Anda di halaman 1dari 4

Nama : Afiatni

Nim : C0217521
Kelas : Akuntansi D 2017

DIMENSI KEPERILAKUAN PADA PAJAK PENGHASILAN

1. PENGGUNAAN HUKUM PERPAJAKAN UNTUK MEMPENGARUHI PERILAKU


Tax decision dibuat secara individual. Bagaimanapun, di dalam lingkungan
perusahaan, individu yang membuat keputusan terkadang menghambat pembuatan
keputusan individu lain yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Sebagai contoh,
ketetapan pajak yang baik mungkin tidak digunakan karena dampak yang tidak baik
terhadap income yang dilaporkan kepada shareholder atau pemangku kepentingan.
Di beberapa kasus, jika ketetapan digunakan untuk tujuan pajak, hal ini harus juga
digunakan untuk tujuan laporan keuangan.

2. TEORI PSIKOLOGI DARI KEKUATAN MOTIVASIONAL


Begitu banyak ketetapan dalam hukum pajak yang diharapkan untuk
mempengaruhi keperilakuan. Kesuksesan dari ketetapan ini tergantung dari derajat
kekutan motivasional yang ada pada pembayar pajak. Secara seungguh-sungguh,
kongres harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi kekuatan motivasional jika
hukum/peraturan pajak sesuai dengan tujuannya. Dalam lingkungan perusahaan, hal
ini juga sangat penting untung memahami bagaimana hukum/peraturan pajak
mempengaruhi kekuatan motivasional dari mereka yang membuat keputusan bisnis
dengan implikasi pajak. Sebagai contoh, suatu tax penalty mungkin tidak dibuat di
level yang sama terkait dengan kekuatan motivasional untuk para karyawan.

3. TEORI ATKINSON DARI KEKUATAN MOTIVASIONAL


Atkinson memiliki teori mengenai kekuatan motivasional untuk menunjukkan
beberapa tugas yang menghasilkan tiga faktor di antaranya: motif, pengharapan, dan
insentif.

4. MOTIF (KEBUTUHAN UNTUK PENCAPAIAN)


a) Definisi Konsep
Kata motif dalam formula kekuatan motivasional diperuntukkan
kepada individu yang membutuhkan prestasi. Sesuai dengan teori bahwa
individu bervariasi di dalam suatu derajat, mereka mencari prestasi demi
mendapatkan penghargaan. Kebutuhan untuk berprestasi ini terlihat telah
diakuisisi oleh individu yang lebih muda dan relatif stabil.
b) Faktor yang Mempengaruhi
Banyak penelitian yang telah menguji hubungan antara kebutuhan
untuk berprestasi atau level aspirasi dan status sosioekonomi. Salah satu
penelitian menemukan bahwa di kelas yang lebih rendah menunjukkan
secara signifikan mengenai kebutuhan untuk berprestasi lebih rendah
dibandingkan dengan kelas menengah atau kelas yang lebih tinggi.
c) Dampak atas Keputusan Pajak
Individu yang membuat tax decision mungkin harus memilih alternatif
yang berbeda karena motif mereka yang berbeda pula. Sebagai contoh,
beberapa individu memerlukan prestasi yang lebih besar dibandingkan
dengan ketakutan mereka akan suatu kegagalan. Individu ini akan lebih
memilih alternatif yang menyertakan level menengah terkait hal perpajakan
dan risiko yang menengah pula. Secara alternatif, individu yang memiliki
ketakutan akan kegagalan akan memilih posisi yang aman dalam rangka
memenuhi kebutuhan untuk berprestasi.

5. DIAGNOSTIC REVIEW MOTIF


George Long memilih opsi yang menyertakan jumlah risiko menengah.
Dirinya juga mengusulkan rumusan rencana perusahaan untuk ekspansi daam
usaha untuk membenarkan akumulasi dari pendapatan. Dirinya juga memiliki pilihan
dalam risiko menengah karena kebutuhan akan berprestasi lebih besar dibandingkan
dengan ketakutan akan kegagalan.

6. PENGHARAPAN (KEMUNGKINAN UNTUK SUKSES)


a) Dampak dari Kekuatan Motivasional
Kata pengharapan dalam formula kekuatan motivasional
diperuntukkan bagi kemungkinan untuk sukses. Dampaknya adalah,
kemungkinan untuk sukses yang lebih besar berbanding dengan kekuatan
motivasional yang lebih besar pula. Hal ini relatif sederhana namun dianggap
sebagai variabel yang penting.
b) Diagnostic Review Pengharapan
Dalam area perpajakan, kongres dan IRS seharusnya secara serius
mempertimbangkan dampak dari pengharapan dalam kekuatan motivasional
dari pembayar pajak. Hukum/peraturan pajak yang memiliki usaha untuk
mempengaruhi perilaku manusia akan dapat lebih efektif hanya jika mereka
tanamkan kepada pembayar pajak dengan kekuatan motivasional yang
memiliki level tinggi. Kegagalan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi
yang telah dibuat oleh peraturan pajak akan menghasilkan keadaan yang
under circumstance.

7. INSENTIF
a) Insentif Instrinsik vs Ekstrinsik
Teori Atkinson hanya mempertimbangkan nilai instrinsik dari penghargaan
dan secara penuh mengabaikan nilai ekstrinsik seperti uang. Hal ini yang dapat
menjadi pertimbangan atas kelemahan dari teori ini, sejak itu pulan mulai
ditekankan mengenai arti penting dari extrinsic rewards. Kedua nilai antara
instrinsik dan ekstrinsik adalah penting dalam menentukan kekuatan motivasional
individu.
b) Insentif Ekstrinsik
Kebanyakan dari teori psikologi mengakui bahwa manusi memiliki kebutuhan
yang pasti. Sebagai misal, extrinsic reward menjadi salah satu nilai bagi
individual, hal ini seharusnya memuaskan beberapa kebutuhan manusia.
Menurut Maslow, terdapat suatu hierarki dari kebutuhan psikologi sampai dengan
kebutuhan aktualisasi diri. Dalam teori ini, kebutuhan dasar merupakan
kebutuhan yang paling penting.

c) Dampak atas Kebijakan Pajak


Kongres membatasi jenis dari insentif ekstrinsik yang dapat ditawarkan untuk
meningkatkan kekuatan motivasional pembayar pajak. Kongres harus
memutuskan biaya yang diinginkan untuk membuat suatu prestasi terkait dengan
keinginan perilaku pembayar pajak. Dalam kasus ini insentif ekstrinsik yang
dapat diambil contoh bentuk penalty atau kewajiban pajak tambahan, hal ini tidak
terdapat biaya financial kepada pemerintah terkait tax revenues, tetapi secara
normal terdapat biaya asosiasi dengan mengesankan hal tersebut merupakan
penalty.

d) Diagnostic Review Insentif


Dalam kasus Perusahaan Bradford Lockbox, akumulasi pendapatan pajak
merepresentasikan suatu insentif ekstrinsik. Bagaimanapun, kebanyakan dari
keputusan utama dari berbagai jenis adalah multidimensional. Hal ini adalah
lebih dari satu insentif ekstrinsik. Secara frekuensi insentif ini merupakan suatu
konflik.

Anda mungkin juga menyukai