Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TENTANG
REVISI ATAS
ADAB TA’ADUD (POLIGAMI)
NOMOR : 48/B/K/DSP-PKS/1439H
MUQADDIMAH
1
Bukankah dakwah dibangun atas dasar ukhuwah dan saling tolong-menolong?
Rasulullah saw. bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى سائر الجسد
}السهر والحمى{ ُمتَّ َف ٌ َعلَْي ِه
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih-sayang dan ikatan
emosional ibarat satu tubuh, jika salah satu anggotanya sakit, mengakibatkan seluruh
anggota tidak dapat istirahat dan sakit panas” (Muttafaqun „alaihi)
Bagi kader dakwah harus memiliki visi yang jelas ketika berkeluarga dan berniat
akan berpoligami, sehingga capain-capaian peningkatan kinerja dakwah menjadi tolok
ukur secara proporsional baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dan Rasulullah saw.
bersama istri-istrinya telah menjadi teladan terbaik dalam masalah ta’adud, begitu juga
sahabat dan salafu sholih.
ADAB TA’ADUD
Adab-adab ta’adud adalah sbb:
1. Ikhlas dan Meluruskan Niat
Seorang muslim harus senantiasa menjaga keikhlasan dalam beribadah dan
meluruskan niatnya agar pernikahannya tetap suci, untuk membangun keluarga sakinah
mawadah wa rahmah dan jauh dari motivasi nafsu belaka. Bahkan pernikahan seorang
akh da’i harus memperhatikan kemashlahatan da’wah. Karena pernikahan merupakan
salah satu sarana da’wah yang sangat efektif untuk membina generasi yang shalih.
Rasulullah saw. bersabda:
<إنما:ضي اللَّه َعنْهُ سمعت رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم يقول َ َع ْن عمر ن الخطاب َر-
فم ْن كانت هجرته إِلَى اللَّه ورسوله فهجرته إِلَى اللَّه
َ . وإنما لكل امرئ ما نوى،األعمال النيات
ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إِلَى ما هاجر إليه> متف َعلَيه،ورسوله
Artinya: Dari Umar bin Khattab ra. saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda:”Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat. Dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan niatnya. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan rasul-
Nya, maka hijrahnya mendapatkan Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang
hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau wanita yang akan dinikahinya, maka
hijrahnya itu sesuai dengan niatnya.” (Muttafaqun „alaihi)
2. Mampu (Istitho‟ah)
Seorang muslim yang akan menikah, maka harus memenuhi persyaratan kemampuan
secara maliyah dan adabiyah. Mampu memberi nafkah lahir batin. Kemampuan yang
dituntut dalam memberikan nafkah atau terkait dengan materi adalah kemampuan yang
wajar menurut standar umum. Rasulullah saw. bersabda:
ص ُن لِلْ َف ْر ِج َوَم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع ِ ُّ َاع ِم ْن ُكم الْباءةَ فَ لْيت زَّوج فَِإنَّه أَغ ِ َالشب
ْ ص ِر َوأ
َ َح َ َض للْب ُ ْ َ ََ َ َ ْ َ َاستَط ْ اب َم ِن َّ يَا َم ْع َش َر
* ٌالص ْوِم فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجاء
َّ ِ فَ َعلَْي ِه
2
“Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian mampu menikah maka nikahlah,
karena denganya lebih dapat memundukkan pandangan dan menjaga kesucian
kemaluan. Barangsiapa belum mampu maka hendaknya ia berpuasa karena puasa itu
penangkal (syahwat)” (HR Bukahri dan Muslim) .
3. Adil
Seorang muslim harus senantiasa berbuat adil dalam segala urusan. Dan maksud adil
terhadap istri-istrinya ialah adil dalam memberi nafkah lahir dan adil dalam pembagian
malam (mabit). Dan dicerminkan juga dengan adil dalam bersikap. Adapun adil dalam
rasa cinta, adalah sesuatu yang relatif. Allah SWT. berfirman:
َّاع فَِإ ْن ِخ ْفتُ ْم أَال َ ُِّس ِاء َمثْ نَى َوث
َ َالث َوُر
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ََوإِ ْن خ ْفتُ ْم أَالَّ تُ ْقسطُوا في الْيَتَ َامى فَانْك ُحوا َما ط
َ اب لَ ُك ْم م َن الن
َ ِت أَيْ َمانُ ُك ْم َذل
)3(ك أَ ْدنَى أَالَّ تَ عُولُوا ِ تَ ع ِدلُوا فَ و
ْ اح َد ًة أ َْو َما َملَ َك َ ْ
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya” (QS An-Nisaa‟ 3)
)38(اه ْم يُنْ ِف ُقو َن ِ َّ استَ َجا ُوا لَِرِِّه ْم َوأَقَ ُاموا ِ َّ
ُ َورى َ ْي نَ ُه ْم َوم َّما َرَزقْن
َ الصالَةَ َوأ َْم ُر ُه ْم ُش ْ ين
َ َوال
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka” (QS As-
Syura 38)
3
َ َِوِم ْن آياتِِه أَ ْن َخلَ َ لَ ُك ْم ِم ْن أَنْ ُف ِس ُك ْم أَ ْزواجاً لِتَ ْس ُكنُوا إِلَْيها َو َج َع َل َ ْي نَ ُك ْم َم َو َّد ًة َوَر ْح َم ً إِ َّن فِي ذل
ك
) 21( يات لِ َق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن
ٍ ََل
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (QS Ruum 21).
6. Mengkondisikan Keluarga
Seorang akh da’i yang akan melaksanakan ta’adud, hendaknya berbuat sehikmah
mungkin, memperhatikan semua aspek yang terkait dengan masalah ini, terutama istri
dan anak-anaknya. Oleh karenannya hendaknya dia mengkomunikasikan maksudnya
dan mengkondisikan keluarganya. Sehingga dapat menghindari keretakan dalam
keluarga atau hal lain yang tidak diinginkan. Dan hendaknya kader dakwah yang akan
melakukan poligami berempati dengan memprioritaskan akhwat muslimah yang sudah
berumur dan janda.
ْح َخ ْي ٌر ِ شوزاً أَو إِ ْعراضاً فَال جناح َعلَي ِهما أَ ْن ي ِ ِ ْ َوإِ ِن امرأَةٌ خاف
ُ الصل
ُّ صلْحاً َو
ُ صلحا َ ْي نَ ُهماُْ ْ َ ُ ْ ُ ُت م ْن َ ْعلها ن َْ َ
ًالش َّح َوإِ ْن تُ ْح ِسنُوا َوتَ تَّ ُقوا فَِإ َّن اللَّ َه كا َن ِما تَ ْع َملُو َن َخبِيرا
ُّ س ِ ِ ْ وأ
ُ ُحض َرت ْاألَنْ ُف َ
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya,
maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya
kikir, Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.
Jika perempuan takut dari suaminya, menghindar darinya atau berpaling, maka dia dapat
melepaskan sebagian haknya, seperti hak mabit kepada istri lainnya.
9. Memberikan Keteladanan
Seorang akh da’i dalam segala perkataan dan perbuatannya harus senantiasa
memberikan keteladanan sebagai keluarga dakwah dan lingkungannya. Menjauhi segala
perkataan dan perbuatan yang dilarang Allah, terutama berbohong. Karena berbohong
4
adalah sifat orang munafik yang diharamkan Allah SWT. Begitu juga dalam proses
ta’adud dan pelaksanaannya harus dalam suasana yang islami. Seorang muslim
diharamkan menzhalimi istrinya. Sehingga seorang yang akan melakukan ta’adud harus
berbuat sebaik mungkin sehingga tidak ada unsur kezhaliman. Rasulullah saw. bersabda:
PENUTUP
Demikian Adab Ta’adud bagi para da’i yang merupakan revisi dari Bayan sebelumnya
dan Adab Ta’adud ini merupakan Panduan bagi kader dakwah, khususnya bagi kader
yang berpoligami.
. واهلل أعلم الصواب والموا ف والهادي إلى سواء السبيل والحمد هلل رب العالمين
Demikian ketetapan Dewan Syari’at Pusat tentang awal Syawal 1439H agar dapat
dijadikan pedoman oleh seluruh kader.