Anda di halaman 1dari 14

NAMA : EROZANDI

NPM : 18020511031

KELAS : A

PRODI : PENDIDIKAN EKONOMI

A. Motivasi kepemimpinan.

Motivasi adalah karakteristik berorientasi pada tujuan yang


membantu seseorang mencapai tujuannya. Ini mendorong seseorang
untuk bekerja keras dalam mencapai tujuannya. Seorang eksekutif harus
memiliki sifat kepemimpinan yang tepat untuk memengaruhi motivasi.
Namun, tidak ada cetak biru khusus untuk motivasi.

Sebagai seorang pemimpin, seseorang harus menjaga perspektif terbuka


tentang sifat manusia. Mengetahui berbagai kebutuhan bawahan tentu
akan membuat proses pengambilan keputusan lebih mudah.

Baik karyawan maupun manajer harus memiliki sifat kepemimpinan dan


motivasi. Seorang pemimpin yang efektif harus memiliki pengetahuan
yang mendalam tentang faktor-faktor motivasi untuk orang lain. Ia harus
memahami kebutuhan dasar karyawan, rekan kerja dan atasannya.
Kepemimpinan digunakan sebagai sarana memotivasi orang lain.

Berikut ini adalah pedoman penting yang menguraikan pandangan dasar


motivasi:

 Menyelaraskan dan mencocokkan kebutuhan bawahan dengan


kebutuhan organisasi. Sebagai seorang pemimpin, eksekutif harus
memastikan bahwa bisnis memiliki moral dan etika yang sama
dengan yang ia cari dalam diri karyawannya. Dia harus memastikan
bahwa bawahannya didorong dan dilatih dengan cara yang
memenuhi kebutuhan bisnis.
 Apresiasi dan penghargaan adalah motivator kunci yang
memengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menghargai perilaku yang baik / luar biasa dengan sedikit apresiasi,
sertifikat, atau surat bisa menjadi motivator yang hebat. Jika
sertifikat diberikan kepada seseorang, itu harus menyebutkan
tindakan tertentu atau kualitas yang diberikan kepadanya.
 Menjadi panutan juga merupakan motivator utama yang
memengaruhi orang dalam mencapai tujuan mereka. Seorang
pemimpin harus memberikan contoh yang baik untuk memastikan
orang-orangnya tumbuh dan mencapai tujuan mereka secara efektif.
 Mendorong individu untuk terlibat dalam perencanaan dan prosedur
penyelesaian masalah penting tidak hanya memotivasi mereka,
tetapi juga mengajarkan seluk-beluk faktor-faktor pengambilan
keputusan utama ini. Selain itu, ini akan membantu semua orang
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peran
mereka dalam organisasi. Komunikasi akan tidak ambigu dan
tentunya akan menarik pengakuan dan penghargaan dari pemimpin.
 Mengembangkan semangat dan tim tentu saja berdampak besar pada
kesejahteraan organisasi. Keadaan perasaan seseorang membentuk
tatanan semangatnya. Tindakan dan keputusan seorang pemimpin
memengaruhi semangat bawahannya. Karena itu, dia harus selalu
sadar akan keputusan dan kegiatannya. Semangat tim adalah jiwa
organisasi. Pemimpin harus selalu memastikan bawahannya
menikmati melakukan tugas mereka sebagai tim dan menjadikan diri
mereka bagian dari rencana organisasi.
 Seorang pemimpin harus melangkah ke posisi bawahan dan melihat
hal-hal dari sudut pandang bawahan. Dia harus berempati dengan
mereka selama masa-masa sulit. Berempati dengan masalah pribadi
mereka membuat mereka lebih kuat secara mental dan emosional.
 Pekerjaan yang bermakna dan menantang yang dicapai menanamkan
rasa prestasi di antara karyawan. Eksekutif harus membuat karyawan
mereka merasa sedang melakukan pekerjaan penting yang
diperlukan untuk kesejahteraan dan kesuksesan organisasi. Aspek
motivasi ini mendorong mereka untuk memenuhi tujuan.
Ingat, "Untuk menjadi pemimpin yang efisien, kita harus memiliki
motivasi diri". Kita harus mengetahui identitas kita, kebutuhan kita dan
kita harus memiliki dorongan kuat untuk melakukan apa pun untuk
mencapai tujuan kita. Setelah kita termotivasi oleh diri sendiri, barulah
kita dapat memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan mereka dan
untuk menyelaraskan tujuan pribadi mereka dengan tujuan bersama
organisasi.

B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan.

Menurut D.E. McFarland mengemukakan bahwa kepemimpinan


adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah
atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang
lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. J.M.
Pfiffner mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seni
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan yang di inginkan. Oteng Sutisna mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan mengambil inisiatif dalam situasi
sosial untuk menciptakan bentuk dan proses baru, merancang dan
mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja
sama ke arah tercapainya tujuan.
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau
kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.Kepemimpinan adalah suatu
kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama
(mengolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai
kemampuan untuk memperoleh consensus anggota organisasi untuk
melakukan tugas manajemen agartujuan organisasi tercapai.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada satu lembaga satuan
pendidikan. Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses
pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin yang proses keberadaannya
dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan
oleh pemerintah.
C. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan

Secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi


pokok, yaitu:

1. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di
mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara
efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk
menggerakan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan
perintah.
2. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan
pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi
yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya
konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan di tetapkan dan sedang dalam pelaksanaan.
Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan
balik (feed back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-
orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas
melakukan semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah
berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas
pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi
sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi Delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi
pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu
harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan
prinsip, persepsi, dan aspirasi.

5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses
(efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.Seluruh
fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas
kepemimpinan secara integral, yaitu pemimpin berkewajiban
menjabarkan program kerja, mampu memberikan petunjuk yang jelas,
berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan
pendapat, mengembangkan kerja sama yang harmonis, mampu
memecahkan maalah dan mengambil keputusan masalah sesuai batas
tanggung jawab masing-masing, menumbuhkembangkan kemampuan
memikul tanggung jawab, dan pemimpin harus mendayagunakan
pengawasan sebagai alat pengendali.

D. Kepemimpinan Pendidikan Kepala Sekolah.

Dalam organisasi pendidikan yang menjadi pemimpin pendidikan


adalah kepala sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah
memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa
menjalankan fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan
gaya kepemimpinan yang tepat.
Peranan utama kepemimpinan kepala sekolah tersebut, nampak pada
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan para ahli kepemimpinan.
Knezevich yang dikutip Indrafachrudi (1983) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah sumber energi utama ketercapaian tujuan suatu
organiCsasi. Di sisi lain, Owens (1991) juga menegaskan bahwa kualitas
kepemimpinan merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk itu, agar kepala sekolah bisa melaksanakan tugasnya secara efektif,
mutlak harus bisa menerapkan kepemimpinan yang baik.
Gaya kepemimpinan yang efektif antara kepala sekolah yang satu dengan
yang lain akan berbeda, sesuai dengan kematangan guru dan karyawan di
sekolah masing-masing. Kematangan tidak diartikan sebagai usia atau
stabilitas emosional, tetapi lebih menekankan pada keinginan untuk
berprestasi, kesediaan menerima tanggung jawab, serta memiliki
kemampuan atau pengalaman yang berhubungan dengan tugas.

Secara umum ada tiga gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu gaya
kepemimpinan menurut sifat, gaya kepemimpinan berdasarkan teori
perilaku, dan kepemimpinan menurut teori kontingensi. Kepemimpinan
berdasarkan sifat mengkaji tentang perangai dan kemampuan yang menandai
karakteristik kepala sekolah. Kepemimpinan berdasarkan perilaku
memusatkan perhatian pada tindakan yang dilakukan kepala sekolah dalam
melaksanakan pekerjaan manajerial. Pendekatan kontingensi mengkaji
kesesuaian antara perilaku kepala sekolah dengan karakteristik situasional,
terutama tingkat kedewasaan guru dan karyawan.

Keefektifan kepemimpinan tergantung bagaimana gaya kepemimpinan


seseorang, saling berkaitan dengan keadaan atau situasi. Apabila gaya
seorang kepala sekolah sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu dikatakan
efektif. Apabila gaya kepemimpinan tidak sesuai dengan situasi, maka gaya
itu tidak efektif.

Kepala sekolah sebagai pemimpin yang efektif harus belajar dari kesalahan
pada masa lalu dan berusaha memperbaiki dengan cara yang bijak. Selain
itu, juga memberikan kesempatan kepada guru dan karyawannya untuk
memberikan kritik dan saran perbaikan. Guru dan karyawan yang selalu
belajar tahu akan tugas dan kewajibannya untuk menjadikan organisasi
menjadi lebih kompetitif.
E. Kepemimpinan Pendidikan Guru

Dari pengertian di atas tampak bahwa kepemimpinan guru pada dasarnya


merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya
berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap invididu yang
dipengaruhinya. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada peran guru
dalam konteks kelas pada saat berinteraksi dengan siswanya tetapi
menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan
rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang sama yaitu
terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa.

Kepemimpinan guru memfokuskan pada 3 dimensi pengembangan, yaitu:


(1) pengembangan individu; (2) pengembangan tim; dan (3) pengembangan
organisasi.

 Dimensi pengembangan individu merupakan dimensi utama yang


berkaitan dengan peran dan tugas guru dalam memanfaatkan waktu di
kelas bersama siswa. Disini guru dituntut untuk menunjukkan
keterampilan kepemimpinannya dalam membantu siswa agar dapat
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, sejalan dengan
tahapan dan tugas-tugas perkembangannya. Melalui keterampilan
kepemimpinan yang dimilkinya, diharapkan dapat menghasilkan
berbagai inovasi pembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat
tercipta peningkatan kualitas prestasi belajar siswa.
 Dimensi pengembangan tim menunjuk pada upaya kolaboratif untuk
membantu rekan sejawat dalam mengeksplorasi dan mencobakan
gagasan-gagasan baru dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran, melalui kegiatan mentoring, coaching, pengamatan,
diskusi, dan pemberian umpan balik yang konstruktif. Dimensi yang
kedua ini berkaitan upaya pengembangan profesi guru.
 Sedangkan dimensi organisasi menunjuk pada peran guru untuk
mendukung kebijakan dan program pendidikan di sekolah (dinas
pendidikan), mendukung kepemimpinan kepala sekolah
(administrative leadership) dalam melakukan reformasi pendidikan di
sekolah serta bagian dari peran serta guru dalam upaya
mempertahankan keberlanjutan (sustanability) sekolah.
Ketiga dimensi di atas memberikan gambaran tentang: (1) peran guru dalam
memimpin siswanya, (2) peran guru dalam memimpin rekan sejawatnya; dan
(3) peran guru dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas.

Di Amerika, gagasan tentang kepemimpinan guru (teacher leadership) sudah


berlangsung sejak lama, yang terbagi ke dalam 3 (tiga) gelombang.
 Gelombang pertama, kepemimpinan guru terkungkung dalam hierarki
organisasi formal dan hanya berkutat dalam fungsi-fungsi pengajaran,
di bawah kendali ketat dari “atasan guru”. Di sini, guru hanya
dipandang sebagai pelaksana keputusan atasan.
 Gelombang kedua, kepemimpinan guru telah lepas dari hierarki
organisasi konvensional. Di sini, telah terjadi pemisahan antara
kepemimpinan dengan fungsi pengajaran, yakni dengan dibentuknya
semacam tim pengembang kurikulum secara formal. Walaupun
demikian, kepemimpinan guru masih di bawah kendali tim
pengembang kurikulum. Tugas guru adalah mengimplementasikan
bahan-bahan yang telah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum.
Pendekatan yang digunakan pada gelombang kedua ini sering disebut
sebagai “remote controlling of teachers”.
 Gelombang ketiga, konsep kepemimpinan guru telah
mengintegrasikan pengajaran dengan kepemimpinan yang tidak
bersifat formal. Kepemimpinan guru dipandang sebagai sebuah proses
dengan memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk
mengekspresikan kapabilitas kepemimpinannya. Konseptualisasi
kepemimpinan guru dibangun atas dasar profesionalisme dan
kesejawatan. (disarikan dari James S. Pounder, 2006).

Trend kepemimpinan guru di atas, dalam batas-batas tertentu tampaknya


tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di  Indonesia. Penerapan konsep
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang digulirkan
sejak awal masa reformasi yang kemudian diikuti dengan gerakan
profesionalisasi guru yang saat ini sedang gencar digaungkan, tampaknya
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pergeseran konsep dan makna
kepemimpinan guru di Indonesia.
Sesungguhnya banyak model dan gaya kepemimpinan yang bisa
diterapkan guru dalam mewujudkan kepemimpinannya. Merideth (2000)
menawarkan model kepemimpinan guru dengan apa yang disebut REACH,
akronim dari:
 Risk-Taking. Guru berusaha mencari tantangan dan menciptakan
proses baru.
 Effectiveness. Guru berusaha melakukan yang terbaik, peduli terhadap
pertumbuhan dan pengembangan profesinya dan bekerja dengan hati.
 Autonomy. Guru menampilkan inisiatif, memiliki pemikiran yang
independen dan bertanggung jawab.
 Collegiality. Guru membangun kemampauan komunitasnya dan
memiliki keterampilan komunikasi interaktif.
 Honor. Guru dapat menunjukkan integritas, kejujuran, dan menjaga
etika profesi.

Selain itu, guru dapat pula menerapkan gaya Kepemimpinan


Transformasional sebagaimana digagas oleh Bass, dengan karakteristik yang
dikenal dengan sebutan 4 I, yaitu: idealized influence, inspirational
motivation, intellectual stimulation, dan individual consideration.
 Idealized influence. Guru merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan
sebagai teladan, dapat dipercaya, dihormati dan mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kepentingan peningkatan mutu
pembelajaran.
 Inspirational motivation: guru dapat memotivasi seluruh siswa dan
sejawatnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan
mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan
di sekolah.
 Intellectual Stimulation: guru dapat menumbuhkan kreativitas dan
inovasi dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan
masalah untuk menjadikan pembelajaran ke arah yang lebih baik.
 Individual consideration: guru dapat bertindak sebagai pelatih dan
penasihat, serta menyediakan umpan balik yang konstruktif bagi siswa
dan sejawatnya.

 Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai


kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan
Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos
(breakthrough leadership). Disebut sebagai penerobos karena pemimpin
semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-
perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun
organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri
individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi,
memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses
dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-
cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan
mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini
dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami
pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam
kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang
diinginkannya.

Dari berbagai studi yang dilakukan, kepemimpinan transformasional telah


terbukti dapat memberikan pengaruh terhadap inovasi dan kreativitas.
Kepemimpinan Transformasional juga memberi pengaruh positif terhadap
usaha bawahan dan kepuasan serta dapat meningkatkan perilaku etik. (James
S. Pounder, 2006).

Salah satu hambatan terbesar untuk menumbuhkan kepemimpinan guru yaitu


masih mendominasinya penerapan model kepemimpinan “top-down” di
sebagian besar sekolah. Guru masih seringkali diposisikan sebagai bawahan
yang harus tunduk dan taat pada atasan secara taklid. Oleh karena itu, untuk
menumbuhkan kepemimpinan guru memerlukan :

1. Pemberdayaan dan dorongan kepada guru untuk menjadi pemimpin


dan mengembangkan keterampilan kepemimpinannya.
2. Penyediaan waktu dan kesempatan bagi guru agar dapat bekerja
menjalankan kepemimpinannya, baik untuk kepentingan
pengembangan profesi, kerja kolaboratif, perencanaan bersama, dan
membangun jaringan guru.

Dalam konteks ini, tentu dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama
dari kepala sekolah untuk rela berbagi kekuasaan dan kewenangan, tanpa
harus merasa khawatir akan kehilangan identitas kewibawaannya. Kepala
sekolah harus memiliki keyakinan bahwa setiap guru pada dasarnya
memiliki potensi kepemimpinan, dan apabila diberi kesempatan untuk
mengekspresikan dan mengaktualisasikan potensi kepemimpinannya,
mereka bisa tampil sebagai pemimpin-pemimpin hebat, yang dapat
dimanfaatkan untuk  semakin memperkuat eksistensi sekolah sekaligus
melengkapi kepemimpinan administratif yang menjadi tanggung jawabnya.

F. Konsep kepemimpinan

Apa itu arti dan konsep kepemimpinan? Arti dari kepemimpinan


itu sendiri adalah kapabilitas seseorang untuk mempengaruhi individu
atau masyarakat untuk bisa sampai pada tujuan tertentu. Ini menyangkut
pada tujuan sebuah organisasi atau golongan, pendapat ini berasal dari
Stephen P. Robbins.

Berdasarkan teori dari M. Josephson konsep tentang kepemimpinan adalah

 Kepemimpinan adalah buah dari hubungan tiap individu dalam organisasi


atau golongan. Kepemimpinan lahir bukanlah status atau derajat
seseorang. Karena status bisa saja menghancurkan kepemimpinan itu
sendiri ataupun sebaliknya.
 Setiap individu dalam suatu golongan atau organisasi memiliki potensi
dan kapasitas untuk memimpin dan bisa menunjukan perilaku
kepemimpinan.
 Jika individu menjadi pemimpin dalam suatu waktu bukan berarti pada
waktu yang akan datang juga menjadi pemimpin. Itu juga berlaku dengan
kepemimpinan berganti waktu demi waktu.
 Kepemimpinan bisa dinilai dari seberapa kualitas pemimpin dalam
merencanakan dan meraih tujuan serta kekompakan pada suatu golongan
atau organisasi.

Berlandaskan teori yang telah diungkapkan bisa dikatakan dengan jelas


bahwa kepemimpinan itu sangat terbatas. Karena kepemimpinan hanya bisa
dipakai hanya pada suatu waktu dan bisa dipakai oleh setiap orang dalam
lingkup golongan atau organisasi.
Konsep kepemimpinan berdasarkan traits theory of leadership ini
mengungkapkan bahwa pemimpin mempunyai karakter khusus yang bisa
membuat mereka diikuti karena kecakapan memimpinnya.

Akan susah bila merumuskan satu-satu apa saja sifat pemimpin yang harus
dimiliki. Karena kepemimpinan adalah sebuah sikap dan perilaku yang
menjadi bawaan seseorang. Namun Abu Ahmadi (2007:122-123) 
berpendapat terdapat beberapa sifat pemimpin, yakni: Cakap, memiliki rasa
tanggung jawab, berani, memiliki visi yang jelas, percaya diri, rajin dan
tangkas.

Setelah mengungkapkan beberapa konsep tentang karakter pemimpin, dari


apa yang telah diteliti Keith Davis mengungkapkan bahwa terdapat empat
karakter utama, yakni

 Kecerdasan
Instrumen ini merupakan sebuah barang wajib bila ingin menjadi
pemimpin efektif karena dengan instrumen ini kerja dari sebuah
organisasi/kelompok/perusahaan akan semakin terarah dan tepat dalam
mencapai tujuan.
 Matang dan Sosial
Instrumen lain yang bisa menentukan pemimpin efektif adalah
kematangan mental dan emosinya ketimbang anggota lain di
organisasinya. Kematangan emosi bisa membuat masalah bisa diatasi
dengan tenang. Sementar Instrumen berupa kecakapan sosial ini
berfungsi untuk meyakinkan setiap tujuan yang ada di
masyarakat/kelompok untuk bernegosiasi dan meyakinkan dalam
mencapai tujuan.
 Motivasi
Instrumen ini berupa keinginan yang kuat untuk berprestasi bisa membuat
suatu organisasi bisa lebih efektif dalam memperoleh misa yang telah
dicanangkan. Motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam diri untuk
bisa mencapai target dengan sukses.
 Empati
Instrumen ini adalah cara pemimpin untuk bisa memahami apa yang
orang lain rasakan. Karena dalam sebuah mencapai tujuan, pemimpin
tahu bahwa organisasi membutuhkan kerjasama dan kekompakan
anggota. Empati pada pemimpin bisa membuat lingkungan lebih efektif
dalam mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai