Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

EMBRIOLOGI
PERKEMBANGAN ORGAN INDERA

OLEH :
KELOMPOK 3
CHARISMA SUMULE O11114307
MUH. DIRGA GIFARDI O11114308
SRI RITA FAJRIYANI O11114309
HASNIAR H O11114310
WULAN SARI SINAGA O11114501
SURYADI PAPPA’ O11114502
HAPPY THERESIA A.J. O11114503
RIRIAWAN D.A. MASALLE O11114504
NIKITA TENRITOJANG M. O11114505
NUR FAATIMAH AZZAHRAH O11114506
SRI RAVIDA O11114507
UMMU HANI O11114508

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio
secara khusus dan perkembangan makhluk hidup secara umumnya. Embriologi
mempelajari proses pembentukan sistem saraf, otak, sistem integumen, sistem
indera, dll. Dalam makalah ini akan dibahas tentang proses perkembangan sistem
indera, khususnya organ-organ indera. Sistem indera adalah salah satu bagian dari
sistem koordinasi yang merupakan penerima rangsang atau reseptor. Alat indera
adalah reseptor yang peka terhadap rangsangan dan perubahan di sekitarnya.
Organ indera sendiri terdiri dari mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Organ-
organ indera ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Untuk itulah sangat penting untuk membahas asal-muasal pembentukan organ-
organ indera dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sistem indera ?
2. Bagaimana proses pembentukan mata (organ penglihatan) ?
3. Bagaimana proses pembentukan telinga (organ pendengaran) ?
4. Bagaimana proses pembentukan kulit (organ peraba) ?
5. Bagaimana proses pembentukan hidung (organ penciuman) ?
6. Bagaimana proses pembentukan lidah (organ pengecap) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sistem indera.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan mata (organ penglihatan).
3. Untuk mengetahui proses pembentukan telinga (organ pendengaran) .
4. Untuk mengatahui proses pembentukan kulit (organ peraba).
5. Untuk mengetahui proses pembentukan hidung (organ penciuman).
6. Untuk mengetahui proses pembentukan lidah (organ pengecap).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Indera
Sistem indera adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang merupakan
penerima rangsang atau reseptor. Alat indera adalah reseptor yang peka terhadap
rangsangan dan perubahan di sekitarnya (Ramadzan, 2013).
1. Proses pembentukan mata
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima
rangsangan cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa
struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke
bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu retina. Retina
mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan
sel-sel penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak
untuk diproses (Wahyuni, 2014).
Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang
lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan . Dengan menutupnya
tabung saraf, lekukan-lekukan ini membentuk kantong-kantong keluar pada
otak depan yaitu gelembung mata. Gelembung ini selanjutnya menempel pada
ectoderm permukaan dan menginduksi perubahan ectoderm yang diperlukan
untuk pembentukan lensa. Setelah itu, gelembung mata mulai tumbuh
melakukan invaginasi dan membentuk piala mata yang berdinding rangkap.
Lapisan dalam dan luar piala mata ini mula-mula dipisahkan oleh suatu
rongga, yaitu ruangan intraretina, tetapi segera rongga ini menghilang dan
kemudian kedua lapisan tersebut saling berlekatan satu sama lain. Invaginasi
tidak hanya terbatas pada bagian tengah piala, tetapi juga meliputi sebagian
permukaan inferiornya yang membentuk fissura koroidea. Pada minggu ke-7,
bibir-bibir fissura koroidea bersatu, dan mulut piala mata kemudian menjadi
lubang bulat yang kelak menjadi pupil(Wahyuni, 2014).
Sementara peristiwa ini berlangsung, sel-sel ectoderm permukaan yang
semula menempel pada gelembung mata, mulai memanjang dan membentuk
plakode lensa. Plakode ini selanjutnya melakukan invaginasi dan berkembang
menjadi gelembung lensa. Pada minggu ke-5, gelembung lensa terlepas dari
ectoderm permukaan dan selanjutnya terletak di dalam mulut piala mata
(Wahyuni, 2014).
Pembentukan Vesikula Optik
Sejarah perkembangan optik diawali pada dinding diencephalon.
Pada manusia.Pada manusia, perkembangan mata dimulai pada waktu dinding
diencephalon embrioberumur 22 hari menggelembung keluar secara lateral
dari tabung neural. Pertumbuhan differensial ini menghasilkan vesikula optik
yang berhubungan dengan diencephalonmelalui tangkai optik. Pada
pembentukan vesikula optik gen-gen khusus pada bakalvesikula optik
diaktifkan untuk membentuk pesan khusus yang mengkode proteinvesikula,
sehingga evaginasi terjadi. Vesikula optik tumbuh terusdan mencapai sel-sel
mesenkim kepala hingga bersentuhan dengan ektoderem kepala.Akibat
induksi mesoderem kepala, maka ektoderem membentuk plakoda lensa.
sewaktu vesikula optik menginduksi pembentukan plakoda lensa,plakoda
lensa juga menginduksi vesikula optik dan menyebabkan perubahan-
perubahan pada vesikula optik. Vesikula optik berinvaginasi membentuk
cawan optikyang berdinding rangkap. Ketika invaginasi berlanjut, hubungan
antara cawan optik danotak direduksi menjadi celah yang sempit. Pada waktu
yang sama kedua lapisan cawanoptik mulai berdifferensiasi dengan arah yang
berbeda. Bagian luar menjadi lebih tipisdan berkembang selsel granula-
granula yang mengandung melanin dan akhirnyamenjadi retina berpigmen.
Sel-sel lapisan dalam berkembang menjadi sel-sel batangdan kerucut yang
peka terhadap cahaya. Lapisan ini menjadi saraf retina. Akson-aksondari
retina saraf bertemu pada dasar mata dan berjalan melalui tangkai optik.
Tangkaioptik ini kemudian disebut saraf optik. Plakoda lensa tumbuh
terus,kemudian berinvaginasi dan melepaskan diri dari ektoderem kepala
membentuk lensamata (Wahyuni, 2014).

Differensiasi retina saraf


Retina saraf berkembang menjadi lapisan yang disusun atas beberapa
tipe selsaraf yang berbeda, yaitu sel-sel yang peka terhadap cahaya dan
warna,badan-badan sel dari akson saraf optik, dan neuron-neuron bipolar
yangmentransmisikan stimulus elektrik dari sel-sel sensoris ke badan sel saraf
optik. Selainitu sejumlah sel-sel yang berperan dalam memelihara integritas
retina.Pada stadium awal perkembangan retina, pembelahan sel terutama
berlangsungpada tepi cawan optik (berlawanan dengan pembelahan sel-sel
tabung saraf).Pembelahan berlangsung pada permukaan luar lapisan saraf

sambil bermigrasi menujudaerah yang lebih dalam dari cawan optik dan
akhirnya cawan optik terisi dengan sel-sel neuroblast. Differensiasi neuroblas
dimulai pada bagian lapisan paling dalam dariretina. Hasil differensiasi
berupa terbentuknya, sel-sel ganglion dari saraf mata, sel-selsaraf bipolar dan
apparatus sensori berupa sel batang dan kerucut (Wahyuni, 2014).

Akson-akson sel-sel ganglion membentuk saraf optik. Sementara itu


dendruit-dendritdari saraf tersebut bergabung dengan neuroblast dari lapisan
dalam nuklei,menyebabkan mereka berdifferensiasi menjadi neuron bipolar
retina. Lapisan nukleiluar yang mengandung nuklei dari neuron fotoresptik
berdifferensiasi belakangan.Akson-akson sel-sel fotoreseptor tersebut
bersinapsis dengan dendrit-dendrit neuron bipolar (Wahyuni, 2014).
Pada saat mereka berdifferensiasi, badan-badan sel dari neuron
luarberdifferensiasi membentuk juluran-juluran sitoplasma yang mengandung
beberapaorganel terspealisasi yang memperpanjang tunas dan mengatur
ukuran bentuk daerahfotoreaktif. Membran sel tersebut melipat dengan
sendirinya membentuk kantung-kantung yang berisi pigmen-pigmen
fotoreseptif. cahaya menginduksi pigmen ini untukmelangsungkan perubahan-
perubahan kimia yang menghasilkan pelepasan elektrondan inpuls eletrik
yang dihasilkan dan ditransmisikan ke otak melalui saraf mata (Wahyuni,
2014).
Diferensiasi lensa dan kornea

Selama berlangsungnya perkembangan lensa, plakoda lensa


menyentuhektoderem yang ada di atasnya. Plakoda lensa kemudian
menginduksi ektoderem diatasnya membentuk kornea yang transparan.
Differensiasi dari jaringan lensa menjadisuatu membran transparan yang
mampu mengarahkan cahaya menuju retina meliputiperubahan-perubahan
dalam struktur dan bentuk, juga sintesis-sintesis protein spesifiklensa yang
disebut crsitallin. Cristallin ini disintesis pada saat perubahan-
perubahanbentuk sel terjadi dan menyebabkan vesikula lensa menjadi lensa
yang definitif. Sel-selpada bagian dalam vesikula lensa memanjang, dan
dibawah pengaruh saraf retina,menghasilkan serabut-serabut lensa. Pada saat
serabut ini terus tumbuh merekamensisntesis cristallin yang pada akhirnya
mengisi sel dan menyebabkan inti selterdesak. Serabut-serabut yang
mensintesis cristallin terus bertumbuh dan padaakhirtnya mengisi ruang
vesikula lensa. Sel-sel yang membelah tersebut bergerak kearah ekuator
vesikula dan pada saat melintasi ekuatorial, mereka mulai memanjang.Jadi
lensa terdiri atas tiga daerah yaitu zona dari sel-sel yang sedang
membelah,daerah ekuatorial dan pemanjangan seluler, dan zona posterior dan
pusat dari sel-selserabut yang mengandung cristallin.Di bawah pengaruh dari
jaringan lenas, ektoderem di atasnya menjadi kolumnardan berisi dengan
granula-granula sekretori. Granula-granula ini bermigrasi ke dasarsel-sel dan
mensekresikan stroma primer yang mengandung kurang lebih 20 lapiskolagen
tipe pertama dan kedua. Sel-sel endotelium kapiler bermigrasi ke daerah
inidan mensekresikan asam hyaluronat kedalam matriks. Ini menyebabkan
matriksbergerak dan merupakan subtrat yang baik untuk migrasi sel-sel
mesenkim turunanneural crest. Sel mesenkim mensekresikan kolagen tipe 1
dan enzim-enzimhyaluronidase yang mencerna asam hyaluronat. Hal ini
menyebabkan stromamenyusut. Di bawah pengaruh dari tiroksin, stroma
primer berkembang menjadi stromasekunder dengan cara dehidrasi, dan
matriks yang kaya akan kolagen dari epitelbeserta jaringan mesenkim
berkembang menjadi kornea yang transparan (Wahyuni, 2014).
Di bawah pengaruh induktif lensa, epitel kornea berdifferensiasi
danmensekresikan stroma primer yang mengandung lapisan kolagen. Sel-sel
endoteliumkemudian mensekresikan asam hyaluronat ke dalam daerah ini,
selanjutnya sel-selmesenkim dari neural crest masuk. Hyaluronidase yang
disekresikan oleh mesenkimatau endotelium mencerna asam hyaluronat,
menyebabkan stroma primer menyusut (Wahyuni, 2014).
2. Proses pembentukan telinga
Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong
pengumpul suara yang terdiri atas pinna dan saluran pendengaran luar.
Telinga tengah adalah bagian yang menyalurkan suara dari telinga luar ke
telinga dalam dan telinga dalam yang mengubah suara menjadi rangsangan
saraf (Herwanto, 2012).
Telinga dalam adalah organ pertama dari tubuh yang dalam
perkembangannya telah terbentuk secara sempurna baik dalam ukuran
maupun konfigurasinya yaitu pada kehamilan trimester kedua. Perkembangan
telinga dalam dimulai pada awal minggu ketiga yaitu perkembangan
intrauterin yang ditandai dengan tampaknya plakode ektoderm pada setingkat
miensefalon. Plakode auditori berinvaginasi membentuk lubang (pit) auditori
sepanjang minggu ke-4 yang kemudian menjadi vesikula auditori (Herwanto,
2012).
Pada tahap perkembangan selanjutnya vesikula otik (vesikula auditori)
bagian ventral membentuk sakulus dan koklearis sedangkan bagian dorsal
membentuk utrikulus, kanalis semisirkularis dan duktus endolimfatikus.
Pembentukan saluran-saluran tersebut disebabkan adanya bagian-bagian
tertentu dari daerah tersebut yang berdegenerasi. Duktus koklearis yang
sedang tumbuh menembus mesenkim di sekitarnya dan berpilin seperti
membentuk spiral. Selanjutnya duktus koklearis tetap berhubungan dengan
sakulus melalui duktus reunion (Herwanto, 2012).
Duktus semisirkularis, duktus utrikulus, duktus sakulus dan duktus
koklearis kemudian diisi dengan cairan endolimfe sehingga semua struktur
membran dari saluran tersebut dinamakan membran labirin. Dinding sel
membran labirin sangat tipis dan terdiri atas sel-sel epitel tunggal yang
ditutupi oleh lapisan serabut jaringan ikat yang dibentuk dari mesenkim di
sekitarnya. Beberapa dari sel epitel tersebut dimodifikasi menjadi sel-sel
rambut (sel neuroepitel dan beberapa sel pendukung) (Herwanto, 2012).

Dasar dari sel-sel neuroepitel dikelilingi oleh ujung serabut saraf yang
datang dari ganglion spinal dan ganglion vestibular. Ganglion-ganglion
tersebut berhubungan dengan otak melalui serabut saraf yang dibentuk oleh
tulang yang disebut tulang labirin. Ruang diantara membran labirin dan tulang
labirin tersebut berisi cairan perilimfe (Herwanto, 2012).
3. Proses pembentukan kulit
Kulit merupakan pembungkus dan pelindung tubuh yang tahan air,
mengandung ujung-ujung saraf, dan membantu pengaturan suhu tubuh. Kulit
manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat
ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di
lapisan dermis. Kulit terdiri atas jaringan subkutan (fasia superfisial) yaitu
suatu lapisan areolar berlemak yang menutupi fasia fibrosa yang lebih padat.
Kulit terdiri dari 2 lapisan (Kimbal, 2000):
• Epidermis, lapisan atas terdiri dari susunan epitel yang berasal dari
ektoderm.
• Dermis (korium), lapisan bawah terdiri dari jaringan ikat yang sebagian
besar berasal dari mesoderm.

1. Epidermis
Pada mulanya, mudigah dibungkus oleh selapis sel ectoderm . Kemudian
pada permulaan bulan ke-2, epitel ini membelah dan meletakkan selapis sel
gepeng, yaitu periderm dan epitrikium, pada permukaanya. dengan proliferasi
selanjutnya sel-sel di lapisan dasar, terbentuklah lapisan ketiga yang terletak
di tengah . Akhirnya pada akhir bulan ke-4, epidermis memperoleh susunan
tetapnya dan dapat dikenali empat lapisan (Kimbal, 2000):
1) Stratum Germinatif (Malphigi)
Bertanggung jawab atas produksi sel-sel baru. Lapisan ini merupakan
lapisan yang paling bawah pada epidermis. Sel-sel lapisan germinatif
merupakan sel yang aktif membagi. Hasil pembagian sel-sel germinatif ini
akan tersesar keluar ke arah permukaan di atas lapisan germinatif. Lapisan
yang keluar ini merupakan lapisan granul.
2) Stratum Granulare
Lapisan ini berada di atas lapisan germinatif. Sel-sel lapisan germinatif
mempunyai banyak granul. Granul ini terdiri daripada keratin, keratin
merupakan bahan keras berprotein.
3) Stratum Spinosum
Lapisan yang terdiri atas sel-sel besar yang bersisi banyak yang
mengandung tonofibril-tonofibril halus.
4) Lapisan Tanduk
Lapisan ini berfungsi untuk membentuk penutup luar yaitu untuk
melindungi kulit. Lapisan ini dibentuk olwh beberapa lapis sel-sel mati
yang sangat rapat dan penuh dengan keratin.

Sel-sel periderm biasanya dibuang selama trimester kedua masa janin dan
dapat ditemukan di dalam cairan amnion. Selama 3 bulan pertama
perkembangan, epidermis disusupi oleh sel-sel yang berasal dari crista
neuralis. Sel-sel ini membentuk pigmen melanin yang dapat dipindahkan ke
sel-sel epidermis lain melalui cabang-cabang dendrite. Sel-sel ini dikenal
sebagai melanosit, dan setelah lahir menyebabkan terjadinya pigmentasi kulit
(Kimbal, 2000).

2. Dermis
Dermis, terletak di bawah epidermis, mengandung papiler permukaan
yang terdiri dari kolagen yang longgar dan rapuh, serat-serat elastik,
bercampur dengan fibroblast, sel mast, dan makrofag. Lapisan dermis
merupakan lapisan yang mempunyai bekalan darah atau kapilari darah.
Lapisan ini juga menempatkan reseptor-reseptor tertentu (Kimbal, 2000).
Dermis berasal dari mesenkim. selama bulan ke-3 dan ke-4, korium
membentuk susunan-susunan papilia yang tidak teratur (papillae dermis) yang
menonjol ke atas kea rah epidermis. Papilia ini biasanya mengandung sebuah
kapiler kecil atau sebuah organ akhir saraf sensorik. Lapisan dermis yang
lebih dalam (subkorium) mengandung jaringan lemak dalam jumlah yang
besar (Kimbal, 2000).
Pada waktu lahir, kulit dilapisi oleh pasta berwarna keputih-putihan,
(vernix caseosa) yang dibentuk oleh secret kelenjar lemak dan sel-sel
epidermis yang bergenerasi serta rambut. Pasta ini melindungi kulit terhadap
efek maserasi cairan amnion (Kimbal, 2000).
4. Proses pembentukan organ penciuman (hidung)
Proses pembentukan hidung dimulai dari pembentukan wajah pada
akhir minggu ke-4 yang ditandai dengan adanya tonjol-tonjol wajah yang
dibentuk oleh pasangan lengkung faring pertama. Selanjutnya tampak tonjol
maksila dan mandibula, kemudian dan di sisi kanan kiri prominensia
frontonasalis muncul penebalan dari ektoderm permukaan yaitu placode nasal
(olfactorius) (Alam, 2014).
Pada minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung mengalami invaginasi
membentuk lubang hidung, dalam hal ini plakoda membentuk rigi jaringan
yang mengelilingi masing-masing lubang dan membentuk tonjol hidung.
Tonjol yang berada ditepi luar lubang adalah tonjol hidung lateral dan yang
ada ditepi dalam adalah tonjol hidung medial (Alam, 2014).

Gambar. Janin berumur 5 minggu (Alam, 2014).

Selama dua minggu selanjutnya tonjolan maxila terus bertambah besar


ukurannya, tonjolan ini tumbuh ke arah medial sehingga mendesak tonjol
hidung ke arah garis tengah kemudian celah antara tonjol hidung medial dan
tonjol hidung maksila hilang dan keduanya bersatu membentuk bibir atas
(Alam, 2014).
Mula- mula tonjol hidung lateral terpisah oleh suatu alur yang dalam
(alur nasolakrimal).ektoderm dilantai alur ini membentuk sebuah tali epitel
membentuk ductus nasolacrimalis, ujung atasnya melebar membentuk saccus
lacrimalis, setelah lepasnya tali tersebut, tonjol maksila dan tonjol lateral
menyatu (Alam, 2014).

Hidung yang terbentuk dari tonjol frontal membentuk jembatannya,


gabungan tonjol-tonjol hidung medial membentuk lekung cuping dan ujung
hidung, dan tonjol hidung lateral membentuk sisinya (alae) (Alam, 2014).

Selama minggu ke-6 lubang hidung makin bertambah dalam,karena


tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada disekitarnya dan sebagian lagi
karena lubang ini menembus kedalam mesenkim bawahnya.dan pada saat dan
pada saat itu diikuti juga dengan perkembangan syaraf olfaktori (Alam, 2014).

Gambar Pada minggu ke-7 dan ke-8 organ hidung akan terlihat dengan jelas (Alam,
2014).

5. Proses pembentukan organ pengecap (lidah)


Placoda calyculi gustatory pada mamalia terutama terdapat pada lidah.
Tumbuh berupa penebalan di bawah epitel. Beda dengan placode indra lain,
asal placode indra pengecap adalah endoderm. Placoda ini terdapat tersebar di
bawah sel epitel permukaan. Kemudian tumbuh jadi “taste buds” yang
mengandung saluran yang bermuara di permukaan lidah atau mulut. Sel-
selnya akan berdiferensiasi jadi 2 macam, yaitu sel kecap dan sel penunjang
(Yatim, 1976).
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Sistem indera adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang
merupakan penerima rangsang atau reseptor
2. Perkembangan mata berasal dari diencephalon, lalu akan mengalami
diferensiasi membentuk vesikula optika kemudian akan menginduksi
ektoderm untuk membentuk plakoda lensa. Plakoda lensa mengalami
invaginasi dan berkembang menjadi vesikula lentis (vesikel lensa)
kemudian vesikula lentis terlepas dari ektoderm dan berada di mulut
cawan optik. Bagian luar dari dinding cawan optik akan membentuk
retina neural yang terdiri dari fotoreseptor, sel glia, interneuron dan sel
ganglion.
3. Perkembangan telinga berasal dari penebalan ektoderm rhombencephalon
membentuk plakoda otika lalu mengalami invaginasi membentuk
vesikula otika kemudian akan membentuk 2 bagian : a. bagian ventral
menghasilkan sakulus dan duktus koklearis, b. bagian dorsal membentuk
utrikulus, kanalis semisikularis dan duktus endolimpatikus, lalu secara
bersama membentuk labirin membranosa.
4. Hidung merupakan hasil dari tonjolan frontal, penyatuan tonjolan nasal
medial, tonjolan nasal lateral (ala), dan kapsul tulang rawan nasal terdiri
dari septum dan cocha nasal (Sperber, 1991). Tonjolan frontal
(prominensia frontonalis) akan membentuk jembatan hidung. Tonjolan
nasal medial (prominensia nasal medial) akan menyatu sehingga
membentuk lengkung hidung dan ujung hidung. Tonjolan nasallateral
(prominensia nasal lateral) akan membentuk cuping hidung disebut juga
alae (Sadler, 2006). Celah hidung akan terpisah, lalu terjadilah
penggabungan tonjolan nasal medial, maksila, dan nasal lateral, sehingga
membentuk lubang hidung yaitu nares anterior.
5. Perkembangan lidah berasal dari placoda calyuli plaoda. Placoda calyculi
gustatory pada mamalia terutama terdapat pada lidah. Tumbuh berupa
penebalan di bawah epitel.
6.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Firah. 2014. Proses pembentukan Organ Penciuman. [Internet].


(http://www.slideshare.net/FirahAlam/proses-pembentukan-organ-penciuman-
dan-organogenesis) diakses pada tanggal 17 November 2015.

Herwanto. 2012. Embriologi Telinga. Medan: Universitas sumatera utara. [Internet]


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33587/4/Chapter%20II.pdf)
diakses pada tanggal 17 November 2015.

Kimbal, John W. 2000. Biologi Jilid II Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Raadzan, Farhan 2013. Sistem Indera. [Internet].


(https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/indra_bio3_3.pdf) diakses pada
tanggal 17 November 2015.

Wahyuni, S. 2014. Proses pembentukan mata pada hewan vertebrata. [Internet]


(https://swahiyuni.wordpress.com/2014/02/25/proses-pembentukan-mata-
pada-hewan-vertebrata/) diakses pada tanggal 17 November 2015.

Yatim, Wildan. 1976. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai