1. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi
kesehatan tubuh keseluruhan.(1) Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk
mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka.(2)Mengingat kegunaannya yang
demikian penting maka penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat
bertahan lama dalam rongga mulut.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara
berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi
( caries dentis ) di samping penyakit gusi.(3) Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi
yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksi periapeks yang dapat menyebabkan rasa nyeri.(4)
Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian
dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap. (5)Orang tua kurang
menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan
perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Dampak yang terjadi bila sejak awal
sudah mengalami karies adalah selain fungsi gigi sebagai pengunyah yang terganggu, anak juga
akan mengalami gangguan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sehingga anak tidak mau
makan dan akibat yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak dapat belajar karena kurang
berkonsentrasi sehingga akan mempengaruhi kecerdasan. Akibat lain dari kerusakan gigi pada
anak adalah penyebaran toksin atau bakteri pada mulut melalui aliran darah, saluran pernapasan,
saluran pencernaan apalagi bila anak menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya
tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit. Bila gigi sulung sudah
berlubang dan rusak maka dapat diramalkan gigi dewasanya tidak akan sehat nantinya.(2)
Proses karies dan faktor risiko terjadinya karies gigi tetap dan gigi sulung tidak berbeda
namun demikian proses kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah
dibandingkan gigi tetap. Hal ini selain disebabkan karena faktor dari dalam sendiri yaitu struktur
enamel gigi sulung yang kurang solid dan lebih tipis serta morfologi gigi sulung yang lebih
memungkinkan retensi dibanding gigi tetap juga disebabkan faktor luar yang menjadi faktor
risiko anak terhadap proses kerusakan gigi seperti keadaan kebersihan mulut anak yang
umumnya lebih buruk dan anak lebih banyak dan sering makan dan minum kariogenik
dibandingkan orang dewasa. Besar kecilnya faktor risiko terhadap timbulnya karies gigi sulung
pada anak usia prasekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran orang tua dalam merawat
kesehatan gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain yang
berkaitan dengan cara membersihkan diri, jenis makanan yang menguntungkan kesehatan gigi
dan cara makan minum yang benar.(6)
Makanan atau substrat merupakan salah satu unsur penting untuk dapat terjadi karies.
Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Dari berbagai penelitian tampak
ada hubungan antara intake karbohidrat dengan karies dan hubungan yang lebih kompleks
dengan lemak, protein, vitamin dan mineral. Selain itu ternyata ada hubungan langsung antara
bertambahnya konsumsi makanan yang mudah dicerna terutama karbohidrat yang berupa tepung
dengan bertambahnya karies.(6)
Karbohidrat dalam makanan yang sifatnya paling dapat merusak gigi adalah jenis
sukrosa. Proses karies selain ditentukan oleh jenis karbohidrat juga tergantung pada frekuensi
dan bentuk fisik karbohidrat tersebut. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan atau yang
bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies. Dari
penelitian Alfano (1980) tehadap tikus ternyata makanan yang paling kariogenik adalah coklat
sedangkan sugar free biskuit, kacang-kacangan, roti dedak menduduki urutan paling rendah.
Dalam penelitian Rugg-Gunn menyatakan bahwa banyaknya intake gula harian lebih besar
hubungannya dibanding dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula dalam snack dengan
karies lebih besar dibanding total diet karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi
dan makanan kariogenik yang sering dimakan di antara dua waktu makan mempunyai ciri-ciri
pH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. Hampir semua anak menyukai makanan
minuman kariogenik yang merupakan faktor risiko terhadap karies yang dimakan di antara dua
waktu makan.(6)
Dalam perkembangannya anak membutuhkan orang lain dan orang lain yang paling
utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Orang tua bertanggung
jawab dalam memenuhi kebutuhan anak juga dalam hal makanan. Perilaku anak kecil lebih
banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggapnya penting seperti ibu. (7) Penyediaan
makanan untuk dikonsumsi anggota keluarga merupakan hasil proses pengambilan keputusan.
Tindakan pengambilan keputusan oleh ibu dalam penyediaan makanan yang baik serta
pemeliharaan kesehatan anak sangat dipengaruhi kesiapan psikologi ibu diantaranya tingkat
pendidikan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu.(8) Hasil penelitian Sanjur dan Scoma (1971)
mengenai kebiasaan makan anak, diketahui bahwa makanan yang tidak disukai oleh ibu juga
tidak disukai oleh anaknya dan ketidaktahuan ibu terhadap jenis makanan tertentu akan
mempengaruhi ketidaktahuan anak terhadap makanan tertentu.(9) Bagi sebagian masyarakat, jenis
makanan yang telah terbiasa mereka pelajari untuk menyukainya sejak masa kanak-kanak akan
berlanjut menjadi makanan kesukaannya pada saat dewasa.(10)
Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan hal menarik karena prevalensi
karies dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah penduduk (Ibone Effendi dan
Mooler, 1973). Prevalensi karies gigi dan penyakit periodental tidak berbeda tahun 1973 dan
1983.(11) Sampai sekarang ini di Indonesia data tentang frekuensi karies gigi sulung anak usia
prasekolah masih langka. Data yang adapun tidak dapat dipakai sebagai indikator kesehatan gigi
anak karena tidak mewakili keadaan gigi sulung di Indonesia, walaupun hasil observasi lapangan
menunjukkan adanya karies rampan gigi sulung yang cukup luas (Armasastra dan Antonraharjo,
1986). Di Yogyakarta, dari 7 lokasi pemeriksaan didapatkan angka frekuensi karies gigi sulung
anak usia 3-5 tahun sebesar 75% dengan def-t rata-rata 5,2 (Supartinah, 1982). Tahun 1985
dilaporkan fekuensi karies gigi di 100 Sekolah Taman Kanak-kanak di Yogyakarta sebesar 85 %,
tanpa melaporkan indeks def-nya (Rinaldi dan Iwa-Sutardjo, 1985). Di Medan frekuensi karies
gigi sulung anak usia balita karena minum susu botol di beberapa Puskesmas adalah 61 % (Lina
dan Situmorang, 1985). Frekuensi karies gigi sulung merupakan indikator kesehatan gigi anak
usia prasekolah yang diperlukan untuk menilai keadaan kesehatan gigi sekaligus juga
keberhasilan upaya kesehatan gigi anak usia prasekolah dan usia balita.(6)
Anak usia 2-4 tahun umumnya sudah mempunyai gigi sulung yang lengkap yaitu
berjumlah 20 buah dan perilaku anak dalam menjaga kesehatan termasuk kesehatan gigi masih
sangat tergantung pada orang dewasa terutama ibu yang merawatnya. Kesehatan gigi anak usia
ini dipengaruhi oleh perilaku ibu khususnya dalam menjaga kebersihan gigi maupun dalam
memberikan makanan minuman yang dapat menyebabkan karies gigi.
Kelurahan Tegalsari merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan
Candisari. Letak kelurahan yang berada ditengah kota dan berbentuk perkampungan
menyebabkan banyak tersedia kemudahan dalam mendapatkan variasi konsumsi makanan dan
minuman kariogenik dan keragaman tingkat pendidikan ibu yang akan turut mempengaruhi
keadaan kesehatan gigi anak pada usia 2-4 tahun yang umumnya masih diasuh oleh ibu.
Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran keadaan kesehatan
gigi anak pada usia 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “ Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu dalam
pemberian makanan jajanan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dan
status karies gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari Kota
Semarang.”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu dengan frekuensi konsumsi
makanan jajanan kariogenik dan status karies gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan
Tegalsari Kecamatan Candisari Kota Semarang.
2. Tujuan khusus
1. Mendapatkan informasi tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun di
Kelurahan Tegalsari
2. Mengetahui jenis-jenis makanan jajanan menurut status kariogenitas jajanan yang sering
dikonsumsi oleh anak usia 2-4 tahun
3. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan
frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4 tahun
4. Mengetahui hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan frekuesi
konsumsi makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4 tahun
5. Mengetahui hubungan frekunsi konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun
6. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan
tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun
7. Mengetahui hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak prasekolah usia 2-4 tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung dalam
melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.
2. Bagi masyarakat
Menjadi bahan masukan dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap karies gigi dan
perawatan gigi sejak masih anak-anak.
5. Ruang Lingkup
1. Lingkup keilmuan
Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya
bidang epidemiologi karies gigi.
2. Lingkup masalah
Permasalahan dibatasi pada hubungan antara pengetahuan dan praktek ibu dengan
frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dan status karies gigi pada anak usia 2-4
tahun di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari
3. Lingkup Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2000 – Maret 2001
4. Lingkup Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Candisari, Kota
Semarang
5. Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian adalah anak prasekolah umur 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karies Gigi
1. Definisi Karies
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya
adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya , akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa dan penyebaran infeksi ke
jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.(4)
2. Mekanisme Karies
Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri
tertentu dan dapat membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam
tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai. Paduan keempat faktor
penyebab tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran yang bersitumpang. Karies baru akan
timbul hanya kalau keempat faktor penyebab tersebut bekerja simultan.(4)
Karies gigi dimulai dengan terjadinya demineralisasi pada lapisan email. Email menjadi keropos
dan lambat laun akan terjadi lubang pada permukaan gigi. Tanpa perawatan proses karies
berjalan terus, menjalar ke lapisan dentin dan akhirnya sampai ke jaringan pulpa. Kalau proses
sampai ke jaringan pulpa maka lambat laun pulpa akan mati dan membusuk dan proses radang
akan menjalar terus sampai ke tulang alveola. Pada ujung akar akan timbul sebuah kantong yang
berisikan nanah dan bakteri, kantong ini disebut granuloma. Granuloma menjadi sumber infeksi
untuk jaringan sekitar gigi maupun organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, jantung, mata.(12)
Mikroorganisme
Substrat
Gigi
dan
Saliva
Karies
Waktu
Sumber : Edwin. A.M Kidd and Sally Joysion. Bechal ( Alih bahasa : Narlan Sumawinata dan
Saffida Faruk). Dasar dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, Jakarta, EGC,
1991
2. Faktor Luar
1. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun juga akan bertambah. Hal
ini jelas karena faktor risiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.
Anak yang pengaruh faktor risiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies
lebih besar dibanding yang kurang kuat pengaruhnya.(6)
2. Jenis kelamin
Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih
tinggi dibandingkan pria. Demikian juga dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung
anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara
lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi
anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih
lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.(6)
3. Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat hubungan suku bangsa
dengan prevalensi karies, semua tidak membantah bahwa perbedaan ini karena keadaan
sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan
kesehatan gigi yang berbeda di setiap suku tersebut.(6)
4. Letak geografis
Keadaan geografis berpengaruh dalam hal terjadinya karies karena kandungan fluor air
minum. Bila air minum mengandung fluor 1 ppm maka gigi mempunyai daya tahan terhadap
karies tetapi bila air minum mengandung lebih besar dari 1 ppm maka akan terjadi Mottled
teeth yang menyebabkan kerusakan email berupa bintik-bintik hitam.(13)
5. Kultur sosial penduduk
Wycoff (1980) menjelaskan bahwa ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi dan
prevalensi karies. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan penghasilan
yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain.(6)
C. Makanan Jajanan
Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang siap dikonsumsi, yang dijual di
tempat umum dan terlebih dahulu telah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi (rumah)
atau di tempat penjualan (Fardiaz, 1992). Sedangkan berjajan diartikan sebagai membeli
panganan di kedai atau yang dijajakan. Menurut Winarno (1998) makanan jajanan/jajan pasar
yaitu jenis masakan yang dimakan sepanjang hari, sebagai hiburan, tidak terbatas pada suatu
waktu, tempat dan jumlah yang dikonsumsi. Bagi masyarakat Indonesia, jajan sudah menjadi
kebiasaan bahkan dapat dikatakan sebagai bagian dari pola makan masyarakat Indonesia.
Perkembangan di dunia industri makanan telah menghasilkan produk-produk makanan
yang siap disantap dan minuman awet yang dapat dengan mudah diperoleh di pasaran. Hal ini
didorong oleh kebutuhan konsumen akan produk-produk yang serba praktis termasuk makanan.
Kesibukan yang menyita waktupun telah turut menjadikan makanan jajanan sebagai salah satu
alternatif pemenuhan kebutuhan tubuh akan zat gizi selain berfungsi sebagai makanan selingan
yang dimakan diantara waktu makan.
Kebiasaan jajan atau mengkonsumsi makanan jajanan yang salah di masa kanak-kanak
dapat membawa dampak berupa timbulnya penyakit yang sifatnya akut atau kronis. Efek negatif
jajanan bisa diderita dalam jangka waktu yang singkat maupun sepanjang hayat. Berikut ini
adalah beberapa contoh dampak negatif dari jajanan :
Anak menjadi sulit makan(14) dan menurut Winarno (1993) dapat juga mengurangi nafsu
makan karena seringkali anak menjadi terlalu kenyang, lebih-lebih jika jajan berkali-kali
dalam sehari.(15) Hal ini dapat menyebabkan anak mederita berbagai penyakit akibat
kurang gizi.
Higiene sanitasi dan keamanan makanan jajanan yang kurang dapat menyebabkan
keracunan makanan dan infeksi bakteri sehingga anak menderita muntah-muntah, sakit
perut bahkan diare.(16)
Kandungan bahan makanan tambahan yang mengandung bahan kimia tertentu pada
makanan jajanan dengan tujuan pengawatan, penguat rasa maupun pewarna dapat
menjadi pencetus gejala alergi, diare, pusing, muntah bahkan secara komulatif bisa
menimbulkan kanker.(16)
Kualitas jajanan yang rendah akibat cara persiapan maupun pengolahan bahan yang tidak
tepat dapat menyebabkan hilangnya zat gizi tertentu.(16)
Sebagian besar makanan jajanan kaya akan kalori atau biasanya dibuat dari tepung-
tepungan dan gula tetapi miskin akan zat gizi tertentu. Ketidakseimbangan zat gizi dalam
makanan jajanan dapat menyebabkan kegemukan yang selanjutnya dapat menyebabkan
hilangnya rasa percaya diri dan beresiko tinggi terhadap berbagai macam penyakit
degeneratif seperti penyempitan pembuluh darah dan jantung koroner.(17)
D. Makanan Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat
makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di
dalam mulut. Dari penelitian Altano (1980) dan Menaker (1980) menyatakan adanya hubungan
antara masukan karbohidrat dengan karies. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan
terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak
terbentuk dari sisa-sisa makanan yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan
ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga mulut
menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur email gigi akan terlarut.
Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan produksi asam oleh bakteri
menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin
banyak email yang terlarut.
Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :
1. Bentuk fisik
Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di
dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat
seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain (Bibby, 1975 dan
1983 ; Newburn, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982). Bibby dan Huang (1980)
membuktikan dalam percobaan in vitro bahwa susu kental lebih menyebabkan demineralisasi
dibandingkan dengan susu kering. Susu coklat lebih merusak dibandingkan susu saja.(6)
Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan makanan lebih lama
dikunyah. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi.
Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan mengencerkan
serta menetralisasi zat-zat asam yang ada.(18) Makanan berserat menimbulkan efek seperti
sikat dan tidak melekat pada gigi. Titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin,
kadar mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang merangsang fungsi
pengunyahan dan sekresi ludah.(19) Buah yang mempunyai sifat sebagi pembersih alami
seperti apel, benkoang, pir, jeruk.(6)
2. Jenis
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang berhubungan dengan proses
karies adalah polisakarida, disakarida, monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai
kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding
karbohidrat lain.(6) Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam.
Makanan manis dan penambahan gula dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan
merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet seseorang.(19)
3. Frekuensi konsumsi
Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan timbulnya erosi tetapi juga
kerusakan karies. Dari penelitian Rugg-Gunn et al (1980) menyatakan banyaknyaintake gula
harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula
dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet karena snacklebih sering dimakan dalam
frekuensi tinggi. Dalam studi Vipeholm dijelaskan bahwa karies didasarkan oleh frekuensi
yang tinggi makan makanan kecil.(19) Dari beberapa penelitian lain ditemukan hal-hal sebagai
berikut (Silverstone , 1981) (20)
1. Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies.
2. Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika dikonsumsi dalam
bentuk yang lengket
3. Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang manis dan
lengket ditingkatkan
4. Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan
5. Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan-makanan manis yang lengket
dari bahan makanan.
Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya. Orang lain yang paling utama
dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Perilaku anak kecil lebih banyak
dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggapnya penting seperti ibu, begitu juga dalam hal
makanan. Apa yang anak pelajari tentang apa dan bagaimana makan akan membentuk pola
makan tertentu sampai dia dewasa. Ibu mempunyai peran penting dalam membentuk pola makan
anak terutama pada fase perkembangan anak usia di bawah 5 tahun.
Sejak anak lahir, ibu mulai mengenalkan anak pada makanan dengan memberikan ASI.
Menyusui bayi merupakan tradisi yang masih umum dijumpai di Indonesia, meski periodenya
berbeda dari satu tempat dengan yang lainnya. Di desa ibu menyusukan bayinya hingga 12 bulan
sampai 24 bulan. Sebagian besar anak disapih menjelang umur 2 tahun. Di daerah kota periode
penyusuan umumnya lebih pendek.(25)
Setelah anak disapih, anak mulai dikenalkan pada makanan lain selain ASI. Pada usia 1-3
tahun anak bersifat konsumen pasif. Makanan tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi
susu juga telah tumbuh tetapi belum dapat digunakan mengunyah makanan yang terlalu keras.
Ibu hanya memberikan makanan yang teksturnya lunak namun anak hendaknya sudah diarahkan
untuk mengikuti pola makan orang dewasa. Selanjutnya fase perkembangan anak usia 4-6 tahun,
anak mulai bersifat konsumen aktif dimana mereka telah dapat memilih makanan yang disukai.
Pada usia ini kebiasaan yang baik sudah harus ditanamkan.(26)
Bagi sebagian besar ibu, pemberian kasih sayang pada anak masih kecil cukup dengan
memberikan kepuasan emosi pada anak-anak mereka. Orang tua cukup memenuhi kehendak
anak, bahkan biasanya disiplin tidak terlalu ketat. Kebiasaan seperti ini berlaku juga dalam
pemberian makanan. Ibu banyak yang memberikan makanan yang menjadi keinginan anak tanpa
melihat apakah makanan tersebut sehat dan baik dikonsumsi bagi anak.(27)
Anak-anak umumnya menyukai makanan yang manis-manis. Kebiasaan ini terbentuk
karena ibu membiasakan anak mengkonsumsi makanan yang manis dengan atau tanpa mereka
sadari. Melalui penambahan gula pada susu, makanan bayi, penggunaan obat-obatan dalam
bentuk sirup, lama-lama kebiasaan ini akan berlanjut sampai dewasa untuk terus mengkonsumsi
makanan yang manis-manis.(23)
K
Faktor dari dalam :
1. Struktur gigi
2. Morfologi gigi
3. Susunan gigi geligi di rahang
4. pH saliva
5. Kebersihan mulut
6. Jumlah dan frekuensi makanan kariogenik
erangka Teori
Faktor luar :
1. Pengetahuan, sikap dan praktek terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Suku bangsa
5. Letak geografis
6. Kultur sosial
Gambar 2.2 Kerangka Teori Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi
BAB III
METODE PENELITIAN
A
Pengetahuan ibu dalam pemberian makanan jajanan
. Kerangka Konsep
Keterangan : II
I : kerangka konsep I
II : kerangka konsep II
B. Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan frekuensi
konsumsi makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4 tahun
2. Ada hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan frekuensi konsumsi
makanan jajanan kariogenik anak usia 2-4 tahun
3. Ada hubungan frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan tingkat keparahan
karies gigi pada anak usia 2-4 tahun di Kelurahan Tegalsari
4. Ada hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak usia 2-4 tahun
5. Ada hubungan praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan dengan tingkat keparahan
karies gigi pada anak usia 2-4 tahun
Definisi operasional
1. Karies gigi pada anak
Indeks def-t responden yang diperoleh dengan menjumlahkan gigi sulung karies
( d=decayed ) di subyek, baik yang belum atau sudah ditambal (=extracted ) dan yang
seharusnya atau sudah dicabut ( f=filled)
Skala : rasio
2. Makanan jajanan
Makanan atau minuman selain makanan pokok yang berbentuk kemasan atau tidak, yang
dibuat oleh industri atau dibuat sendiri, yang dijajakan maupun tidak, yang dimakan di antara
waktu makan sebagai selingan , terbagi dalam :
I. Makanan kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan atau minuman yang mudah menimbulkan karies
yang bersifat manis, lengket dan mudah hancur di dalam mulut
II. Makanan non kariogenik
Makanan non kariogenik adalah makanan yang tidak menimbulkan terjadinya karies
tetapi justru bersifat sebagai pencegah terjadinya karies.
3. Frekuensi konsumsi makanan jajanan
Berapa kali per minggu anak umur 2-4 tahun mengkonsumsi makanan jajanan yang diperoleh
dengan metoda frekuensi konsumsi pangan selama satu minggu.
Skala : rasio
Dalam deskriptif frekuensi konsumsi makanan jajanan kariogenik dan non kariogenik
dikelompokkan :
1. Tiap jenis makanan kariogenik
Sering sekali : konsumsi >14 kali/minggu
Sering : konsumsi 8-14 kali/minggu
Jarang : konsumsi 1-7 kali/minggu
Tidak pernah : tidak mengkonsumsi
2. Total konsumsi makanan kariogenik
Sering sekali : konsumsi >70 kali/minggu
Sering : konsumsi 35-70 kali/minggu
Jarang : konsumsi 1-35 kali/minggu
2. Makanan non kariogenik
Sering sekali : konsumsi >7 kali/minggu
Sering : konsumsi 4-7 kali/minggu
Jarang : konsumsi 1-3 kali/minggu
Tidak pernah : tidak mengkonsumsi
4. OHI-S
Pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkan skor debris dan calculus indeks dibagi
jumlah gigi yang dinilai.
Skala : rasio
Dalam deskriptif hasil penelitian keadaan kebersihan gigi dan mulut dikelompokkan :
Skor OHI-S Keadaan
5. Pengetahuan ibu
Kemampuan ibu responden untuk menjawab dengan benar pada kuesioner tentang karies dan
makanan jajanan.
Skala : rasio
Dalam deskriptif hasil penelitian tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi :
1. baik dengan nilai 3-5
2. kurang dengan nilai 0-2
6. Praktek ibu dalam pemberian makanan jajanan
Tindakan nyata yang dilakukan ibu responden dalam memberikan atau menyediakan
makanan jajanan.
Skala : rasio
Dalam deskriptif hasil penelitian, praktek ibu dalam pemberiaan makanan jajanan
dikelompokkan :
1. baik dengan nilai >19
2. sedang dengan nilai 15-19
3. kurang dengan nilai 10-14
D. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Explanatory yaitu menjelaskan hubungan
antara variabel terikat dengan variabel bebas melalui pengujian hipotesa. Metode yang
digunakan adalah survei dengan pendekatan cross sectional.(28)
F. Pengumpulan Data
1. Data primer
Data diperoleh melalui wawancara dengan responden
Pemeriksaan gigi anak
2. Data sekunder
Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh dari kantor kelurahan Tegalsari