Anda di halaman 1dari 8

Satu hal paling menarik dalam kajian Islam di Andalusia (Spanyol) adalah tentang jumlah umat Islamnya

saat ini. Jika dibandingkan dengan Islam di Indonesia, maka jumlahnya jauh lebih sedikit. Padahal dalam
sejarah, Islam masuk ke Andalusia lebih dahulu dari pada ke Indonesia. Maka, tidak salah jika ada
kalimat dari salah satu ulama Timur Tengah yang berbunyi “faqodna an Andalusia, Wajadna Indonesia”.

Kalimat tersebut muncul sebagai reaksi terhadap jumlah umat Islam di Andalusia yang menyusut dan
sebaliknya, kuantitas umat Islam Indonesia semakin banyak. Fakta sejarah tersebut tidak bisa tidak
adalah disebabkan oleh metode dakwah Islam yang dilakukan oleh para pelaku sejarah saat itu.

Jasa para wali dalam pengembangan Islam tak perlu dibahas panjang dalam tulisan ini. Titik berat dalam
bahasan ini ialah Islam di Andalusia jika dibandingkan dengan konteks Eropa hari ini. Sebagian
penduduknya sedang gencar memprotes keberadaaan Islam.

Agama yang disebarkan dengan pedang, akan diusir dengan pedang. Barangkali kalimat itu memang
tepat dijadikan gambaran atas fakta yang terjadi sejak Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah
Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.

Sebelumnya, umat Islam telah menguasai beberapa wilayah di Afrika Utara. Selanjutnya dari Afrika
Utara, umat Islam melakukan perluasan kekuasaan ke wilayah Spanyol.

Terdapat tiga panglima yang berjasa dalam penaklukkan wilayah Spanyol. Pertama, Tharif bin Malik
sebagai perintis dan penyelidik. Dia berhasil memasuki wilayah Spanyol dengan membawa satu pasukan.
Kedatangannya tidak mendapat perlawanan yang berarti sebab pada saat yang sama terjadi di wilayah
Spanyol sedang terjadi kemelut dalam tubuh kerajaan Visigothic, kerajaan yang berkuasa saat itu.

Atas dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, pada tahun 711 M Musa bin
Nushair mengirim pasukan yang lebih banyak. Sedikitnya 7000 orang datang menyerbu Spanyol dibawa
pimpinan Thariq bin Ziyad.

Dari ketiga tokoh di atas, Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol karena jumlah pasukan
dan keberhasilannya. Sebagian pasukan yang dibawa olehnya terdiri atas orang-orang dari suku Barbar.
Salah satu peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih dikenal oleh banyak orang adalah keberadaan
Gibraltar (Jabal Tahariq), sebuah bukit tempat pertama kali Thariq menyiapkan pasukannya. Dari sinilah
dia mulai menguasai wilayah Spanyol lainnya.

Thariq mampu mengalahkan Raja Roderick di sebuah wilayah bernama Bakkah. Kemudian pasukannnya
mampu menguasai kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan).

Musa bin Nushair menyusul Thariq dengan membawa pasukan sendiri. Ia berhasil menaklukkan Sidonia,
Karmona, Seville dan Merida. Mereka akhirnya bertemu dengan Thariq di Toledo. Koalisi pasukan
tersebut mampu menguasai wilayah yang lebih luas dari Saragosa hingga Navarre.

Gelombang perluasan wilayah dilanjukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdil Aziz pada
99/717 M. Perluasan wilayah berhasil hingga mencapai sebagian kota di Perancis.

Umat Islam saat itu bisa mudah menaklukkan Spanyol disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal disebabkan oleh pemimpin dan pasukan Islam adalah orang-orang yang memilik
semangat dan rasa percaya diri tinggi.

Di samping itu mereka juga memiliki toleransi agama yang tinggi terhadap penganut ajaran agama lain
sehingga ada banyak warga Spanyol yang menyambut kehadiran Islam dengan ramah.

Faktor eksternal disebabkan oleh kondisi Spanyol saat itu sedang terpuruk dalam bidang sosial, politik
dan ekonomi. Selain itu terjadi konflik internal yang disebabkan oleh penguasa Ghotic yang tidak dapat
toleran terhadap penganut ajaran agama minoritas.

Pada periode 711-755 Spanyol berada di bawah kuasa gubernur yang disebut wali. Pemerintahan
tersebut masih berada di bawah kuasa dinasti Umayah di Damaskus. Pada saat ini stabilitas politik masih
sempurna karena masih ada banyak gangguan dari dalam dan luar. Dari dalam disebabkan oleh rebutan
kekuasaan karena faktor etnis. Gangguan dari luar disebabkan oleh serangan dari penduduk Spanyol
yang tak mau tunduk terhadap penguasa muslim.
Pada periode 755-912, Spanyol di bawah pimpinan seorang yang bergelar amir (panglima atau
gubernur) akan tetapi tidak berada di bawah kuasa khalifah Abbasiyah. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang bergelar Ad-Dakhil. Dia adalah keturuan bani umayah yang lolos dari serangan
kejaran pasukan Abbas.

Pada masa ini terjadi perkembangan di bidang politik sampai pada peradaban agung. Abdurrahman ad-
Dakhil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar.

Hukum ditegakkan oleh Amir Hisyam dan dalam bidang militer dikembangan oleh Hakam. Pada masa
Abdurrahman al-Awshat pemikiran filsafat berkembangan pesat. Dia mengundang banyak ilmuwan
untuk melakukan kegiatan ilmiah.

Pada periode 912-1013 M, Abdurrahman An Nashir salah seorang penguasa Spanyol mendirikan
Universitas Cordova sehingga Spanyol mengalami kejayaan. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan
ribu buku.

Pada periode 1013-1086, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara-negara kecil yang
berpusat di kota seperti Seville, Cordova Toledo dan sebagainya. Terjadi banyak pertikaian sehingga
dimanfaatkan oleh raja-raja Kristen untuk melakukan penyerangan.

Delapan abad kekuasan islam di Andalusia bukanlah waktu yang singkat. Kekuasaan islam di Andalusia
adalah kekuasaan terlama dalam sejarah negara dan Kerajaan Islam.

Apa yang terjadi? Kenapa islam di Andalusia seketika punah dan hanya menyisakan jejak-jejak islam di
Andalusia.

Islam di Andalusia

Walaupun pada akhirnya terusir secara kejam, akan tetapi Islam telah berjasa terhadap Spanyol dan
Eropa. Pada akhirnya pada abad 14 mereka berhasil menguasai lagi ilmu pengetahuan dari ilmuwan
Yunani yang pernah terkubur lama. Peristiwa kebangkitan kebudayaan Yunani di Italia (Renaissance),
gerakan reformasi pada abad ke-16 M, Rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (aufklarung)
pada abad 18 M.

Wajar jika sampai saat ini peradaban Barat jauh lebih maju dari kebanyakan negara Islam. Salah satu
penyebabnya adalah kurangnya semangat dalam menguasai bidang-bidang keilmuan seperti sains,
musik, sastra yang saat ini dianggap sebagai ilmu umum. Padahal sebagaimana yang dibuktikan sejarah,
semua ilmu dikaji oleh ilmuwan muslim tanpa dikotomi ilmu umum maupun ilmu aga

Pada tahun 900-an M, Islam mencapai puncak kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5 juta muslim
tinggal di daerah tersebut, dengan prosentase mencapai 80% penduduk. Kerajaan yang kuat kala itu,
Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di daerah tersebut dan menjadi kerajaan yang paling maju
dan palign stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa. Namun, masa keemasan sosial dan politik ini
tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerjaan ini runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara
kecil yang disebut tha-ifah.

Thaifah-thaifah muslim ini adalah wilayah yang memiliki otonomi masing-masing sehingga sangat rentan
diserang oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang berada di wilayah Utara. Sepanjang dua ratus tahun
berjalan, satu per satu thaifah berhasil ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa (Reconquista).
Dan akhirnya pada tahun 1240-an M, hanya tersisa satu kerajaan Islam saja di benua biru tersebut, di
ujung Selatan tanah Andalusia, itulah Kerajaan Granada.

Tulisan yang singkat ini akan memaparkan bagaimana kerajaan Islam terakhir di Eropa ini runtuh.

Emirat Granada

Selama terjadinya reconquista, kerajaan Islam satu per satu jatuh ke wilayah kekuasaan kerajaan Kristen
yang melakukan penyerangan dari Utara. Dimulai dari tahun 1000-an hingga 1200-an, kota-kota utama
semisal Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran dikuasai. Gerakan al-Murabitun dan Muwahidun (yang
kemudian menjadi sebuah daulah pen.) di Afrika Utara, turut memiliki andil membantu Kristen Eropa,
meskipun perpecahan umat Islam adalah faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Islam di Eropa.

Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol

Pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami Kerajaan Granada


Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil menghindarkan diri dari penaklukkan
kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian dengan
Kerajaan Castile, salah satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut berisikan
kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas kepada Kerajaan Castile
setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin independensi Granada dalam urusan dalam negeri
mereka dan lepas dari ancaman invasi Castile.

Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penklukkaan adalah letak
geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami
melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.

Peperangan Kerajaan Granada

Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar upeti. Namun
dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat Granada dalam
keadaan terancam. Mereka tidak pernah aman dari ancaman penaklukkan.

Peninggalan-peninggalan Islam di Spanyol

Peninggalan-peninggalan Islam di Spanyol

Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah
dengan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung
Iberia yang merajut cita-cita yang satu, menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua
biru.

Tahun 1482 pertempuran antara Kerajaan Kristen Spanyol dan emirat Granada pun dimulai. Meskipun
secara jumlah dan kekuatan materi Granada kalah jauh, namun semangat juang masyarakat muslim
Granada sangatlah besar, mereka berperang dengan penuh keberanian. Sejarawan Spanyol
mengatakan, “Orang-orang muslim mencurahkan seluruh jiwa raga mereka dalam peperangan, mereka
layaknya seseorang pemberani dengan tekad yang kuat mempertahankan diri mereka, istri, dan anak-
anak mereka.” Demikian juga masyarakat sipil Granada, mereka turut serta dalam peperangan dengan
gagah berani, mempertahankan tanah air mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di tanah Eropa.
Saat itu, orang-orang Kristen bersatu padu, tidak lagi berpecah belah sebagaimana keadaan mereka di
masa lalu. Beda halnya dengan Granada yang malah menghadapi pergolakan politik. Para pemimpin
muslim dan para gubernur cenderung saling sikut, memiliki ambisi yang berbeda-beda, dan berusaha
saling melengserkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang berperan sebagai mata-mata Kristen
dengan iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan. Lebih parah dari itu, pada tahun 1483,
Sultan Muhammad, anak dari Sultan Granada, mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sehingga
memicu terjadinya perang sipil.

Raja Ferdinand benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk membuat Granada kian lemah, ia
mendukung pemberontakan Sultan Muhammad melawan ayah dan anggota keluarganya. Pasukan-
pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand turut berperang bersama Sultan Muhammad menghadapi
anggota keluarganya. Akhirnya Sultan Muhammad berhasil menaklukkan anggota kerajaan dan
menguasai Granada. Namun kekuasaannya ini hanya terbatas di wilayah Kota Granada saja, karena
pasukan Kristen menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaannya.

Akhir dari Granada

Tidak lama setelah menguasai Granada, Sultan Muhammad mendapat surat dari Raja Ferdinand untuk
menyerahkan Granada ke wilayah kekuasaannya. Sang sultan pun terkejut dengan permintaan Raja
Ferdinand, karena ia menyangka Raja Ferdinand akan memberikan wilayah Granada kepadanya dan
membiarkannya menjadi raja di wilayah tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad sadar bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand untuk
melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen menaklukkan Granada. Muhammad berusaha
untuk menggalang kekuatan dengan bersekutu bersama prajurit Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah
untuk memerangi kekuatan Kristen Eropa. Namun bantuan yang diharapkan Muhammad tidaklah sesuai
dengan harapannya. Turki Utsmani hanya mengirimkan sekelompok kecil angkatan laut yang tidak
berpengaruh banyak terhadap kekuatan Kristen Eropa.

Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Dari
menara istananya, Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah mengepung dan
bersiap menyerang Granada. Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani surat penyerahan
Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi pada November 1491.

akhir dari granada


Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki
istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di
dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka
pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Keadaan
saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka
dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia.

Setelah itu, Sultan Muhammad diasingkan. Beberapa saat perjalanan, di puncak gunung, ia menoleh
kepada bekas wilayahnya sambil menitikkan air mata. Ibunya yang melihat keadaan itu tidak simpatik
kepada putranya, bahkan ia memarahinya dengan mengatakan, “Jangan engkau menangis seperti
perempuan, karena engkau tidak mampu mempertahankan Granada layaknya seorang laki-laki”.

Orang-orang Kristen menjanjikan toleransi dan kedamaian terhadap masyarakat Islam Granada,
walaupun kemudian perjanjian itu mereka batalkan sendiri. Ribuan umat Islam terbunuh dan yang
lainnya mengungsi menyeberang lautan menuju wilayah Afrika Utara.

Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh abad lamanya.
Cahaya Islam menghilang dari daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat Islam di sana,
kemudian diganti dengan pendatang-pendatang Kristen yang menempati wilayah tersebut.

Sumber: lostislamichistory.com

Categories Sejarah

Post navigation

Keutamaan Ali bin Abi Thalib

Sedekahnya Para Sahabat Nabi

17 thoughts on “Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol”

didi

January 6, 2014 at 8:48 pm


Read more https://kisahmuslim.com/4075-runtuhnya-kerajaan-granada-kerajaan-islam-terakhir-di-
spanyol.html

Anda mungkin juga menyukai