Nama Anggota :
Fakultas Teknik
Maret 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, baik itu
yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun penyusun menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua juga para sahabat. Terutama pertolongan dari Allah sehingga kendala-kendala yang
penyusun hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ORGANISASI
DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN “, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, serta berbagai buku.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri
Medan. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan
di masa yang akan datang.
Penulis
Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih lanjut mengenai organisasi profesi keguruan di jelaskan dalam undan-undang nomor
14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam pasal 41 dijelaskan bahwa guru membentuk
orghanisasi profesi yang brsifat andependent dan berfungsi untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan
dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam pasal ini dijelaskan juga bahwa guru wajib menjadi
anggota organisasi profesi.
Berdasarkan dua batasan di atas, maka organisasi profesi di Indonesia ini tidak hanya
memprioritaskan memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada masyarakat tetapi perkembangan
individu (siswa) sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap satuan pendidikan
harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara
optimal berupa pengajaran kelas, Pemahaman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesi
keguruan juga harus di prioritaskan. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi yang juga harus
dikuasai oleh siswa.
Dari penjelasan latar belakan organisasi profesi keguruan di atas, dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap organisasi profesi keguruan, antara lain:
1.3 Tujuan
Sebagai suatu pembahasan yang sangat penting, makalah ini bertujuan agar guru melalui
organisasi profesi dan kode etik dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan
fungsinya sesuai dengan kemampuan/kapasitasnya masing-masing sehingga terwujud organisasi
profesi dan kode etik yang benar-benar bermutu.
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa organisasi profesi kependidikan di indonesia, disamping PGRI, yang sudah rilatif
berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi ini
beranggotakan para sarjana pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya
mempunyai sejumlah himpunan sejenis seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi,
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya. Organisasi lain yang sudah lebih
berkembang ialah Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI).
Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda intenasionalisasi profesi, ada yang disebut
indonesian society for special needs education (ISSE) dan Indonesian society for adapted
Physical Education (ISAPE). Kedua organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan
kebutuhan khusus, terutama bagi kelompok yang mengalami gangguan dalam perkembangan
baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi
manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional,
melindungi anggota dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari
kemungkinan melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam’an, 6.22: 2009)
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki
misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris,
dan misi kesejahteraan.
Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan
pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh
UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki
organisasi profesi kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan
profesinya.
Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen
terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman nilai-
nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaitu pancasila.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk
persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta
kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban
profesi kependidikan. Dengan demikian PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki potensi besar
untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan negara.
MGMP
KKG
Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus.
Pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu
kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata
pelajaran.
Memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di
sekolah.
Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu, harus mempunyai kode
etik profesi. Dengan demikian, jabatan dokter, notaris, arsitek, guru, dan lain-lain yang
merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi
sendiri, Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jelas
menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil sebagai aparatur
Negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.
(http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html, diakses pada hari
jum’at, 22 April 2011)
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-
norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang
tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, kode etik juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah
laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di
dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan
demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
2.2.2 Peningkatan mutu dan kualitas guru
Tugas guru dalam menjalankan profesi kependidikan yang teramat luas, termasuk
didalamnya tugas guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi muara tugas utama
kedua peran tersebut terjadi pada arena proses pembelajaran, yaitu suatu upaya guru dalam
menciptakan situasi iteraksi pergaulan sosial dengan merekayasa lingkungan yang kondusif bagi
terjadinya perkembangan optimal peserta didik. Upayanya adalah membuat sinergi semua unsur
yang terlibat bagi terciptanya lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses pembelajaran
pada peserta didik.
Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikaji
dalam sistem pembelajaran itu. Jadi guru bukan saja bertugas sebagai memelihara
sistem nilai tetapi juga mengembangkan kepada tataran yang lebih luas dan lebih
maju.
perencana (planner) guru bertugas mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran. Seorang guru harus membuat rencana pembelajaran yang
matang, yang sekarang dikenal dengan satuan acara pembelajaran (SAP)
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang organisasi profesi dan kede etik,
pasal 42 dengan jelas menyatakan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.”
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basumi sebagai ketua umum PGRI
menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru
(PGRI, 1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kode
etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:
Dari uraian diatas terlihat bahwa landasan pelaksanaan kode etik profesi adalah norma-
norma yang harus diindahkan oleh anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat.
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat
menunjukkan sikap yang baik sehingga dapat dijadikan panutan bagi lingkungannya, yaitu cara
guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan
dorongan kepada anak didiknya dan cara guru berpakaian, berbicara, bergaul baik dengan siswa,
sesama guru, serta anggota masyarakat.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya
yangmencakup keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan.
Guru sebagai suatu profesi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (1)
tentang guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih
lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa, guru yang memenuhi standar adalah
guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus
dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, guru yang profesional adalah guru yang
kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Untuk memahami
beratnya profesi guru karena harus memiliki keahlian ganda berupa keahlian dalam bidang
pendidikan dan keahlian dalam bidang studi yang diajarkan, maka Kellough (dalam Deden,
2011) mengemukakan profesionalisme guru antara lain sebagai berikut :
Memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-
harapan, dan prosedur yang terjadi di kelas.
Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, berani mengambil resiko, dan siap
bertanggung jawab.
Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga
pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14 Tahun 2005
pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik professional dituntut
untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Berikut dijelaskan tujuh sikap
profesional guru (dalam Ady, 2009).
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonsia disebutkan bahwa guru melaksanakan segala
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Guru merupakan unsur aparatur negara dan
abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala
peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
di pusat maupun di Daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di
negara kita.
Setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah.
Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen yang berwenang
mengatur pendidikan, di pusat maupun di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-
kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.
Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7.1.i disebutkan bahwa guru harus memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru. Sedangkan dalam Pasal 41.3 dipaparkan bahwa guru wajib menjadi
anggota organisasi profesi. Ini berarti setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam suatu
organisasi yang berfungsi sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan memantapkan
profesi guru. Di Indonesia organisasi ini disebut dengan Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI).
Dalam Kode `Etik Guru Indonesia butir delapan disebutkan bahwa guru secara bersama-
sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian. Ini makin menegaskan bahwa setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam PGRI
dan berkewajiban serta bertanggung jawabuntuk menjalankan, membina, memelihara, dan
memajukan PGRI sebagai organisasi profesi, baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota.
Hal ini dipertegas dalam dasar keenam kode etik guru bahwa guru secara pribadi maupun
bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan martabat profesinya. Peningkatan mutu
profesi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan,
pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi
kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan
lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan setelah lulus dari pendidikan
prajabatan ataupun dalam melaksanakan jabatan.
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” . Ini berarti sebagai berikut.
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas
kedinasan. Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu
dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka
menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai
pendidik bangsa.
Dalam Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti membimbing peserta
didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila”. Dasar ini mengandung
beberapa prinsip yang harus dipahami seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari,
yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia yang seutuhnya.
Tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk manusia
Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik,
bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani. Kalimat ini mengindikasikan bahwa pendidikkan harus memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh seetiap guru, dan guru
berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dala lingkungannya. Untuk menciptakan
suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Guru sendiri,
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalm salah satu butir dari Kode Etik
yang berbunyi: “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasan yang baik itu
dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan
penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendektan lainnya yang diperlukan.
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun yang lebih besar,
guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru,
ada strata kepemimpinan mulai dari cabang, daerah, sampai ke pusat. Begitu juga sebagai
anggota keluarga besar depdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah,
kakandep, dan seterusnya sampai kementeri pendidikan dan kebudayaan.
Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar berkomimen dalam
memajukan pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan melayani pesrta didik
dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu
dapat menyesuaikan kemampuan dengan keinginan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan
para orang tuanya. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran
dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengna peserta didik yang masih kecil.
Barangkali tidak semua orang dikaruniai sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Profesionalisme guru
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : Kepuasan kerja, Supervisi pendidikan, dan
Komitmen
Kepuasan kerja diartikan sebagai cerminan sikap dan perasaan dari individu terhadap
pekerjaannya, atau keadaan emosional menyenangkan dan tidak menyenangkan para pegawai
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha
kerjasama guru untuk mencapai tujuan sekolah, yang seperti kita ketahui bahwa pencapaian
tujuan sekolah ini adalah sesuatu yang diidam-idamkan. Tetapi sebaliknya dengan guru yang
memiliki kepuasan kerja yang rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik. Seseorang guru
memiliki hak professional jika memiliki lima aspek pokok yakni:
Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya
yang mencakup keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Sasaran sikap profesional guru yaitu
sikap pada peraturan perundang-undangan, sikap terhadap organisasi profesi, sikap terhadap
teman sejawat, sikap Terhadap anak didik, sikap terhadap tempat kerja, sikap terhadap pemimpin
dan sikap terhadap pekerjaan.
3.2 Saran
Kepada struktural organisasi yang menaungi aktifitas guru, baik itu PGRI, MGMP,
maupum KKG bisa lebih berperan dalam pembinaan, pengawasan kepada guru sehingga
nantinya guru bisa maksimal dalam menjalankan tugas serta aktifitasnyapun terjaga dari segala
bentuk asusila.
Kepada siswa yang menjadi objek pengaran guru, juga bisa memberi masukan jika dalam
pelaksanaannya ada guru yang bertindak menyimpang dari kode etik guru yang sedang berlaku.
Untuk siswa selalu belajar dengan tekun dan rajin sehingga nantinya bisa menjadi manusia
yang mampu memahami organisasi profesi, dalam hal ini organisasi profesi guru, serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk orang tua, serta pihak yang terkaik dengan organisasi profesi guru, maupun
pelaksanaan guru dalam kesehariannya yang kurang sesuai dengan kode etik guru, bisa ikut andil
dalam memecahkan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html.
http://www.dinaspendidikanparepare.upaya-dan-strategia-peningkatan-mutu-pendidik-dan-
tenagakependidikan.