Anda di halaman 1dari 17

PROFESI PENDIDIKAN

“ORGANISASI DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN “

Dosen Pembimbing : May Sari Lubis, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok III

Nama Anggota :

Samuel Saragih NIM:5193331004


Sintya Verina Br Tarigan NIM: 5193131011
M.Roychani Mushoffa NIM:5191131007
Septian Alfredo Sinambela NIM: 5193331008
M.Irsyad Awaludin NIM:5193131003

Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan

Maret 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, baik itu
yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun penyusun menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua juga para sahabat. Terutama pertolongan dari Allah sehingga kendala-kendala yang
penyusun hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ORGANISASI
DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN “, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, serta berbagai buku.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa dan mahasiswi Universitas Negeri
Medan. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan
di masa yang akan datang.

Medan, Maret 2020

Penulis

Kelompok III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,


pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Lebih lanjut mengenai organisasi profesi keguruan di jelaskan dalam undan-undang nomor
14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam pasal 41 dijelaskan bahwa guru membentuk
orghanisasi profesi yang brsifat andependent dan berfungsi untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan
dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam pasal ini dijelaskan juga bahwa guru wajib menjadi
anggota organisasi profesi.

Berdasarkan dua batasan di atas, maka organisasi profesi di Indonesia ini tidak hanya
memprioritaskan memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada masyarakat tetapi perkembangan
individu (siswa) sebagai pribadi yang unik secara utuh. Oleh karena setiap satuan pendidikan
harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara
optimal berupa pengajaran kelas, Pemahaman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesi
keguruan juga harus di prioritaskan. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi yang juga harus
dikuasai oleh siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakan organisasi profesi keguruan di atas, dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap organisasi profesi keguruan, antara lain:

1. Menjelaskan konsep organisasi profesi !

2. Menjelaskan bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik keguruan?

3. Menjelaskan bagaimana Sikap professional keguruan?

1.3 Tujuan

Sebagai suatu pembahasan yang sangat penting, makalah ini bertujuan agar guru melalui
organisasi profesi dan kode etik dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan
fungsinya sesuai dengan kemampuan/kapasitasnya masing-masing sehingga terwujud organisasi
profesi dan kode etik yang benar-benar bermutu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Organisasi Profesi

Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak mengalami


diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan dengan terjadinya diferensiasi dan diversifikasi
profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6)
bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan,”

Beberapa organisasi profesi kependidikan di indonesia, disamping PGRI, yang sudah rilatif
berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi ini
beranggotakan para sarjana pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya
mempunyai sejumlah himpunan sejenis seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi,
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya. Organisasi lain yang sudah lebih
berkembang ialah Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI).

Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda intenasionalisasi profesi, ada yang disebut
indonesian society for special needs education (ISSE) dan Indonesian society for adapted
Physical Education (ISAPE). Kedua organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan
kebutuhan khusus, terutama bagi kelompok yang mengalami gangguan dalam perkembangan
baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi
manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional,
melindungi anggota dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari
kemungkinan melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam’an, 6.22: 2009)

Organisasi profesional keguruan di indonesia: PGRI, MGMP, KKG

PGRI

Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki
misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris,
dan misi kesejahteraan.
Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan
pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh
UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki
organisasi profesi kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan
profesinya.

Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen
terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman nilai-
nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaitu pancasila.

Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorgaisasian


, terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur
organisasi.

Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk
persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta
kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban
profesi kependidikan. Dengan demikian PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki potensi besar
untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan negara.

MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didirikan atas anjuran pejabat-pejabat


Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing.

KKG

Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus.
Pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu
kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata
pelajaran.

Tujuan organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG) yaitu :

 Memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah


dan kesulitan yang dihadapi guru.

 Memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di
sekolah.

 Meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap


profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing).
 Meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan (Pakem).

Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan mengajar,


seperti yang di ungkapkan Turney (Abin, 2006), bahwa keterampilan mengajar guru sangat
memengaruhi terhadap kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan
perorangan.

2.2 Pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik keguruan

Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu, harus mempunyai kode
etik profesi. Dengan demikian, jabatan dokter, notaris, arsitek, guru, dan lain-lain yang
merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi
sendiri, Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jelas
menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil sebagai aparatur
Negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.
(http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html, diakses pada hari
jum’at, 22 April 2011)

2.2.1 Pengertian kode etik

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-
norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang
tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, kode etik juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah
laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di
dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan
demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
2.2.2 Peningkatan mutu dan kualitas guru

Tugas guru dalam menjalankan profesi kependidikan yang teramat luas, termasuk
didalamnya tugas guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi muara tugas utama
kedua peran tersebut terjadi pada arena proses pembelajaran, yaitu suatu upaya guru dalam
menciptakan situasi iteraksi pergaulan sosial dengan merekayasa lingkungan yang kondusif bagi
terjadinya perkembangan optimal peserta didik. Upayanya adalah membuat sinergi semua unsur
yang terlibat bagi terciptanya lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses pembelajaran
pada peserta didik.

Guru memainkan multiperan dalam proses pembelajaran yang diselenggarakanya dengan


tugas yang amat berfariasi yaitu sebagai:

 Konservator (pemelihara) Guru bertugas memelihara sitem nilai yang merupan


sumber norma kedewasaan. Dalam sistem pembelajaran guru merupakan figur bagi
peserta didik dalam memelihara sistem nilai.

 Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikaji
dalam sistem pembelajaran itu. Jadi guru bukan saja bertugas sebagai memelihara
sistem nilai tetapi juga mengembangkan kepada tataran yang lebih luas dan lebih
maju.

 Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai, guru selayaknya meneruskan sistem-


sistem nilai tersebut kepada peserta didik. Dengan demikian, sistem nilai tersebut
dimungkinkan akan diwariskan kepada Peserta didik sebagai generasi yang akan
melanjutkan sitem nilai tersebut

 transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai, guru bertugas menerjemahkan


sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadi dan prilakunya.
Lewat interaksinya dengan peserta didik diharapkan pula sistem-sistem nilai
tersebut menjelma dalam pribadi peserta didiknya.

 perencana (planner) guru bertugas mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam
proses pembelajaran. Seorang guru harus membuat rencana pembelajaran yang
matang, yang sekarang dikenal dengan satuan acara pembelajaran (SAP)

 manajer proses pembelajaran, guru bertugas mengelola proses pembelajatran, mulai


dari persiapan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasi
pembelajaran. Dsini ditentukan siapa yang harus terlibat dalam proses
pembelajaran serta sejauh mana tingkat keterlibatannya. Semua unsur yang
diperkirakan menunjang atau menghambat berhasilnya proses pembelajaran
dikelola sesuai dengan kondisi objektifnya masing-masing.

 Pemandu (director) guru bertugas menunjukan arah dari tujusan pembelajaran


kepada pesertta didik. Kegiatan ini bukan saja memperjelas arah kegiatan belajar
peserta didik, tetapi juga menjadi motifator bagi mereka untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirancang, baik oleh guru maupun dirancang bersama
peserta didik.

 organisator (penyalanggara) guru bertugas mengorganisasikan seluruh kegiatan


pembelajaran. Guru bertugas menciptakan situasi, memimpin, merangsan,
menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana.

 Komunikator guru bertugas mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber


belajar. Pekerjaannya, antara lain memberikan informasi tentang buku sumber yang
di gunakan, tempat belajar yang kondusif, bahkan mungkiun sampai
menginformasikan narasumber lain yang dituigasi jika diperlukan.

 Fasilitator, guru bertugas menyediakan kemudahan-kemudahan belajar bagi siswa,


seperti memberikan informasi tentang cara belajar yang efektif, menyediakan buku
sumber yang cocok, memberikan pengarahan dalam pemecahan masalah dan
pengembangan diri peserta didik, dan lain-lain.

 Motivator, guru bertugas memberikan dorongan belajar sehingga muncul hasrat


yang tinggi untuk belajar secara instriksi. Dalam proses belajar pembelajaran,
dorongan yang diberikan mungkin berupa penghartgaan seperti pujian dan lain-lain.

 penilai (evaluator), guru bertugas mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis,


menafsirkan data yang valid, reliabel, dan objektif dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan atau (jubgement) atas tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut
berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai program, proses, maupun hasil
atau produk.

2.2.3 Pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik keguruan

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang organisasi profesi dan kede etik,
pasal 42 dengan jelas menyatakan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.”

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basumi sebagai ketua umum PGRI
menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru
(PGRI, 1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kode
etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:

sebagai landasan moral.

sebagai pedoman tingkah laku.

Dari uraian diatas terlihat bahwa landasan pelaksanaan kode etik profesi adalah norma-
norma yang harus diindahkan oleh anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat.

2.3 Pengertian Sikap Profesional Guru

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat
menunjukkan sikap yang baik sehingga dapat dijadikan panutan bagi lingkungannya, yaitu cara
guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan
dorongan kepada anak didiknya dan cara guru berpakaian, berbicara, bergaul baik dengan siswa,
sesama guru, serta anggota masyarakat.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut


keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya
yangmencakup keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan.

Guru sebagai suatu profesi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (1)
tentang guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih
lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa, guru yang memenuhi standar adalah
guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus
dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, guru yang profesional adalah guru yang
kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Untuk memahami
beratnya profesi guru karena harus memiliki keahlian ganda berupa keahlian dalam bidang
pendidikan dan keahlian dalam bidang studi yang diajarkan, maka Kellough (dalam Deden,
2011) mengemukakan profesionalisme guru antara lain sebagai berikut :

 Menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan.


 Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional,
melakukan dialog sesama guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina
siswa dan materi pelajaran.

 Memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-
harapan, dan prosedur yang terjadi di kelas.

 Mengetahui cara dan tempat memperoleh pengetahuan.

 Melaksanakan perilaku sesuai sesuai model yang diinginkan di depan kelas.

 Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, berani mengambil resiko, dan siap
bertanggung jawab.

 Mengorganisasikan kelas dan merencanakan pembelajaran secara cermat.

2.3.1 Sasaran Sikap Profesional Guru

Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga
pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14 Tahun 2005
pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik professional dituntut
untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Berikut dijelaskan tujuh sikap
profesional guru (dalam Ady, 2009).

1. Sikap Pada Peraturan Perundang-undangan

Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonsia disebutkan bahwa guru melaksanakan segala
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Guru merupakan unsur aparatur negara dan
abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala
peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
di pusat maupun di Daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di
negara kita.
Setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah.
Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen yang berwenang
mengatur pendidikan, di pusat maupun di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-
kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi

Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7.1.i disebutkan bahwa guru harus memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru. Sedangkan dalam Pasal 41.3 dipaparkan bahwa guru wajib menjadi
anggota organisasi profesi. Ini berarti setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam suatu
organisasi yang berfungsi sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan memantapkan
profesi guru. Di Indonesia organisasi ini disebut dengan Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI).

Dalam Kode `Etik Guru Indonesia butir delapan disebutkan bahwa guru secara bersama-
sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian. Ini makin menegaskan bahwa setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam PGRI
dan berkewajiban serta bertanggung jawabuntuk menjalankan, membina, memelihara, dan
memajukan PGRI sebagai organisasi profesi, baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota.
Hal ini dipertegas dalam dasar keenam kode etik guru bahwa guru secara pribadi maupun
bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan martabat profesinya. Peningkatan mutu
profesi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan,
pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi
kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan
lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan setelah lulus dari pendidikan
prajabatan ataupun dalam melaksanakan jabatan.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat

Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahawa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” . Ini berarti sebagai berikut.

a. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam


lingkungan kerjanya.

b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan


kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.

Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan tugas
kedinasan. Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu
dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka
menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai
pendidik bangsa.

4. Sikap Terhadap Anak Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti membimbing peserta
didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila”. Dasar ini mengandung
beberapa prinsip yang harus dipahami seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari,
yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia
Indonesia yang seutuhnya.

Tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk manusia
Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik,
bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani. Kalimat ini mengindikasikan bahwa pendidikkan harus memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.

5. Sikap Terhadap Tempat Kerja

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh seetiap guru, dan guru
berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dala lingkungannya. Untuk menciptakan
suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Guru sendiri,

2. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.

Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalm salah satu butir dari Kode Etik
yang berbunyi: “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasan yang baik itu
dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan
penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendektan lainnya yang diperlukan.

6. Sikap Terhadap Pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun yang lebih besar,
guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru,
ada strata kepemimpinan mulai dari cabang, daerah, sampai ke pusat. Begitu juga sebagai
anggota keluarga besar depdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah,
kakandep, dan seterusnya sampai kementeri pendidikan dan kebudayaan.

7. Sikap Terhadap pekerjaan


Dalam undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1, tentang guru dan dosen,
disebutkan profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsi psebagai berikut.

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,


dan akhlak mulia

Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar berkomimen dalam
memajukan pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan melayani pesrta didik
dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu
dapat menyesuaikan kemampuan dengan keinginan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan
para orang tuanya. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran
dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengna peserta didik yang masih kecil.
Barangkali tidak semua orang dikaruniai sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Profesionalisme guru
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : Kepuasan kerja, Supervisi pendidikan, dan
Komitmen

Kepuasan kerja diartikan sebagai cerminan sikap dan perasaan dari individu terhadap
pekerjaannya, atau keadaan emosional menyenangkan dan tidak menyenangkan para pegawai
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha
kerjasama guru untuk mencapai tujuan sekolah, yang seperti kita ketahui bahwa pencapaian
tujuan sekolah ini adalah sesuatu yang diidam-idamkan. Tetapi sebaliknya dengan guru yang
memiliki kepuasan kerja yang rendah akan sangat sulit mencapai hasil yang baik. Seseorang guru
memiliki hak professional jika memiliki lima aspek pokok yakni:

 Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum.

 Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam


batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan
setempat.

 Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan


efisien dalam rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.

 Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan


prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.

Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual


maupun secara institusional. Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah
menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan.

Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya
yang mencakup keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Sasaran sikap profesional guru yaitu
sikap pada peraturan perundang-undangan, sikap terhadap organisasi profesi, sikap terhadap
teman sejawat, sikap Terhadap anak didik, sikap terhadap tempat kerja, sikap terhadap pemimpin
dan sikap terhadap pekerjaan.
3.2 Saran

Kepada struktural organisasi yang menaungi aktifitas guru, baik itu PGRI, MGMP,
maupum KKG bisa lebih berperan dalam pembinaan, pengawasan kepada guru sehingga
nantinya guru bisa maksimal dalam menjalankan tugas serta aktifitasnyapun terjaga dari segala
bentuk asusila.

Kepada siswa yang menjadi objek pengaran guru, juga bisa memberi masukan jika dalam
pelaksanaannya ada guru yang bertindak menyimpang dari kode etik guru yang sedang berlaku.

Untuk siswa selalu belajar dengan tekun dan rajin sehingga nantinya bisa menjadi manusia
yang mampu memahami organisasi profesi, dalam hal ini organisasi profesi guru, serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk orang tua, serta pihak yang terkaik dengan organisasi profesi guru, maupun
pelaksanaan guru dalam kesehariannya yang kurang sesuai dengan kode etik guru, bisa ikut andil
dalam memecahkan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Satory, Djam’an dkk. 2009. Profesi Keguiruan. Jakarta: Universitas Terbuka

Kosasi Raflis, soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html.

http://www.dinaspendidikanparepare.upaya-dan-strategia-peningkatan-mutu-pendidik-dan-
tenagakependidikan.

Anda mungkin juga menyukai