Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga atas perkenan-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa I yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Lansia Demensia”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan nilai tugas Keperawatan Jiwa I.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan pengarahan serta
informasi yang sangat bermanfaat.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun para
pembaca, khususnya para mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta
III.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................2
C. Metode Penulisan.................................................................................2
D. Sistematika Penulisan..........................................................................3
BAB II Tinjauan Teoritis.............................................................................4
A. Konsep Dasar.....................................................................................4
1.Pengertian......................................................................................4
2.Etiologi..........................................................................................5
3.Manisfestasi Klinis........................................................................6
4.Klasifikasi Demensia.....................................................................7
5.Patofisiologi..................................................................................9
6.Pemeriksaan Penunjang.................................................................10
7.Penatalaksanaan............................................................................12
8.Pencegahan dan Perawatan Demensia..........................................13
B. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Demensia........................14
1. Pengkajian....................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................18
3. Rencana Keperawatan..................................................................19
4. Implementasi................................................................................21
5. Evaluasi........................................................................................21
BAB III Kesimpulan......................................................................................24
A. Kesimpulan.........................................................................................24
Daftar Pustaka................................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua
harus dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara
abnormal mengintensifkan sejumlah proses penuaan. Salah satu manifestasi
klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Penyakit semacam ini sering
dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang,
demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada factor
penyebabnya, namun demikian demensia sering terjadi pada lansia.
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia
seringkali terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun.
Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu dimensia Senilis dan
demensia Pra Senilis. Sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam
bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun,
16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini
diperkirakan +/- 30 juta penduduk dunia mengalami Demensia dengan
berbagai sebab (Oelly Mardi Santoso, 2002).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 –
2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah
sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar
11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah
Cina, India dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan
sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan.
(Meski menurut kajian WHO (1999), usia harapan hidup orang Indonesia
rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor
satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5 tahun).

1
Orang awam mengetahui juga adanya gejala demensia yang
dinamakannya ‘pikun’. Namun pikun selalu dihubungkan dengan usia yang
sudah lanjut. Orang tua dapat menjadi pikun dan hal ini dianggap lazim.
Keluarga seorang yang pikun baru membawa kakek dan neneknya ke dokter,
karena perangai kakek atau neneknya mengganggu. Dari aspek medik,
demensia merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang
terdapat pada penyakit kronis lainnya (stroke, diabetes mellitus, hipertensi,
keganasan). Ilmu kedokteran dan kesehatan mengemban misi untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami demensia
pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya,
tidak dapat mandiri lagi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Untuk dapat memahami gambaran umum tentang Demensia dan asuhan
keperawatan pada lansia dengan Demensia.
2. Tujuan Khusus:
a) Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar dari penyakit
Demensia.
b) Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada
klien dengan Demensia khususnya pada lansia.

C. Metoda Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif,
yang diperoleh dari literature dari berbagai media baik buku maupun internet
yang disajikan dalam bentuk makalah.

2
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 BAB, yaitu BAB I
Pendahuluan yang berisi; latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan. BAB II Konsep Dasar Penyakit Dimensia dan
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia Demensia. BAB III Penutup yang
berisi kesimpulan, dan yang terakhir adalah daftar pustaka.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Demensia

1. Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori
yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia
seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah
laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun
tidak menganggu (non-disruptive).
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian
dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan
mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas
intelektual dapat diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai
olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing,
2006)
Demensia adalah satu penyakit yang menyebabkan sel-sel otak
yang mati secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan
untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingat,
pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia.
Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang
pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan

4
khusus untuk demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh
dilakukan.
2. Etiologi
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit
alzheimer, yang penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti,
namun diduga penyakit Alzheimer disebabkan karena adanya kelainan
faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu. Pada penyakit
alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia
yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan
jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut)
dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang
berturut-turut. Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan
kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan.
Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,
daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah
yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan oleh stroke kecil
disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki tekanan
darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan
menjadi 3 golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-sereblar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington

5
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) penyakit-penyakit metabolik
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :
a. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.
b. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).
c. Defisit neurologi dan fokal.
d. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
e. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.
f. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)
g. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
h. Tidak bisa pulang kerumah bila bepergian.
i. Lupa meletakkan barang penting.
j. Sulit mandi, makan, berpakaian dan toileting.
k. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk.
l. Tidak dapat makan dan menelan.
m. Inkontinensia urine
n. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
o. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
p. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat
yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali

6
q. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat
melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil
yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-
perasaan tersebut muncul.
r. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah

4. Klasifikasi Demensia
a. Menurut Kerusakan Struktur Otak
1) Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak
mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak
dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C.
2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir. Sekitar 50-60% penderita demensia disebabkan karena
penyakit Alzheimer. Demensia ini ditandai dengan gejala :
a) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan
progresif,
b) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia,
agnosia, gangguan fungsi eksekutif,
c) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
d) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
e) Kehilangan inisiatif.
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan
beratnya deteorisasi intelektual :
a) Stadium I (amnesia)
(1) Berlangsung 2-4 tahun
(2) Amnesia menonjol
(3) Perubahan emosi ringan

7
(4) Memori jangka panjang baik
(5) Keluarga biasanya tidak terganggu
b) Stadium II (Bingung)
(1) Berlangsung 2 – 10 tahun
(2) Episode psikotik
(3) Agresif
(4) Salah mengenali keluarga
c) Stadium III (Akhir)
(1) Setelah 6 - 12 tahun
(2) Memori dan intelektual lebih terganggu
(3) Membisu dan gangguan berjalan
(4) Inkontinensia urin
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat
berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi
tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga
depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular. Tanda-tanda
neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam
2) Kelainan gaya berjalan
3) Kelemahan anggota gerak
c. Menurut Umur:
1) Demensia senilis ( usia >65tahun)
2) Demensia prasenilis (usia <65tahun)
d. Menurut perjalanan penyakit :
1) Reversibel (mengalami perbaikan)
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural
hematoma, vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)

8
5. Patofisiologi
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia > 65 tahun)
adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak
memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka
sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan
degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka
sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan
bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya
mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama mereka,
mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin
menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia
kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai
adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami
oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi
pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif.
Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan
biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja
lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Disinilah
keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit dimana
demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji
ddan mengenali gejala demensia.

Faktor Psikososial

9
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat
dipengaruhi oleh faktor psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan
pendidikan pasien sebelum sakit maka semakin tinggi juga kemampuan
untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien dengan awitan demensia
yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang lebih sedikit
daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan
depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia
dapat terjadi pada individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan
gangguan memori, akan tetapi pada kenyataannya ia mengalami gangguan
depresi. Ketika depresinya berhasil ditanggulangi, maka defek kognitifnya
akan menghilang.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis
klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi
demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun 50%
penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil
laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya
dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara

10
lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium
darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat

b. Imaging
Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) telah menjadi pemeriksaan rutin dalam
pemeriksaan demensia walaupun hasilnya masih dipertanyakan.
c. Pemeriksaan EEG
Electroencephalogram (EEG) tidak memberikan gambaran
spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer
stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan
kompleks periodik.
d. Pemeriksaan cairan otak
Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan
demensia akut, penyandang dengan imunosupresan, dijumpai
rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal,
hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada
CT scan.
e. Pemeriksaan genetika
Apolipoprotein E (APOE) adalah suatu protein pengangkut lipid
polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan
epsilon 4. setiap allel mengkode bentuk APOE yang berbeda.
Meningkatnya frekuensi epsilon 4 diantara penyandang demensia
Alzheimer tipe awitan lambat atau tipe sporadik menyebabkan
pemakaian genotif APOE epsilon 4 sebagai penanda semakin
meningkat.
f. Pemeriksaan neuropsikologis
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status
mental, aktivitas sehari-hari / fungsional dan aspek kognitif lainnya.
(Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003) Pemeriksaan neuropsikologis
penting untuk sebagai penambahan pemeriksaan demensia, terutama

11
pemeriksaan untuk fungsi kognitif, minimal yang mencakup atensi,
memori, bahasa, konstruksi visuospatial, kalkulasi dan problem
solving. Pemeriksaan neuropsikologi sangat berguna terutama pada
kasus yang sangat ringan untuk membedakan proses ketuaan atau
proses depresi. Sebaiknya syarat pemeriksaan neuropsikologis
memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Mampu menyaring secara cepat suatu populasi
2) Mampu mengukur progresifitas penyakit yang telah
diindentifikaskan demensia.
3) Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini
(MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai.
g. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein
Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah test yang
paling sering dipakai saat ini, penilaian dengan nilai maksimal 30
cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data
dasar dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu.
Nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan
kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi.(Asosiasi
Alzheimer Indonesia,2003).

7. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
1) Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
2) Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet
seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan
aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
3) Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan

12
dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke.
4) Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
5) Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering
digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine
dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan
menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik
efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi
atau paranoid
b. Dukungan atau Peran Keluarga
1) Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu
penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya
yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau
radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
2) Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada
pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada
penderita yang senang berjalan-jalan.
3) Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya
secara rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
4) Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu,
bahkan akan memperburuk keadaan.
5) Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial
dan perawatan, akan sangat membantu.
c. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi
simtomatik, meliputi :
1) Diet
2) Latihan fisik yang sesuai
3) Terapi rekreasional dan aktifitas

13
4) Penanganan terhadap masalah-masalah

8. Pencegahan dan Perawatan Demensia


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.

c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
1) Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
2) Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman
yang memiliki persamaan minat atau hobi
d. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Dimensia


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi:
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Aspek fisik, pskososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan.
a) Aktifitas /istirahat
(1) Merasa lelah; kelemahan dapat meningkatkan bahaya
gejala, khususnya pada malam hari terbalik mengira

14
siang/malam, terjaga sepanjang malam /keluyuran
tanpa tujuan, gangguan irama tidur.
(2) Letargi; penurunan ketertarikan pada aktivitas sehari-
hari, hobi; ketidakmampuan untuk mengulang apa yang
di baca/mengikuti cerita acara televisi; kemungkinan
dipaksa untuk pensiun hambatan ktrampilan motorik;
ketidakmampuan melekukan gerakan yang lazim dan
bertujuan.
(3) Sering duduk dan mengamati orang lain.
(4) Aktivitas utama mungkin mengumpulkan benda-benda
mati; pengulangan gerakan (mis.melipat-membuka-
melipat kembali kain), menyembunyikan benda, atau
keluyuran.
c) Sirkulasi
Kemungkinan riwayat penyakit vaskuler sistemik/
serebral, hipertensi, episode embolik (factor predisposisi).
d) Integritas Ego
Prilaku sering tidak konsisten; prilaku verbal/non
verbal mungkin tidak sesuai.Curiga atau ketakutan pada
orang atau situasi yang dkhayalkan; berpegangan tangan
dengan orang terdekat.Salah mempersepsikan lingkungan,
mengidentifikasi objek atau orang, mengumpulkan benda-
benda; benda yang salah di simpan di percaya sebagai di
curi.Kehilangan bertubi-tubi; perubahan pada citra tubuh
dan harga diri.Labilitas emosional (mudah menangis,
tertawa dengan tidak tepat); perubahan suasana hati yang
bervariasi (apatis, letargi, sukar istirahat, rentang perhatian
yang pendek, iritabilitas); tiba-tiba marah meledak-ledak
(reaksi katastropik).
Dapat menyangkal perubahan /gejala awal
signifikan, terutama perubahan kognitif, dan /atau

15
penjelasan yang tidak jelas, keluhan hipokondrial (lemah,
diare, pusing, sakit kepala tiba-tiba).Dapat
menyembunyikan keterbatasan (membuat alasan jika tidak
mampu, menyelesaikan tugas; mengisap ibu jari saat
memegang buku tanpa membacanya).
Merasa tidak berdaya; kuat, depresi; delusi,
paranoid.
d) Eliminasi
(1) Urgensi (dapat mengindikasi hilangnya tonus otot).\
(2) Inkontinensia urine atau veses.
(3) Cenderung konstipasi atau inpaksi, dengan diare.
e) Makan atau Minum
(1) Episode hipoglikemik (factor predisposisi).
(2) Kurang minat pada atau melupakan waktu makan;
bergantung pada orang lain untuk memasak makanan
dan menyiapkan makanan di meja, selera; menyangkal
sedang lapar atau menolak makan (dapat mencoba
menyembunyikan kehilangan ktrampilan).
(3) Kehilangan kemampuan untuk mengunyah (aspirasi
samar).
(4) Penurunan berat badan; masa otot; menjadi kurus (vase
lanjut).
f) Hygiene
(1) Mungkin bergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan kebersihan dasar.
(2) Terlihat tidak di cukur, rambut tidak di sisir; bau badan
tidak sedap; kebiasaan pribadi yang rendah.
(3) Berpakaian tidak sesuai dengan situasi atau kondisi
cuaca.

16
(4) Salah menginterpretasikan atau mengabaikan isyarat
internal, lupa langkah dalam memenuhi kebutuhan
toileting, atau tidak ammpu mencari kamar mandi.

g) Neurosensori
(1) Menyembunyikan ketidakmampuan (dapat membuat
alas an saat tidak menyelesaikan tugas,menghisap ibu
jari saat memegang buku tanpa membacanya)
(2) Anggota keluarga dapat melaporkan adanya penurunan
bertahap dalam kemampuan kognitif,kerusakan
penilaian/keputusan yang tidak tepat,hambatan ingatan
baru tetapi ingatan baik,perubahan prilaku/perubahan
sifat kepribadian individu atau menjadi berat
(3) Kehilangan kemampuan persepsi (lokasi tubuh/bagian
tubuh dalam ruang)
h) Interaksi Sosial
(1) Kemungkinan pembicaraan terkotak-kotak, afasia, dan
disfasia.
(2) Dapat mengabaikan aturan kontak social atau prilaku
tidak tepat.
(3) Factor psikososial resiko sebelumnya (secara individu
dan pribadi mempengaruhi adanya perubahan pola
prilaku).
(4) Peran keluarga mungkin berubah atau kebalikan karena
individu jadi lebih tergantung.
i) Pengajaran atau Pembelajaran
Riwayat keluarga dengan DTA (4 kali lebih besar
dibandingkan populasi umum); angka insiden demensia
degeneratife primer lebih sering pada wanita (yang hidup
lebih lama) dibandingkan pada pria; demensia vascular
timbul lebih sering pada pria dibandingkan pada

17
wanita.Dapat menunjukkan gambaran kesehatan total kecuali
untuk ingatan atau perubahan prilaku.Menggunakan ataau
menyalahgunakan obat, obat yang di jual bebas, alcohol.

b. Daftar masalah keperawatan


1) Gangguan proses pikir
2) Resiko jatuh
3) Ketergantungan dalam ADL
4) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
5) Resiko kekurangan volume cairan
6) Kemunduran daya ingat
7) Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

2.3 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan proses pikir
b. Resiko jatuh
c. Ketergantungan dalam ADL
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko kekurangan volume cairan
f. Kemunduran daya ingat
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

2.4 Rencana Keperawatan


Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir
TUM TUK Intervensi

18
Setelah dilakukan Pasien mampu 1. Beri kesempatan bagi pasien untuk
intervensi 4x 15 mengenal/ mengenal barang milik pribadinya
menit selama 6 berorientasi misalnya
jam dalam 12 terhadap waktu tempat tidur, lemari, pakaian dll.
pekan berturut orang dan tempat. 2. Beri kesempatan kepada pasien untuk
turut gangguang mengenal waktu dengan menggunakan
proses pikir jam besar, kalender yang mempunyai
teratasi atau lembar perhari dengan tulisan besar.
diadaptasi melalui 3. Beri kesempatan kepada pasien untuk
tuk menyebutkan namanya dan anggota
keluarga terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengenal dimana dia berada.
5. Berikan pujian jika pasien bila pasien
dapat menjawab dengan benar.

Pasien mampu a. Observasi kemampuan pasien untuk


melakukan melakukan aktifitas sehari-hari
aktiftas sehari- b. Beri kesempatan kepada pasien untuk
hari secara memilih aktifitas yang dapat
optimal. dilakukannya.
c. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan
yang telah dipilihnya
d. Beri pujian jika pasien dapat melakukan
kegiatannya.
e. Tanyakan perasaan pasien jika mampu
melakukan kegiatannya.
f. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan
sehari-hari.
Keluarga mampu a. Keluarga mampu mengorientasikan pasien

19
mengorientasikan terhadap waktu, orang dan tempat
pasien terhadap
b. Diskusikan dengan keluarga cara-cara
waktu, orang dan
mengorientasikan waktu, orang dan
tempat
tempat
pada pasien

c. Anjurkan keluarga untuk menyediakan


jam besar, kalender dengan tulisan besar

d. Diskusikan dengan keluarga kemampuan


yang pernah dimiliki pasien

e. Anjurkan kepada keluarga untuk


memberikan pujian terhadap kemampuan
yang masih dimiliki oleh pasien

f. Anjurkan keluarga untuk memantau


kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat.

g. Anjurkan keluarga memberikan pujian


jika pasien melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat
Menyediakan a. Menyediakan saran yang dibutuhkan
saran yang pasien untuk melakukan orientasi.
dibutuhkan pasien
b. Anjurkan keluarga untuk membantu
untuk melakukan
pasien melakukan kegiatan sesuai
orientasi realitas
kemampuan yang dimiliki.

Membantu pasien 1. Membantu pasien dalam melakukan


dalam melakukan

20
aktiftas sehari- aktiftas sehari-hari.
hari.
2. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia
melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki

3. Bantu keluarga memilih kemampuan yang


dilakukan pasien saat ini

2.5 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi.

2.6 Evaluasi
1. Pasien mampu mengenal/ berorientasi terhadap waktu orang dan
tempat.
2. Pasien mampu melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
3. Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan
tempat.
4. Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan
orientasi realitas.
5. Pasien mampu dalam melakukan aktiftas sehari-hari.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya
berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian. Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil
disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan
kerusakan pembuluh darah di otak.
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin
parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari.Terjadi penurunan
dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan kemampuan untuk
mengenali orang, tempat dan benda.Penderita memiliki kesulitan dalam
menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran
Abstrak (misalnya dalam pemakaian angka).Sering terjadi perubahan
kepribadian.
Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar.
Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi;
tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan
emosi atau perubahan kepribadian lainnya

22
DAFTAR PUSTAKA

Arie, Netti. 2013. Askep Demensia Jiwa


https://www.scribd.com/doc/136850671/ASKEP-Demensia-Jiwa diakses
tanggal 31 Maret 2015

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E.2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3.


Jakarta: EGC.

Intan, Mahadewi. 2011. Askep Demensia.


http://intanmahadewi.blogspot.com/2011/09/askep-demensia.html diakses
tanggal 31 Maret 2015

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Nanda. 2010.Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai