EMBRIOLOGI
PERKEMBANGAN ORGAN INDERA
OLEH :
KELOMPOK 3
CHARISMA SUMULE O11114307
MUH. DIRGA GIFARDI O11114308
SRI RITA FAJRIYANI O11114309
HASNIAR H O11114310
WULAN SARI SINAGA O11114501
SURYADI PAPPA’ O11114502
HAPPY THERESIA A.J. O11114503
RIRIAWAN D.A. MASALLE O11114504
NIKITA TENRITOJANG M. O11114505
NUR FAATIMAH AZZAHRAH O11114506
SRI RAVIDA O11114507
UMMU HANI O11114508
A. Latar Belakang
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio
secara khusus dan perkembangan makhluk hidup secara umumnya. Embriologi
mempelajari proses pembentukan sistem saraf, otak, sistem integumen, sistem
indera, dll. Dalam makalah ini akan dibahas tentang proses perkembangan sistem
indera, khususnya organ-organ indera. Sistem indera adalah salah satu bagian dari
sistem koordinasi yang merupakan penerima rangsang atau reseptor. Alat indera
adalah reseptor yang peka terhadap rangsangan dan perubahan di sekitarnya.
Organ indera sendiri terdiri dari mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Organ-
organ indera ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Untuk itulah sangat penting untuk membahas asal-muasal pembentukan organ-
organ indera dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sistem indera ?
2. Bagaimana proses pembentukan mata (organ penglihatan) ?
3. Bagaimana proses pembentukan telinga (organ pendengaran) ?
4. Bagaimana proses pembentukan kulit (organ peraba) ?
5. Bagaimana proses pembentukan hidung (organ penciuman) ?
6. Bagaimana proses pembentukan lidah (organ pengecap) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sistem indera.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan mata (organ penglihatan).
3. Untuk mengetahui proses pembentukan telinga (organ pendengaran) .
4. Untuk mengatahui proses pembentukan kulit (organ peraba).
5. Untuk mengetahui proses pembentukan hidung (organ penciuman).
6. Untuk mengetahui proses pembentukan lidah (organ pengecap).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Indera
Sistem indera adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang merupakan
penerima rangsang atau reseptor. Alat indera adalah reseptor yang peka terhadap
rangsangan dan perubahan di sekitarnya (Ramadzan, 2013).
1. Proses pembentukan mata
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima
rangsangan cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa
struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke
bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu retina. Retina
mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan
sel-sel penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak
untuk diproses (Wahyuni, 2014).
Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang
lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan . Dengan menutupnya
tabung saraf, lekukan-lekukan ini membentuk kantong-kantong keluar pada
otak depan yaitu gelembung mata. Gelembung ini selanjutnya menempel pada
ectoderm permukaan dan menginduksi perubahan ectoderm yang diperlukan
untuk pembentukan lensa. Setelah itu, gelembung mata mulai tumbuh
melakukan invaginasi dan membentuk piala mata yang berdinding rangkap.
Lapisan dalam dan luar piala mata ini mula-mula dipisahkan oleh suatu
rongga, yaitu ruangan intraretina, tetapi segera rongga ini menghilang dan
kemudian kedua lapisan tersebut saling berlekatan satu sama lain. Invaginasi
tidak hanya terbatas pada bagian tengah piala, tetapi juga meliputi sebagian
permukaan inferiornya yang membentuk fissura koroidea. Pada minggu ke-7,
bibir-bibir fissura koroidea bersatu, dan mulut piala mata kemudian menjadi
lubang bulat yang kelak menjadi pupil(Wahyuni, 2014).
Sementara peristiwa ini berlangsung, sel-sel ectoderm permukaan yang
semula menempel pada gelembung mata, mulai memanjang dan membentuk
plakode lensa. Plakode ini selanjutnya melakukan invaginasi dan berkembang
menjadi gelembung lensa. Pada minggu ke-5, gelembung lensa terlepas dari
ectoderm permukaan dan selanjutnya terletak di dalam mulut piala mata
(Wahyuni, 2014).
Pembentukan Vesikula Optik
Sejarah perkembangan optik diawali pada dinding diencephalon.
Pada manusia.Pada manusia, perkembangan mata dimulai pada waktu dinding
diencephalon embrioberumur 22 hari menggelembung keluar secara lateral
dari tabung neural. Pertumbuhan differensial ini menghasilkan vesikula optik
yang berhubungan dengan diencephalonmelalui tangkai optik. Pada
pembentukan vesikula optik gen-gen khusus pada bakalvesikula optik
diaktifkan untuk membentuk pesan khusus yang mengkode proteinvesikula,
sehingga evaginasi terjadi. Vesikula optik tumbuh terusdan mencapai sel-sel
mesenkim kepala hingga bersentuhan dengan ektoderem kepala.Akibat
induksi mesoderem kepala, maka ektoderem membentuk plakoda lensa.
sewaktu vesikula optik menginduksi pembentukan plakoda lensa,plakoda
lensa juga menginduksi vesikula optik dan menyebabkan perubahan-
perubahan pada vesikula optik. Vesikula optik berinvaginasi membentuk
cawan optikyang berdinding rangkap. Ketika invaginasi berlanjut, hubungan
antara cawan optik danotak direduksi menjadi celah yang sempit. Pada waktu
yang sama kedua lapisan cawanoptik mulai berdifferensiasi dengan arah yang
berbeda. Bagian luar menjadi lebih tipisdan berkembang selsel granula-
granula yang mengandung melanin dan akhirnyamenjadi retina berpigmen.
Sel-sel lapisan dalam berkembang menjadi sel-sel batangdan kerucut yang
peka terhadap cahaya. Lapisan ini menjadi saraf retina. Akson-aksondari
retina saraf bertemu pada dasar mata dan berjalan melalui tangkai optik.
Tangkaioptik ini kemudian disebut saraf optik. Plakoda lensa tumbuh
terus,kemudian berinvaginasi dan melepaskan diri dari ektoderem kepala
membentuk lensamata (Wahyuni, 2014).
sambil bermigrasi menujudaerah yang lebih dalam dari cawan optik dan
akhirnya cawan optik terisi dengan sel-sel neuroblast. Differensiasi neuroblas
dimulai pada bagian lapisan paling dalam dariretina. Hasil differensiasi
berupa terbentuknya, sel-sel ganglion dari saraf mata, sel-selsaraf bipolar dan
apparatus sensori berupa sel batang dan kerucut (Wahyuni, 2014).
Dasar dari sel-sel neuroepitel dikelilingi oleh ujung serabut saraf yang
datang dari ganglion spinal dan ganglion vestibular. Ganglion-ganglion
tersebut berhubungan dengan otak melalui serabut saraf yang dibentuk oleh
tulang yang disebut tulang labirin. Ruang diantara membran labirin dan tulang
labirin tersebut berisi cairan perilimfe (Herwanto, 2012).
3. Proses pembentukan kulit
Kulit merupakan pembungkus dan pelindung tubuh yang tahan air,
mengandung ujung-ujung saraf, dan membantu pengaturan suhu tubuh. Kulit
manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat
ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di
lapisan dermis. Kulit terdiri atas jaringan subkutan (fasia superfisial) yaitu
suatu lapisan areolar berlemak yang menutupi fasia fibrosa yang lebih padat.
Kulit terdiri dari 2 lapisan (Kimbal, 2000):
• Epidermis, lapisan atas terdiri dari susunan epitel yang berasal dari
ektoderm.
• Dermis (korium), lapisan bawah terdiri dari jaringan ikat yang sebagian
besar berasal dari mesoderm.
1. Epidermis
Pada mulanya, mudigah dibungkus oleh selapis sel ectoderm . Kemudian
pada permulaan bulan ke-2, epitel ini membelah dan meletakkan selapis sel
gepeng, yaitu periderm dan epitrikium, pada permukaanya. dengan proliferasi
selanjutnya sel-sel di lapisan dasar, terbentuklah lapisan ketiga yang terletak
di tengah . Akhirnya pada akhir bulan ke-4, epidermis memperoleh susunan
tetapnya dan dapat dikenali empat lapisan (Kimbal, 2000):
1) Stratum Germinatif (Malphigi)
Bertanggung jawab atas produksi sel-sel baru. Lapisan ini merupakan
lapisan yang paling bawah pada epidermis. Sel-sel lapisan germinatif
merupakan sel yang aktif membagi. Hasil pembagian sel-sel germinatif ini
akan tersesar keluar ke arah permukaan di atas lapisan germinatif. Lapisan
yang keluar ini merupakan lapisan granul.
2) Stratum Granulare
Lapisan ini berada di atas lapisan germinatif. Sel-sel lapisan germinatif
mempunyai banyak granul. Granul ini terdiri daripada keratin, keratin
merupakan bahan keras berprotein.
3) Stratum Spinosum
Lapisan yang terdiri atas sel-sel besar yang bersisi banyak yang
mengandung tonofibril-tonofibril halus.
4) Lapisan Tanduk
Lapisan ini berfungsi untuk membentuk penutup luar yaitu untuk
melindungi kulit. Lapisan ini dibentuk olwh beberapa lapis sel-sel mati
yang sangat rapat dan penuh dengan keratin.
Sel-sel periderm biasanya dibuang selama trimester kedua masa janin dan
dapat ditemukan di dalam cairan amnion. Selama 3 bulan pertama
perkembangan, epidermis disusupi oleh sel-sel yang berasal dari crista
neuralis. Sel-sel ini membentuk pigmen melanin yang dapat dipindahkan ke
sel-sel epidermis lain melalui cabang-cabang dendrite. Sel-sel ini dikenal
sebagai melanosit, dan setelah lahir menyebabkan terjadinya pigmentasi kulit
(Kimbal, 2000).
2. Dermis
Dermis, terletak di bawah epidermis, mengandung papiler permukaan
yang terdiri dari kolagen yang longgar dan rapuh, serat-serat elastik,
bercampur dengan fibroblast, sel mast, dan makrofag. Lapisan dermis
merupakan lapisan yang mempunyai bekalan darah atau kapilari darah.
Lapisan ini juga menempatkan reseptor-reseptor tertentu (Kimbal, 2000).
Dermis berasal dari mesenkim. selama bulan ke-3 dan ke-4, korium
membentuk susunan-susunan papilia yang tidak teratur (papillae dermis) yang
menonjol ke atas kea rah epidermis. Papilia ini biasanya mengandung sebuah
kapiler kecil atau sebuah organ akhir saraf sensorik. Lapisan dermis yang
lebih dalam (subkorium) mengandung jaringan lemak dalam jumlah yang
besar (Kimbal, 2000).
Pada waktu lahir, kulit dilapisi oleh pasta berwarna keputih-putihan,
(vernix caseosa) yang dibentuk oleh secret kelenjar lemak dan sel-sel
epidermis yang bergenerasi serta rambut. Pasta ini melindungi kulit terhadap
efek maserasi cairan amnion (Kimbal, 2000).
4. Proses pembentukan organ penciuman (hidung)
Proses pembentukan hidung dimulai dari pembentukan wajah pada
akhir minggu ke-4 yang ditandai dengan adanya tonjol-tonjol wajah yang
dibentuk oleh pasangan lengkung faring pertama. Selanjutnya tampak tonjol
maksila dan mandibula, kemudian dan di sisi kanan kiri prominensia
frontonasalis muncul penebalan dari ektoderm permukaan yaitu placode nasal
(olfactorius) (Alam, 2014).
Pada minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung mengalami invaginasi
membentuk lubang hidung, dalam hal ini plakoda membentuk rigi jaringan
yang mengelilingi masing-masing lubang dan membentuk tonjol hidung.
Tonjol yang berada ditepi luar lubang adalah tonjol hidung lateral dan yang
ada ditepi dalam adalah tonjol hidung medial (Alam, 2014).
Gambar Pada minggu ke-7 dan ke-8 organ hidung akan terlihat dengan jelas (Alam,
2014).
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Sistem indera adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang
merupakan penerima rangsang atau reseptor
2. Perkembangan mata berasal dari diencephalon, lalu akan mengalami
diferensiasi membentuk vesikula optika kemudian akan menginduksi
ektoderm untuk membentuk plakoda lensa. Plakoda lensa mengalami
invaginasi dan berkembang menjadi vesikula lentis (vesikel lensa)
kemudian vesikula lentis terlepas dari ektoderm dan berada di mulut
cawan optik. Bagian luar dari dinding cawan optik akan membentuk
retina neural yang terdiri dari fotoreseptor, sel glia, interneuron dan sel
ganglion.
3. Perkembangan telinga berasal dari penebalan ektoderm rhombencephalon
membentuk plakoda otika lalu mengalami invaginasi membentuk
vesikula otika kemudian akan membentuk 2 bagian : a. bagian ventral
menghasilkan sakulus dan duktus koklearis, b. bagian dorsal membentuk
utrikulus, kanalis semisikularis dan duktus endolimpatikus, lalu secara
bersama membentuk labirin membranosa.
4. Hidung merupakan hasil dari tonjolan frontal, penyatuan tonjolan nasal
medial, tonjolan nasal lateral (ala), dan kapsul tulang rawan nasal terdiri
dari septum dan cocha nasal (Sperber, 1991). Tonjolan frontal
(prominensia frontonalis) akan membentuk jembatan hidung. Tonjolan
nasal medial (prominensia nasal medial) akan menyatu sehingga
membentuk lengkung hidung dan ujung hidung. Tonjolan nasallateral
(prominensia nasal lateral) akan membentuk cuping hidung disebut juga
alae (Sadler, 2006). Celah hidung akan terpisah, lalu terjadilah
penggabungan tonjolan nasal medial, maksila, dan nasal lateral, sehingga
membentuk lubang hidung yaitu nares anterior.
5. Perkembangan lidah berasal dari placoda calyuli plaoda. Placoda calyculi
gustatory pada mamalia terutama terdapat pada lidah. Tumbuh berupa
penebalan di bawah epitel.
6.
DAFTAR PUSTAKA