Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

Disusun Oleh :

Bony Despan Guji Suai Umpu

NIM. 201920729264

PROGRAM PROFESI NERS KONVERSI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU – LAMPUNG

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang
membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak
yang memproses informasi pengelihatan

B. Etiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang
disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan
didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu
mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik
anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang
mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan
kebutaan.
C. Patofisiologi

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar

Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan

selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos

humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal

Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi

berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran

keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO >

23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi

aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini

kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari

perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf

optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa

penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan

ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang


D. Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi

Gangguan Persepsi Perubahan Penglihatan Ansietas Kurang


Sensori Perifer Pengetahuan
Penglihatan

Kebutaan
E. Manifestasi Klinis
1) Glaukoma primer
a) Glaukoma sudut terbuka

 Kerusakan visus yang serius

 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas

 Perjalanan penyakit progresif lambat

b) Glaukoma sudut tertutup

 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya

 Pandangan kabur

 Sakit kepala

 Mual, muntah

 Kedinginan

 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang

sangat sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan,

fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

2) Glaukoma sekunder

 Pembesaran bola mata

 Gangguan lapang pandang

 Nyeri didalam mata

3) Glaukoma kongential

 Gangguan penglihatan
F. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase
yang akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata
sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan
pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek
samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia,
batu ginjal dan myopia sementara.
 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena
adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika
acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

b) Obat Tetes Mata Lokal


 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari,
berguna untuk menurunkan TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata
belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran
humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup 
sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih
dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan
CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral
atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5)  EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi
bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan
menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri  : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke
RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam
bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami
klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah
dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit
yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah
dialami anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus
optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut
primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh
darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil
sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi
untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih
keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau
angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan
didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika
telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut
ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu
TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma,
bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah
c. POLA ELIMINASI
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna
dan karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu
untuk miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma
tipe sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan
table gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk,
nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien
langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal
klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-
hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena
cahaya matahari.
e. POLA ISTIRAHAT TIDUR
 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
istirahat klien
 sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat
sehingga pola tidur klien tidak normal.

f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,
penciuman. Persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas
nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap
yang biasa.
g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal
yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah
klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien
menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep
diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien
tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami
gangguan pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun
cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya
yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan
dalam melakukan perannya
i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat
pada
 keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit
yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana
klien mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA  REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk
hebat saat melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam
keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah
seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.
k. POLA KEYAKINAN-NILAI
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan
dalam hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
sehari- hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang
akan mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang
pengetahuan tentang prosedur pembedahan
4. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang

 Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi

C. Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan a. Kaji tipe, a. Mengenal berat
peningkatan tindakan intensitas, dan ringannya nyeri
TIO keperawatan lokasi nyeri dan
selama 1 x 24 jam menentukan
diharapakan nyeri b. Pantau derajat terapi
hilang/ berkurang nyeri mata setiap b. Untuk
dengan Kriteria 30 mentit selama mengidentifika
Hasil: masa akut si kemajuan
 Klien dapat atau
mengidentifikas penyimpanan
i penyebab dari hasil yang
nyeri c. Pertahankan diharapkan.
 Klien istirahat di
menyebutkan tempat tidur c. Mengurangi
faktor-faktor dalam ruangan rangsangan
yang dapat yang tenang dan terhadap syaraf
meningkatkan gelap dengan sensori dan
nyeri kepala mengurangi
 Klien mampu ditinggikan 30° TIO
melakukan atau dalam
tindakan untuk posisi nyaman
mengurangi d. Berikan
nyeri. lingkungan yang
nyaman d. Stress dan sinar
menimbulkan
TIO yang
e. Anjurkan tehnik mencetuskan
relaksasi. nyeri
e. Keadaan rileks
dapat
f. Kolaborasi mengurangi
tentang nyeri.
pemberian f. untuk
analgesic mengurangi
nyeri

2. Penurunan Setelah dilakukan a. Kaji dan catat a. Menentukan


persepsi tindakan ketajaman kemampuan
sensori visual keperawatan penglihatan visual
/ penglihatan selama 1 x 24 jam b. Kaji tingkat b. Memberikan
b.d serabut diharapakan deskripsi keakuratan
saraf oleh peningkatan fugnsional terhadap
karena persepsi sensori terhadap penglihatan dan
peningkatan dapat berkurang penglihatan dan perawatan
TIO dengan Kriteria perwatan c. Meningkatkan
Hasil: c. Sesuaikan self care dan
 Klien dapat lingkungan mengurangi
meneteskan dengan ketergantungan
obat mata kemampuan d. Meningkatkan
dengan benar penglihatan rangsangan
 Kooperatif d. Kaji jumlah dan pada waktu
dalam tindakan tipe rangsangan kemampuan
 Menyadari yang dpat penglihatabn
hilangnya diterima klien menurun
pengelihatan
secara e. Observasi TTV e. Mengetahui
permanen kondisi dan
 Tidak terjadi perkembangan
penurunan klien secara
visus lebih f. Kolaborasi dini
lanjut dengan tim f. Untuk
medis dalam mempercepat
pemberian terapi proses
penyembuhan
3. Cemas b.d Setelah dilakukan a. Hati-hati a. Jika klien belum
Penurunan tindakan penyampaian siap akan
ketajaman keperawatan hilangnya menambah
penglihatan, selama 1 x 24 jam penglihtan secara kecemasan
Kurang diharapakan permanen
pengetahuan Cemas klien dapat b. Berikan b. Mengekspresika
tentang berkurang dengan kesempatan klien n perasaan
prosedur Kriteria Hasil: mengekspresikan membantu Kx
pembedahan  Berkurangnya tentang mengidentifikasi
perasaan gugup kondisinya sumber cemas
 Posisi tubuh c. Pertahankan c. Rileks dapat
rileks kondisi yang menurunkan
 Mengungkapka rileks cemas
n pemahaman d. Observasi TTV d. Untuk
tentang rencana mengetahui TTV
tindakan dan perkembang
annya
e. Siapkan bel e. Dengan
ditempat tidur memberikan
dan instruksikan perhatian akan
klien menambah
memberikan kepercayaan
tanda bila mohon klien
bantuan f. Diharapkan
f. Kolaborasi dapat
dengan tim mempercepat
medis dalam proses
pemberian terapi penyembuhan
4. Resiko Setelah dilakukan a. Orietasikan klien a. Mengurangi
cedera b/d tindakan terhadap kecelakaan atau
penurunan keperawatan lingkungan cidera
lapang selama 1 x 24 jam ketika tiba.
pandang diharapakan Klien b. Lakukan b. Menimalkan
tidak mengalami modifikasi tingkat cidera
cedera dengan lingkungan yang berasal
Kriteria Hasil: untuk dari gangguan
 Klien mampu meindahkan ini
mendemontras semua bahaya:
ikan tentang  Singkirkan
kewaspadaan rintangan
kecemasan pada tempar
 Klien meminta lalu lalang
bantuan  Sungkirkan
petugas saat gulungan
memenuhi dari kaki
kebutuhan.  Singkirkan
barang-
barang yang
mungkin
dapat
mencederai
klien. c. Mengurangi
c. Serahkan resiko terjatuh
benda-benda
termasuk bel
pemanggil, alat
bantu ambulasi
kepada klien d. Mempertahanka
d.
Bantu klien dan n yang aman
keluarga setelah pulang.
mengevaluasi
lingkungan
rumah terhadap
bahaya yang
mungkin
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku
II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai