Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang: Calcium-Channel Blockers (CCBS), Dan Imunosupresan Terutama Siklosporin A
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang: Calcium-Channel Blockers (CCBS), Dan Imunosupresan Terutama Siklosporin A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang lebih disukai untuk semua lesi gingiva terkait pengobatan yang sebelumnya
disebut hiperplasia gingiva atau hipertrofi gingiva. 1 Hal ini merupakan efek
samping yang sering dikaitkan dengan tiga kelompok obat utama: antikonvulsan,
(CsA). 1
dan manifestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. 2 Prevalensi ini sebesar 6-
15% untuk nifedipine, sekitar 50% untuk fenitoin, dan 25-30% pada pasien
dewasa dan >70% pada anak-anak untuk siklosporin A.1 Selain itu, menurut data
terbaru dari Hatahira et al.3, rasio pertumbuhan gingiva berlebih yang diinduksi
Meskipun mekanisme yang tepat dari GO ini masih belum diketahui dengan
baik, hal itu mungkin terjadi sebagai hasil dari interaksi antara siklosporin A dan
metabolitnya dengan sel fibroblast gingiva yang rentan. Peradangan gingiva yang
Volume gingiva yang meningkat ini sering menjadi penyebab kesulitan untuk
fibrotik dari jaringan gingiva ketika kasus GO sulit dan refrakter setelah terapi
non-bedah.5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
D. Manfaat Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan
adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.6
besar yaitu:6
Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik
Inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau
gingiva yang disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
gingivitis adalah plak, sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor
lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya: kebersihan mulut yang buruk,
4
sisa-sisa makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor
membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada
tepi gingival.6
tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan
permukaan gigi, dan peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh plak
disebabkan beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus atau
Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary
Alergi dan trauma merupakan contoh lain dari peradangan gingiva yang
tidak disebabkan oleh faktor non-plak. Peradangan gingiva yang tidak disebabkan
oleh faktor non-plak sangat relevan, penyebab lesi secara umum merupakan
5
sample penting untuk memahami variasi dari reaksi jaringan yang terdapat pada
periodontium.7
Selain faktor plak dan non-plak peradangan gingiva juga disebabkan oleh
mengalami perdarahan, persentase jaringan ikat yang terkena radang adalah lebih
besar, tetapi epitelnya lebih sedikit dan lebih tipis bila dibandingkan dengan
gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Ini berarti terjadinya perdarahan pada
dijumpai pada anak, ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan
2) Eruption gingivitis
Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan
berkurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi pada
6
anak usia 6-7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis
Pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga
terjadinya pus, meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan overbite yang
besar, kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan protrusive.6
morfologi, keadaan, dan kuantitas dari gingiva di sekitar gigi antara margin gingiva
dan mucogingival junction yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak tipis
dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat
elastis.7
Terjadi karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang tinggi,
Artefacta peradangan karena perilaku yang sengaja melakukan cedera fisik dan
menyakiti diri sendiri. Salah satu penyakit periodontal yang disebabkan oleh
7
adanya cedera fisik pada jaringan gingiva disebut sebagai gingivitis artefakta yang
Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk yang kurang parah dan dipicu
oleh iritasi karena kebiasaan menyikat gigi yang terlalu berlebihan. Kondisi ini juga
dapat terjadi akibat menusuk gingiva dengan menggunakan jari kuku atau benda
asing lainnya.7
emosional. Peradangan gingiva oleh karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi
pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak
1) Acquired Pelicle
aseluler, dan bebas bakteri. Lokasinya tersebar merata pada permukaan gigi dan
lebih banyak terdapat pada daerah yang berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai
dengan larutan disclosing solution akan terlihat suatu permukaan yang tipis dan
2) Materi Alba
8
Materi alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-
abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Tidak
mempunyai struktur yang spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan air,
mekanis.8
Materi alba dapat menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat
merupakan penyebab umum terjadinya peradangan pada gingiva. Efek iritasi oleh
materi alba ini disebabkan oleh bakteri serta produk–produknya. Deposit ini
perlekatannya kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit dapat
terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada
sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi. Deposit ini dapat
terbentuk pada permukaan gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan
3) Food Debris
Kebanyakan debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan
bersih 5–30 menit setelah makan, tetapi sebagian masih tertinggal pada permukaan
gigi dan membran mukosa. Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir
serta bentuk dan susunan gigi dan rahang akan memengaruhi kecepatan
dan viskositas ludah yang rendah. Walaupun debris makanan mengandung bakteri,
tetapi berbeda dari plak dan materi alba, debris ini lebih mudah dibersihkan.8
4) Plak gigi
9
Plak gigi merupakan mikroorganisme pada permukaan gigi yang melekat pada
matriks polimer saliva yang berasal dari bakteri. Plak gigi mengalami
dalam rongga mulut. Sebagai contoh, penggunaan antibiotik yang berspektrum luas
semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.
Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diberi dengan larutan
dalam rongga mulut. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-
Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal adalah termasuk jenis anatomi
dan perkembangan gigi, karies, faktor iatrogenik, gigi malposisi, bernapas melalui
mulut, overhanging, Gigi tiruan sebagian, kurangnya attached gingiva, dan resesi.
Peradangan yang tergolong kronis ataupun rekuren dipicu oleh trauma mekanis
seperti dari penyikatan gigi, menusuk gigi dan menggigit makanan keras, seperti
apel.6
pada tepi jaringan, dan fibrous terbentuk mengalami kontraksi dan menyebabkan
peradangan dan dapat terjadi secara spontan pada gingiva. Laserasi gingiva oleh
10
karena bulu sikat gigi selama penyikatan gigi secara agresif dapat menyebabkan
perdarahan gingiva bahkan pada kondisi tanpa adanya penyakit gingiva. Sensasi
terbakar pada gingiva dari makanan panas atau kimia juga dapat meningkatkan
setelah iritasi. Kondisi tersebut akibat perdarahan abnormal pada kulit, organ
internal, dan jaringan lain, termasuk mukosa rongga mulut. Pengaruh terapi,
kontrasepsi oral, kehamilan, dan siklus menstruasi juga dilaporkan sebagai faktor
gingiva mencapai puncaknya dan perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol
plak tetap tidak berubah. Plak dapat menyebabkan peradangan yang hebat pada
masa pubertas yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Bila
masa pubertas sudah lewat, peradangan cenderung reda dengan sendirinya tetapi
tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang adekut.12
11
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor nutrisi
1. Merokok
Plak gigi sebagai pemicu terjadinya gingivitis merupakan kondisi yang terjadi
pada anak- anak dan orang dewasa. Menurut penelitian Muller dkk tahun 2002
setelah diamati selama enam bulan pada kelompok perokok ditemukan lebih
penelitian dari calsina dkk tahun 2002 resesi gingiva yang lebih parah terjadi pada
dari rokok yang masuk ke dalam aliran darah. Hal ini juga menyebabkan pada
bahwa indeks rata -rata kalkulus dari kelompok yang menyikat gigi 3x sehari
12
tampak lebih baik dibandingkan kelompok yang menyikat gigi 2x sehari. Namun,
indeks perdarahan gingiva rata-rata pada kelompok yang menyikat gigi 3x sehari
lebih besar dibanding dengan indeks perdarahan rata-rata dari kelompok yang
menyikat gigi 2x sehari pada semua permukaan dari gigi. Hal ini
peradangan gingiva.7
Sikat gigi merupakan salah satu fisioterapi oral yang digunakan untuk
membersihkan gigi dan mulut. Dapat ditemukan beberapa macam jenis sikat gigi,
baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk. Bulu
sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang, dan kepadatan.
Walaupun banyak jenis sikat gigi tetapi harus diperhatikan keefektifan sikat gigi
untuk membersihkan gigi dan mulut seperti kenyamanan bagi setiap individu
meliputi ukuran, tekstur, dan bulu sikat, mudah digunakan, mudah dibersihkan
dan cepat kering sehingga tidak lembab, awet dan tidak mahal, bulu sikat lembut
tetapi cukup kuat dan tangkainya ringan, dan ujung bulu sikat membulat.11
banyak terjadi pada kelompok yang jarang melakukan pembersihan gigi daripada
kalkulus lebih rendah pada kelompok yang sering melakukan pembersihan gigi.11
13
Teknik menyikat gigi adalah cara yang paling umum dianjurkan untuk
membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan dan gingiva dan
yang optimal. Oleh karena itu, teknik menyikat gigi harus dilaksanakan secara
aktif dan teratur. (Daliemunthe, 2014) Kebanyakan teknik menyikat gigi telah
ditetapkan sebagai metode yang efisien dan efektif untuk membersihkan gigi.
Teknik menggosok menjadi metode paling mudah dan paling sering dalam
Metode yang dianjurkan adalah Teknik Bass karena teknik ini menekankan
penempatan bulu sikat secara sulkular. Ujung bulu sikat pada margin gingiva
terjadinya gingivitis.
14
C. Gambaran Klinis
plak atau kalkulus dan secara radiografi tidak ditemukan kehilangan tulang
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema, edema, dan
parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan, dan bernapas melalui mulut.
Pada saat probing tidak terdapat kehilangan perlekatan, dan poket tidak
Karakteristik Gingivitis
Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan ukuran
Perubahan warna merupakan tanda klinis dari penyakit pada gingiva. Warna
gingiva normal adalah merah muda coral dan dihasilkan oleh vaskularitas
15
Peradangan kronis menyebabkan warna merah atau merah kebiruan akibat
2. Perubahan Konsistensi
konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Seperti yang dinyatakan
bahwa pada gingivitis kronis, perubahan destruktif atau edema dan reparative
normal tidak melukai dapat menyebabkan rupture pada kapiler dan perdarahan
gingiva.8
16
area permukaan pinpoint tampak epitel yang memicu peradangan dan;
kemerahan. Perubahan pada jaringan konektif -
epitel dengan jaringan konektif yang
mengalami pembengkakan dan
peradangan, meluas sampai ke
permukaan jaringan epitel, penebalan
epitel, edema dan invasi leukosit,
dipisahkan oleh daerah yang
mengalami elongasi terhadap
jaringan konektif.
dan mengkilap atau kaku, tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik.
Tekstur permukaan yang halus juga dihasilkan oleh atropi epitel pada
pada gingiva.8
17
5. Perubahan Posisi Gingiva
Salah satu gambaran pada penyakit gingiva adalah adanya lesi pada
gingiva. Lesi traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal
merupakan lesi yang paling umum pada rongga mulut. Lesi akibat kimia
termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan
endodontik. Lesi karena fisik termasuk bibir, rongga mulut, dan tindik pada
lidah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat
berasal dari makanan dan minuman yang panas. Pada kasus akut, epitelium
yang nekrotik, erosi atau ulserasi, dan eritema merupakan gambaran umum.
gingiva, tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.
Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih lebar, dan meluas ke permukaan
plak yang adekuat pada daerah ini. Istilah McCall festoon telah digunakan
Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut. Lesi dini
18
dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama. Selain itu, dapat
Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut
tidak terjaga. Untuk beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri cocci
dan terakhir Spirochetes atau bakteri gram negatif. Dalam beberapa hari,
Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi
sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi
terutama di sekitar sel – sel infiltrat. Neutrofil keluar dari pembuluh darah
19
terganggu atau rusak sehingga aliran darah menjadi lambat. Terlihat
perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel – sel darah merah keluar ke
daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut sebagai peradangan
tahap keempat yang disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan
pada tahap advanced, sel plasma berlanjut pada jaringan konektif, dan
neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan pada tahap ini gingivitis
D. Penatalaksanaan
Pembuangan plak dan semua faktor retensinya harus diutamakan dan dituntaskan
segera.7
20
1. Skeling dan Root Planing
Skeling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi,
sementum untuk menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan
utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi
dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak
Prosedur skeling dan root planing perlu dilakukan dan banyak menggunakan
secara umum setelah root planing. Namun demikian, terdapat beberapa daerah
yang tidak memberikan respon terhadap terapi ini. Faktor berikut dapat
membatasi keberhasilan perawatan root planing yaitu: anatomi akar gigi, furkasi,
dan kedalaman probing. Beberapa minggu setelah root planing, evaluasi ulang
Instrumen skeling, root planning, dan kuretase digunakan untuk pembersihan plak
dan deposit yang terkalsifikasi pada mahkota dan akar gigi, dan pembersihan
kalkulus supragingiva.
21
3) Skeler hoe, chisel, dan file digunakan untuk membersihkan kalkulus
ultrasonik dan sonik digunakan untuk skeling dan pembersihan permukaan gigi,
2. Penyikatan gigi
mulut. Selain itu kesempurnaan hasil penyikatan lebih penting daripada teknik
penyikatannya.
