Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PATOFISIOLOGI

SYOK

DOSEN PEMBIMBING :
Sri Anik Rustini., S.H., S Kep. Ns., M Kes

Disusun Oleh :

1. Dwi Ratnasari (1820011)


2. Khikmatul Aini (1820026)
3. Octaviana Shinta Devi (1820043)
4. Oktalia Lestari Afandi (1820044)

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugrahnya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyusun
Makalah yang berjudul “Syok” dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat bertujuan
untuk memberikan laporan kepada dosen yang bersangkutan.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi.


Penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen Pembimbing yaitu Ibu Sri
Anik Rustini., S.H ., S.Kep. Ns., M.Kes dan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan partisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas kepada


pembaca, walaupun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Penulis
mohon saran dan kritiknya. Terima Kasih.

Surabaya, 08 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan...........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi............................................................................................................4

2.2 Penilaian Awal................................................................................................5

2.3 Patofisiologi ....................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Jenis-Jenis Syok...............................................................................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................12

4.2 Saran................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat
adalah shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock)
secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi
radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba
dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler
(capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat
(IGD) maupun Intensive Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih
dari 30% Jutaan penderita tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak
1.400 klien meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan
anak – anak setiap tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan
syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran
oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan
penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah
balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung
(George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al.,
2014).Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi
sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi
organ dan akhirnya kematian penderita.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ
vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan
suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan
berbagai manifestasi hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak
terpenuhi, sel-sel akan kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi
secara aerobik tidak bisa dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki jalur

1
metabolisme anaerob. Jalur metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul
Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul glukosa dan asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat
dipertahankan, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium
sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat.
Aktivitas mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak,
sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan
meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang
memengaruhi fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem
organ dan kematian pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton
dan Hall, 2010; Schwarz et al., 2014).

1.2 Tujuan Penulisan


.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar
Syok dan mengaplikasikan Asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada klien dengan syok.
.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada
klien dengankegawatdaruratan syok.

2
1.3 Manfaat Penulisan

Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami


konsep dasar syok dan mengaplikasikanya dalam Asuhan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

.1. Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan
intensif untuk menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010).Syok adalah
suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan
tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang
lemah, pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena
perifer yang tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun
dan kesadaran menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90
mmHg atau menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula.
Masalah utama adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan
gangguan penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan
bahwa mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan
menjadi rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism
aerobic. Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam
laktat yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko
mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi
miokard sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap
lanjut, terjadi gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka
kematian meningkat seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal
fungsi (MOF – Multiple Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ
adalah > 60%, pada 3 organ mencapai > 90%.

4
.2. Penilaian Awal Syok
Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi
Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan
oksigen akan berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar
lactat tubuh merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok.
Terjadinya hambatan di dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi
jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan
membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan
mengenali adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda
klinis terjadinya syok, Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa
syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak
adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di
dasarkan pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita
trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderitadalam
hemoragik syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension
pneumotoraks harus dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma.
Syok neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla
spinalis. Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita
dengan trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan
syok baik karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik.Syok
septik jarang ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang
datang pada keadaan lebih lanjut.Dengan demikian langkah awal yang harus
dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap penderita sehingga dengan
cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil mencari sebab syok.
Respon terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan klinis biasanya
memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab syok.
Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap
keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah.Syok

5
lanjut yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang
dengan mudah di kenal.
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator
syok akan menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme
kompensasi dapat menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30%
volume darah. Perhatian harus di arahkan pada nadi, laju pernafasan,
sirkulasi kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolic).Gejala paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi perifer.
Dengan demikian setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia
dan kulit dingin dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk
mengukur kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang
rendah menunjukkan kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia
yang sebelum trauma sudah ada), sedangkan hematocrit normal dapat saja
terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah cukup banyak. (Theodore
1993).

.3. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik,
2000):

2.3.1 Fase Kompensasi


Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi
sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi
belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme
kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke
tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan
konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya
penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi
ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk

6
menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal
menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.

2.3.2 Fase Progresif


Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan
adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga
terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah
arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan,
metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan
akhirnya terjadi kematian sel.Dinding pembuluh darah melemah
dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena,
vena balik (venous return) menurun.Relaksasi sfinkter prekapiler
diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali
ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil
sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC =
Disseminated Intravascular Coagulation).Menurunnya aliran darah
ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di
otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.Hipoksia dan
anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari
jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok
(vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan
anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus,
pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.Invasi bakteri
dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC
bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak,
integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga
menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi
anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi

7
peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat
di jaringan.

2.3.3 Fase Irevesibel


Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga
tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya
ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul
edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan
hiperkapnea.

Gambar 2.1 Pathway Syok

BAB III

8
PEMBAHASAN

3.1 Jenis-Jenis Syok


Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain:

3.1.1 Syok Neurogenik

Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor


sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh
tampung.Syok ini terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah
secara mendadak di seluruh tubuh.

Syok neurogenik juga dikenal sebagai syok spinal. Bentuk


dari syok distributif, hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah
sistemik yang diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti:
trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).

 Penyebab
Antara lain: Trauma medula spinalis dengan quadriplegia
atau paraplegia (syok spinal), rangsangan hebat yang kurang
menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang,
rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi
spinal/lumbal, trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat
otonom), suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.

3.1.2 Syok Anafilaksis


Merupakan reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan
atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu
reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi
kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi
sebagai anafilaksis
 Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien
yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing
(anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik

9
3.1.3 Syok Sepsis
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf
dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok
septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian
infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden
luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan
pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara
menyeluruh.
 Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram
negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien
akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini
membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang
mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan
permeabilitas kapiler,pada perembesan cairan dari kapiler dan
vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
 Tanda dan Gejala :
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia.
Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi
menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis.
Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-
positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada
orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama
terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi
adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang
paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan
pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan
penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien
dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala

10
d. Nyeri otot

3.1.4 Syock Kardiogenik


Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau
berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi
mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi,
kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 2010).
 Penyebab
Penyebab syok kardiogenik dapat terjadi pada keadaan –
keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan
Tension pneumothoraks.Pada versi lain pembagian jenis syok, ada
yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan
yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard.
Missal : decomp cordis, trauma langsung pada jantung, kontusio
jantung. Tamponad jantung dan tension pneumothoraks
dikelompokkan dalam syok obstructive (syok karena obstruksi
mekanik)

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari


kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit
pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis,
pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan
pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time >
2 detik).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran
oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan
penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah
balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung
(George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al.,
2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi
sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi
organ dan akhirnya kematian penderita.

4.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan
menjadi seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika
menemukan klien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan
pertolongan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media
hardy.
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and
Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support.
Society of Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok.

syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan syok.

http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html

Anda mungkin juga menyukai