PENGENDALI VOLUME AIR HUJAN DI KELURAHAN JATIMULYO,
KOTA MALANG Oleh: Gusti Putu Agung Wahyu M/170523627129/OFF B
1.1 Latar Belakang
Menurut Suripin (2003), banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuangan, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya. Banjir merupakan fenonema alam yang tidak lepas sampai saat ini di Indonesia pada khususnya, baik itu disebabkan oleh alam itu sendiri ataupun oleh perilaku buruk manusia. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia dengan rataan 464 kejadian banjir setiap tahunnya. Banjir adalah fenomena alam berupa hadirnya air yang menutupi permukaan bumi yang terjadi di kawasan luas. Umumnya banjir terjadi di kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai, banjir biasanya disebabkan karena meluapnya air sungai di dataran dan curah hujan yang tinggi di suatu wilayah,serta buruknya drainase yang ada di suatu wilayah. Menurut Badan Pusat Statistik (2017) Kota Malang yang mempunyai jumlah penduduk mencapai 820.000 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 73,60 jiwa/ha. Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang merupakan lokasi studi drainase yang penulis analisis. Daerah ini sering mengalami genangan air saat terjadinya hujan, banjir di wilayah ini seringkali terjadi akibat limpahan air hujan yang terlalu banya karena sistem drainasenya yang kurang baik, air akan menggenang di berbagai permukaan jalan. Genangan air inilah yang nantinya akan menyebabkan banjir, dampak dari limpasan dan genangan akibat tingginya volume air merupakan salah satu bencana yang paling signifkan pengaruhnyan di kawasan ini. Akibat yang dihasilkannya antara lain kerusakan jalan, terkikisnya aspal, dan berlubangnya permukaan jalan. Menurut BMKG Stasiun Klimatologi Malang, data awal Musim Hujan tahun 2019/2020 diprakirakan Sama (21,7%) dan Mundur (78,3%) dari rata-ratanya. Secara umum Awal Musim Hujan tahun 2019/2020 di Jawa Timur diprakirakan bulan November 2019 (63,3%) , dengan Sifat Hujan akan berada pada kisaran Normal (83,3%) , Bawah Normal (15,0%), dan Atas Normal (1,7%). Jumlah curah hujan selama Musim Hujan 2019/2020 di sebagian besar Zona Musim (ZOM) diprakirakan berkisar antara 1001 – 1500 mm . Walaupun letak geografis Kota Malang yang merupakan dataran tinggi, tetapi kepadatan penduduk yang sudah sangat besar menjadi salah satu faktor terjadinya limpasan dan genangan akibat air dan daerah ini juga dilalui oleh aliran sungai Brantas. Kondisi drainase pada daerah ini yang bisa dikatakan masih sangat buruk untuk menampung jumlah volume air yang meningkat saat hujan tiba dan kondisi fisik dari drainase yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya serta perilaku buruk dari manusia sendiri yang menyebabkan drainase lokasi studi ini tidak berkerja secara maksimal. Sistem drainase yang penulis tawarkan pada daerah ini yaitu rain water harvesting system. Rain water harvesting system sendiri biasa disebut teknik pemanen atau pengumpulan air hujan (PAH) yang jatuh mengenai atap dan mengalir ke bawah melalui pipa menuju tanki penyimpanan. Jumlah air di bumi sangat banyak, namun jumlah air bersih yang tersedia belum dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan air. Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu naiknya permintaan seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air, meningkatnya polusi air dan pemakaian air yang tidak efisien. Beberapa penelitian mengindetifikasi bahwa pada rumah tangga kekurangan air diperburuk kebocoran air akibat kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki, pemakaian home appliances yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air, dan minimnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air yang tidak terkontrol akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan konservasi air. Salah satu metode konservasi air dalam rumah tangga adalah memanen air hujan, yaitu mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan. Dengan adanya teknik memanen air hujan penulis berharap dapat mengurangi masalah genangan, banjir dan kekeringan yang sering melanda serta bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian yang dimuat jurnal peneletian dengan judul “Pemanfaatan Sistem Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting System) Di Perumahan Bone Biru Indah Permai Kota Watampone Dalam Rangka Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan” mengungkapkan bahwa hasil analisa dari penerapah pemanenan air hujan (PAH) yaitu : Dengan adanya penerapan sistem PAH [1] PAH yang terintegrasi dalam sistem drainase perumahan, berdasarkan hasil analisis, akan mampu mereduksi jumlah limpasan yang harus diakomodir oleh saluran dan gorong-gorong drainase eksisting, tanpa harus merubah dimensi yang ada, sebesar 85,38%, yakni 7835,814 m3 dari 9178,032 m3 total limpasanyang terjadi. [2] Mampu menutupi kekurangan air di bulan- bulan kering, dan mengurangi ketergantungan air tanah atau PDAM jika digunakan secara bersama. Konsep dari sistem pemanen hujan ini yaitu sebagai pengendalian air hujan yang jatuh ke permukaan atap yang mana sedapat mungkin masuk kedalam pipa-pipa kecil dan disalurkan ke satu pipa utama .Pipa utama akan menyalurkan air menuju alat filter air hujan dahulu sebelum disimpan di dalam tanki agar tidak secepatnya dibuang ke sungai terdekat. Di dalam tanki air akan melewati proses filtasi atau penyaringan sehingga dapat digunakan kembali. Sistem ini mengganti sistem lama dari pemanenan air hujan dengan atap, manfaat dari penerepan rain harvesting system ini yaitu banjir/genangan di lokasi studi yang kemungkinan banjir/genangan dilokasi studi akan berkurang, banjir dihilir serta kekeringan dihulu dapat dikurangi, mengurangi longsor dihulu, meningkatkan kualitas air dan menghasilkan listrik.