Anda di halaman 1dari 8

Pekerjaan Grouting Atau Sementasi

Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara semen dan air
diinjeksikan dengan tekanan ke dalam rongga, pori, rekahan dan retakan batuan
yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara
fisika maupun kimiawi. pekerjaan grouting merupakan salah satu cara dalam
perbaikan pondasi (foundation treatment) pada bendungan air terutama bendungan.

Selain itu grouting juga metode untuk mengisi rongga struktur beton yang kropos
dan penambahan coran akibat pengecoran tidak sempurna, Mortar fillet ( Pinggulan
sudut ) untuk pondasi mesin, sebagai dudukan mesin ,dudukan bearing pondasi
jembatan, pembuatan beton pra cetak, penutup retak yang besar, tentunya semen
Grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik tidak susut dan dapat mengalir
sangat baik, memenuhi persyaratan standar corps of engineering CDR C-621 dan
ASTM C-1107
Grouting pada celah ubin/tile

Teknologi grouting bukanlah barang baru, grouting sudah ada sejak tahun 1800-an
dan bahkan sebelumnya. Grouting awalnya hanya digunakan untuk mengontrol
aliran air, tetapi sekarang telah meluas dan aplikasinya tidak terbatas, diantaranya
adalah digunakan untuk:

 Mengurangi aliran atau rembesan air


 Meningkatkan daya dukung tanah/batuan
 Pemadatan (mengisi rongga dan celah/rekahan pada tanah/batuan), dan 
 Memperbaiki kerusakan struktur.

Menurut James Warner (2005), tipe – tipe sementasi (grouting) berdasarkan


tujuannya dapat dibedakan menjadi enam (6) jenis, yaitu:

1. Sementasi penembusan (permeation grouting)


2. Sementasi pemadatan (compaction grouting)
3. Sementasi rekahan (fracture/claquage grouting)
4. Sementasi campuran/jet (mixing/jet grouting)
5. Sementasi isi (fill grouting) dan 
6. Sementasi vakum (vacuum grouting)

Sedangkan menurut Soedibyo (1993), tipe sementasi (grouting) berdasarkan bahan


yang digunakan ada 3 tipe, yaitu:

1. Injeksi bahan kimia


2. Injeksi sistem Soletanche dan 
3. Injeksi dengan semen.
Campuran Grouting (Bahan Grout)

Bahan grouting yang digunakan dalam pekerjaan grouting dapat berupa material
suspense dan atau kimiawi. Material suspensi yang umum dipakai adalah semen
dan bila perlu dipakai bahan tambahan berupa bentonit atau bahan sejenis. Air
sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus bebas dari
kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat mengakibatkan
penurunan kualitas campuran. Sedangkan bahan semen yang digunakan adalah
Portland Cement (PC), tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi
syarat yang ditentukan dalam SII - 3 - 1981.

Perbandingan bahan grout untuk cement milk, ditentukan berdasarkan tujuan dari
grouting tersebut dan kondisi batuan yang juga akan berubah menurut besarnya
penyerapan grouting. Perbandingan campuran semen yang sering dipakai untuk
pekerjaan grouting ini adalah C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1. Untuk retakan yang relatif
besar dipakai C : B= 1 : 0,5, dan bahkan kadang - kadang dipakai mortar (campuran
semen dan pasir).

Pada umumnya proporsi campuran dimulai dari C : W = 1 : 10 atau 1 : 8. Apabila


grouting memperlihatkan penyerapan grout yang lebih besar dari 30 liter per menit
dan berlangsung selama 20 menit maka campuran dikentalkan secara berangsur.
Namun sebaliknya apabila tekanan ijneksi naik tiba - tiba atau jumlah volume grout
masuk turun sangat banyak maka campuran diubah menjadi lebih encer.

Grouting Semen

Grouting semen adalah grouting semen yang merupakan campuran antara air dan
semen dengan perbandingan C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1. Perubahan dari campuran
semen dan air ini sangat tergantung kepada permeabilitas batuan dan kondisi
batuannya sendiri.
Pada grouting semen ini kadang kala dilakukan tambahan bahan grout berupa tanah
lempung atau pasir halus yang dilakukan sesuai dengan kondisi batuan yang
menempati lokasi rencana bendungan (apabila membangun bendungan). Informasi
sifat fisik dan teknik dari tanah / batuan mempunyai arti yang sangat penting yang
perlu diketahui terutama bila grouting akan dipertimbangkan sebagai bagian dari
perbaikan pondasi bendungan atau dari penggalian terowongan.

Penentuan permeabilitas dan porositas tanah akan dapat membantu dimana


permeabilitas akan mengontrol kemampuan grouting dan jenis bahan grout yang
akan digunakan. Sedangkan porositas tanah menentukan jumlah bahan grout yang
diperlukan dan hal ini akan berkaitan dengan besarnya biaya pekerjaan.

pekerjaan grouting pada sandaran / pondasi bendungan

Grouting Kimia
Secara umum grouting semen tidak dapat dilakukan pada tanah dengan koefisien
permeabilitas lebih kecil dari 0,1 cm/detik (10^-1 cm/detik) dan grouting lempung
tidak bisa dilakukan pada tanah dengan k < 0,01 cm/detik (10^-2 cm/detik) dan
bahan groutnya berupa campuran semen dan air.

Grouting kimia adalah grouting yang dilakukan dengan campuran bahan kimia dan
air atau cairan bahan kimia dengan bahan kimia lainnya. Grouting kimia ini
umumnya digunakan untuk mengisi retakan yang halus atau butiran batuan yang
halus yang dimaksudkan untuk memperkecil koefisien permeabilitas dan
meningkatkan kuat tekan dari batuan atau bagian bangunan yang di grout. 

Pada tanah dengan k > 0,01 cm/detik (10^-2 cm/detik) cairan grout harus


mempunyai viskositas sebesar 10 centipois atau lebih tanpa kesulitan, kecuali
grouting ini dilakukan dekat permukaan dengan tekanan grout yang digunakan
rendah. Grouting kimia dapat dilakukan pada tanah dengan k sampai 0,00001
cm/detik (10^-5 cm/detik) dan hasilnya cukup memuaskan (Federal
Highway Administration,1976).

Secara umum grouting kimia ini dikenal beberapa sistem yaitu :

1. Sistem silikat, sistem ini menggrouting lapisan pasir dengan larutan natrium
silikat yang mempunyai koefisien permeabilitasnya lebih kurang 5 x 10-
4 cm/detik atau lebih besar. Grouting dengan bahan grout dari silikat ini dapat
melakukan penetrasi pada tanah pasir halus dengan ukuran butirnya berkisar
antara 100 - 70 mikron dan pasir yang mempunyai permeabilitas lebih kecil
dari 10-4 cm/detik.
2. Sistem acrylamide, sistem ini dapat dilakukan pada tanah dengankoefisien
permeabilitas dari 10-5cm/detik atau lebih besar. Acrylamide ini viskositasnya
berkisar antara 1,50 centipois atau sama dengan viskositas air sehingga
acrylamide ini mudah dipenetrasikan ke dalam lapisan pasir halus. Untuk
lebih baiknya dalam memanfaatkan acrylamide ini sebaiknya larutan
acrylamideini mempunyai pH antara 7 - 11. Cairan acrylamide ini beracun dan
dapat menembus kulit.
3. Bahan grout kimia lainnya adalah berupa Lignochromes, Resin, Foams dan
Isosyanate tetapi cairan ini sangat beracun.

Perbandingan Metoda Stabilisasi Tanah Dengan Grouting Dan Kemampuan Penetrasi Relatif
Bahan Kimia

 Urutan Pekerjaan Grouting


Pemeriksaan hasil grouting:

1. Pemeriksaan hasil grouting dilakukan dengan membuat check hole pada titik
yang dipilih dan biasanya di bor miring agar mewakili zona grouting 
2.  Pengambilan contoh inti (core sampling) untuk melihat secara visual
efektivitas penetrasi grouting dan dapat diperiksa dengan membubuhkan
phenolptalein 0.1 n.
3. Pengujian permeabilitas setelah grouting dengan water pressure test atau
lugeon test. Tekanan diatur seperti uji permeabilitas secara naik dan turun,
yaitu bervariasi 1-3-5-7-10-7-5-3-1 kg/cm 2, tergantung kondisi batuan.
4. Setelah selesai check hole diisi dengan campuran bahan grouting yang kental
1:1 atau 1:0.5 hingga jenuh. 

 Peralatan Grouting
1. Mesin bor
Dipakai untuk pembuatan lubang grout, dengan diameter antara 46 – 76 mm.
jenisnya bor putar (rotary type drill).
2. Perkakas grouting 
Meliputi packer, stang grouting, by pass, manometer, keran pengatur tekanan, pipa
pemasukan dan pengembali dan pengukur debit. 
3. Grout mixer dan agitator 
Untuk mencampur bahan grout sesuai dengan perbandingan yang ditentukan,
kemudian dialirkan kedalam agitator sebagai tempat grout siap untuk diambil oleh
pompa. 
4. Pompa grout 
Umtuk memompakan grout yang tersimpan di agitator ke lubang grout melalui unit
peralatan grouting.

Anda mungkin juga menyukai