“PROFESI PENDISIKAN”
........
DISUSUN OLEH:
PTB-B 2019
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya Saya dapat menyusun CBR ini tepat pada waktunya. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada ........ selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Pendidikan yang telah
memberikan Saya kesempatan dalam menyusun CBR ini.
Dalam penyusunan CBR ini Saya mendapat tantangan untuk mencari sumber
informasi sesuai materi yang diberikan. Akan tetapi, atas bimbingan yang diberikan,
tantangan tersebut teratasi. Oleh karena itu, Saya menyusun CBR ini sebaik mungkin. Saya
berharap agar CBR ini dapat bermanfaat bagi Saya maupun kepada para pembaca.
Saya juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan atau penulisan
CBR ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik berupa saran atau kritik demi
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
RPBB
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1.3. Tujuan Makalah......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3
BAB III PENUTUP........................................................................................................................23
A. Kesimpulan.............................................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikaji yaitu:
1.4 Manfaat
2
dan Berpikir Peserta didik, serta Apa saja faktor-faktor penyebab adanya
Perbedaan Gaya Belajar dan Berpikir.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan ( visual ),
dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak /
dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan
pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka
cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir
4
menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam
kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detail-detailnya untuk mendapatkan
informasi.
5
guru katakan. Anak Auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara,
pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal Auditori lainnya. Informasi
tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak Auditori mendengarkannya.
Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan
keras dan mendengarkan kaset.
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di
dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.
Lirikan ke bawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar Kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini
6
sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan
eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan
sentuhan.
Berbicara perlahan
Penampilan rapi
Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
Belajar melalui memanipulasi dan praktik
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca
Menyukai permainan yang menyibukkan
Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di
tempat itu
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata
yang mengandung aksi
7
Pada tahap ini guru diharapkan memilih dan memberikan materi pelajaran dengan
memberi penekanan pada perasaan, penginderaan, dan imajinasi siswa sebagai
pelengkap dalam meningkatkan ketrampilan menganalisis, menalar, dan memecahkan
masalah secara urut dan logis.
Proses Pengajaran.
Pada tahap ini seorang guru diharapkan mampu merencanakan metode dan
proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan gaya belajar siswa, menggunakan
berbagai kombinasi strategi pembelajaran, refleksi, konseptualisasi dan eksperimentasi.
Media yang digunakan dalam menyampaikan dan memberikan unsur pengalaman
melalui unsur bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerak, pengalaman, percakapan
bahkan aktivitas siswa itu sendiri.
Strategi Penilaian.
Pada tahap ini, guru diharapkan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
fokus pada pengembangan kemampuan siswa. Maksudnya, disesuaikan dengan
kemampuan dan perkembangan kapasitas otak dan kecenderungan gaya belajar individu
yang berbeda-beda.
Faktor fisik
Faktor emosional
Faktor sosiologis
Faktor lingkungan.
Berdasarkan faktor-faktor di atas bisa disimpulkan bahwa sebagian siswa bisa
belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan
pencahayaan yang suram. Ada siswa yang belajar paling baik secara berkelompok,
sedangkan yang lain lagi memilih adanya figur yang otoriter seperti orang tua atau guru,
yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendiri yang paling efektif bagi mereka. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai iringan belajar, sedang yang lain tidak bisa
berkonsentrasi kecuali dalam keadaan ruangan sepi. Ada siswa yang membutuhkan
lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tapi yang lain lagi lebih suka menggelar segala
sesuatunya agar bisa dilihat.
1. Suara
8
Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada yang menyukai
belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras ataupun nonton televisi. Ada juga yang
menyukai belajar dalam suasana sepi dan ada juga yang menyukai belajar dalam suasana
ramai dalam belajar kelompok.
2. Pencahayaan
3. Temperatur
Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda-beda. Ada yang suka tempat sejuk,
ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat.
4. Desain belajar
Desain belajar ada dua macam, yaitu desain belajar formal dan belajar desain belajar
tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja belajar lengkap dengan alat-alatnya,
sedang desain tidak formal belajar dengan santai, duduk di lantai, duduk di sofa ataupun
sambil tiduran.
9
2.5 Macam – Macam Gaya Berfikir
Riset tentang gaya ini telah memberi pengaruh besar terhadap kegiatan pendidikan
(Jonassen dan Grabowski, 1993 dalam Santrock, 2004:156). Dibandingkan siswa yang
impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal berikut:
Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa
impulsif. Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan cepat
mengambil keputusan sendiri. Sebenarnya dia reflektif, namun dukungan inteligensi yang
tinggi membuatnya cepat bereaksi, berkesan impulsif.
10
Jadilah guru bergaya reflektif
Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri
pujian untuk peningkatan kinerjanya
Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas
Gaya belajar mendalam adalah sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran
dengan satu cara untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya
mendalam). Gaya belajar dangkal adalah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk
dipelajari (gaya dangkal). Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka
pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Sering kali hanya mengingat
informasi dan bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin
untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa
yang perlu diingat.
11
SUMBER LAIN
Pada umumnya terdapat empat jenis kategori gaya berpikir dalam otak manusia,
antara lain : gaya berpikir sekuensial konkret ( SK ), gaya berpikir acak konkret ( AK ),
gaya berpikir acak abstrak ( AA), dan gaya berpikir sekuensial abstrak ( SA ). Berikut ini
penjelasan ke empat jenis gaya berpikir tersebut.
Gaya berpikir acak konkret atau AK ini memiliki sikap eksperimental yang diiringi
dengan perilaku yang kurang terstruktur. Sepeti hal nya pada gaya berpikir sekuensial
konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba
salah ( trial and error ). Oleh karena itu, mereka sering melakukan lompatan intuitif yang
diperlukan untuk pemikiran yang kreatif yang sebenarnya. Si pemikir AK ini memiliki
12
dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan
cara dan keinginan mereka sendiri. Kiat – kiat jitu bagi si pemikir AK :
Gaya berpikir pemikir gaya acak abstrak ( AA ) merupakan cara berpikir yang tertarik
pada nuansa dan sebagian lagi cenderung kepada mistisisme. Adapun gaya berpikir AA ini
menyerap ide – ide atau informasi serta kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Namun
kadang – kadang hal ini memakan waktu yang lama sehingga orang lain tidak menyangka
bahwa orang gaya berpikir AA ini mempunyai reaksi ataupun pendapat terhadap Sesuatu
yang sedang diperbincangkan. Si pemikir AA ini mengingat dengan baik jika informasi
dipersonifikasikan. Perasaannya juga dapat meningkatkan atau memengaruhi gaya belajar
mereka. Kiat – kiat jitu bagi si pemikir AA :
Gaya berpikir sekuensial abstrak atau SA ini merupakan gaya berpikir yang bersifat
dunia teori metafisis dan dunia abstrak. Gaya berpikir SA ini cenderung lebih suka berpikir
secara konsep dan menganalisis informasi. Si pemikir SA ini sangat menghargai orang –
orang serta peristiwa – peristiwa yang teratur dan rapi. Sangatlah mungkin bagi mereka
13
untuk meneropong hal – hal yang bersifat sangat penting, seperti pada titik – titik kunci dan
detail – detail yang sangat penting. Adapun proses dan cara berpikir si pemikir SA ini
sangatlah logis , rasional dan intelektual. Dan bisanya proses atau cara berpikir mereka
sering kali diatas cara berpikir orang yang lainnya. Kiat – kiat jitu bagi si pemikir SA :
Yang sering membedakan seorang siswa dengan siswa lainnya adalah kelas sosial
yang didefinisikan sebagai status sosial ekonomi berdasar penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Sekolah merupakan lembaga kelas menengah yang
berfungsi sebagai pelebur komunitas kaya dan miskin sehingga tidak terlihat adanya
kesenjangan status sosial. Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu berdiri di tengah,
dan mendidik seluruh siswa untuk saling menghargai satu sama lainnya.
Suku dan ras dalam suatu bangsa dapat berpengaruh terhadap pengalaman sekolah
siswa. Suku bangsa adalah sejarah, budaya, dan rasa identitas yang dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, sedangkan yang dimaksud dengan ras itu sendiri adalah karakteristik
genetik individu yang terlihat jelas yang mengakibatkan mereka dipandang sebagai anggota
kelompok besar yang sama. Faktor penentu utama budaya yang dimana siswa akan
dibesarkan adalah asal-usul etnis mereka. Maka karakter yang terbentuk beragam pula.
14
3. Kemampuan dan kecerdasan
Kecerdasan didefinisikan sebagai bakat umum untuk belajar, yang sering diukur
berdasarkan kemampuan menghadapi abstraksi dan memecahkan masalah. Dalam teori
Gardner terdapat beberapa jenis kecerdasan seseorang, Diantaranya :
Bahasa
Logika-Matematika
Music
Tubuh-Kinestetika
15
Kecerdasan Kinestetik, menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan
berbagai masalah.
Alam (naturalis)
Antar Pribadi(Interpersonal)
Intra Pribadi
kemampuan untuk mengindra dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau
mengubah aspek-aspek dunia tersebut.
Cara berpikir seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, Diantaranya adalah:
1. Faktor Pendidikan
16
Ini baru setahap berbicara, namun dari cara berbicara lah menunjukkan seperti apa kualitas
kita. Dalam hal ini, pendidikan tidak harus secara formal namun pendidikan pun bisa kita
dapatkan dari berbagai media jika seseorang itu benar-benar belajar.
2. Faktor Lingkungan
Kata pepatah, “Lingkungan yang positif akan mendorong hidup Anda menjadi positif
dan lebih baik.” Interpretasinya, lingkungan yang memiliki cara pandang yang baik tentu
akan berpengaruh baik dalam perkembangan hidup kita. Beda dengan lingkungan yang
lebih banyak unsur negatifnya, seperti meremehkan, menggosip, berprasangka buruk, suka
menghina dan sindir menyindir. Itu akan berpengaruh pada psikologi dan kenyamanan
Anda.
3. Faktor Pergaulan
4. Faktor Kebiasaan
Kebiasaan dapat kita ciptakan dan kita disiplinkan. Kebiasaan buruk yang tak diubah
layaknya bumerang bagi kehidupan Anda nantinya. Kebiasaan pun dapat dipengaruhi oleh
pendidikan, lingkungan dan pergaulan. Pendidikan, lingkungan dan pergaulan yang baik
akan menciptakan kebiasaan yang baik. Misalnya kebiasaan berperilaku sopan santun,
meminta ijin, dan lain-lain. Pada pelajaran bahasa di SMP pun telah diajarkan ungkapan
cara meminta ijin secara sopan. Kita tinggal mempraktekkan bukan? Jika kita lupa meminta
ijin, ke mana kita waktu pelajaran berlangsung? Atau kita sudah lupa barangkali. Contoh
lain adalah seperti kebiasaan menjaga kebersihan dan menjaga perasaan lawan bicara
(Yang ini lebih dalem tentunya, J)
Dan kebiasaan paling baik itu dihasilkan dari pendidikan keluarga, dimana pendidikan
keluarga adalah basic dari segala pendidikan yang ada.
17
5. Faktor Genetika
Nah! Yang tak boleh dilupakan adalah faktor genetika atau keturunan. Jika faktor 1-4
yang saya sebutkan di atas sama sekali tak bisa dikontrol, maka lihatlah faktor genetikanya.
Ini erat sekali hubungannya dengan pembawa gen alias orang tua. Kalau masalah faktor
genetika ini tentu kita semua sudah paham bukan? Tanpa penjelasan panjang lebar.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir pada dasarnya adalah suatu proses mental. Berpikir adalah kegiatan mental
yang melibatkan kinerja otak. Ketika berpikir setiap individu menggunakan pola-pola pikir
tertentu. Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk
bertindak. Selanjutnya dikatakan bahwa pola pikir adalah pola yang menetap dalam pikiran
bawah sadar seseorang. Keyakinan merupakan salah satu bagian dari pola pikir. Met Sandy
buku The Piece of Mind menyatakan bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang dimana
seluruh informasi disimpan. Pengamatan-pengamatan sejak masa kecil direkam secara
permanen. Pengamatan yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang membentuk
pola pikir seseorang. Rekaman bawah sadar ini berasal dari lingkungan dimana dia berada.
Beberapa pengaruh lingkungan yang terekam dalam pikiran bawah sadar seseorang bisa
positif dan juga negatif. Pengaruh lingkungan tersebut diantaranya adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sosial, adat istiadat, dan lingkungan pergaulan seseorang. Semuanya
direkam secara permanen dalam pikiran bawah sadar seseorang.
19
DAFTAR PUSTAKA
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2007. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa
Hidayana, Herma. 2009. Pengaruh Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa
file:///C:/Users/Rpalupi/Downloads/Documents/juniera5
Zmiv7L6ep2ZJIvSZhtg1IT0GE.pdf
http://eliesyalaladubidam.blogspot.com/2012/08/psikologi-pendidikan-gaya-
belajar.html
http://tyanfedi.blogspot.com/2013/11/perbedaan-individu-siswa-2-gaya-belajar_7.html
http://wawank-wawank.blogspot.com/2011/11/gaya-berpikir-dan-belajar.html
Green, Andy. 2004. Kreativitas Dalam Public Realitions Edisi Kedua. Jakarta :Erlangg
Patty, dkk. 1982.Pengantar Psikologi Umum.Malang : Usaha Nasional Surabaya
Indonesia
Milfayatetty, Sri. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan : Unimed Press
Sumadi, Suryabrata. 1966.Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yunus, M. 2014. Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas. Yogyaka
rta : Jogja Bangkit Publisher
20