Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM

SECTIO CAESARIA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFENISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan
abdomen dan dinding uterus (Nugroho, Taufan. 2011).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
& Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang
ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih
(Dewi Yusmiati, 2007).

B. FAKTOR PREDISPOSISI/PENYEBAB
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan Sectio caesaria adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor Sectio caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
Sectio caesaria sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
C. PATOFISIOLOGI

 Panggul sempit  Sectio caesaria

Post Anesthesi  Luka Post Operasi  Post partum nifas

 Distensi kandung kemih


 Penurunan medula oblongata
 Penurunan kerja pons  Jaringan terputus  Jaringan terbuka

Proteksi kurang   Edema dan memar di uretra


Merangsang area sensorik
 Penurunan kerja otot eliminasi
Penurunan refleks batuk

 Invasi bakteri
Gangguan rasa nyaman
 Penurunan peristaltik usus
 Akumulasi sekret  Penurunan sensitivitas dan sensasi kandung k
 Resiko Infeksi

Konstipasi Nyeri
etidakefektifan bersihan jalan napas
Gangguan eliminasi urin

Penurunan progesteron & estrogen Psikologi

Kontraksi uterus Penambahan anggota baru

Merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan pertumbuhan


 Involusi
Masa krisis Tuntutan anggota baru

Adekuat  Tidak adekuat


Perubahan pola peran
Bayi menangis
Peningkatan hormon prolaktin
 Pengeluaran lochea Perdarahan
Gangguan pola tidur
 Hemoglobin ↓ Merangsang laktasi oksitosin
Kekurangan vol. cairan & elektrolit
 Kurang O2 Ejeksi ASI

 Kelemahan Resiko syok hipovolemik Efektif Tidak efektif

Nutrisi bayi terpenuhi


Defisit perawatan diri

Bengkak
Kurang informasi tentang perawatan payudara
Bayi kurang mebndapat ASI

Defisiensi pengetahuan Ketidakefektifan pemberian ASI


D. KLASIFIKASI
1. Menurut NANDA (2015) operasi SC dapat dibedakan menjadi :
a. Sectio caesaria abdomen
Seksio secara transperitonealis:
1) Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
2) Sectio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim
3) Sectio caesaria ekstraperitonealis,yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
b. Sectio caesaria vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesaria dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3) Sayatan huruf T (T-incision)
c. Sectio caesaria klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat
dipertimbangkan.
Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan
d. Sectio caesaria ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan:
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka lebih mudah
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum
4) Perdarahan berkurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang/lebih kecil
Kekurangan:
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan arteri uterina terputus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak
2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi

E. GELAJA KLINIS
1. Plasenta previa sentralis dan latealis (posterior)
2. Panggul sempit
Holemer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis ialah
CV = 8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapt melahirkan
janin yang normal, harus diselesaikan dengan Sectio caesaria. CV antara 8-10
cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan Sectio
caesaria sekunder
3. Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
panggul
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklamsi dan hipertensi
9. Malpresentasi janin:
a. Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat
1) Bila ada kesempitan panggul, maka Sectio caesaria adalah cara yang
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
Sectio caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-
cara lain
b. Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada:
1) Panggul sempit
2) Primigravida
3) Janin besar dan berharga
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain
tidak berhasil
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e. Gemelli, menurut Eastman Sectio caesaria dianjurkan:
1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
2) Bila terjadi interlock (locking of the twins)
3) Distosia oleh karena tumor
4) Gawat janin, dan sebagainya

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
4) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

H. KOMPLIKASI
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada wanita pasca partum Sectio caesaria meliputi:
1. Identitas Pasien dan penanggung jawab/suami
2. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, No. CM, tanggal MRS, Tanggal pengkajian, sumber
informasi.
3. Penanggung jawab/suami
4. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.
5. Alasan dirawat
6. Yang terdiri atas: alasan MRS dan keluhan saat dikaji
7. Riwayat Masuk Rumah Sakit
8. Yang terdiri atas: keluhan utama (saat MRS dan sekarang), riwayat
persalinan sekarang (diuraikan kala I sampai dengan kala IV dan keadaan
bayi saat lahir: APGAR score, BB, Lingkar kepala,lingkar dada, lingkar
perut, dan lain-lain).
9. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
b. Yang terdiri atas: umur menarche dan siklusnya, banyak darah, lama
menstuasi, keluhan saat menstruasi, dan HPHT).
c. Riwayat pernikahan
d. Yang terdiri atas: banyak pernikahan yang dilakukan dan lama
pernikahan berapa tahun
e. Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu
f. Riwayat keluarga berencana
g. Yang terdiri atas: jenis KB yang digunakan dan lama pemakaian,
masalah selama penggunaan KB, rencana KB yang akan digunakan
berikutnya
10. Pola Fungsional Kesehatan
11. Yang terdiri atas:
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
b. Pola metabolik-nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas-latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola persepsi-kognitif
g. Pola konsep diri-persepsi diri
h. Pola hubungan peran
i. Pola reproduktif-seksualitas
j. Pola toleransi terhadap stres-koping
k. Pola keyakinan-nilai
12. Pemeriksaan Fisik
Yang terdiri atas: Keadaan umum (GCS, tingkat kesadaran, TTV, BB), head
to toe,
13. Data Penunjang
Yang terdiri atas: pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
14. Diagnosa Medis
15. Pengobatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan (mukus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
3. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui
4. Gangguan eliminasi urine
5. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
6. Resiko Infeksi b.d faktor risiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
7. Defisit perawatan diri mandi, makan, eliminasi b.d kelelahan postpartum.
8. Konstipasi
9. Resiko syok (hipovolemik)
10. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC NIC
Definisi : Ketidakmampuan untuk 1. Respiratory status : Airway Suction
membersihkan sekresi atau obstruksi Ventilation
dari saluran pernafasan untuk 2. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
mepertahankan kebersihan jalan nafas airway patency tracheal suctioning
Kriteria Hasil 2. Auskultasi suara nafas sebelum
Faktor yang berhubungan:
1. Mende dan sesudah suctioning
1. Lingkungan monstrasikan
a. Perokok pasif 3. Informasikan pada klien dan
batuk efektif keluaraga tentang suction
b. Menghisap asap dan suara napas
c. Merokok yang bersih, 4. Minta klien nafas dalam sebelum
2. Obstruksi jalan napas tidak ada suction dilakukan
a. Spasme jalan napas sianosis dan
b. Mokus dalam jumlah berlebihan 5. Berikan Oksigen dengan
dyspneu menggunakan nasal untuk
c. Eksudat dalam jalan alveoli (mampu
d. Materi asing dalam jalan napas memfasilitasi suction nasotrakeal
mengeluarkan
e. Adanya jalan napas buatan sputum, 6. Gunakan alat yang steril setiap
f. Sekresi tertahan/sisa sekresi mampu melakukan tindakan
g. Sekresi dalam bronki bernapas
3. Fisiologis 7. Anjurkan px untuk istirajat dan
dengan mudah,
a. Jalan napas alergik nafas dalam setelah kateter
tidak ada
b. Asma dikeluarkan dari nasotrakeal
pursed lips)
c. PPOK 2. Menunj 8. Monitor status oksigen
d. Hiperplasi dinding bronkial ukkan jalan
e. Infeksi napas yang 9. Ajarkan px bagaimana cara
f. Disfungsi neuromuskular paten (klien menggunakan suction
tidak merasa 10. Hentikan suction dan berikan
tercekik, irama oksigen apabila px menunjukkan
nafas dan bradikardi, peningkatan saturasi
frekuensi napas oksigen dll.
dalam rentang
normal, tidak
ada suara napas Airway management
abnormal)
3. Mampu 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
mengidentifika chin lift atau jaw thrust bila perlu
si dan
2. Posisikan px utk
mencegah
memaksimalkan ventilasi
faktor yang
dapat 3. Identifikasikan px perlunya
menghambat pemasangan alat jalan nafas buatan
jalan napas
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7. auskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10 berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
11 Atur intake untuk ciran
mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dalam status
oksigen

2. Nyeri akut NOC NIC


Definisi: Pengalaman sensori dan 1. Pain level Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan 2. Pain control
yang muncul akibat kerusakan jaringan 1. Lakukan pengkajian nyeri
3. Comfort level
yang aktual atau potensial atau secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil:
digambarkan dalam hal kerusakan lokasi karakteristik, durasi,
sedemikian rupa 1. Mampu mengontrol
(International frekuensi, kualitas, dan faktor
Association for the study of pain): nyeri (tahu presipitasi
awitan yang tiba-tiba atau lambat daripenyebab nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
intensitas ringan hingga berat dengan mampu ketidaknyamanan
akhir yang dapat diantisipasi atau menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. teknik terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
Faktor yang berhubungan: untuk mengurangi 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri, mencari respon nyeri
1. Agen cedera (mis. biologis, zat bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri
kimia, fisik, psikologis) masa lampau
2. Melaporkan bahwa 6. Evaluasi bersama pasien dan
nyeri berkurang tim kesehatan lain tentang
dengan ketidakefekstifan kontrol nyeri
menggunakan masa lampau
manajemen nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
3. Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala, 8. Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi, dan tanda suhu ruangan, pencahayaan, dan
nyeri) kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
4. Mampu nyeri (farmakologi,
menyatakan rasa nonfarmakologi, dan
nyaman setelah interpersonal)
nyeri berkurang 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifak kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajta nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM, untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital signsebekum dna
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
3. Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah diberikan NIC
asuhan keperawatan
Definisi:Ketidakpuasan atau kesulitan selama …x24 jam Breastfeeding Assistance
ibu, bayi, atau anak menjalani proses diharapkan pola
pemberian ASI 1. Evaluasi pola
menyusui ibu efektif menghisap/menelan bayi
Faktor yang berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Tentukan keinginan dan
1. Kemantapan motivasi ibu untuk menyusui
1. Defisit pengetahuan 3. Evaluasi pemahaman ibu
2. Anomali bayi pemberian ASI:
Bayi: perlekatan tentang isyarat menyusui dari
3. Bayi menerima makanan tambahan bayi (misalnya reflex rooting,
dengan putting buatan bayi dan proses
menghisap menghisap dan terjaga)
4. Diskontinuitas pemberian ASI 4. Kaji kemampuan bayi untuk
5. Ambivalen ibu payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi latch-on dan menghisap secara
6. Ansietas ibu efektif
7. Anomali payudara ibu selama 3 minggu
pertama pemberian 5. Pantau keterampilan ibu dlaam
8. Keluarga tidak mendukung menempelkan bayi ke putting
9. Pasangan tidak mendukung ASI
2. Kemantapan 6. Pantau integritas kulit putting
10. Reflek menghisap buruk ibu
11. Prematuritas pemberian ASI:
Ibu: kemantapan 7. Evaluasi pemahaman tentang
12. Pembedahan payudara sebelumnya sumbatan kelenjar susudan
13. Riwayat kegagalan menyusui ibu untuk membuat
bayi melekat mastitis
sebelumnya 8. Pantau kemampuan untuk
dengan tepat dan
menyusu dari mengurangi kongesti payudara
payudara ibu untuk dengan benar
memperoleh nutrisi 9. Pantau berat badan dan pola
selama 3 minggu eliminasi bayi
pertama pemberian Breast examination
ASI Lactation Supression
3. Pemeliharaan
pemberian ASI : 1.
keberlangsungan interaktif untuk membantu
pemberian ASI mempertahankan
untuk menyediakan keberhasilan proses
nutrisi bagi pemberian ASI
bayo/toddler 2.
4. Penyapihan tentang laktasi dan teknik
pemberian ASI memompa ASI (secara
5. Diskontinuitas manual atau dengan pompa
progresif pemberian elektrik), cara
ASI mengumpulkan dan
6. Pengetahuan menyimpan ASI
pemberian ASI: 3.
tingkat pemahaman mengenai topik-topik
yang ditunjukka seperti penyimpanan dan
mengenai laktasi pencairan ASI dan
dan pemberian penghindaran memberi susu
makanan bayi botol pada dua jam sebelum
melalui proses ibu pulang
pemberian ASI 4.
7. Ibu mengenali mempersiapkan,
isyarat lapar dari menyimpan,
bayi dengan segera menghangatkan dan
8. Ibu kemungkinan pemberian
mengindikasikan tambahan susu formula
kepuasan terhadap 5.
pemberian ASI dipelukan, informasikan ibu
9. Ibu tidak mengenai kembalinya
mengalami nyeri proses ovulasi dan seputar
tekan pada putting alat kontrasepsi yang
10. Mengenali tanda- sesuai.
tanda penurunan Lactation Counseling
suplai ASI
1.
tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI
2.
menghisap, jika perlu
3.
alternative pemberian
makan bayi

4. Gangguan Eliminasi Urin Setelah diberikan NIC


asuhan keperawatan
Definisi: Disfungsi pada eliminasi urine selama …x24 Urinary retention care
Faktor yang berhubungan: diharapkan eliminasi 1. Lakukan penilaian kemih yang
urin pasien adekuat komprehensif berfokus pada
1. Obstruksi anatomik dengan dengan kriteria inkontinensia (mis. output urin,
2. Penyebab multiple hasil: pola berkemih, fungsi kognitif,
3. Gangguan sensori motorik dan masalah kencing
4. Infeksi saluran kemih 1. Kandung kemih
kosong secara praeksisten)
penuh 2. Memantau penggunaan obat
2. Tidak ada residu dengan sifat antikolinergik atau
urin lebih dari 100- properti alpa agonis
200 cc 3. Memonitor efek dari obat-
3. Intake cairan dalam obatan yang diresepkan, seperti
rentang normal calsium channel blockers dan
4. Bebas dari ISK antikolinergik
5. Tidak ada spasme 4. Gunakan kekuatan sugesti
bladder dengan menjalankan air atau
6. Balance cairan disiram toilet
seimbang 5. Merangsang reflek kandung
kemih
6. Sediakan waktu yang cukup
untuk mengosongkan kandung
kemih (10 menit)
7. Menyediakan manuver Crede,
yang diperlukan
8. Gunakan teknik double-void
9. Masukkan kateter kemih
10. Anjurkan pasien/keluarga untuk
mencatat output urin
11. Intruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
12. Memantau asupan dan keluaran
13. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
14. Membantu ke toilet secara
berkala
15. Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
16. Menerapkan kateterisasi
intermiten
17. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
5. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan NIC
Definisi: Gangguan kualitas dan asuhan keperawatan Sleep Echancement
kuantitas waktu tidur akibat faktor selama... x 24 jam 1. Determinasi efek-efek
eksternal
diharapkan px tidak medikasi terhadap pola tidur.
Faktor yang berhubungan
terganggu saat tidur 2. Jelaskan pentingnya tidur yang
1) Kelembaban lingkungan sekitar
2) Suhu lingkungan sekitar dengan kriteria hasil : adekuat.
3) Tanggung jawab memberi asuhan 3. Fasilitas untuk
4) Perubahan pajanan terhadap cahaya- 1. Jumlah jam tidur
gelap mempertahankan aktivitas
dalam batas normal
5) Gangguan (mis. untuk tujuan sebelum tidur (membaca).
terapeutik, pemantauan, pemeriksaan 6-8 jam/hari.
laboratorium) 4. Ciptakan lingkungan yang
2. Pola tidur, kualitas
6) Kurang kontrol tidur nyaman.
7) Kurang privasi, pencahayaan dalam batas
8) Bising, bau gas 5. Kolaborasi pemberian obat
normal.
9) Restrain fisik, teman tidur tidur.
10) Tidak familier dengan prabot tidur 3. Perasaan segar
6. Diskusikan dengan pasien dan
sesudah tidur atau
keluarga tentang teknik tidur
istirahat.
pasien.
4. Mampu
7. Instruksikan untuk memonitor
mengidentifikasi
hal-hal yang tidur pasien.
meningkatkan 8. Monitor waktu makan dan
tidur. minum dengan waktu tidur.
9. Monitor/catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam.

6. Resiko Infeksi Setelah dilakukan NIC


Definis : Mengalami peningkatan resiko asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
terserang organisme patogenik selama …. X 24 jam 1. Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko: diharapkan status dipakai px lain
1. Penyakit kronis : DM dan Obesitas kekebalan px 2. Pertahankan teknik isolasi
2. Pengetahuan yang tidak cukup meningkat dengan 3. Batasi pengunjung bila perlu
untuk menghindari pemanjangan KH : 4. Instruksikan pada pengunjung
patogen 1. Klien bebas dari untuk mencuci tangan saat
3. Pertahanan tubuh primer yang tidak tanda dan gejala berkunjung dan setelah
adekuat : gangguan peritalsis, infeksi berkunjun meninggalkan px
kerusakan integritas kulit 2. Mendeskripsikan 5. Gunakan sabun antimikroba
(pemasangan kateter IV, prosedur proses penularan untuk cuci tangan
invasif) , perubahan sekresi pH, penyakit , faktor 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
penurunan kerja siliaris, pecah yang memengaruhi sesudah tindakan kolaboratif
ketuban dini, pecah ketuban lama, penularan serta 7. Gunakan baju,sarung tangan
merokok, stasis ciran tubuh, trauma penatalaksanaannya sebagai alat pelindung
jaringan ( mis, trauma destruksi 3. Menunjukkn 8. Pertahankan lingkungan aseptik
jaringan) kemampuan untuk selama pemasangan alat
4. Ketidak adekuatan pertahanan mencegahtimbunya 9. Ganti letak IV perifer dan line
sekunder : penurunan Hb, infeksi central dan dressing sesuai dg
imunosupresan (mis. Imunitas 4. Jumlah leukosit petunjuk
didapat tidak aekuat, agen dalam batas normal 10. Gunakan kateter intermiten utk
farmaseutikal termasuk 5. Menunjukkan menurunkan infeksi kandung
imunosupresan,steroid, antibodi perilaku hidup sehat kemih
monoklonal, 11. Tingkatkan intake nutrisi
imunomudulator,suoresi respon 12. Berikan terapi antibiotik bila
inflamasi) perlu infection protection
5. Vaksinasi tidak adekuat (proteksi terhadap infeksi)
6. Pemajangan terhadap patogen 13. Monitor tanda dan gejala infeksi
lingkungan meningkat : wabah sistemik dan lokal
7. Prosedur invasif 14. Monitor hitung granulosit,
8. Malnutrisi WBC
15. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
16. Pertahankan teknik aseptik pd
px yg beresiko
17. Pertahankan teknik isolasi k/p
18. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
19. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
20. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
21. Dorong masukan nutrisi yg
cukup
22. Dorong masukan cairan
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan px utk minum
antibiotik sesuai resep
25. Ajarkan px dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
26. Ajarkan cara menghindari
infeksi
27. Laporkan kecurigaan infeksi
28. Laporkan kultur positif
7. Defisit Perawatan Diri Mandi Setelah diberikan NIC
Self-care assistance:
Definisi: hambatan kemampuan untuk asuhan keperawatan
bathing/hygiene
melakukan atau menyelesaikan selama …x24 jam - Pertimbangkan budaya
mandi/aktivitas perawatan diri untuk diri
diharapkan sefisit pasien ketika
sendiri perawatan diri pasien mempromosikan aktivitas
Faktor yang berhubungan: teratasi dengan Kriteria perawatan diri
1. Gangguan kognitif hasil: - Pertimbangkan usia
2. Penurunan motivasi pasien ketika
3. Kendala lingkungan 1. Perawatan diri
4. Ketidakmampuan merasakan ostomi: tindakan mempromosikan aktivitas
bagian tubuh pribadi perawatan diri
5. Ketidakmampuan merasakan mempertahankan
hubungan spasial ostomi untuk - Menentukan jumlah dan
6. Gangguan muskuloskeletal eliminasi jenis bantuan yang
7. Gangguan neuromuskular 2. Perawatan diri:
8. Nyeri aktivitas kehidupan dibutuhkan
9. Gangguan persepsi sehari-hari (ADL) - Tempat handuk, sabun,
10. Ansietas berat mampu untuk
melakukan aktivitas deodorant, alat pencukur,
perawatan fisik dan dan aksesoris lainnya yang
pribadi secara
mandiri atau dibutuhkan di samping
dengan alat bantu tempat tidur atau di kamar
3. Perawatan diri
mandi: mampu mandi
untuk - Menyediakan artikel
membersihkan
tubuh sendiri secara pribadi yang diinginkan
mandiri dengan (misalnya deodorant, sikat
atau tanpa alat
bantu gigi, sabun mandi, sampo,
4. Perawatan diri lotion, dan produk
hygiene: mampu
untuk aromaterapi)
mempertahankan - Menyediakan lingkungan
kebersihan dan
penampilan yang yang terapeutik dengan
rapi secara mandiri memastikan hangat, santai,
dengan atau tanpa
alat bantu pengalaman pribadi dan
5. Perawatan diri personal
hygiene oral:
mampu untuk - Memfasilitasi pasien
merawat mulut dan menyikat gigi dengan
gigi secara mandiri
dengan atau tanpa sesuai
alat bantu - Memfasilitasi pasien
6. Mampu
mempertahankan mandi
mobilitas yang - Memantau pembersihan
diperlukan untuk ke
kamar mandi dan kuku menurut kemampuan
menyediakan
perawatan diri pasien
perlengkapan
mandi - Memantau integritas kulit
7. Membersihkan dan
pasien
mengeringkan
tubuh - Menjaga kebersihan ritual
8. Mengungkapkan
- Memberikan bantuan
secara verbal
sampai pasien sepenuhnya
kepuasan tentang
dapat mengasumsikan
kebersihan tubuh
perawatan diri
dan hygiene oral
8. Defisit Perawatan Diri Makan NOC NIC
Definisi: hambatan kemampuan untuk 1. Activity intolerance Self Care Assistance : Feeding
melakukan atau menyelesaikan aktivitas 2. Mobility: physical
makan sendiri impaired 2. Memonitor kemampuan pasien
3. Self care deficit untuk menelan
Faktor yang berhubungan: hygiene 3. Identifikasi diet yang
4. Self care deficit diresepkan
2) Gangguan kognitif 4. Mengatur nampan makanan
3) Penurunan motivasi feeding
Kriteria hasil dan meja menarik
4) Ketidaknyamanan 5. Ciptakan lingkungan yang
5) Kendala lingkungan 1. Status menyenangkan selama waktu
6) Keletihan nutrisi makan (mis. menempatkan
7) Gangguan muskuloskeletal ketersediaan zat pispot, urinal, dan peralatan
8) Gangguan neuromuskular gizi untuk penyedotan keluar dari
9) Nyeri memenuhi pandangan)
10) Gangguan persepsi kebutuhan 6. Pastikan posisi pasien yang
11) Ansietas berat metabolik tepat untuk memfasilitasi
2. Status mengunyah dan menelan
nutrisi: Asupan 7. Memberikan bantuan fisik
makanan dan sesuai kebutuhan
cairan: 8. Menyediakan untuk
kuantitas menghilangkan rasa sakit yang
makanan dan memadai sebelum makan
cairan yang 9. Perbaiki makanan di nampan
diasup ke yag diperlukan, seperti
dalam tubuh memotong daging atau
selama periode menupas telur
24 jam 10. Buka kemasan makanan
3. Perawat 11. Tempatkan pasien dalam posisi
an diri: nyaman makan
Aktivitas 12. Lindungi dengan kain alas
kehidupan dada
sehari-hari 13. Menyediakan sedotan, sesuai
(ADL) mampu kebutuhan atau yang
untuk diinginkan
melakukan 14. Menyediakan makanan pada
aktivitas suhu yang tepat
perawatan 15. Menyediakan makanan dan
fisikdan pribadi minuman yang disukai
secara mandiri 16. Memantau berat badan pasien
atau dengan 17. Memonitor status hidrasi
alat bantu pasien
4. Status 18. Menyediakan interaksi sosial
menelan 19. Menggunakan cangkir dengan
perjalanan pegangan yang besar jika perlu
makanan padat 20. Gunakan piring yang berbahan
atau cairan tidak mudah pecah
secara aman 21. Memberikan isyarat dan
dari mulut ke pengawasan yang tepat.
lambung
5. Mampu
makan secara
mandiri
6. Mengun
gkapkan makan
secara mandiri
7. Mengun
gkapkan
kepuasan
makan dan
terhadap
kemampuan
untuk makan
sendiri
8. Meneri
ma suapan dari
pemberi asuhan
9. Defisit perawatan diri eliminasi Setelah diberikan NIC
Definisi: hambatan kemampuan untuk asuhan keperawatan Self-care assistance: toileting
melakukan atau menyelesaikan aktivitas selama …x24 jam 1. Pertimbangkan
eliminasi sendiri diharapkan defisit
budaya pasien ketika
perawatan diri:
Faktor yang berhubungan eliminasi pasien mempromosikan aktivitas
1. Gangguan kognitif teratasi dengan
perawatan diri
kriteria hasil:
2. Penurunan motivasi 2. Pertimbangkan usia
1. Pengeta
3. Kendala lingkungan huan perawatan pasien ketika
4. Keletihan ostomy: tingkat mempromosikan aktivitas
pemahaman
5. Hambatan mobilitas yang perawatan diri
6. Hambatan kemampuan ditunjukkan 3. Lepaskan pakaian
berpindah tentang yang penting untuk
pemeliharaan
7. Gangguan memungkinkan
ostomi untuk
muskuloskeletal eliminasi penghapusan
2. Perawat
8. Gangguan neuromuskular 4. Membantu pasien ke
an diri: ostomi:
9. Nyeri tindakan toilet/commode/bedpan/frak
pribadi untuk
10. Gangguan persepsi tur pan/ urinoir pada selang
mempertahanka
11. Ansietas berat n ostomi untuk waktu tertentu
eliminasi
12. Kelemahan 5. Pertimbangkan
3. Perawat
an diri: respon pasien terhadap
aktivitas
kurangnya privasi
kehidupan
sehari-hari 6. Menyediakan
(ADL) mampu
privasi selama eliminasi
untuk
melakukan 7. Memfasilitasi
aktivitas
kebersihan toilet setelah
perawatan fisik
dan pribadi selesai eliminasi
secara mandiri
8. Ganti pakaian
atau dengan
alat bantu pasien setelah eliminasi
4. Perawat
9. Menyiram
an diri hygiene:
mampu untuk toilet/membersihkan
mempertahanka
penghapusan alat
n kebersihan
dan penampilan (commode, pispot)
yang rapi
10. Memulai jadwal ke
secara mandiri
dengan atau toilet
tanpa alat bantu
11. Memulai
5. Perawat
an diri mengelilingi kamar mandi
eliminasi:
12. Menyediakan alat
mampu untuk
melakukan bantu (misalnya, kateter
aktivitas
eksternal atau urinal)
eliminasi secara
mandiri atau 13. Memantau integritas
tanpa alat bantu
kulit pasien
6. Mampu
duduk dan
turun dari
kloset
7. Member
sihkan diri
setelah
eliminasi
8. Mengen
ali dan
mengetahui
kebutuhan
bantuan untuk
eliminasi

10 Konstipasi Setelah dilakukan NIC


. askep selama 2 x 24
Definisi: Penurunan pada frekuensi jam diharapkan pola Constipation/ Impaction
normal defekasi yang disertai oleh eleminasi (BAB) Management
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap pasien teratur dengan
feses/atau pengeluaran feses yang 1. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: konstipasi
kering, keras, dan banyak.
1. Mempertahankan 2. Monitor bising usus
Faktor yang berhubungan 3. Monitor feses: frekuensi
bentuk feses lunak konsistensi dan volume
1. Fungsional 4. Konsultasi dengan dokter
a) Kelemahan otot abdomen setiap 1-3 hari
tentang penurunan dan
b) Kebiasaan mengabaikan 2. Bebas dari peningkatan bising usus
dorongan defekasi 5. Monitor tanda dan gejala
c) Ketidakadekuatan toileting (mis. ketidaknyamanan
ruptur usus/peritonitis
batasan waktu, posisi untuk dan konstipasi 6. Jelaskan etiologi dan
defekasi, privasi) rasionalisasi tindakan terhadap
d) Kurang aktivitas fisik 3. Mengidentifikasi
pasien
e) Kebiasaan defekasi tidak teratur indikator untuk 7. Identifikasi faktor penyebab
f) Perubahan lingkungan saat ini dan kontribusi konstipasi
2. Psikologi mencegah
8. Dukung intake cairan
a) Depresi, stress emosi konstipasi 9. Kolaborasikan pemberian
b) Konfusi mental laksatif
3. Farmakologi 4. Feses lunak dan
10. Pantau tanda-tanda dan gejala
a) Antasida mengandung berbentuk konstipasi
aluminium 11. Pantau tanda-tanda dan gejala
b) Antikolinergik, impaksi
antikonvulsan 12. Memantau gerakan usus,
c) Antidepresan termasuk konsistensi,
d) Agens antilipemik frekuensi, bentuk, volume, dan
e) Garam bismuth warna
f) Kalsium karbonat 13. Memantau bising usus
g) Penyekat saluran kalsium 14. Konsultasikan dengan dokter
h) Diuretik, garam besi tentang penurunan/kenaikan
i) Penyalahgunaan laksatif frekuensi bising usus
j) Agens antiinflamasi non 15. Pantau tanda-tanda dan gejala
steroid pecahnya usus atau peritonitis
k) Opiate, fenotiazid,
sedative 16. Menyusun jadwal untuk ke
l) Simpatimimetik toilet
4. Mekanis 17. Mendorong meningkatkan
a) Ketidakseimbangan asupan cairan, kecuali
elektrolit dikontraindikasikan
b) Hemoroid 18. Evaluasi profil obat untuk efek
c) Penyakit Hirschprung samping gastrointestinal
d) Gangguan neurologist 19. Anjurkan pasien/keluarga
e) Obesitas untuk mencatat warna, volume,
f) Obstruksi pasca bedah frekuensi, dan konsistensi tinja
g) Kehamilan 20. Anjurkan pasien/keluarga
h) Pembesaran prostat untuk diet tinggi serat
i) Abses rectal 21. Anjurkan pasien/keluarga
j) Fisura anak rectal penggunaan yang tepat dari
k) Struktur anak rektal obat pencahar
l) Prolaps rectal, ulkus 22. Anjurkan pasien/keluarga pada
rectal hubungan asupan diet,
m) Rektokel, tumor olahraga, dan cairan
5. Fisiologis sembelit/impaksi
a) Perubahan pola makan 23. Menyarankan pasien untuk
b) Perubahan makanan berkonsultasi dengan dokter
c) Penurunan motilitas jika sembelit atau impaksi terus
traktus gastrointestinal ada
d) Dehidrasi 24. Lepaskan impaksi tinja secara
e) Ketidakadekuatan gigi manual jika perlu
geligi 25. Timbang pasien secara teratur
f) Ketidakadekuatan 26. Ajarkan pasien atau keluarga
hygiene oral tentang proses pencernaan
g) Asupan serat tidak cukup yang normal
h) Asupan cairan tidak 27. Ajarkan pasien/keluarga
cukup tentang kerangka waktu untuk
i) Kebiasaan makan buruk resolusi sembelit
11 Resiko syok (hipovolemik) Setelah diberikan NIC
. asuhan keperawatan
Definisi: Beresiko terhadap selama …x24 jam Shock Prevention
ketidakcukupan aliran darah ke jaringan diharapkan pasien
tubuh, yang dapat mengakibatkan terhindar dari shock 1. Monitor status sirkulasi BP,
disfungsi seluler yang mengancam jiwa warna kulit, suhu kulit, denyut
hipovolemik dengan jantung, HR, dan ritme, nadi
kriteria hasil: perifer, dan kapiler refill time
1. Nadi dalam batas 2. Monitor tanda inadekuat
yang diharapkan oksigenasi jaringan
2. Irama jantung 3. Monitor suhu dan pernapasan
dalam batas yang 4. Monitor input dan output
diharapkan 5. Pantau nilai labor : HB, HT,
3. Frekuensi napas AGD, dan elektrolit
dalam batas yang 6. Monitor hemodinamik invasi
diharapkan yang sesuai
7. Monitor tanda dan gejala asites
4. Natrium serum 8. Monitor tanda awal syok
dalam batas normal 9. Tempatkan pasien pada posisi
5. Kalium serum supine, kaki elevasi untuk
dalam batas normal peningkatan preload dengan
6. Klorida dalam batas tepat
normal 10. Lihat dan pelihara kepatenan
7. Kalsium dalam jalan napas
batas normal 11. Berikan cairan IV atau oral
8. Magnesium serum yang tepat
dalam batas normal 12. Berikan vasodilator yang tepat
9. pH darah serum 13. Ajarkan pasien dan keluarga
dalam batas normal tentang tanda dan gejala
datangnya shock
14. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk
mengatasi gejala shock
Shock managemen
1. Monitor fungsi
neurologis
2. Monitor fungsi renal
(e.g. BUN dan Cr level)
3. Monitor tekanan
nadi
4. Monitor status
cairan, input dan output
5. Catat gas darah
arteri dan oksigen di
jaringan
6. Monitor EKG
7. Manfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah
8. Gambar gas darah
arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
9. Pantau tren dalam
parameter hemodinami
(misalnya CVP, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
10. Pantau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen (mis. PaO2
kadar hemoglobin SaO2,
CO) jika tersedia
11. Pantau tingkat
karbon karbon dioksida
sublingual dan/atau
tonometry lambung
12. Monitor tanda gejala
gagal pernapasan (mis.
rendah PaO2 peningkatan
tingkat PaCO2, kelelahan
otot pernapasan)
13. Monitor nilai
laboratorium (mis. CBC
dengan diferensial
koagulasi profil, ABC,
tingkat laktat, budaya, dan
profil kimia)
14. Masukkan dan
memelihara besarnya
kebosanan akses IV
12 Difisiensi pengetahuan Setelah diberikan NIC
.
asuhan keperawatan
Definisi : ketiadaan atau difisiensi Teaching : disease proces
selama …x15 menit
informasi kognitif yang berkaitan
diharapkan defisiensi 1. Berikan penilaian tentang
dengan topik tertentu.
pengetahuan pasien tingkat pengetahuan pasien
Faktor yang berhubungan teratasi dengan kriteria tentang proses penyakit yang

hasil: spesifik
1. Keterbatasan kognitif
2. Jelaskan patofisiologi dari
2. Salah intepretasi informasi 1. Pasien dan keluarga
penyakit dan bagaimana hal ini
3. Kurang pajanan menyatakan tentang
berhungan dengan anatomi dan
4. Kurang minat dalam belajar penyakit, kondisi,
fisiologi ,dengan cara yang
5. Kurang dapat mengingat prognosis dan
tepat.
6. Tidak familier dengan sumber program
informasi 3. Gambarkan tanda dan gejala
pengobatan
yang biasa pada penyakit,
2. Pasien dan keluarga
dengan tanda yang tepat
mampu
4. Identifikasi kemungkinan
melaksanakan
penyebab, dengan cara yang
prosedur yang
tepat
dijelaskan secara
5. Sediakan informasi pada pasien
benar.
tentang kondisi, dengan cara
3. Pasien dan keluarga
mampu yang tepat
menjelaskan 6. Hindari jaminan yang kosong
kembali apa yang 7. Sediakan bagi keluarga atau SO
dijelaskan
informasi tentang kemajuan
perawat/tim
kesehatan lainnya. pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi
yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit.
9. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second informasi
atau opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
11. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat.
12. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC. Yogyakarta:


mocaMedia
Dewi, Yusmiati. 2007. Operasi CaesarPengantar dari A Sampai Z. Jakarta :
Edsa Mahkota.
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, I.B. 2002. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Tucker, Susan Martin .1998. Standart Perawatan Pasien, Proses Keperawatan
Diagnosa dan Evaluasi. Volume 3, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai