Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pengembangan Kepribadian Sri Hardianti, SST.M.Si

MAKALAH
BERBICARA KARAKTER SUARA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK :

ELVITA ECI SAFITRI


FADILAH

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI


FAKULTAS KEPERAWATAN
2019/2020

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Swamedikasi
Menurut WHO Definisi swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern,
herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala
penyakit (WHO, 2010). Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-
obat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat
dokter (Rahardja,2010).
Swamedikasi atau pengobatan sendiria dalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan sebelum
mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota masyarakat
melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern (Anonim,
2010).Swamedikasi merupakan bagian dari self-care di mana merupakan, usahapemilihan dan
penggunaan obat bebas oleh individu untuk mengatasi gejala atausakit yang disadarinya (WHO,
1998).
Untuk melakukan pengobatan sendiri secara benar, masyarakat harus mampu. (Binfar,
2008):
a. Mengetahui jenis obat yang diperlukan untuk mengatasi penyakitnya.
b. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan
sakitnya.
c. Menggunakan obat tersebut secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan tahu batas
kapan mereka harus menghentikan self-medication dan segera minta pertolongan petugas
kesehatan.
d. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah
suatu keluhan yang timbul kemudian itu suatu penyakit baru atau efek samping obat.
e. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut.
B. Penggolongan obat
1. Penggolongan Obat Berdasarkan Jenis Penggolongan obat berdasarkan jenis
tertuang dalam Permenkes RI Nomor 917/Menkes/X/1993 yang kini telah
diperbaharui oleh Permenkes RI Nomor 949/ Menkes/Per/VI/2000. Penggolongan
obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan serta
keamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri atas:
a. Obat bebas, yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Obat ini ter golong obat yang paling aman, dapat dibeli tanpa

2
resep di apotik dan bahkan juga dijual di warung-warung. Obat bebas
biasanya digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala penyakit.
Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: rivanol, tablet paracetamol,
bedak salicyl, multivitamin, dan lain-lain.
b. Obat bebas terbatas, adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu
aman dikonsumsi namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang
berbahaya. Obat ini dulunya digolongkan kedalam daftar obat W. Tidak
diperlukan resep dokter untuk membeli obat bebas terbatas. Disimbolkan
dengan lingkaran biru tepi hitam. Biasanya obat bebas terbatas memiliki
peringatan pada kemasannya sebagai berikut: P No. 1: Awas! Obat Keras.
Bacalah aturan, memakainya ditelan P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya
untuk dikumur, jangan ditelan P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk
bagian luar dari badan P No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. 
Farmakologi  17 P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan P No. 6:
Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan Contoh: obat antimabuk
seperti antimo, obat anti flu seperti noza, decolgen, dan lainlain.
c. Obat wajib apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
pengelola apotek tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sehingga tercipta budaya pengobatan sendiri yang tepat, aman, dan
rasional. Contoh:
d. Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus di
bawah pengawasan dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek,
puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan
dan klinik dengan menggunakan resep dokter. Obat ini memiliki efek yang
keras sehingga jika digunakan sembarangan dapat memperparah penyakit
hingga menyebabkan kematian. Obat keras dulunya disebut sebagai obat
daftar G. Obat keras ditandai dengan lingkaran merah tepi hitam yang
ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna hitam. Contoh: antibiotik seperti
amoxicylin, obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain.
e. Psikotropika dan narkotika. Psikotropika merupakan zat atau obat yang
secara alamiah ataupun buatan yang berkhasiat untuk memberikan
pengaruh secara selektif pada sistem syaraf pusat dan menyebabkan

3
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan psikotropika
masih digolongkan obat keras sehingga disimbolkan dengan lingkaran merah
bertuliskan huruf “K” ditengahnya. Sedangkan narkotika merupakan obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran dari mulai
penurunan sampai hilangnya kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika disimbolkan
dengan lingkaran merah yang ditengahnya terdapat simbol palang (+).

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat.

a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat


bakteri atau mikroba. Contoh: antibiotik.

b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh:
vaksin, dan serum.

c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri.


Contoh: analgesik.

d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang.
Contoh: vitamin dan hormon.

e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat


aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam
keadaan sakit. Contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.

3. Penggolongan obat berdasarkan lokasi pemakaian.

a. Obat dalam yaitu obat-obatan yang dikonsumsi peroral (melalui mulut).


Contoh: tablet antibiotik, parasetamol.

b. Obat luar yaitu obat-obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar.
Contoh: sulfur salep, caladine, dan lain-lain.

4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

a. Sistemik: obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran darah.

b. Lokal: obat atau zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi


bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata,
kulit, dan lainlain.

5. penggolongan obat berdasarkan asal obat.

4
a. Alamiah: obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
seperti, jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung). Dari
hewan: plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.

b. Sintetik: merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi


kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan
metanol dan asam salisilat.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Berdasarkan penelitian terkait dengan profil swamedikasi yang dilakukan oleh

masyarakat kelurahan Prenggan diperoleh hasil bahwa masyarakat kelurahan

Prenggan paling sering melakukan swamedikasi saat mempunyai gejala demam,

batuk dan pilek. Obat yang sering digunakan untuk melakukan swamedikasi

tersebut yaitu obat yang mempunyai khasiat sebagai analgetik-antipiretik.

5
Penggunaan obat untuk swamedikasi dilakukan dengan durasi selama 3 hari, dan

jika masih sakit, mereka akan pergi ke puskesmas atau ada beberapa yang

kembali ke apotek untuk meminta saran obat yang lain untuk gejala sakit yang

dirasakan. Masyarakan kelurahan Prenggan melakukan swamedikasi dengan

alasan harganya lebih murah dan gejala penyakitnya masih ringan. Swamedikasi

tersebut dilakukan oleh masyarakat kelurahan Prenggan dengan mandapatkan

info dari temannya atau ada beberapa yang mendapatkan info dari keluarganya.

5.1.2 Berdasarkan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat

kelurahan Prenggan terkait dengan swamedikasi yang dilakukan menggunakan

kuesioner diperoleh hasil sebanyak 50.83% masyarakat kelurahan Prenggan

mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup terhadap swamedikasi.

5.1.3 Berdasarkan penelitian mengenai gambaran sikap swamedikasi masyarakat

kelurahan Prenggan terkait dengan swamedikasi yang dilakukan menggunakan

kuesioner diperoleh hasil sebanyak 49.17% masyarakat kelurahan Prenggan

mempunyai kriteria positif (setuju) terhadap swamedikasi.

5.1.4 Hasil penelitian terkait hubungan faktor sosiodemografi dengan tingkat

6
pengetahuan, yang mempunyai hubungan signifikan yaitu pendidikan terakhir.

Nilai P Value yang didapatkan antara pengetahuan dengan pendidikan (0,031)

sehingga (<0.05). Sedangkan faktor sosiodemografi yang lain tidak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan tingkat pengetahuan karena nilai P Value

(>0,05), yaitu jenis kelamin (0,884), pekerjaan (0,332), usia (0,098) dan

pendapatan (0,111)

3.2.  Saran
Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, penyaji
menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna memahami tentang konsep
dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan dalam makalah memberi manfaat
untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/FARMAKOLOGI-
RMIK_FINAL_SC_26_10_2017.pdf
http://eprints.umm.ac.id/41025/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai