Anda di halaman 1dari 13

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


TEKNIK PENGECORAN LOGAM

Bahan Pada Pengecoran Logam

Arianto Leman Soemowidagdo

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

BAB 1
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

A. SUB KOMPETENSI
Sifat-sifat dan aplikasi bahan teknik dalam industri pengecoran logam dapat
dijelaskan dengan benar.

B. TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


Mahasiswa mampu menjelaskan dengan benar sifat-sifat dan aplikasi bahan
teknik dalam indutri pengecoran logam.

C. URAIAN MATERI
1. Pendahuluan
Kemajuan peradaban manusia ditandai oleh kemampuannya mengolah bahan
menjadi barang atau produk yang untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas
kehidupan. Bahan-bahan telah yang tersedia di alam diubah, direkayasa, diolah dan
dibentuk sehingga menambah nilai guna, nilai fungsi, nilai teknis dan nilai ekonominya.
Bahan-bahan yang digunakan dalam industri dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia di sebut sebagai bahan teknik. Pengubahan, rekayasa,
pengolahan dan pembentukan bahan dalam industri disesuaikan dengan karakteristik
dan tujuan pemakaian produk yang dihasilkan.
Bermacam-macam metode telah dikembangkan untuk mengubah, merekayasa,
mengolah dan membentuk bahan. Metode-metode tersebut antara lain adalah:
pemesinan, pengerolan, penekanan, penempaan, pengecoran, pengelasan dan lain
sebagainya. Metode yang diterapkan harus sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan
yang proses. Dengan demikian akan diperoleh produk yang bermanfaat sesuai
kebutuhan manusia. Proses pengecoran umumnya diterapkan pada rekayasa,
pengolahan dan pengubahan bahan logam.

1
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

2. Proses Pengecoran
Pengecoran (casting) merupakan suatu metode pengolahan dan pembentukan
bahan dengan menuangkan cairan logam ke dalam cetakan. Cairan tersebut kemudian
dibiarkan membeku di dalam cetakan. Hasil penuangan kemudian dikeluarkan dari
dalam cetakan yang selanjutnya di finishing menjadi sebuah produk. Pengecoran
digunakan untuk membuat bagian mesin yang sederhana hingga kompleks.
Proses pengecoran diawali dengan pembuatan cetakan baik cetakan dari pasir
maupun dari logam. Cetakan pasir dan logam masing-masing memilki kelebihan dan
kekurangan. Cetakan pasir dapat dibuat secara manual maupun dengan mesin.
Pembuatan cetakan secara manual dilakukan bila jumlah komponen yang akan dibuat
jumlahnya terbatas, dan banyak variasinya. Dewasa ini cetakan banyak dibuat secara
mekanik dengan mesin agar lebih presisi serta dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan kualitas yang sama. Cetakan logam dibuat melalui proses pemesinan. Cetakan
logam biasanya digunakan untuk membuat produk berdimensi tidak terlalu besar. Hasil
pengecoran dengan cetakan logam lebih presisi dalam hal dimensi serta kualitas
kepadatan produk lebih stabil. Bagaimanapun, cetakan ogam tidak dapat digunakan
untuk membuat produk dengan suhu leleh tinggi.
Proses pengecoran dibagi menjadi tiga: expandable mold, non expandable mold
dan composite mold casting. Klasifikasi terkait dengan bahan pembentuk, proses
pembentukan, dan metode pembentukan dengan logam cair, dapat dikategorikan
sebagai berikut (Tiwan, 2010):
a. Expendable mold
Expendable mold atau cetakan non permanen adalah cetakan yang hanya dapat
digunakan satu kali. Cetakan jenis ini dibuat dari pasir, gips, keramik dan bahan
semacamnya. Pengecoran cetakan pasir memberikan fleksibilitas dan kemampuan
tinggi dibandingkan cetakan logam. Cetakan pasir memiliki keunggulan antara lain
mudah dalam pengoperasiannya, biaya relatif lebih murah dan dapat membuat benda
dengan ukuran yang besar. Cetakan pasir dibuat dengan memadatkan pasir. Pasir yang
dipakai biasanya pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung atau
kadang-kadang dicampur pengikat khusus, misal: air-kaca, semen, resin furan, resin

2
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

fenol atau minyak pengering. Logam yang dapat dituang pada cetakan pasir adalah besi,
baja, tembaga, perunggu, kuningan, aluminium ataupun logam paduan.
b. Permanent mold
Permanent mold (cetakan tetap) adalah cetakan yang dapat digunakan berulang
kali pada proses penuangan logam. Cetakan jenis ini biasanya dibuat dari logam yang
tahan terhadap suhu tinggi. Logam yang dituang harus memiliki suhu lebih rendah dari
suhu cetakan logam. Coran yang dihasilkan mempunyai dimensi yang presisi pekerjaan
pemesinan lebih sedikit. Cetakan ini dirancang sedemikian rupa sehingga produk
pengecoran dapat diambil dengan mudah dan cetakan dapat digunakan untuk
penuangan selanjutnya. Cetakan logam bersifat menghantarkan panas dengan baik
sehingga produk pengecoran lebih padat dan minim dari cacat rongga dalam. Laju
pelepasan panas pada cetakan logam lebih seragam sehingga produk pengecoran
memiliki sturktur mikro dan ukuran butir relatif seragam.
c. Composite mold
Composite mold adalah cetakan yang dibuat dari dua atau lebih bahan berbeda
(misal: pasir, grafit, dan logam). Tujuannya adalah menggabungkan keunggulan masing-
masing bahan. Cetakan ini bersifat sebagian tetap dan sebagian dibuang. Cetakan ini
digunakan pada proses pengecoran untuk memperbaiki kekuatan pembentuk,
mengendalikan laju pendingnan dan mengoptimalkan biaya produksi secara
keseluruhan.

3. Bahan pada Teknik Pengecoran Logam


Bahan teknik pada proses pengecoran logam secara umum dikelompokkan
menjadi bahan logam ferro dan non ferro.
a. Logam ferro
Logam ferro merupakan logam paduan dengan unsur utamanya adalah besi (Fe).
Unsur kedua logam ferro umumnya adalah karbon (C). Penambahan karbon ditujukan
untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan dan kekakuan. Bagaimanapun, penambahan
karbon akan mengurangi keuletan dan ketangguhan. Senyawa Fe dan C dengan C di
bawah 1,4% dikenal sebagai baja. Sedang penambahan C di atas 1,7% di sebut besi
tuang. Kadar C pada besi tuang umumnya berkisar antara 2,4 – 4 %.

3
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

Unsur-unsur lain seperti Mn, Ni, Cr, Mo, V, Al, Cu dan sebagainya terkadang
ditambahkan pada baja dalam jumlah tertentu untuk memperoleh sifat-sifat khusus.
Penambahan unsur-unusr tersebut antara lain untuk memperbaiki ketangguhan,
kekerasan, ketahanan korosi, mampu bentuk dan sebagainya.
1) Baja
Baja adalah besi yang ditambahkan karbon sampai dengan di bawah 1,4%.
Baja adalah bahan yang paling banyak diaplikasikan pada rekayasa teknik
dikarenakan banyaknya varasi dengan yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan,
mulai dari yang lunak dan tangguh sampai yang keras dan kuat. Baja cor memiliki
struktur mikro yang kurang baik dan getas. Oleh karenanya perlakuan panas
pelunakan dan penormalan diperlukan agar strukturnya lebih halus sehingga baja
cor menjadi lebih ulet. Mampu cornya lebih buruk dibanding besi cor.
Bagaimanapun, baja cor baik sangat digunakan untuk bagian-bagian mesin karena
memiliki kekuatan tinggi dan lebih murah.
a) Baja karbon rendah
Baja karbon rendah atau Low Carbon Steel (LCS) adalah baja kerbon dengan
kadar karbon antara 0,05 – 0,25 %. Karakteristik baja karbon rendah aalah lunak,
ulet, mudah di bentuk, mudah dilas, mudah di kerjakan dengan mesin. Baja
karbon rendah dikenal sebagai baja lunak (Mild Steel) di pasaran dan insdustri.
b) Baja karbon menengah
Baja karbon menengah ataau Medium Carbon Steel (MCS) adalah baja karbon
dengan kadar karbon antara 0,25 – 0,6 %. Karakteristik baja karbon menengah
adalah lebih keras dan kurang ulet dibanding baja karbon rendah. Baja karbon
menengah juga lebih kaku dibanding baja karbon rendah sehingga lebih kuat
dan agak sulit untuk di bentuk. Baja karbon menengah dikenal sebagai baja
konstruksi di pasaran dan industri.
c) Baja karbon tinggi
Baja karbon tinggi atau High Carbon Steel (HCS) adalah baja dengan kadar
karbon antara 0,6 – 1,4 %. Baja karbon tinggi memiliki kekuatan dan kekerasan
tinggi namun keuletan dan ketangguhannya lebh rendah serta getaas. Baja
karbon tinggi dikenal sebagai baja perkakas di pasaran dan industri.

4
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

2) Besi
Besi cor (cast Iron) merupakan paduan mengandung karbon, silisium,
mangan, fosfor dan belerang. Kandungan karbon pada besi cor umumnya berkisar
antara 2,4 – 4 %. Besi cor diproduksi dalam jumlah besar dari besi kasar atau
besi/baja bekas. Struktur mikro besi cor terdiri atas ferir, perlit dan serpih karbon
bebas yang ukuran, bentuk serta keadaan struktur dasarnya berubah sesuai kualitas
dan kuantitasnya. Produk-produk seperti crankshaf, conecting rod dan elemen dari
bagian-bagian mesin yang sebelumnya dibuat melalui proses tempa (forging),
sekarang lebih banyak diproduksi menggunakan high-duty alloy iron casting (Tiwan,
2010). Besi cor diklasifikasikan dalam enam kelompok, yaitu: besi cor kelabu, besi
cor kelas tinggi, besi cor kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor yang dapat
ditempa dan besi cor cil (Surdia & Chijiiwa, 1976).
a) Besi cor kelabu
Kekuatan tarik besi cor kelabu adalah 10 – 30 kg/mm2. Meski kekuatan tariknya
tidak terlalu tinggi namun besi cor kelabu agak getas. Titik cairnya kira-kira 1200
0C. Mampu cor besi cor kelabu sangat baik sehingga banyak digunakan.
b) Besi cor kelas tinggi
Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit karbon dan silikon. Ukuran grafit
bebasnya yang lebih kecil dibanding besi cor kelabu, menjadikan kekuatan
tariknya lebih tinggi, yaitu 30 -50 kg/mm2. Namun proses pembuatannya sedikit
lebih sulit dari pada besi cor kelabu.
c) Besi cor kelabu paduan
Besi cor kelabu paduan strukturnya lebih stabil sehingga sifat-sifatnya lebih
baik. Besi cor kelabu mengandung grafit dan unsur-unsur paduan seperti: Cr, Ni,
Mo, V, Ti dan sebagainya. Unsur-unsur paduan yang ditambahkan dapat dalam
jumlah beberapa persen sampai dalam jumah yang lebih banyak ditujukan
untuk memperbaiki ketahanan panas, ketahanan aus, ketahanan korosi dan
mampu mesin.

5
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

d) Besi cor bergrafit bulat


Besi cor grafit bulat dibuat dengan menambahkan magnesium, kalsium atau
serium. Penambahan unsur-unsur ini dilakukan saat besi masih cair sehingga
grafit bulat akan mengendap. Besi cor grafit bulat memiliki kekuatan, keuletan,
ketahanan aus dan ketahanan panas yang baik dibanding besi cor kelabu.
e) Besi cor mampu tempa
Besi cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih yang yang dilunakkan dalam
waktu yang lama. Fasa sementit besi cor putih berubah menjadi ferit atau perlit
dan karbon yang tertemper mengendap. Tiga jeni besi cor putih, yaiu: besi cor
mampu tempa perapian hitan, besi cor mampu tempa perapian putih dan besi
cor mampu tempa perlit. Meskipun mahal, namun besi cor mampu tempa
sangat baik keuletan dan elongasinya dibanding besi cor kelabu. Besi cor
mampu tempa tidak sesuai untuk coran berukuran kecil atau tipis.
f) Besi cor cil
Permukaan besi cor cil adalah besi cor putih sedang bagian dalamnya memiliki
struktur dengan endapan grafit. Kombinasi ini menjadikan permukaan besi cor
cil memiliki ketahanan aus yang baik dan keuletan di bagian dalamnya juga
sangat baik. Oleh sebab itu besi cor cil diaplikasikan untuk produk-produk yang
mensyaratkan ketahanan aus.
b. Logam non ferro
Logam non ferro adalah logam murni selain besi atau logam paduan yang tidak
mengandung unsur besi. Aluminium dan paduannya, Tembaga dan paduannya, Nikel
dan paduannya, Seng dan paduannya, Magnesium dan paduannya dan lain sebagainya.
Beberapa contoh logam non ferro antara lain Kuningan (Cu-Zn), Perunggu (Cu-Sn),
Monel (Ni-Cr-Mn), Nimonic (Ni-Cr), Duralumin (Al-Cu-Mg), Hidronalium (AL-Mg) serta
Silumin (Al-Si).
1) Aluminium
Aluminium adalah logam ringan dengan ketahanan korosi dan hantaran
listrik yang baik serta sifat-sifat lainnya sebagai logam. Kekuatan mekaniknya
meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, dan Ni. Secara satu persatu atau
bersama-sama penambahan tersebut juga memberikan sifat-sifat baik lainnya

6
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

seperti ketahanan kososi, ketahanan aus, dan koefisien pemuaian rendah.


Aluminium digunakan secara luas, mulai untuk keperluan rumah tangga sampai
untuk keperluan pesawat terbang, mobil, kapal laut dan konstruksi. Karakteristik
aluminium tampak pada tabel 1.1, sedang sifat mekanisnya tampak pada tabel 1.2.

Tabel 1.1. Karakteristik Aluminium


Kemurnian AL (%)
Karakteristik Aluminium
99,996 >99,0
Massa jenis (20 0C) 2,6989 2,71
Titik cair 660,2 653-657
0 0
Panas jenis (cal/g C) (100 C) 0,2226 0,2297
Hantaran listrik (%) 64,94 59 (dianil)
0
Tahanan listrik koefisien temperatur (1 C) 0,00429 0,0115
0 -6
Koefisien pemuaian (20-100 C) 23,86 X 10 23,5 X 10-6
Jenis kristal, konstanta kisi FCC, a=4,013 kX FCC, a=4,04 kX

Tabel 1.2. Sifat Mekanis Aluminium


Kemurnian AL (%)
99,996 >99,0
Sifat Mekanis
75% dirol
Dianil Dianil H18
dingin
Kekuatan tarik (kg/mm2) 4,9 11,6 9,3 16,9
Kekuatan mulur (0,2 %)
1,3 11,0 3,5 14,8
(kg/mm2)
Perpanjangan (%) 48,8 5,5 35 5
Kekerasan Brinell 17 27 23 44

Aluminium dan paduannya merupakan salah satu bahan non ferro yang
banyak diolah dengan proses pengecoran menjadi suatu produk. Aluminium murni
dipasaran tidak pernah mengandung 100% aluminium, tetapi selalu ada pengotor
yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan atau pengecoran yang tidak
sempurna, kualitas bahan cetakan tidak baik atau pengotor lain karena kualitas
bahan baku tidak baik (Logam Ceper, Aluminium dalam Pengecoran, 2014).
Sebagian besar produk berbahan dasar aluminium merupakan hasil proses daur
ulang aluminium. Kualitas produk hasil daur ulang aluminium tidak berubah karena
proses daur ulang tidak mengubah aluminium. Oleh karenanya daur ulang

7
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

aluminium dapat dilakukan berkali-kali sehingga biaya produksi jauh lebih murah.
Aluminium dan paduannya umumnya diolah dengan metode die casting maupun
sand casting. Duralumin adalah paduan Al-Cu-Mg yang dapat diberi perlakuan
panas. Duralumin baik digunakan untuk bagian-bagian yang menerima beban berat
seperti komponen-komponen pesawat terbang (plat badan, sayap), dinding kereta
api, mobil, batang-batang profil, rangka dan pipa-pipa. Hydronalium adalah paduan
AL-Mg yang memiliki kekuatan tarik dan ketahanan korosi air laut yang baik.
Hydronalium banyak diaplikasikan pada perlengkapan kapal laut. Silumin adalah
paduan AL-Si yang selain tahan korosi juga memiliki castingabilty yang sangat baik
sehingga mudah dituang. Silumin banyak di aplikasikan pada benda-benda tuangan
dengan bentuk rumit dan tahan terhadap beban tumbukan seperti velg mobil.
2) Tembaga
Tembaga murni dan tembaga paduan secara luas digunakan sebagai salah
satu bahan teknik yang penting. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat
yang berwarna kemerahan dengan berat jenis 8,9 kg/m3 dan titik cair 1083 0C.
Tembaga mempunyai konduktivitas panas dan konduktivitas listrik yang baik.
Tembaga dengan kemurnian tinggi hingga 99,9% banyak digunakan sebagai
penghantar listrik. Dalam rekayasa teknik tembaga dapat dirol, ditarik, ditarik,
ditekan tarik dan dapat di tempa.
Kekuatan tarik tembaga dalam bentuk tembaga tuangan dapat mencapai
150 N/mm2 dan melalui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sampai 390
N/mm2. Tembaga tuangan kekerasannya hanya sampai 45 BHN namun dengan
pengerjaan dingin dapat ditingkatkan hingga 90 BHN. Berkurangnya keuletan akibat
proses pengerjaan dingin pada tembaga dapat diperbaiki dengan perlakuan panas
annealing.
Dalam aplikasinya tembaga paduan banyak di olah dengan pengecoran.
Kuningan (paduan tembaga-seng) dan perunggu (paduan tembaga-timah putih)
merupakan paduan utama tembaga. Perunggu banyak digunakan sebagai perhiasan
dan seni patung (Logam Ceper, Tembaga dalam Pengecoran, 2014). Perunggu yang
mengandung fosfor digunakan dalam industri arloji dan galvanometer. Sedang

8
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

kuningan yang berwarna seperti emas banyak digunakan sebagai perhiasan, sistem
perpipaan dan ornamen-ornamen.
a) Kuningan
Kuningan (brass) adalah paduan tembaga dan seng (CU-Zn). Kuningan 70/30
(70% tembaga dan 30% seng) dan kuningan 60/40 (60% tembaga dan 40% seng)
banyak beredar dipasaran. Kuningan 60/40 dikenal juga sebagai logam muntz
(Muntz-metal) sesuai nama orang yang mengkomersialkannya, George
Frederick Muntz. Logam ini dikenal juga sebagai logam kuning (Yellow metal).
Logam muntz digunakan sebagai bahan pada pembentukan dengan proses
pengecoran atau sebagai bahan tambah pada pengecoran baja. Beberapa jenis
logam muntz antara lain: Turning brass (logam muntz ditambah 0,5 – 3,5 %
timbal), Naval brass (logam muntz ditambah 1% timah putih) dan High tensile
brass (logam muntz ditambah Mn, Fe, Ni, Sn dan Al sampai 7%).
b) Perunggu
Perunggu (brons) merupakan paduan tembaga dengan timah putih (Cu-Sn) dan
tembaga dengan timbal atau timah hitam (Cu-Pb). Cu-Sn disebut Tin-Bronzes
sedang Cu-Pb disebut Bronzes. Penambahan seng pada paduan tin-bronzes akan
menghasilkan paduan gunmetal. Sesuai namanya paduan ini digunakan untuk
membuat senjata. Admiralty gunmetal adalah paduan dengan 88% Cu, 10% Sn
dan 2% Zn dan digunakan untuk komponen-komponen hidrolik, katup, roda gigi,
patung dan produk berukuran kecil seperti kancing baju. Leaded gunmetal adalah
paduan gunmetal dengan kandungan timah hitam di atas 5% untuk meningkatkan
sifat mampu cor (castingability) dan mampu mesin (machinability). Sedang nikel
bronzes adalah diperoleh dengan menambahkan unsur nikel ke tin-bonzes.
Penambahan nikel dapat memperbaiki sifat mekanis dan sifat mampu cor tin-
bronzes. Unsur nikel akan bersenyawa dengan seng dan menghasilkan paduan
nikcel gunmetal yang keras.
c) Tembaga nikel
Paduan tembaga nikel dibedakan menjadi dua yaitu: Cupro Nickel (Cu-Ni) dan
Nickel Silver (Cu-Ni-Zn). Cupro nickel, merupakan paduan yang membentuk
larutan padat untuk semua perbandingan komposisi sehingga sesuai untuk

9
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

pengerjaan panas maupun dingin. Unsur nikel biasanya antara 15 – 68 %, namun


paduan dengan 20% nikel yang pali baik untuk pengerjaan dingin keras. Paduan
dengan 25% nikel biasanya digunakan untuk membuat koin. Tabel 1.3
memperlihatkan penggunaan paduan cupro nickel.

Tabel 3. Penggunaan paduan cupro nickel

Paduan Penggunaan
Cu-Ni dengan 2 % Ni Baut penguat, dinding ruang api lokomotif, pipa-
pipa
Cu-Ni dengan 15 – 20 % Ni Tabung peluru, pipa-pipa kondensor
Cu-Ni dengan 25 % Ni Koin mata uang
Cu-Ni dengan 30 % Ni Alat-alat industri kimia, tahan korosi air laut
Cu-Ni dengan 30 – 33 % Ni Disebut nikelin, untuk kawat tahanan, kawat pemanas
(suhu maksimum 300 0C)
Cu-Ni dengan 42 – 46 % Ni Disebut konstantan, untuk kawat tahanan, kawat
pemanas (suhu maksimum 500 0C)
Cu-Ni dengan 67 – 70 % Ni Dengan tambahan Fe, C, Si dan Mn sampai 2,5 %
disebut Monel. Untuk sudu turbin, katup, dudukan
katup, poros dan sudu pompa sentriugal, silinder
dalam pompa torak, kondensor, baling-baling. Pada
pesawat terbang untuk saringan minyak, bagian-
bagian karburator. Pada indsutri kimia untuk alat
pengaduk dan saringan karena tidak beracun.

Nickel Silver dengan 70 – 44 % Cu, 28 – 12 % Ni dan 15 – 50 % Zn dikenal dengan


nama perdangan argentan, alpaca dan german silver (perak baru). Pada paduan
ini unsur nikel memberikan warna seperti perak, tembaga memberikan sifat
kenyal dan lunak sedang seng memberikan sifat keras dan memudahkan
penuangan. Paduan dengan 60% Cu, 20% Ni dan 20% Zn digunakan untuk
sendok dan alat-alat makan lainnya. Sedang paduan dengan 45% Cu, 13% Ni dan
42% Zn digunakan sebagai bahan pembuat arloji, pelat jarum dan alat-alat ukur.
3) Nikel
Nikel merupakan unsur metalik dengan nomor atom 28 dan simbol Ni. Nikel
memiliki berat jenis 8,8 gr/cm3 dan titik lebut 1453 0C. Nikel berwarna putih
keperakan, ringan, kuat, tahan karat, keras, mudah ditempa serta merupakan
konduktor panas dan listrik yang cukup baik. Nikel terutama digunakan untuk
10
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
BAHAN PADA PENGECORAN LOGAM

membuat logam paduan. Logam paduan nikel berkarakteristik kuat, tahan panas,
serta tahan karat. Sekitar 65% produk nikel diaplikasikan untuk membuat stainless
steel, 12% digunakan sebagai elemen paduan super dan sisanya 23% antara lain
digunakan sebagai paduan baja, baterai isi ulang, katalis dan bahan kimia lainnya,
mata uang logam, produk pengecoran, dan plating.
Penggunaan nikel dalam logam paduan antara lain: Monel, Nilo, Brightray
dan Nimonic. Monel adalah paduan Ni-Cu seperti telah dibahas sebelumnya. Nilo
adalah perpaduan antara nikel dengan paduan besi. Nilo-36 adalah paduan besi
dengan 36% nikel yang digunakan pada alat ukur standar, pita ukur, batang
pendulum, peralatan mesin presisi dan termostat dengan suhu kerja diatas 100 0C
karena pada suhu normal tidak terjadi ekspansi koefisien muai.
Brightray dan nimonic merupakan paduan nikel dengan krom. Brightray
merupakan paduan nikel-krom yang diaplikasikan sebagai elemen pada dapur tinggi
sedang nimonic adalah paduan nikel-krom yang dikembangkan sebagai bahan
dengan tegangan kerja besar pada suhu tinggi serta tahan terhadap korosi dan
creep (mulur) untuk komponen pada turbin gas. Beberapa contoh nimonic series
antara lain: nimonic 75, nimonic 80A, nimonic 90, nimonic 105, nimonic 110 dan
nimonic 115. Nimocast adalah paduan yang setara dengan nimonic series yang di
buat dengan proses pegecoran. Metode pengecoran yang diaplikasikan untuk
membuat nimocast antara lain sand casting (cetakan pasir), shell-moulding
(cetakan kulit), centryspinning (sentifugal) dan invesment casting (pengecoran
cetakan pola lilin).

11
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Logam Ceper. (2014, Agustus 18). Aluminium dalam Pengecoran. Dipetik Juli 19, 2016, dari Logam
Ceper: http://logamceper.com/aluminium-dalam-pengecoran-logam/

Logam Ceper. (2014, Agustus 19). Tembaga dalam Pengecoran. Dipetik Juli 19, 2016, dari Logam
Ceper: http://logamceper.com/tembaga-dalam-pengecoran-logam/

Surdia, T., & Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA.

Tiwan. (2010). Modul Ilmu Bahan Teknik. Yogyakarta: FT UNY.

12
Teknik Pengecoran Logam PROGRAM PLPG

Anda mungkin juga menyukai