Disusun oleh:
PENDAHULUAN
Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman kepada Rasul-Rasul
Allah merupakan rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh
hati atas kedatangan Rasul,mulai dari Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir yaitu
Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW.
Merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat
atau hukum tertentu yang kemudian disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu,kita
sebagai seorang muslim,wajib beriman atau mempercayai kepada para Rasul utusan Allah sehingga
dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang di bawa oleh Rasul utusan Allah tersebut.
Dengan berpegang hidup pada Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga
akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya mengetahui tentang pengertiannya
saja itupun hanya terbatas, tanpa mengetahui akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di
dalam kehidupan yang kita jalani atau di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan
wajib mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh
lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
1.2. Tujuan
6. Untuk mengetahui bagaimanakah cara kita untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang
menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu).
Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi
arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak
diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam
syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya.
Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan
Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk
menyembunyikan wahyu Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Syaikh Ibn Abdul Wahhab menggunakan definisi ini dalam Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat, begitu
pula Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin.
“Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok orang banyak, dan
nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang pun.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada umatnya. Ulama lain
menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu bukan berarti Nabi
tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul
adalah seorang Rasul mendapatkan syari’at baru sedangkan Nabi diutus untuk mempertahankan syari’at
yang sebelumnya.
Ketahuilah saudariku! Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok) iman. Oleh karena itu,
kita harus mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar.
Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul,
keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya .
Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan bahwa hanya ada empat
unsur dalam keimanan kepada nabi dan rosul-Nya.
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari –
walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum
Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya
mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-
nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga
ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk
dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi Tuhanmu,
mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-NisaA’ 4:65)
Jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul juga tidak terbatas 5 yang kita kenal
dengan nama Ulul ‘Azmi. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada
Rasulullah, “Ya Rasulullah, berapa jumlah rasul?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Tiga ratus
belasan orang.” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Albani). Dalam riwayat Abu Umamah, Abu Dzar
bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam
menjawab,“124.000 dan Rasul itu 315 orang.” Namun terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang
menyatakan bahwa jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu’alam.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi, maka kita tetap mengimani secara
global adanya Nabi dan Rasul yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang
Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-
Mu’min 40:78). Selain 25 nabi yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, terdapat 2 nabi yang disebutkan
Nabishalallahu’alaihiwasalam, yaitu Syts dan Yuusya’.
Berkenaan dengan tiga nama yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu Zulkarnain, Tuba’ dan Khidir terdapat
khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama apakah mereka Nabi atau bukan. Akan tetapi, untuk
Zulkarnain dan Tuba’ maka yang terbaik adalah mengikuti Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam, Beliau
shalallahu’alaihiwasalam bersabda, “Aku tidak mengetahui Tubba nabi atau bukan dan aku tidak tahu
Zulkarnain nabi atau bukan.” (HR. Hakim dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohih Jami As Soghir). Maka
kita katakanwallahu’alam. Untuk Khidir, maka dari ayat-ayat yang ada dalam surat Al-Kahfi, maka
seandainya ia bukan Nabi, maka tentu ia tidak ma’shum dari berbagai perbuatan yang dilakukan dan
Nabi Musa ‘alaihissalam tidak akan mau mencari ilmu pada Khidir. Wallahu’alam.
Allah SWT mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul
berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara tugas
tersebut adalah:
Para Rasul memiliki beberapa sifat utama melebihi manusia umumnya yaitu :
1. Benar ( shiddiq ) yaitu para Rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan.
2. Terpercaya ( amanah ) yaitu Rasul tidak pernah menghianati amanah Tuhan yang dipikulnya.
3. Menyampaikan ( tabliqh ) yaitu Rasul selalu menyampaikan segala pengajaran Allah kepada
umatnya.
4. Cerdik ( fathanah ) yaitu para Rasul memiliki kemampuan berfikir yang tinggi.
1. Basyariyyaturrasul yaitu para Nabi juga membutuhkan hal-hal yang bersifat umum seperti
manusia biasa yaitu makan, minum, menikah, berketurunan.
2. Ishmaturrasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan
pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah, sehingga selalu siaga dalam
menghadapi tantangan dan tugas apapun.
3. Iltizamurrasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apapun yang mereka ajarkan.
Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah, meskipun untuk menjalankan
perintah Allah itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dalam diri pribadinya
maupun dari para musuhnya. Dalam hal ini para Rasul tidak pernah sejengkalpun menghindar atau
mundur dari perintah Allah.
1. Mengenali sikap dan keteladanan serta kepribadian Rasul SAW yang mulia
3. Kehalusan tutur kata Rasul, bagusnya sikap dan tingkah laku Rasul dapat dijadikan teladan dalam
kehidupan
Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang merupakan tanda-tanda
penghayatan terhadap fungsi iman kepada Rasul-rasul Allah swt, yaitu:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barang siapa yang mengingkari
mereka walaupun hanya salah seorang Rasul, maka dianggap kafir.
Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).
2. Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal namanya.
Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul
sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula)
yang tidak Kami ceritakan kepadamu.”(Qs: Al-mu-min:78).
Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadapm putusan yang kamu berikan dan meeka
menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-nisa:65).
Hikmah beriman kepada rasul Allah SWT dalam kehidupan, antara lain sebagai berikut :
1. Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul itu benar-benar manusia
pilihan-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh setiap umat muslim di
seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti adalah kita harus mengimani atau
mempercayai adanya rasul-rasul allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada
manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan
dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan patut dipelajari. Karena,
selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga memberikan pembelajaran dan
teladan bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari
lebih dalam, memahami lebih luas, dan menerapkannya di dalam kehidupan kita tentang beriman
kepada rasul-rasul allah agar kita dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya, dan mendapat
kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.
3.2. Saran
Diskusi mengenai pembahasan ini merupakan awal yang masih sederhana sehingga ada beberapa hal
yang disarankan, antara lain
1. Masyarakat harus mengetahui dan memahami mengenai pengertian iman kepada Rasul Allah
secara dalam.
2. Pemerintah harus lebih menambah waktu jam pelajaran mengenai materi tersebut di dalam
kalangan pelajar agar mereka mampu memahami lebih dalam, luas, serta terarah nantinya.
4. Kepada siswa dan siswi diharapkan mampu mempelajari tentang materi Beriman kepada Rasul-
rasul allah secara intensif dan lebih luas.
5. Diharapkan ada peneliti yang mampu melengkapi kekurangan dari makalah ini.
http://islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah.html
http://13hif.blogspot.com/2012/01/hikmah-beriman-kepada-rasul-alllah_13.html
http://www.scribd.com/doc/84883105
islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah