Forum Bincang Online (FBO) with IBGKPP telah dilaksanakan pada Sabtu 02 Mei
2020, pukul 15.40-17.30 WIB dengan via online berupa whatsapp grup FBO 2020.
Forum Bincang Online ini membahas mengenai” Dampak Psikologi Masyarakat di
tengah Pandemi Covid 19 serta Peran Pemuda Produktif walau tetap #dirumahaja “.
Pada Kegiatan ini terdapat 2 narasumber dan …. peserta.
Pertanyaan 2 :
Iryuansyah Putra_Alumni Poltekkes Palembang
Izin bertanya ke kak Aca. Seperti yang tadi disampaikan melalui powerpoint,
bahwa tekanan yang berlangsung selama pandemi Covid-19 dapat menimbulkan
dampak berupa gangguan mental. Dan dari beberapa gangguan mental tersebut.
Salah satu yang mungkin paling signifikan dirasakan, terutama bagi kita para
anak-anak muda ialah perubahan pola makan dan pola tidur. Dimana biasanya
ketika siang hari kita disibukkan dengan aktivitas masing2, tetapi semenjak
Pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia dan dengan beberapa kebijakan-kebijakan
dari pemerintah untuk menyikapi kasus ini, justru malah menjadi sebaliknya. Kita
menjadi terbiasa tidur di siang hari, sehingga fisik menjadi menyiapkan
amunisinya untuk bisa begadang di malam hari (ada yang terpaksa begadang, ada
pula yang memang disengaja). Dan tentunya pola tidur yang kurang baik, akan
berimbas kepada pola makan yang kurang baik juga (makan tengah malam, dsb)
dan tentu bisa berdampak buruk pula bagi kesehatan (obesitas, dsb). Apakah
kakak punya tips and trick khusus terkait perubahan signifikan yang dirasakan
banyak orang ini ?
Jawaban :
Terkait perubahan pola makan dan pola tidur, telah saya sampaikan di ppt bahwa
pandemi ini membuat orang merasakan kaget, penolakan, stress dan lain-lain.
Perubahan pola tidur dan pola makan ini juga merupakan salah satu dari kaget itu,
kalau kita biasanya di siang hari sibuk banyak kerjaan, ada yang bekerja dan ada
yang kuliah dan tiba-tiba itu terhenti karena pandemi ini, tentu kita merasa ada hal
yang hilang atau ada sesuatu yang berbeda sehingga ada rutinitas lain yang
dikerjakan seperti, tidur siang yang mungkin biasanya kita tidak melakukan itu
dan dimalam hari bergadang untuk nonton film atau hal lainnya. Sebenarnya kalau
menurut saya itu tidak apa-apa dilakukan selagi masih dalam taraf wajar. Mungkin
ada beberapa orang yang waktu itu merasa senang “akhirnya aku bisa tidur siang
dari sekian hari-hari kemarin yang aku jarang tidur siang”. Jika bergadang masih
dalam taraf wajar masih tidak apa-apa tetapi jika hal tersebut terjadi dalam
intensitas waktu yang lama, artinya itu sudah menjadi gangguan. Tips dan trik
untuk mengubah hal itu adalah:
1. Niat, niat dalam hati kalau malam ini tidak akan melakukan hal apapun atau
kalaupun memang ada film favorit yang akan ditonton maka selesaikanlah film
itu agar tidak menjadi penasaran untuk menonton film sampai habis. Jadi menurut
saya, manfaatkanlah waktu sengang, tontonlah film tersebut sesegera mungkin
jangan berpikir di malam hari kita da kegiatan lain selain beristirahat. Sekitar
pukul 10.00 sudah harus istirahat.
2. Membaca buku
3. Minum susu
4. Berolahraga ringan
Kalau ingin tidur siang agar di malam hari tidak begadang, tidur siangnya tidak terlalu
lama 1-2 jam saja atau mungkin setengah jam. Jadi tidak memakan waktu selama 2
jam lebih, bisa dengan membuat alarm.
Pertanyaan 3 :
Moch Chandra Bara_UniversitasPadjajaran_menarik jika melihat dari persentasi
mbak melisa terkait dampak psikologis yang mungkin terpapar kepada masyarakat
selama pandemik ini berlangsung. Saya sangat sependapat dengan apa yang
disampaikan narasumber mengenai aspek kecemasan dan rasa takut yang umum
dialami ketika kita menghadapi stressor dalam jenis apapun , dan kali ini stressor yang
kita dapatkan kali ini dalam skala yang amat besar dalam artian stressor kali ini bukan
lagi menyerang individu secara secara umum tetapi juga sudah menyerang komunitas
secara luas. Nah ketika ini sudah jadi wilayah stressor komunitas maka kemudian
muncullah stigma stigma dalam masyarat yang kemudian menyebar menjadi suatu
ketakutan baru dan juga menjadi stressor baru bagi korban stigma itu sendiri. Dalam
hal ini yang perlu saya tanyakan dan gali informasi dari teman teman di forum secara
umum maupun mbak melisa secara khusus, bagaimana cara konkret kita dalam
mencerdaskan masyarakat untuk setidaknya mengurangi ataupun menghentikan
proses stigma yang secara langsung maupun tidak langsung akan berimbas kepada
totalitas pelayanan kesehatan dalam menjalani covid 19 ini, karena setelah stigma ini
meluas secara umum teman teman saya yang notabene Nakes secara klinis mulai
berkurang keikut sertaan dalam menjadi relawan baik itu relawan gugus ataupun
relawan sektoral yang turun langsung terpapar ke pasien yang menderita covid. Jika
stigma ini terus menerus meluas dan malah kita sendiri memberikan stigma itu secara
langsung maupun tidak langsung dengan sangat jelas menjaga jarak maupun
mengeluarkan statement yang menyudutkan kawan kawan kita yang menjadi tenaga
kesehatan lambat laun jumlah tenaga kesehatan akan berkurang drastis dengan 2
kriteria :
1. Takut untuk terlibat langsung menjadi garda terakhir covid
2. Jatuh sakit kemudian imuntubuh menjadi lemah dan rentan terkena covid karena
stress dengan stigma yang berkembang.
Jawaban :
Upaya mencegah stigma negatif ke orang lain adalah :
1. Niatkan dalam diri untuk memulai hal itu dari diri sendiri dengan menyaring
informasi yang terpercaya sebelum mengedukasi orang lain karena apapun yang kita
sebarkan kepada orang lain tentunya akan berdampak pada kondisi psikologis mereka.
2. Penting unk tidak melakukan penilaian secara cepat kepada apapun yang terjadi di
masa pandemi ini. Contohnya, orang yang pulang kampung merupakan orang yang
egois dan tidak memikirkan orang lain hal itu tidak bisa karena kita tidak mengetahui
alasan dibalik itu dan ketika kita mengetahui akan ada hal-hal menyedihkan di balik
itu seperti kurangnya sokongan dana untuk kebutuhan, menjalani kehidupan dengan
sendirian dan hal lainnya. Juga relawan covid yang mundur karena banyaknya stigma
negatif tentang mereka, disini penting bagi semua orang untuk terbuka mindsetnya,
tim medis dan relawan covid yang rela membantu pasien covid ini pasti sudah
menjalani prosedur yang ada dengan sangat disiplin, mereka tentunya juga akan
menjaga diri mereka, menjaga keamanan mereka agar tidak terpapar virus itu dan
yakinlah bahwa semua dari mereka tentunya tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh
dilakukan saat membantu orang lain. Jadi menurut saya, stop untuk memberikan
penilaian yang kita tidak tahu apa alasan dibalik itu karena itu bisa menganggu
ketenangan pribadi lain, dengan perkataan yang keluar dari mulut kita akan
menyebabkan sesuatu yang luar biasa pada mental orang lain.
Tentunya ketakutan pasti semuanya merasakan mulai dari kalangan lansia bahkan
garda terdepan seperti tim medis. Oleh karena itu mari kita sama sama menjaga
perasaan dan mental orang lain dengan menjaga perkataan yang keluar dari mulut kita
karena kita harus lebih dewasa dan lebih terbuka untuk mampu menyampaikan segala
hal berdasarkan kebenaran dan juga berdasarkan hal-hal yang benar adanya serta tidak
menelan informasi dengan mentah, artinya kita harus mencari sumbernya apakah itu
benar atau tidak. Setiap perkataan kita yang akan kita sampaikan kepada orang lain,
kita tidak pernah tau bahwan hal itu akan berdampak pada mental orang lain.
Pertanyaan 2 :
YoufyaAdps_UAD Yogyakarta
Izin bertanya kak Ketika adanya wabah virus corona ini, beberapa daerah
menerapkan PSBB.Akibatnya banyak dari pabrik di daerah tersebut yang
mengalami kerugian hingga bisa mengalami kebangkrutan. Kemudian banyak
buruh yang kehilangan pekerjaan. Apakah pemerintah bisa menjamin untuk setiap
buruh yang kehilangan pekerjaan bisa mendapat tunjangan yang sesuai?
Jawaban :
Pihak pabrik wajib membayar hak - hak yang dimiliki oleh buruh apabila
memang hal tersebut tidka dibayarkan makan buruh bisa mengajukan gugatan
perkara kepada hubungan industrial jadi memang pengadilan khusus buruh
dengan pihak pabrik. Indonesia dengan segala keterbatasan ekonomi akan sulit
untuk menjamin hajat hidup buruh seluruh Indonesia karena jumlah buruh sangat
banyak dan Indonesia belum menjadi negara maju. Jadi, pemerintah akan sulit
untuk menjaminnya. Solusinya adalah sekarang setiap orang dituntut untuk
berkreasi menghasilkan barang untuk menghidupi dirinya dan ini tidak kita
harapakan, pihak pabrik pun bisa rugi sehingga bisa menutup operasionalnya.
Jadi, kedua pihak sama-sama rugi dan kaitannya dengan pemerintah adalah
pemerintah akan sulit untuk menjamin hajat hidup para buruh ini.
Pertanyaan 3 :
M.Taupik Hidayat dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA)
Izin bertanya kak verrel yg ingin saya tanyakan bagaimana cara kita
memanajemen waktu agar lebih produktif ketika dirumah ,karena di kampus saya
menerapkan kuliah daring/online jadi setiap pertemuan ada tugas yg tujuannya
untuk memantau untuk selalu belajar meskipun lagi dirumah , tapi kebanyakan
mahasiswa mengerjakan deadline jadi gimana solusinya ?
Jawaban :
Menurut saya, buat skala prioritas tetapi tetap tempatkan belajar dan tugas
sebagau prioritas utama karena kita adalah mahasiswa yang kewajibannya belajar.
Yang kedua mungkin bisa dengan self improvement, organisasi dan lain - lain
dapat diatur sebaik mungkin dan sedemikian rupa. Caranya pertama, tempatkan
belajar diposisi pertama, selanjunta baru organisasi dan pekerjaan lain. Ketika
ingin mengerjakan deadlilen organisasi harus dihitung terlebih dahulu, contohnya
membuat surat atau membuat proposal kira-kira ini memakan waktu tiga jam
berarti siapkan dan cari jadwal kita dalam satu minggu itu mana yang ada free 3
jam, jadi semua itu harus benar-benar direncanakan dan dihitung secara matang.
Saran dari saya agar lebih efektif terapka sistem maksimal, misal kita
mengerjakan tugas tetapi deadlinenya besok dan di waktu yang sama kita juga ada
kegiatan lain maka terapakan sistem maksimal. Artinya hari ini saya mengerjakan
tugas maksimal 1 jam saja besok disambung lagi sampai selesai karena hari ini
saya mau mengerjakan hal lain karena kita tidak bisa menetapkan diri kita untuk
bekerja dalam waktu yang lama jadi terapkan saja sistem maksimal. Jadi,
terapkan sistem maksimal, susuan skala prioritas dan hitung secara matang.