Anda di halaman 1dari 6

1138

Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Kitosan terhadap Neisseria gonorrhoeae

yang diisolasi dari Pasien dengan Penyakit Infeksi Seksual secara In Vitro

Gilang Pramanayudha1, Siti Khotimah2, Sari Rahmayanti3


1
Program Studi Kedokteran, FK UNTAN
2
Program Studi Biologi, FMIPA UNTAN
3
Departemen Mikrobiologi, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak
Latar Belakang. Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Neisseria gonorrhoeae
merupakan salah satu mikroorganisme berupa bakteri potensial patogen penyebab penyakit infeksi dan sering
bersifat multidrug resistance. Peningkatan resistensi antibiotik menyebabkan peningkatan penggunaan bahan
alami. Kitosan merupakan bahan alam yang terkandung dalam kulit udang (crustacea) yang mengandung
metabolit aktif yang bersifat sebagai antibakteri. Metode. Kitosan yang sudah diolah kemudian dilarutkan
dengan menggunakan asam asetat 0.1 M. Kitosan kemudian dibagi kedalam beberapa konsentrasi. Konsentrasi
ekstrak yang digunakan adalah 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Kontrol
positif menggunakan ceftriaxone 15 µg/disk dan kontrol negatif menggunakan asam asetat 0,1 M. Uji aktivitas
antibakteri menggunakan metode sumuran. Hasil. Tidak ditemukan zona hambat terhadap pertumbuhan
Neisseria gonorrhoeae. Kesimpulan. Senyawa kitosan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Neisseria
gonorrhoeae.

Kata Kunci: Antibakteri, Kitosan, Neisseria gonorrhoeae.

Background. Infection is a disease caused by microorganisms. Neisseria gonorrhoeae is one of potentially


pathogenic microorganisms that cause infectious diseases and multidrug resistance. Increasing of antibiotic
resistance causes the increased use of natural substance. Chitosan is a substance in Crustacea’s shell that
contains active metabolites act as an antibacterial. Method. Chitosan dissolved by using acetic acid 0.1 M. The
concentration of extract that used in this research was 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm
dan 6000 ppm. Ciprofloxacin 15 µg/disk was used as positive control while acetic acid 0.1 M was used as
negative control. Antibacterial activity was measured using agar well diffusion method. Result. Chitosan
concentration made no inhibition on the growth of Neisseria gonorrhoeae. Conclusion. The chitosan not
possesses an antibacterial activity against Neisseria gonorrhoeae.

Key word: Antibacterial, Chitosan, Neisseria gonorrhoeae.

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018


1139

LATAR BELAKANG Di Indonesia pada rentang tahun 1997-

Bakteri merupakan 1998 terdapat 13.000 kasus gonore. Di

mikroorganisme uniseluler yang tergolong Kalimantan Barat pada tahun 2009

ke dalam golongan prokariota yaitu terdapat 2.361 kasus, dengan kasus yang

mikroorganisme yang tidak memiliki dapat diobati sebanyak 98% dan pada

membran inti, berkembangbiak dengan tahun 2010 sebanyak 2.567 kasus.8,9

cara mitosis. Umumnya bakteri bersifat Dalam penatalaksanaan gonore telah

patogen, akan tetapi terdapat pula bakteri ditetapkan standar yaitu kombinasi

yang dapat diterima oleh tubuh apabila ceftriaxone dengan azithromycin dan

berada pada lokasi yang semestinya yang pilihan alternatif apabila ceftriaxone tidak

disebut dengan flora normal. Salah satu tersedia diganti dengan cefixime

infeksi yang disebabkan oleh bakteri danazithromycin.10

adalah Infeksi Menular Seksual.1 Infeksi Kitosan merupakan senyawa yang

Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi membentuk cangkang dari golongan

yang penularannya terutama melalui Crustacea. Penelitian Benhabiles,12

hubungan seksual yang mencakup infeksi kitosan diisolasi dari kulit udang

yang disertai gejala-gejala klinis ataupun (Parapenaeus longirostris) memiliki

asimptomatis.2 Salah satu penyakit IMS aktivitas melawan bakteri Escherichia coli,

yang sering terjadi adalah gonore.3 Gonore Vibrio cholerae, Shigella dysenteriae dan

merupakan semua penyakit yang Bacteroides fragilis.12

disebabkan oleh bakteri Neisseria

gonorrhoeae.4 METODE

Gonore merupakan IMS yang Alat

paling sering terjadi dengan perkiraan 200 Alat yang digunakan pada saat

juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya.5 penelitian adalah wadah, Hot plate

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018


1140

(Memmert®), timbangan analitik 5µg/disc, asam asetat, Nutrient Agar (NA),

(Precisa®), sendok stainless, oven Thayer-Martin Agar, larutan gentian

(Memmert®), inkubator (Memmert®), violet, larutan lugol, larutan alkohol 96%,

cawan petri, autoklaf (HL36Ac®), gelas larutan safranin, larutan natrium klorida

ukur 50 mL dan 100 mL, vial, tabung (NaCl) 0,9%.

erlenmeyer 100 mL dan 1000 mL, tabung Prosedur Penelitian

reaksi 15 mL, batang pengaduk, object Pengujian aktivitas antibakteri

glass, cover glass, jangka sorong, jarum menggunakan difusi cakram metode

Ose, mikroskop (Olympus®CX 21), tip dan sumuran. Pembiakan bakteri dilakukan

mikropipet. dengan cara medium agar Thayer Martin

Bahan Uji yang telah dipanaskan kemudian

Bahan uji yang digunakan adalah didinginkan sampai suhu 40°C – 50°C,

senyawa kitosan sedangkan bakteri uji lalu dituang sebanyak 15 mL ke dalam

adalah biakan Neisseria gonorrhoeae yang cawan petri yang telah ditambahkan 0,1

didapatkan dari pasien gonore yang ada di mL kultur bakteri uji berumur 24 jam.12

Puskesmas Kom Yos Sudarso Pontianak Sumuran yang digunakan ukuran 6

Barat. mm dan kemudian sesuai variasi

Bahan Non-Kimia konsentrasi kitosan, kontrol positif

Akuades, air bersih, aluminium ceftriaxone 5 µg/disc dan kontrol negatif

foil, kertas saring Whatman no. 1, kertas asam asetat . Kertas (Gambar 3.1). Media

sampul coklat, kain kasa, kapas, plastik yang telah berisi bakteri uji kemudian

tahan panas. diinkubasikan pada 37°C selama 18-24

Bahan Kimia jam. Plate tersebut diamati zona hambat

Senyawa kitosan yang dibeli dari yang terbentuk kemudian diukur

PT Agung Menara Abadi, Ceftriaxone menggunakan jangka sorong.12

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018


1141

HASIL ciprofloxacin, cefixime dan azithromycin.

Pembuatan Senyawa Kitosan Kontrol positif yang digunakan merupakan

Pembuatan senyawa kitosan pada ceftriaxone. Kontrol negatif yang dipakai

penelitian ini dilakukan di Laboratorium adalah asam asetat 0,1 M.

Analis Politeknik Kesehatan RI

(POLTEKKES). Kitosan yang telah dibeli PEMBAHASAN

dari PT Agung Menara Abadi dilarutkan Berdasarkan data dari Clinical and

dengan menggunakan asam asetat 1% Laboratory Standarts Institute (CLSI)

yang dibuat menjadi beberapa konsentrasi 2014. Ceftriaxone sensitif pada N.

yaitu: 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, gonorrhoeae pada radius ≥ 10 mm,

5000 ppm dan 6000 ppm. Dalam kemudian untuk ciprofloxacin > 11 mm,

pembuatan senyawa sampel menggunakan untuk cefixime > 10 mm dan azithromycin

rumus 1 ppm = 1 mg/L. 1 mg/L dikonversi > 6 mm.14-19

kembali menjadi 1 µg/mL. 1000 ppm Uji aktivitas antibakteri dengan

didapatkan dengan melarutkan 1 mg menggunakan konsentrasi senyawa kitosan

kitosan dengan 1 mL asam asetat 1% 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000

kemudian dilanjutkan dengan konsentrasi ppm, 6000 ppm, tidak didapatkan hasil

selanjutnya 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 terbentuknya zona hambat di sekitar sumur

ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Pada hasil yang menandakan bahwa tidak adanya

pengamatan tidak didapatkan zona hambat penghambatan pertumbuhan N.

pada plate. gonorrhoeae oleh senyawa kitosan. Hal ini

Bahan uji yang telah dikumpulkan mungkin terjadi karena N. gonorrhoeae

kemudian diuji dengan menggunakan yang digunakan merupakan patogen yang

kontrol positif dan negatif. Kontrol positif telah berkembang biak didalam tubuh

yang digunakan adalah ceftriaxone, manusia yang pernah diobati namun tidak

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018


1142

selesai terapi sehingga disinyalir terjadi aktivitas antibakteri terhadap N.

resistensi antibiotik. Kemudian tidak gonorrhoeae

terbentuknya zona hambat ini juga

kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi DAFTAR PUSTAKA


1. Jawetz M, Adelberg. Mikrobiologi
20-24 Kedokteran. 23rd ed. Jakarta: Penerbit Buku
dari kitosan yang kurang tinggi.
Kedokteran EGC; 2007. 355-359 p.
2. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J,
Neisseria gonorrhoeae merupakan editor. Infeksi Menular Seksual. 3rd ed.
Jakarta: Universitas Indonesia; 2005. 4-57 p.
bakteri yang memiliki tingkat adaptasi 3. World Health Organization. Sexually
Transmitted Infection (STIs) Fact Sheet. World
Health Organization [Internet]. 2016;
yang sangat baik dengan lingkungan Available from:
http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%
sekitar ataupun dengan antibiotik yang 2Fwww.who.int%2Fmediacentre%2Ffactsheet
s%2Ffs110%2Fen%2F&h=5AQEDzr8Y
digunakan. Hal ini ditandai dengan catatan 4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
perjalanan resistensi N. gonorrhoeae.37 N. 2010.
5. Behrman A, Shoff W. Gonorrhoea [Internet].
gonorrhoeae memiliki aktivitas genetik University of Pennsylvania; 2009. Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/782913
yang mengikuti dari tubuh yang -overview
6. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi
diinfeksinya. DNA dari N. gonorrhoeae Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Propinsi
Kalimantan Barat Tahun 2009.
mengalami evolusi terus menerus sehingga 7. Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi
Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Propinsi
Kalimantan Barat Tahun 2010.
beberapa obat dengan golongan penicilin 8. CDC. Top Stories : CDC Issues New Recs to
Stave Off Untreatable Gonorrhea-by Tim
sudah hampir tidak dapat mengatasi Horn. Diakses 11 Januari 2015. 2015;
Available from:
http://www.aidsmeds.com/articles/gonorrhea_a
infeksi dari N. gonorrhoeae. Hal ini juga ntibiotic_resistance_1667_22833.shtml
9. Mahamud Sharif M, Gouri RB. Status and
yang mendukung tidak terbentuknya zona Utilization of Medicinal Plants in Rangamati
of Bangladesh. Research Journal of
hambat dari senyawa kitosan terhadap N. Agriculture and Biological Sciences.
2006;286–273.
10. Behanbils M et al. Antibacterial Activity of
gonorrhoeae.20-24 Chitin, Chitosan and Its Oligomers Prepared
from Shrimp Shell Waste. Food Hydrocolloids.
2012. 48-56 p.
11. Todar K. Todar’s Online Text Book of
Bacteriology. Pathogenic Neisseriae:
KESIMPULAN Gonorrhea, Neonatal Ophthalmia and
Meningococcal Meningitis [Internet]. [cited
Senyawa aktif yang terkandung 2016 Apr 12]. Available from:
http://textbookofbacteriology.net/neisseria.htm
dalam senyawa kitosan tidak memiliki l
12. Kiefer F Zur. Differential diagnose Des
Erregers Der Epidemischen Cerebrospinal-

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018


1143

Meningitis Und Der Gonorrhoe. Berl. Klin.


Wochenschr. 33:628–30.
13. Hook E, Hansdfield H. Gonococcal Infection
In The Adult. Dalam Holmes KK, Sparling PF,
Stamm WE, Piot P, editor. Sexually
Tansmitted Disease. 4th ed. New York: The
MacGrawHill Company; 2008.
14. Clinical and Laboratory Standards Institute.
Performance Standards for Antimicrobial
Susceptibility Testing: Twenty-Fourth
Informational Supplement. Wayne, PA; 2014.
27-30, 68-75, 77 p.
15. Suhardi. Khitin dan Khitosan. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta: Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi; 1992.
16. Meyers S, Lee K. Isolation and
Characterization of Chitin from Crawfish Shell
Waste. Agricultural and Food Chemistry.
37(575).
17. Hidayat N, Padaga M, Suhartini S.
Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit
Andi; 2006. 112-117 p.
18. No H, Park N, Lee S, Meyers S. Antibacterial
Activity of Chitosans and Chitosan Oligomers
with Different Molecular Weights.
International Journalof Food Microbiology.
2012;74:65–72.
19. Synowiecki J, Al-Khateeb N. Production,
properties, and some new applications of chitin
and its derivatives. Critical Reviews in Food
Science and Nutrition. ProQuest Medical
Library. 2003;43(2):145–71.
20. Jazan S. Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi
Pada Wanita Penjaja Seks Di Jayapura,
Banyuwangi, Semarang, Medan, Palembang,
Tanjung Pinang dan Bitung, Indonesia.
Diakses tanggal 12 Mei 2017. Available from:
http://www.aids-ina.org/
21. Rang HP, Dale MM. Rang and Dale’s
pharmacology. 7th ed. Edinburgh; New York:
Elsevier/Churchill Livingstone; 2012. 609-32
p.

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai