Anda di halaman 1dari 2

SUSUNAN PANCASILA

A. PANCASILA BERSIFAT ORGANIS

Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila memiliki
fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat tubuh manusia
monopluralis. Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila mengandung analogi
bahwa setiap bagian tubuh menopang bagian tubuh yang lain, sama seperti sila-sila di
dalam Pancasila.

B. PANCASILA BERSIFAT HIRARKIS DAN BERBENTUK PIRAMID

Pengertian hierarkis pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan


hierarkis/berjenjang sila-sila pancasila, baik dalam kesatuan sila-sila pancasila juga dapat
dijelaskan dengan mengacu pada system filsafat yang terdiri dari 3 landasan, yaitu
antologis, epistemologis, dan aksiologis.

Landasan antologis berarti mengakui adanya suatu hal yang merupakan sebab dari
adanya suatu hal yang merupakan sebab dari adanya sesuatu yang lain dan merupakan
tempat kembali dari sesuatu yang lain tersebut. Sila 1 sebagai landasan ontologis tidak
langsung berarti bahwa Tuhan menjadi penyebab tidak langsung adanya pancasila.
Sedangkan sila ke 2 merupakan landasan ontologis langsung karena manusia menjadi
penyebab langsung adanya pancasila. Artinya pancasila ada itu karena adanya manusia
Indonesia yang merenungkan, merumuskan, dan menjadikan sila-sila pancasila sebagai
dasar negaranya.
Landasan epistemologis adalah suatu cara,metode, strategi, dan norma agar sesuatu
yang lain dapat kembali pada sebabnya. Sila ke 3 persatuan dan sila ke 4 yang memiliki
substansi asas demokrasi merupakan landasan epistemology bangsa Indonesia
Landasan aksiologis dalam pancasila menunjukan bahwa tujuan bangsa indonesia selalu
diliputi oleh nilai-nilai, baik nilai-nilai religious seperti tersimpul dalam sila pertama
maupun nilai-nilai etis dan estetis, seperti yang ditunujukkan dalam sila ke 2, ke 3, ke 4
dan ke 5. Artinya sila-sila pancasila mengandung muatan nilai-nilai luhur yang menjadi
acuan dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
C. SALING MENGISI DAN SALING MENGKLASIFIKASI

Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan dari satu
sila yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain bahwa sebuah sila
pasti mengandung intisari dari sila-sila yang lain. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah Ketuhanan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan tang dipinpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang
Berketuhannan Yang Maha Esa, yang brpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam prmusyawaratan/perwakilan, yang
berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah
persatuan yang berKetuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab ,
yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang Berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima : keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia adalah yang Berketuhanan Yang Maha Esa, ber kemanusiaan yang adil dan
beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.

Anda mungkin juga menyukai