3. Flossing
yang tidak dapat dicapai oleh penyikatan gigi. Telah terbukti bahwa flossing
gingiva pada orang dewasa. Flossing sebagai alat yang berguna untuk menentukan
kesehatan gingiva.
22
Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan kimia yang mampu
mematikan bakteri plak, sehingga hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan
5. Irigasi gingiva
Air yang digunakan sebagai irigator selain berhasil membuang partikel makanan,
juga dapat membuang produk bakteri sehingga lebih efektif daripada berkumur.
Irigasi ini bermanfaat karena dapat dilakukan ke dalam sulkus maupun poket
E. Definisi Siklosporin
dengan spektrum yang sangat sempit.17 Pada tahun 1976, Borel menemukan
23
Gambar 1 Jamur Tolypacladium inflatum (Sumber: Rateitschak KH, Wolf
HF. Color atlas of dental medicine periodontology. 3rd ed. Berlin; 2004).
untuk mencegah ditolaknya graft pada ginjal, hati, jantung, paru-paru, dan
kombinasi transplantasi jantung dan paru. Selain itu juga dipakai untuk
Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/
hilang, penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa, tidak menular tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
peradangan kronik yang sifatnya timbul hilang yang disertai rasa gatal pada
24
terapi alternatif atau fototerapi.23 Selain itu, siklosporin digunakan juga
pada membran sinovia, dan struktur- struktur sendi serta atrofi otot dan
penipisan tulang).24
yaitu suatu penyakit yang erat terkait dengan ginjal, akibat rusaknya glomeruli
yang berfungsi sebagai penahan protein keluar melalui urin dan menyebabkan
imun. Sel- sel yang terlibat adalah limfosit T, makrofag dan limfosit B yang
dimediasi oleh limfokin, dan beraksi langsung pada sel asing. Siklosporin
yaitu asam hyaluronic acid (HA), serta β-glycan. Jadi MES mengontrol
25
pembesaran gingiva. Pada penelitian in vitro, sintesis MES dan proliferasi sel
waktu itu, dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
azathioprine, dan relatif tidak toksik terhadap sum- sum tulang. Dengan
Mekanisme tindakan
(faktor nuklir dari sel-T yang diaktifkan), yang bergerak ke inti sel-T dan
26
meningkatkan transkripsi gen untuk IL-2 dan sitokin terkait. 28 Ciclosporin,
ditemukan dalam membran mitokondria sel otot jantung dan menggerakkan ion
Farmakokinetik
G. Efek Samping
27
demam , muntah , diare , kebingungan , peningkatan kolesterol , kesulitan
bernapas , mati rasa dan kesemutan (terutama bibir), gatal, tekanan darah tinggi
dan hati ,37 sensasi terbakar di ujung jari, dan peningkatan kerentanan terhadap
digunakan.38
peningkatan kadar asam urat dalam darah dan, dalam beberapa kasus, asam
urat.39 Hal ini disebabkan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus, Yang
Dampak yang tidak diinginkan pada terapi siklosporin telah diteliti pada
manusia, anjing dan tikus. Sekitar 25-30% pasien yang mendapat terapi dengan
28
gingivektomi.Peningkatan angka kejadian sejalan dengan meningkatnya pasien
berlipat lebih dari 2 kali pada penderita yang juga mendapat terapi calcium
gingiva pada pemberian siklosporin adalah usia, jenis kelamin, lama terapi
kreatinin.20,41,42 Kreatinin adalah bahan kimia yang terjadi dan beredar secara
alami dalam tubuh manusia, yang merupakan hasil break- down protein
normal. Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kadar kreatinin dalam aliran
29
metode pengukuran pembesaran gingiva yang dipakai,serta bervariasinya
belum diketahui, tetapi yang pasti ada substansi dari obat siklosporin yang
Penelitian yang dilakukan pada anjing yang baru lahir, ditemukan ada
siklosporin setiap hari, setelah minggu ketiga. Pembentukan kista terjadi di gigi
insisivus rahang atas maupun rahang bawah. Setelah satu bulan terapi
Kista erupsi merupakan kista odontogenik, yang epitel kista berasal dari
sisa epitel dari organ pembentuk gigi. Sisa epitel email meliputi seluruh organ
pembentuk mahkota gigi dari gigi yang tidak erupsi.Kista erupsi biasanya
soliter dan patogenesis dari lesi ini dan kaitannya denga terapi siklosporin
belum diketahui. Yang pasti pada semua anjing baru lahir yang diberikan terapi
dengan penyakit kinky hair, yaitu suatu penyakit kongenital yang ditandai
dengan retardasi mental, dan memiliki nama lain sindroma menkes. Pada kasus
30
gingiva yang diduga karena pemberian siklosporin dengan jangka waktu yang
lama.26,45
rendah, terlihat pembesaran gingiva yang bermakna secara klinis. Begitu juga
pasien yang mendapat terapi siklosporin saja dibandingkan dengan pada pasien
pembesaran gingiva pada pasien yang mendapat terapi siklosporin mulai bulan
ke-6 sampai ke-48 setelah tranplantasi. Hal ini kemungkinan karena telah
terjadi dampak positif dari sensitivitas gingiva terhadap siklosporin dan tidak
tergantung pada plak kontrol. Hal ini tidak hanya terjadi pada volume gingiva
tetapi juga pada volume densitas dari tulang alveolar yang berkaitan dengan
kadar kalsium, yang kemungkinan merupakan dampak yang tidak spesifik dari
31
Patogenesis
dengan pembesaran epitel, dan elongasi atau memanjangnya rete peg yang
IL-1α mempunyai dampak anabolik dan katabolik pada MES, sehingga kadar
jaringan gingiva.43
32
menjadi tidak imbang, dengan proses resorpsi yang lebih cepat dari proses
33
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
A. Laporan Kasus
transplantasi organ.
Pasien memiliki kontrol plak oral yang sangat buruk; dengan indeks plak PI48
bengkak, dan terlokalisasi pada bukal dan sisi lingual gigi anterior. Pertumbuhan
gingiva berlebih muncul sebagai pembesaran nodular lokal dari papilla interdental
(Gambar 2-5).
34
Gambar 4: Tampak Sisi Kanan.
Seymour et al.50
Skor GO diberikan untuk setiap papila interdental bukal dan lingual (unit
gingiva) dari enam gigi anterior atas dan bawah. Kemudian penjumlahan dari
gingiva secara labial dan lingual dengan skala tiga poin (0 = lebar normal, 1 =
penebalan hingga 2 mm, dan 2 = penebalan lebih dari 2 mm). Komponen kedua
pada aspek labial dan lingual dari mahkota gigi yang berdekatan; dengan kisaran
antara 0 hingga 3 (dari tidak ada bukti klinis pertumbuhan berlebih hingga
35
pertumbuhan berlebih yang mencakup tiga perempat mahkota gigi). Demikian
juga, diperiksa 20 papila, menyajikan potensi skor GO maksimum 100, yang juga
≥30%.51
sebagai gingiva dengan pertumbuhan yang terlalu cepat dengan signifikansi klinis.
marginal (koronal ketiga) yang lebih jelas di gigi insisivus bawah (Gambar 6).
36
Periodontitis diklasifikasikan menurut sistem klasifikasi baru penyakit dan kondisi
awalnya, pada instruksi kebersihan mulut. Pada tahap kedua, scaling mulut
pemolesan semua permukaan gigi yang kasar. Ekstraksi sisa akar gigi #26
amoksisilin plus asam klavulanat 1 g (intraoral) 2 kali per hari selama 8 hari
seperti yang disarankan oleh ahli nefrologi pasien. Profilaksis antibiotik dilakukan
untuk mengurangi risiko infeksi yang berkaitan dengan status kesehatan sistemik.
periodontal. Kami telah mencatat pengurangan skor poket dan plak serta indeks
kebersihan mulut dan scaling mulut secara keseluruhan setiap 2 bulan. Seluruh
operasi.
37
Gambar 7: Tampak depan pasca perawatan selama 2 tahun.
38
B. Pembahasan
Dilaporkan bahwa enam faktor risiko dapat dimodifikasi dari prevalensi dan
faktor ini adalah kecenderungan genetik, usia, jenis kelamin (pasien pria muda
berisiko lebih tinggi untuk mengalami GO), dan variabel obat (konsentrasi serum,
konsentrasi saliva, dan dosis obat) serta obat yang digunakan secara bersamaan
GO dan akumulasi plak yang terlihat signifikan secara statistik. Persentase rata-
rata situs dengan PI ≥ 2 (plak terlihat) secara signifikan lebih tinggi di antara
hingga 3 bulan setelah inisiasi obat-obatan.1 Mungkin mencapai fase plateu pada 9
hingga 12 bulan,55 seperti yang diilustrasikan dalam laporan kasus ini. Selain itu,
39
sebuah data terbaru menunjukkan bahwa median waktu untuk memulai GO untuk
gigi anterior. Ditandai dengan pertumbuhan tinggi gingiva menuju tepi insisal
setelahnya.
nodular pada tahap awal pertumbuhan gingiva berlebih mungkin terkait dengan
perbedaan dalam molekul dan komposisi seluler dari berbagai bagian gingiva.
dalam keadaan diaktifkan dan / atau secara inheren menampilkan fenotipe tertentu
diinduksi obat tampak serupa, dilaporkan bahwa jaringan terkena CsA umumnya
lebih hiperemik dan lebih mudah berdarah saat diperiksa. 1,58 Memang secara
meradang dan menunjukkan sedikit fibrosis dibandingkan lesi yang diinduksi obat
lain.59
40
Dalam laporan kasus ini, kami tidak dapat melakukan histopatologis
kami tidak punya spesimen jaringan GO yang tersisa untuk eksplorasi. Kami
dapat menyimpulkan bahwa etiologi yang lebih dominan mungkin biofilm gigi
dan kalkulus.
diinduksi CsA masih dalam pembahasan. Tampaknya obat ini dan metabolitnya
mengganggu proliferasi dan fungsi sel-sel fibroblast. Selain itu, CsA memiliki
aksi sinergis dengan sitokin proinflamasi dan fibrogenik (Il-1b, Il-6) dan
Karena tidak semua pasien yang diobati dengan CsA memiliki gingiva
berlebih, kami berspekulasi bahwa tipe GO ini terkait dengan kerentanan obat
pada individu. Sejak fibroblas gingiva dapat menunjukkan respons obat secara
infeksi serius karena mereka di bawah imunosupresan seperti CsA dan juga
kortikoid seperti prednisolon. Obat ini menekan sistem kekebalan tubuh dan
penelitian berbasis bukti atau pedoman untuk hal ini. Batiuk et al. 63 dan
41
endokarditis berdasarkan American Heart Association 1997 yaitu amoksisilin 2 g
diinginkan.65
dengan berkonsultasi dengan dokter pasien,62 seperti yang kami lakukan untuk
root planning, dan juga penghapusan faktor iritan lokal yang meningkatkan
akumulasi plak (restorasi yang salah, patah gigi, atau lesi karies).
gingiva hingga 40%.66 Selain itu, studi oleh Aimetti et al. 67 menunjukkan
gingiva berlebih yang lebih signifikan. Hal ini juga menghindari kebutuhan terapi
bedah bahkan 12 bulan setelah perawatan dan pemeliharaan non-bedah. 67 Hal itu
42
selama 5 hari dengan scaling dan root planning mengurangi tingkat pertumbuhan
Mesa et al. [28] menegaskan bahwa kedua molekul dapat bekerja lebih efektif
CsA.70
Penarikan atau penggantian obat, seperti beralih dari CsA ke tacrolimus (FK
506), adalah pendekatan lain. Hal ini dapat mengurangi keparahan pertumbuhan
memiliki pembesaran gingiva adalah lima kali lebih tinggi di antara pasien
mengonsumsi tacrolimus.54
Meskipun demikian, jika strategi seperti itu dipertimbangkan, dokter gigi harus
berhubungan dengan dokter pasien untuk meninjau pengobatan mereka saat ini.
Ritchhart dan Joy73. Hal itu mungkin menjadi modalitas pengobatan non-bedah
substitusi obat dan kontrol plak yang baik telah dilakukan, koreksi bedah
flap, bedah listrik, atau eksisi laser.5 Gingivektomi konvensional tetap menjadi
lebih halus. Bedah elektro dan laser memberi hasil yang baik dan hemostasis yang
43
adekuat pada pertumbuhan gingiva yang terlalu meradang.5 Tapi eksisi laser
menghasilkan tingkat kekambuhan yang jauh lebih rendah dan lebih nyaman bagi
Tingkat kekambuhan gingiva yang terlalu tinggi tetap menjadi masalah yang
timbul dari penggunaan CsA dan obat-obatan lain secara kronis.60 Menurut studi
oleh Ilgenli et al.75 tingkat kekambuhan menyumbang 34% dari kasus dan dapat
terjadi dalam 18 bulan bahkan setelah terapi bedah terlepas dari obatnya. Selain
itu, kontrol plak yang buruk, peradangan gingiva, dan kepatuhan kunjungan
pemeliharaan pasien yang buruk ditemukan menjadi penentu yang signifikan dari
kekambuhan ini.75
Oleh karena itu, terapi periodontal suportif yang teratur efektif dalam
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
medis dan pemeriksaan intraoral. Akumulasi plak bakteri merupakan faktor risiko
gingiva. Pilihan perawatan bisa dikategorikan sebagai terapi non-bedah saja atau
kombinasi terapi non-bedah dan bedah. Semua pendekatan ini telah dicoba untuk
kepatuhan yang baik dengan praktik kebersihan mulut dan kunjungan perawatan
tetap penting karena memungkinkan hasil yang lebih baik dan stabil setelah
B. Saran
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter
45
Pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam
Ratulangi.
DAFTAR PUSTAKA
46
16. Asni, AM., Pengaruh Karang Gigi Terhadap Kesehatan Gusi Pada Anak
Kelas IV Dan V SD Negeri Limbung Putri Kec. Bajeng Kab. Gowa Tahun
2008. Skripsi, ISSN. 2087-0051. 2014. hal. 58-63
17. Yayasan Psoriasis Indonesia, Pusat informasi online Penyakit kulit
Indonesia. Available at http://www.psoriasis.or.id/psoriasis.php.
18. Seymour RA. Risk factor for gingival overgrowth in patients medicated
with ciclosporin in the absence of calcium channel blockers, J.Clin
Periodontol 2005; 32: 273-279.
19. Amiruddin MD. Penatalaksanaan dermatitis atopic. Med Nus 2005; 26:36-
41. http://med.unhas.ac.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=202&Itemid=116
20. Medicine. The Best Online Drugstore. Desember 2008.
http://bestpharmacygroup.com/blog/id/tag/pharmacist?gltr_redir=http%3A
%2F%2Ftranslate.google.com%2Ftranslate%3Fhl%3Den%26sl%3Den
%26tl%3Did%26u%3Dhttp%253A%252F%252Fbestpharmacygroup.com
%252Fblog%252Ftag%252Fpharmacist%252F.
21. Bhattacharyya I. Lip hypertrophy secondary to cyclosporine treatment: a
rare adverse effect and treatment considerations. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol Oral Radiol Endod 2006; 102: 469-74.
22. Hyland PL. Regulation of keratinocyte growth factor and scatter factor in
cyclosporine-unduced gingival overgrowth. J Oral Pathol Med 2004; 33:
391-7.
23. Spolidorio LC. Effect of long term cyclosporine therapy on the
periodontium of rats. J Periodont Res 2004; 39:257-62.
24. Bostanci N. Relationship between IL-1A polymorphisms and gingival
overgrowth in renal transplant recipients receiving cyclosporin A. J Clin
Periodontol 2006; 33: 771-8.
25. Nassar CA. Effect of cyclosporine A on alveolar bone homeostasis in a rat
periodontitis model. J Periodont Res 2004; 39: 143-8.
26. Spolidorio LC. Effect of long term cyclosporine therapy on the
periodontium of rat. J Periodont Res 2004; 39: 257- 62.
27. Rheumatoid arthritis. Available at
http://id.wikipedia.org/wiki/Rheumatoid_arthritis.
28. Matsuda S, Koyasu S (Mei 2000). "Mekanisme kerja siklosporin" (PDF).
Imunofarmakologi . 47 (2–3): 119–25. doi : 10.1016 / S0162-3109 (00)
00192-2. PMID 10878286 . Diarsipkan dari yang asli (PDF) pada 2017-08-
11 . Diperoleh 2018-03-04 .
29. Ganong WF (2005). "27". Ulasan fisiologi medis (ed. 22). New York:
McGraw-Hill Medical. hal. 530. ISBN 978-0-07-144040-0.
30. Mott JL, Zhang D, Freeman JC, Mikolajczak P, Chang SW, Zassenhaus HP
(Juli 2004). "Penyakit jantung karena mutasi DNA mitokondria acak
dicegah dengan siklosporin A". Komunikasi Penelitian Biokimia dan
Biofisika . 319 (4): 1210–5. doi : 10.1016 / j.bbrc.2004.05.104 . PMID
15194495 .
31. Youn TJ, Piao H, Kwon JS, Choi SY, Kim HS, Park DG, Kim DW, Kim
YG, Cho MC (Desember 2002). "Efek dari penghambatan jalur pensinyalan
bergantung kalsineurin oleh siklosporin A pada remodeling jantung awal
dan akhir setelah infark miokard" . Jurnal Eropa Gagal Jantung . 4 (6): 713–
47
8. doi : 10.1016 / S1388-9842 (02) 00120-4 . PMID 12453541 . Diarsipkan
dari yang asli pada 2013-04-15.
32. Handschumacher RE, Harding MW, Rice J, Drugge RJ, Speicher DW
(November 1984). "Cyclophilin: protein pengikat sitosol spesifik untuk
siklosporin A". Sains 226 (4674): 544–7. Bibcode : 1984Sci ... 226..544H .
doi : 10.1126 / science.6238408 . PMID 6238408 .
33. Elrod JW, Wong R, Mishra S, Vagnozzi RJ, Sakthievel B, Goonasekera SA,
Karch J, Gabel S, Farber J, Angkatan T, Brown JH, Murphy E, Molkentin
JD (Oktober 2010 ). "Cyclophilin D mengontrol pertukaran Ca (2+) yang
bergantung pada pori mitokondria, fleksibilitas metabolisme, dan
kecenderungan gagal jantung pada tikus" . Jurnal Investigasi Klinis . 120
(10): 3680–7. doi : 10.1172 / JCI43171 . PMC 2947235 . PMID 20890047 .
34. Borel JF (Juni 2002). "Sejarah penemuan siklosporin dan perkembangan
farmakologis awal". Wiener Klinische Wochenschrift . 114 (12): 433–7.
PMID 12422576 .
35. Wang CP, Hartman NR, Venkataramanan R, Jardine I, Lin FT, Knapp JE,
Starzl TE, Burckart GJ (1989). "Isolasi 10 metabolit siklosporin dari
empedu manusia" . Metabolisme dan Disposisi Obat . 17 (3): 292–6. PMC
3154783 . PMID 2568911.
36. Copeland KR, Yatscoff RW, McKenna RM (Februari 1990). "Aktivitas
imunosupresif metabolit siklosporin dibandingkan dan ditandai dengan
spektroskopi massa dan resonansi magnetik nuklir". Kimia Klinis . 36 (2):
225–9. PMID 2137384 .
37. Naesens M, Kuypers DR, Sarwal M (Februari 2009). "Calcineurin inhibitor
nephrotoxicity" (PDF) . Jurnal klinis dari American Society of Nephrology .
4 (2): 481-508. doi : 10.2215 / CJN.04800908 . PMID 19218475 .
38. Robert N, Wong GW, Wright JM (Januari 2010). "Pengaruh siklosporin
pada tekanan darah". Cochrane Database of Systematic Reviews (1):
CD007893. doi : 10.1002 / 14651858.CD007893.pub2 . PMID 20091657 .
39. Lin H, Rocher LL, McQuillan MA, Schmaltz S, Palella TD, Fox IH
(Februari 1990). "Hyperuricemia dan gout yang diinduksi oleh siklosporin".
Jurnal Kedokteran New England . 322 (5): 334–6. doi : 10.1056 /
NEJM199002013220514 . PMID 2296276
40. Agen yang Dikelompokkan oleh Monograf IARC, Volume 1–110
Diarsipkan 2011-10-25 di Wayback Machine
41. Manusia, Kelompok Kerja IARC pada Evaluasi Risiko Karsinogenik hingga
(2012). Ciclosporin . Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.
42. Upton, Harriet. Origin of drugs in current use: the cyclosporin story.
43. Azwan. Nephrotic syndrome dan perawatannya. Oktober 2007. Available at
http://drazwan.blogspot.com/2007/10/nephrotic-syndrome-dan-
perawatan.html
44. Stabellini G. Extracellular glycosaminoglycan changes in healthy and
overgrown gingival fibroblasts after cyclosporine A and cytokine
treatments. J Oral Pathol Med 2004; 33: 346-53.
45. O’Hara AJ. Gingival eruption cysts induced by cyclosporine administration
to neonatal dogs. J Clin Periodontol 2002; 29: 507-13.
46. Mondafacto, online dictionary,
http://www.mondofacto.com/facts/dictionary?kinky-hair+disease.
48
47. Perry DA, Schmid MO, Takei HH. Gingival enlargement. In: Newman MG
(editors). Carranza’s clinical periodontology. 10th Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2006.
49