PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu, umat islam sudah mengenal adanya kerjasama dalam
lapangan ekonomi, baik kerjasama yang bersifat produktif maupun berbentuk
kerjasama dalam pemilikan sesuatu secara bersama oleh dua orang atau beberapa
orang. Sebagian contoh untuk jenis yang disebut terakhir ialah pemilikan sebuah
rumah atau kebun oleh dua orang atau lebih di mana milik masing-masing belum
dipisah. Dengan demikian, pemilikan atas benda tersebut masih dalam bentuk
pemilikan antara pihak-pihak yang ikut berkongsi di dalamnya.
Bagaimana kalau salah seorang dari anggota itu ingin menjual haknya kepada
pihak lain yang juga ikut dalam persekutuan itu? Bolehkah salah seorang dari mereka
menjual haknya yang belum dibagi itu kepada pihak luar yang belum dibagi itu
kepada pihak luar yang tidak termasuk dalam perkongsian/syirkah tersebut?
Menurut ketentiuan agama, pihak-pihak yang termasuk dalam persekutuan itu tidak
boleh menjual haknya kepada oaring luar secara sendiri-sendiri tanpa persetujuan para
anggota persekutuan. Sekiranya salah seorang menjual haknya kepada pihak yang
tidak berserikat dalam pamilikan itu, maka anggota yang lain dalam persekutuan
itu dapat meminta secara paksa kepada pihak pembeli supaya menjual kembali harta
itu kepadanya sesuai dengan jumlah harta yang dia beli. Hal inilah yang dikenal
dengan istilah syirkah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Rukun dan Syarat Syirkah
1. Rukun Syirkah
3
2. Syarat Syirkah
Dalil yang mendasari akad syirkah dapat dilihat dalam Al-Qur’an, Hadits dan Ijma.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surah Shad ayat 24:
ُت َوقَلِي ٌل َما هُ ْم َوظَ َّن دَا ُو ُد أَنَّ َما فَتَنَّاه ِ ْض إِال الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا ُ َوإِ َّن َكثِيرًا ِمنَ ْال ُخلَطَا ِء لَيَ ْب ِغي بَ ْع
ٍ ضهُ ْم َعلَى بَع
)٢٤( َاب ن
َ َ ِ َ َ أو ًاعك ا ر َّ
ر َ
خ و ُ ه
َ َ ََّ بر ر َ فغْ َ تسْ اَ ف
Dalam hadits:
dari Nabi SAW. Bersabda, Allah SWT. Berfirman, Aku adalah pihak ketiga diantara
dua orang yang berserikat selama salah satu dari keduanya tidak menghianati
mitranya dan ketika menghianati, maka aku keluar dari keduanya. (HR. Abu Daud).
4
dalam syirkah mufawadhah pada awal transaksi, syirkah/perkongsian batal sebab hal
itu merupakan syarat transaksi mufawadhah.
1. SYIRKAH AL-AMLAK
Menurut Sayyid Sabiq, syirkah al-amlak adalah bila lebih dari satu orang memiliki
suatu jenis barang tanpa didahului aqad, baik bersifat ikhtiari atau jabari. Syirkah
al-amlak terbagi dua :
a. Ikhtiari (perserikatan yang dilandasi pilihan orang yang berserikat), yaitu
perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat,
seperti dua orang sepakat membeli suatu barang, atau mereka menerima harta
hibah secara berserikat. Maka barang atau harta tersebut menjadi harta serikat
bagi mereka berdua.
b. Jabari (perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan orang
yang berserikat), seperti harta warisan, menjadi milik bersama orang-orang
yang berhak menerima warisan.
Status harta dalam syirkah al-amlak adalah sesuai hak masing-masing,
bersifat mandiri secara hukum. Jika masing-masing ingin bertindak hukum
terhadap harta serikat itu, harus ada izin dari mitranya. Hukum yang terkait
dengan syirkah al-amlak dibahas secara luas dalam bab wasiat, waris, hibah
dan wakaf.
2. SYIRKAH AL-‘UQUD
Akad yang disepakati dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam
perserikatan modal dan keuntungannya. Syirkah al-‘uqud terbagi lima:
a. Syirkah al-‘inan ()شركة العنان, yaitu perserikatan dalam modal (harta) antara dua
orang atau lebih, yang tidak harus sama jumlahnya. Keuntungan dan kerugian
dibagi dua sesuai prosentase yang telah disepakati. Sedangkan kerugian
menjadi tanggung jawab orang-orang yang berserikat sesuai dengan
prosentase penyertaan modal/saham masing-masing. Para ulama sepakat,
hukumnya boleh.
b. Syirkah Abdan/A’mal, perserikatan yang dilakukan oleh dua pihak untuk
menerima suatu pekerjaan, seperti kerjasama seprofesi antara dua orang
arsitek atau tukang kayu dan pandai besi untuk menggarap sebuah proyek.
Hasil atau imbalan yang diterima dibagi bersama sesuai kesepakatan. Menurut
ulama Malikiyah, Hanafiyah, Hanabilah dan Zaidiyah hukumnya boleh.
Ulama Malikiyah mengajukan syarat, yaitu bahwa kerja yang dilakukan harus
sejenis, satu tempat, serta hasil yang diperoleh dibagi menurut kuantitas kerja
masing-masing. Menurut ulama Syafi’iyah, Syi’ah Imamiyah, perserikatan
seperti ini hukumnya tidak sah, karena yang menjadi obyek perserikatan
adalah harta/modal, bukan kerja, disamping pula, kerja seperti ini tidak dapat
diukur, sehingga dapat menimbulkan penipuan yang membawa kepada
perselisihan.
c. Syirkah al-Mudharabah, persetujuan antara pemilik modal dengan pengelola
untuk mengelola uang dalam bentuk usaha tertentu, keuntungannya dibagi
sesuai kesepakatan bersama, sedangkan kerugian menjadi tanggungan pemilik
modal saja.
5
Dalam kerjasama mudharabah terdapat tiga unsur yang setiap unsur tersebut
harus memenuhi syarat untuk sahnya suatu akad mudharabah adalah sebagai
berikut :
1) Pemilik modal yang disebut rabbul mal dan pengusaha disebut juga
yang menjalankan mudharabah atau mudharib sebagai pihak yang
melakukan kerjasama. Keduanya harus telah memenuhi persyaratan
untuk melangsungkan perjanjian, yaitu telah dewasa, berakal, tidak ada
paksaan , sedangkan pengusaha cakap dan mampu bekerja sesuai
dengan bidangnya.
2) Yang merupakan objek kerjasama yaitu modal. Syaratnya harus dalam
bentuk uang atau barang yang ditaksir dengan uang,jelas jumlahnya,
milik sempurna dari pemilik modal dan dapat diserahkan pada waktu
berlangsung akad.
3) Keuntungan atau laba. Keuntungan dibagi sesuai dengan yang
disepakati bersama.
d. Syirkah Wujuh, serikat yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak punya
modal sama sekali, dan mereka melakukan suatu pembelian dengan kredit
serta menjualnya dengan harga tunai; sedangkan keuntungannya dibagi
bersama. Mirip seperti kerja makelar barang, bukan makelar kasus (markus).
Ulama Hanafiah, Hanabilah dan Zaidiyah menyatakan hukumnya boleh,
karena masing-masing pihak bertindak sebagai wakil dari pihak lain, sehingga
pihak lain itupun terikat pada transaksi yang dilakukan mitra serikatnya.
Sedangkan ulama Malikiyah, Syafi’iyah menyatakan tidak sah dan tidak
dibolehkan, karena modal dan kerja dalam perserikatan ini tidak jelas.
e. Syirkah Mufawadhah, perserikatan dua orang atau lebih pada suatu obyek,
dengan syarat masing-masing pihak memasukkan modal yang sama
jumlahnya, serta melakukan tindakan hukum (kerja) yang sama pula. Jika
mendapat keuntungan dibagi rata, dan jika berbeda tidak sah. Masing-masing
pihak hanya boleh melakukan transaksi jika mendapat persetujuan dari pihak
lain (sebagai wakilnya), jika tidak, maka transaksi itu tidak sah. Ulama
Hanafiah dan Zaidiyah menyatakan bentuk perserikatan seperti ini dibolehkan.
Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menyatakan tidak boleh, karena
sulit untuk menentukan prinsip kesamaan modal, kerja dan keuntungan dalam
perserikatan itu, disamping tidak ada satu dalilpun yang shahih yang bisa
dijadikan dasar hukum. Tetapi mereka membolehkan Mufawadhah seperti
pandangan Malikiyah, yaitu boleh mufawadhah jika masing-masing pihak
yang berserikat dapat bertindak hukum secara mutlak dan mandiri terhadap
modal kerja, tanpa minta izin dan musyawarah dengan mitra serikatnya.
f. Muzara’ah, Adalah kerjasama antara pemilik lahan pertanian dengan pekerja
tani. Dalam kerjasama ini pemilik lahannya berikut bibit yang diperlukan
kepada pekerja tani untuk diusahakan sedangkan hasil yang diperoleh
daripadanya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Bila dalam kerjasama
ini bibit disediakan oleh pekerja, maka secara khusus kerjasama ini disebut
dengan mukhabarah. Kerjasama dalam bentuk muzara’ah menurut kebanyakan
ulama hukumnya adalah boleh. Adapun tujuan dan hikmah hukum boleh
dalam kerjasama ini adalah tolong menolong dan memberikan kemudahan
dalam pergaulan hidup. Unsur yang terdapat dalam kerjasama muzara’ah ini
adalah pemilik lahan, pekerja pertanian, dan objek kerjasama ini adalah lahan
dan hasil yang diperoleh sebagai keuntungan.
6
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kerjasama muzara’ah ini
adalah sebagai berikut :
1) Syarat kedua belah pihak
a) Dewasa
b) Berakal
c) Serta berbuat dengan kehendak sendiri tanpa paksaan dari manapun.
2) Syarat objek
a) Pohon-pohon atau tanaman keras mestilah jelas wujudnya dan
diketauhi kedua belah pihak,
b) Dapat dikerjakan,
c) Menghasilkan namun belum dapat dipanen sehingga memerlukan
perawatan
7
F. Hikmah Syikrah
Syirkah mengandung hikmah yang sangat besar, baik bagi pelakunya maupun bagi
masyarakat luas, diantaranya sebagai berikut :
1. Terkumpulnya modal dengan jumlah yang sangat besar, sehingga dapat
digunakan untuk mengadakan pekerjaan-pekerjaan besar pula.
2. Dapat memperlancar laju perkembangan ekonomi makro.
3. Terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas dan mandiri.
4. Terjalinnya rasa persaudaraan di antara sesama pemegang modal dan mitra
kerja yang lain.
5. Pemikiran untuk memajukan perusahaan menjadi lebih banyak karena berasal
dari banyak orang.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia tidak dapat hidup sendirian, pasti membutuhkan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan. Ajaran Islam mengajarkan agar kita menjalin kerjasama
dengan siapapun terutama dalam bidang ekonomi dengan prinsip saling tolong-
menolong dan saling menguntungkan (mutualisme), tidak menipu dan tidak
merugikan. Tanpa kerjasama maka kita sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Syirkah pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama saling menguntungkan
dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa harta atau pekerjaan. Oleh
karena itu Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja sama sesuai prinsip di atas.
Hukum syirkah sendiri adalah boleh (mubah/halal) sebagaimana kebolehan kita
makan, minum dan lain-lain sejauh tidak ada hal yang melarangnya
(mengharamkannya di dalam Qur’an maupun Sunnah).
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
di kesempatan–kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
pada umumnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10