OLEH:
I Gusti Ngurah Agung Bagus Rama Wahyu Dewangga (1705542005)
Ni Wayan Dian Puspita Sukma Dewi (1705542008)
Om Swastyastu
Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa
atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah mengampu kami, kami juga
ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu
kami menyelesaikan makalah ini.
Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna oleh karena itu, kami
meminta maaf jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran
dan kritiknya untuk memperbaiki pembahasan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….......………………………………………………….......i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………........ii
BAB 1………………………………………………………………………….......1
PENDAHULUAN……………………………………………………………........1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….......1
1.2 Tujuan……………………………………………………………........2
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………….....….2
BAB II………………………………………………………………………......…3
PEMBAHASAN……………………………………………………………......…3
BAB III……………………………………………………………………….......11
KESIMPULAN......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...………………………………………………………….12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila selain sebagai dasar negara, juga merupakan falsafah hidup
bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia, bahkan oleh bangsa-bangsa yang beradab. Pancasila juga
sebagai sistem etika, yang dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran,
amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi,
rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai
warga bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila
yang digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan aktivitas dalam
segala bidang.
Kadang nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan
sehari–hari, tetapi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur tersebut
dengan sendirinya akan hilang. Menyadari bahwa untuk melestarikan nilai-nilai
pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya, oleh sebab itu setiap
warga Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan, dan
lembaga kemasayarakatan baik dipusat maupun didaerah harus sama-sama
mengamalkan nilai-nilai pancasila demi kelestariannya.
Oleh karena itu, sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur
pancasila, perlu ditanamkan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus
bangsa, salah satunya lewat pendidikan pancasila.
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui aspek dari isi pancasila sebagai sistem filsafat
2. Untuk mengetahui pengertian tentang Filsafat.
3. Mengetahui manfaat dalam mempelajari Filsafat.
4. Mengetahui pengertian tentang Filsafat Pancasila.
5. Mengetahui Pancasila sebagai sitem Filsafat.
6. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap mahasiswa dalam
memahami Pancasila sebagai sistem filsafat.
7. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk memperoleh
keterampilan dalam melakukan penulisan dan perbendaharaan
pengetahuan tentang pancasila sebagai sistem filsafat.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Filsafat,
2. Manfaat Mempelajari Filsafat,
3. Pengertian Filsafat Pancasila,
4. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila daipada Pancasila,
karena Pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang
dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
Nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa
Indonesia sendiri.
4. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya Bangsa
Indonesia. Jadi Pancasila lahir dari jiwa kepribadian bangsa Indonesia
yang terkristalisasi nilai-nilai yang dimilikinya.
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia.
Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai
bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk
menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu
terwujud pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila
sebagai Dasar Negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) yang mewakili seluruh bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi Negara merupakan tujuan bersama Bangsa
Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional
yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material
dan spiritual berdasarkan Pancasila
7. Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa
Bangsa Indonesia yang pluralis dan wilayah Nusantara yang terdiri
dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila Pancasila
dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila
mempunyai nilai-nilai umum dan universal sehingga memungkinkan
dapat mengakomodir semua perikehidupan yang berbhineka dan dapat
diterima oleh semua pihak.
4
2.1.2 Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya
saling berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling
bekerjasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan
yang utuh.
2.1.3 Pengertian Filsafat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal, dan hukumnya. Secara etimologi
istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari
dua kata yaitu “philo”, “philos”, “alphilein” artinya “cinta” dan “shopos” atau
“shophia” artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,
1973. Dengan sedikit perubahan).Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau
cinta kebijaksanaan atau kebijaksanaan yang hakiki.
Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
5
adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat
segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
2. Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti
proses dan filsafat dalam arti produk.
a. Filsafat dalam arti proses:
Filsafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat,
dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai
objeknya.
b. Filsafat dalam arti produk:
Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia.
Sehingga manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari
persoalan yang bersumber dari akal manusia, dan sebagai
jenis pengetahuan, ilmu, konsep, dan pemikiran dari para
filsuf misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme.
3. Obyek Filsafat
a. Obyek Material Filsafat : Obyek pembahasan filsafat yang
mencakup keseluruhan baik yang bersifat material kongkrit
seperti alam, manusia, benda, hewan, dll, maupun yang
bersifat abstrak spiritual seperti, nilai-nilai, ide, ideologi,
moral, pandangan hidup, dll.
b. Obyek Formal Filsafat : Cara pandang filsuf terhadap obyek
material tersebut.
4. Cabang-cabang Filsafat
a. Metafisik : membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik
fisis,yang meliputi bidang-bidang ontology(membicarakan
teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi
(membicarakan tentang teori umum mengenai proses
kenyataan) dan anthropologi.
b. Epistemologi : membahas persoalan hakikat pengetahuan.
6
c. Metodologi : membahas persoalan hakikat metode dalam
ilmu pengetahuan.
d. Logika : membahas persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-
rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
e. Etika : berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
f. Estetika : berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
7
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
8
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila Bersifat Organik
Secara filosofis inti dan isi sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat
dasar ontologis manusia yaitu sebagai monopluralis yang memiliki unsur-
unsur susunan kodrat yaitu jasmani dan rohani, sifat kodrat sebagai
mahluk individu sosial serta memiliki kedudukan kodrat sebagai pribadi
yang berdiri sendiri dan sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME. Hal ini
terjadi karena manusia (Rakyat Indonesia) sebagai pendukung utama inti
dari isi pancasila.Unsur hakikat manusia merupakan kesatuan yang bersifat
organis dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan penjelasan dari hakikat manusia
monopluralis yang merupakan kesatuan organis maka memiliki kesatuan
yang organis pula.
2. Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk
Piramida.
Pengertian matematis piramida digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam
urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya (kualitas). Sedangkan
makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas sedemikian
rupa sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila memiliki susunan hierarkhis piramidal maka
sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah ketuhan yang berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan sosial sehingga di dalam
setiap sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.Rumusan Pancasila yang
Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
Sila pertama : meliputi dan menjiwai sila-sila kedua, ketiga,
keempat dan kelima.
Sila kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan
menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima.
9
Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan kedua,
meliputi dan menjiwai sila keempat dan kelima.
Sila keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua dan
ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima
Sila kelima : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua,
ketiga, dan keempat.
3. Susunan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada setiap
sila terkandung keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila senantiasa
dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.
Rumusan kesatuan sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berperikesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang
Maha Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan
yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan
Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Filsafat merupakan ilmu yang paling umum yang mengandung usaha
nmencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Pancasila dapat
digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan
hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti pancasila mempunyai
fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia
dimanapun mereka berada.
2. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan,
saling berhubungan, bahkan saling mengkualifikasi. Selain itu, pancasila
sebagai sistem filsafat juga dapat diartikan dengan satu kesatuan yang
saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan guna mencapai satu tujuan
tertentu.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/28791277/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_FILSA
FAT
12