untuk mensimulasikan gerakan tanah
menggunakan perangkat mekanik, yang memungkinkan untuk menempatkan
seismometer untuk gerakan amplitude vertikal, dalam domain waktu, dan untuk
mengetahui sinyal respon sensor. Metode yang disebut "stepwise motion" menghitung
respon perpindahan dengan cara deconvolution, interpolasi dan selanjutnya integrasi
sinyal yang terekam[9].
Ringler & Storm dalam penelitiannya, melakukan estimasi ketidakpastian
sensitivitas seismometer dengan menggunakan gelombang mikroseismik. Namun, pada
penelitian tersebut belum menggunakan seismometer referensi yang terkalibrasi ke
standar internasional[10].
Metode kalibrasi yang biasa digunakan setelah peralatan seismik dipasang di
lokasi pengamatan gempa bumi adalah dengan menggunakan metode relatif yaitu
kalibrasi dengan gelombang sinus (sinewave calibration). Kalibrasi gelombang sinus
adalah kalibrasi relatif seismometer ketika gelombang sinus dengan frekuensi dan
amplitudo diketahui sebagai masukan kumparan kalibrasi (coil calibration) seismometer
tersebut. Keuntungan menggunakan metode sinewave calibration adalah kemudahan
dan efisien dalam hal peralatan yang digunakan dan waktu pelaksanaan.
Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat sistem kalibrasi baik
hardware maupun software yang meliputi pengukuran parameter-parameter seismometer
sehingga di dapat nilai sensitivitas beserta ketidakpastiannya dan tertelusur ke standar
internasional..

2. TEORI DASAR
Sensitivitas seismometer (S) didefinisikan sebagai besaran listrik berbanding
dengan besaran fisis dalam hal ini tegangan berbanding dengan velocity :

...................................................................................... 1
Velocity dihitung dengan menggunakan parameter di dalam datasheet seimometer
seperti momen inersia I (kg.m2), reduce pendulum length (m) sensitivity coil calibration
(V/m/s) dan arus input yang diberikan (A)

.................................................................................. 2

dimana:
a = percepatan (m/s2)
� = percepatan sudut (rad/s)
f = frekuensi gelombang sinus yang diberikan (Hz)

Percepatan a dihutung menggunakan persamaan

a = C.I .......................................................................................................... 3
dimana:
a = percepatan (m/s2)
I = Arus yang diberikan (Amper)
C = Konstanta coil calibration (m/s 2/A)

Pada umumnya konstanta coil calibration seismometer (C) sudah diberikan dalam
data sheet seismometer (seperti seismometer merk Trillium, Geodevice dll), apabila
parameter tersebut belum diketahui maka dihitung menggunakan parameter-parameter
lain yang ada pada datasheet seismometer tersebut. Seperti seismometer TDV-23S yang
digunakan dalam penelitian ini, konstanta coil calibration seismometer (C) dihitung
menggunakan persamaan :

........................................................................................................... 4

dimana:
C = konstanta coil calibration (m/s2/A)
Sc = sensitivitas coil calibration (V/m/s)
M = massa (kg)
Massa M (kg) didapat dari parameter momen inersia I dan panjang pendulum L

.......................................................................................................... 5

dimana:
I = Inersia (kg.m2)
l = panjang pendulum (m)

3. METODOLOGI
Alur penelitian meliputi beberapa tahapan antara lain studi literatur, penyiapan alat
dan bahan penelitian, perancangan digitizer 16 bit, pembuatan hardware dan software,
pengambilan data serta analisa dan interpretasi data pengukuran. Dimulai dengan studi
literatur yaitu menentukan kebutuhan apa saja yang akan diinginkan berdasarkan sistem
kalibrasi yang akan dibuat sehingga mendapatkan ide untuk pemilihan bahan-bahan dan
peralatan yang akan digunakan dalam perancangan sistem. Pemilihan bahan dan
peralatan juga disesuikan dari kalibrator yang digunakan dan seismometer yang akan
digunakan untuk dikalibrasi.
Akhir dari sistem akuisisi adalah menampilkan real-time data dan pengolahan data
pada komputer menggunakan software builder LabVIEW.
Perancangan hardware terdiri atas studi karakteristik sensor, studi karakteristik ADC
16 bit, perancangan skematik dan board PCB menggunakan program Eagle, dan
pemrograman mikrokontroller mengikuti literature [11].

Gambar 1. Rancangan Umum Sistem Kalibrasi Seismometer secara Relatif


Pada rancang sistem kalibrasi seismometer yang telah terintegrasi yang dapat
digunakan untuk mengkalibrasi seismometer secara relatif menggunakan function
generator yang terkalibrasi yaitu GW-Instek GFG-3015 seperti terlihat pada Gambar 1.
Data analog dari seismometer akan diubah ke digital melalui perancangan hardware dan
kemudian data digital menjadi masukan bagi LabVIEW untuk selanjutnya ditampilkan
real-time nya serta pengolahan dan penyimpanan data hasil kalibrasi. Dengan sistem
kalibrasi ini diharapkan dapat menghasilkan hasil kalibrasi yang sesuai dengan ISO
17025 yaitu hasil kalibrasi yang akurat, tertelusur dan mencantumkan nilai uncertainty
(Unc) atau ketidakpastianya.
Dalam perancangan ini digitizer mempunyai fungsi utama merubah sinyal analog ke
sinyal digital atau analog to digital converter (ADC) yang akan diproses lebih lanjut
dalam sistem software. Adapun diagram blok dari digitizer dapat dilihat pada Gambar 2.

S E R IA L C O M
A NA L OG A DC
A NA L OG
LTC1605
PARAL EL
1 6 B IT ATm ega 32
M U L T IP L E X E R
DG5 0 8

Gambar 2. Blok Diagram Digitizer

ADC yang digunakan memiliki single input maka diperlukan multiplexer untuk
menambah input analog, seismometer memberikan 3 sinyal input analog yang akan
masuk ke multiplexer. Multiplexer yang digunakan adalah DG508. Mikrokontroller
merupakan inti dari sistem yang dibangun ini, sehingga pemrograman di mikrokontroller
menjadi faktor yang sangat penting karena untuk mengendalikan multiplexer dan ADC.
IC (ADC) yang digunakan adalah LTC1605 dari Linear Technology yang dikontrol
melalui Digital Control Sinyal dengan microcontroller. Output dari ADC berupa data
parallel 16 bit.
Perancangan software akuisisi dimaksudkan untuk penampilan data digital dari
Microcontroller berupa data text dalam count ditampilkan dalam bentuk grafik, sehingga
bentuk sinyal dapat terlihat. Software aquisi juga digunakan untuk penyimpanan data.
Bagian Blok diagram software akuisisi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3,
pertama-tama data serial dibaca terlebih dahulu dengan menentukan com port, baudrate,
data bit, parity dan flow control yang harus disamakan dengan ketika setting komunikasi
serial pada mikrokontroller Atmega 32. Setelah membaca data serial maka data yang
terdiri dari 3 (tiga) channel setiap barisnya dipisahkan menjadi masing-masing channal
oleh suatu fungsi string yaitu scan from string, format yang dipakai adalah #a %6s b %6s
c %6s* tanda % memberi arti banyaknya data yang akan dipisahkan sedangkan 6s berarti
ada 6 digit string yang akan diambil setiap channel.
Setelah data dipisahkan per channel maka supaya bisa dapat diolah dan ditampilkan
data dirubah menjadi format number dengan Fract/Exp String to Number. Tampilan data
dilihat dalam bentuk wave form menggunakan fungsi wave form chart. Untuk
menyimapan data dalam bentuk text file maka aliran blok diagram yaitu melalui fungsi
create file, write to binary file, close file dan Simple Error Handler.vi. Untuk format
datanya digunakan fungsi format into file dan fungsi Concatenate String untuk
menentukan header datanya.
Pengambilan data kalibrasi dilakukan ketika perancangan hardware dan software
sistem kalibrasi telah selesai. Pertama-tama akan dilakukan pengujian software
pengolahan data kalibrasi relatif dengan cara membandingkan dengan software
pengolahan data kalibrasi dari pabrikan atau peralatan operasional (Self Cal). Pada
penelitian ini diambil tiga lokasi berbeda yaitu stasiun geofisika Tretes Jawa Timur,
stasiun Geofisika Manado dan Laboratorium Kalibrasi BMKG.
Setelah pengujian software dilakukan maka berikutnya kalibrasi dilakukan dengan
hardware hasil rancangan sistem kalibrasi. Pengujian hardware ini dilakukan di
Laboratorium Kalibrasi BMKG, sehingga menggunakan peralatan kalibrator yang telah
tertelusur seperti Fuction Generator yang telah terkalibrasi oleh Laboratorium Kalibrasi
Telkom MSC Cibinong.

Gambar 3. Contoh Tampilan di block diagram software akuisisi


4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengujian software pengolahan data kalibrasi relatif menggunakan
gelombang sinus 1 Hz, dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa total selisih rata-ratanya dengan
software pengolahan data kalibrasi dari pabrikan atau peralatan operasional (Self Cal)
adalah untuk Stasiun geofisika Tretes 0,35 %, Stasiun geofisika Manado 0,18 %,
sementara untuk Laboratorim kalibrasi yang berlokasi di Jakarta 3,28 %.

Tabel 1. Hasil Kalibrasi Relatif

Sensitivitas Self Cal Selisih


Lokasi ±
(V/m/s) (V/m/s) (%)
EW 1134,65 0,22 1129,35 0,47
Stageof
NS 1126,09 0,14 1122,38 0,33
Tretes
UD 1168,06 0,13 1165,02 0,26

EW 1341,55 9,16 1333,90 0,57


Stageof
NS 1345,41 9,54 1341,41 0,30
Manado
UD 1337,72 9,79 1342,29 0,34

Lab EW 1155,74 0,79 1122,85 2,93


Kalibrasi NS 1154,86 0,57 1102,72 4,73
Jakarta UD 1191,48 0,46 1165,90 2,19

Dapat dilihat bahwa dari selisih dua lokasi yaitu Stasiun geofisika dan Stasiun
geofisika Manado sensitivitas adalah sangat kecil ( < 0,35 %) sehingga dapat dikatan
bahwa perancangan software sistem kalibrasi memiliki unjuk kerja yang bagus. Untuk
Selisih nilai sensitivitas di Laboratorim kalibrasi Jakarta disebabkan karena perbedaan
metode perhitungan dalam software pengolahan data kalibrasi.
Kalibrasi relatif seismometer menggunakan hasil perancangan sistem kalibrasi
baik hardware maupun software di Laboratorium Kalibrasi BMKG dilakukan dengan
menggunakan sinyal input dari function generator yang terkalibrasi (GW-INSTEK GFG-
3015) dan seimometer yang dikalibrasi adalah tipe short-priode seismometer TDV-23S
dengan no seri V23S101006, kalibrasi dilakukan pada tanggal 5 Desember 2014.
Kalibrasi dimulai dengan menentukan nilai parameter gelombang sinus yang
akan diberikan seperti besarnya arus yang diberikan dalam (mA) dan frekuensi yang
akan digunakan.
Gambar 4. Sine Kalibrasi Seismometer TDV-23S Sn. V23S110801 Menggunakan
Digitizer 16 bit

Pengambilan data dilakukan dengan menginputkan gelombang sinus dari


function generator yang terkalibrasi ke digitizer hasil perancangan sistem seperti terlihat
pada Gambar 4 kemudian data ditampilkan dan disimpan melalui program real-time
LabVIEW.
Diberikan gelombang sinus 1 Hz dengan arus 4 mA, dari function generator
terkalibrasi, pada gambar hasil kalibrasi sinewave terlihat masih ada noise di dalam
sinyal, yang harus di analisi lebih lanjut, noise ini bisa mempengaruhi peak detection
software.

Tabel 2. Sensitivitas Seismometer TDV-23S Sn. V23S110801

Sensitivitas Self Cal


Arah Selisih (%)
(V/m/s) (V/m/s)
EW 1072,65 ± 28,10 1122,85 4,47
NS 1072,3 ± 20,81 1102,72 2,76
UD 1078,6 ± 18,14 1165,90 7,49

Hasil kalibrasi Seismometer TDV-23S Sn. V23S110801 berdasarkan Tabel 2.


terlihat bahwa nilai sentivitas dari data yang dihasilkan digitizer hasil perancangan
mempunyai total selisih rata-rata sekitar 5 % dari nilai sensitivitas awal seismometer
(Self Cal).

5. KESIMPULAN
Perancangan Sitem Kalibrasi Seismometer secara Relatif telah berhasil dibuat
dengan dibuktikan dari hasil pengujian data akuisisi dan pengolahan data kalibrasi di
laboratorium kalibrasi BMKG jakarta dan 2 lokasi stasiun geofisika. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa :
 Sitem Kalibrasi ini merupakan sistem kalibrasi seismometer dengan output nilai
sensitivitas yang disertai dengan nilai ketidakpastiannya.
 Unjuk kerja perancangan sistem kalibrasi baik hardware maupun software adalah
cukup baik karena di bawah 5 % , selisih dengan peralatan operasional yang
terpasang mempunyai selisih sekitar 3 %.

6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Willmore, P. L. (1959) : The application of the Maxwell impedance bridge to the
calibration of electromagnetic seismographs, Bull. Seism. Soc. Am., Volume 49,
pp 99-114.
[2] White, R. E.(1970): Modifications to Willmore’s method for calibrating
seismographs using a Maxwell bridge, Bull. Seism. Soc. Am., Volume 60, Nro.6,
pp 2015-2022.
[3] Mitronovas, W. & E. Wielandt (1975): High precision phase calibration of long-
period electromagnetic seismographs, Bull. Seism. Soc. Am., Volume 65, Nro.2,
pp 411-424.
[4] Pavlis, G.L., F.L.Vernon. (1994): Calibration of Seismometer using ground noise,
Bull. Seism. Soc. Am , Vol.84 Nro. 4, pp 1243-1255
[5] Rodgers, P. W. (1992): Frequency limits for seismometers as determined from
sinyal-to noise ratios. Part 1: the electromagnetic seismometer, Bull. Seism. Soc.
Am., 82(2), 1071-1098, 1992.
[6] Berger, J., D. Carr, R. Parker & W. Farrell (1979): Seismic system calibration: 2
cross-spectral calibration using random binary sinyals, Bull. Seism. Soc. Am.,
Volume 69, Nro.1, pp 271-288.
[7] 7Wielandt, E. (1983): Design principles of electronic inertial seismometers, In
Earthquakes: Observation, Theory and Interpretation, pp. 354-365. LXXXV
Corso, Soc. Italiana di Fisica, Bologna.
[8] Havskov, J. & Alguacil (2004) : Instrumentation of earthquake seismology.
Kluwer Academic Publishers. ISBN: 9781402029684, 435 pp.
[9] Bormann, P. (2002): IASPEI Manual of Seismological Observatory Practice,
NMSOP, Potsdam.
[10] Ringler, A.T., T. L. Storm, L.S. Gee, D. C. Wilson (2014): Uncertainty Estimates
in Broadband Seismometer Sensitivities using Microseisms, Journal of
Seismology, Vol. 19, Issue.2. pp.317-327, March 2015
[11] Barnett, Cox., O’Cull., (2007) : Embedded C Programming and the Atmel AVR,
2ndNama belakang, Nama depan. Tahun. Judul makalah/buku. Judul Jurnal atau
media penerbit. Halaman (jika ada). Penerbit. Kota.

Anda mungkin juga menyukai